������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN:
2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol. 4, No.1 Januari 2019
�
ANALISIS REHABILITASI JALAN PEDESAAN AKIBAT BENCANA (BANKEU PROV) PEKERJAAN
PERBAIKAN JALAN UJUNGBERUNG-BALAGEDOG DESA BALA GEDOG KEC. SINDANGWANGI KABUPATEN MAJALENGKA
Arief Firmanto �
Fakultas Teknik Universitas Swadaya Gunung
Jati (UNSWAGATI) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Seringkali bencana longsor terjadi di Indonesia khusunya pada musim
hujan. Pada umumnya terjadi di daerah perbukitan yang
pernah terjadi bukan hanya sekali �dan
menimbulkan kerugian yang tidak sedikit. Ada 2 macam timbunan Pekerjaan Perbaikan Jalan�
Ujungberung-Balagedog di Desa Balagedog Kec. Sindangwangi Kabupaten
Majalengka yakni timbunan biasa dan pilihan. Dalam rangka penelitian Rehabilitasi Jalan Pedesaan� Akibat Bencana (Bankeu Prov) Pekerjaan ini
dilakukan beberapa tahapan kegiatan pengamatan secara visual dan dilakukan tes
kualitas mutu bahan secara non destructive test. Sehingga dapat disimpulkan
bahwa Hasil pengukuran dengan jumlah sampel 44 titik didapat
nilai terkecil sebesar 100 Kg/Cm2 dan nilai terbesar 120 Kg/Cm2.
Dari hasil ini di dapat nilai kuat tekan rata�rata sebesar� 102,7 Kg /Cm2. Sehingga diambil mutu beton minimal sesuai SNI yaitu
mutu beton K 100 (kuat mutu beton sebesar 100 Kg/Cm2 Dengan demikian
terdapat pengurangan kualitas� mutu beton
sebesar � 60 % untuk sampel yang diambil.
Kata kunci: Bencana
Longsor dan Rehabilitasi.
�
Pendahuluan
Tanah longsor bukan hal baru di Indonesia. Bencana ini
sering kali terjadi di daerah perbukitan dan memberi dampak kerugian yang tidak
sedikit, tanah longsor ini sebagian besar menimpa rumah warga dan sawah, bahkan
sampai menelan korban jiwa. Sehingga derita yang dirasakan bukan hanya oleh
beberapa orang, melainkan seluruh warga sekitar merasa berduka atas bencana
tersebut.
Akibat dari longsoran tanah tersebut air sungai
terkadang meluap kepemukiman warga. Tidak hanya itu, longsoran tanah yang ada
seringkali menyebabkan lalulintas transportasi�
terhambat, dikarenakan jangkauannya mencapai jalan raya dan rel kereta
api sekitar.
Daerah yang masih dalam tahap perkembangan, akan
memiliki intensitas kegiatan yang relatif tinggi baik itu di bidang ekonomi,
pendidikan, sosial, kebudayaan, rekreasi dan hiburan. Dampak Intensitas yang
ditimbulkan berupa permintaan akan transportasi (transport demand) berupa aktivitas manusia ataupun barang. Untuk
itu dibutuhkan sarana prasarana yang memadai guna lancarnya transportasi (transport supply) dengan demikian kebutuhan
masyarakat pun akan terpenuhi. �
����������� Pada
tahun 2015 dilaksanakan Rehabilitasi Jalan Pedesaan Akibat
Bencana (Bankeu Prov) Pekerjaan Perbaikan Jalan Ujungberung-Balagedog di Desa
Balagedog Kec. Sindangwangi Kabupaten Majalengka. Pelaksanaan pekerjaan ini
telah selesai dilaksanakan, namun berdasarkan laporan masyarakat setempat
pekerjaan tersebut kurang sesuai dengan spesifikasi yang ada.
Metode Penelitian������������������������������������������������������������������
Tahapan
pengujian yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pengujian lapangan dan perhitungan di Laboratorium Bahan Bangunan Fakultas Teknik Progran Studi
Teknik Sipil Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Dalam
rangka penelitian Rehabilitasi Jalan Pedesaan Akibat
Bencana (Bankeu Prov) Pekerjaan Perbaikan Jalan�
Ujungberung-Balagedog di Desa Balagedog Kec. Sindangwangi Kabupaten Majalengka ini dilakukan beberapa tahapan kegiatan sebagai berikut:
1. Pengamatan secara visual (Visual
Check), baik dengan mata telanjang maupun dengan bantuan kamera ataupun dengan alat bantu seperti meteran
dan jangka sorong.
2. Pengujian kualitas bahan dengan cara non destructive test. Alat
yang dipakai untuk pengujian beton yaitu�
Schmidt Rebound Hammer dan
pembacaan nilai kuat tekan beton dengan menggunakan grafik Model Classification. Pengujian ini digunakan untuk mengetahui nilai kuat
tekan beton pada saluran drainase pada pekerjaan tersebut diatas
Hasil dan Pembahasan�
Identifikasi
Kerusakan Beton
Dalam proses
penyelidikan yang akan dilakukan pada konstruksi bangunan tersebut, identifikasi tipe dan kerusakan perlu
diadakan terlebih dahulu. Kerusakan ini dapat di kelompokan sebagai berikut: �
1.
Retak Crack
Retak (cracks)
adalah garis-garis yang relatif panjang dan sempit. Retak pada beton dapat
ditimbulkan oleh berbagai hal, di antaranya adalah sebagai berikut :
� Evaporasi air dalam campuran beton terjadi dengan cepat pada cuaca
panas, kering atau berangin. Akibat situasi ini disebut plastic cracking.
Retak bersifat acak dan lurus, bersifat dangkal dan seringnya terkonsentrasi
pada bagian tengah yang datar.
� Bleeding yang
berlebihan pada permukaan beton saat air masih ada pada permukaan, atau ketidak
sempurnaan proses curing. Retak yang diakibatkan bersifat dangkal dan saling
berhubungan pada seluruh permukaan suatu pelat. Retak yang seperti ini biasa
disebut crazing.
� Pergerakan struktur sambungan yang tidak baik pada pertemuan kolom
atau dinding dengan balok atau pelat, atau tanah dasar yang tidak stabil. Retak
yang terjadi biasanya dalam atau lebar, dapat terjadi secara tunggal atau dalam
kelompok. Retak semacam ini sering disebut random cracks.
� Reaksi antara alkali dan agregat. Retak berhubungan ini mulai terjadi
antara sepuluh tahun atau lebih setelah pengecoran, dan selanjutnya secara
progresif menjadi lebih dalam dan lebih lebar.
2.
Voids
Voids yaitu lubang yang dalam dan lebar
pada beton. Voids bisa ditimbulkan oleh beberapa sebab, di antaranya
sebagai berikut:
� Buruknya pemadatan vibrasi yang dilakukan karena jarak antar
bekisting atau tulangan terlalu sempit. Akibatnya, mortar dari beton tidak
dapat mengisi rongga-rongga diantara agregat kasar dengan baik. Voids yang
terbentuk adalah berupa lubang yang tidak teratur dan biasanya disebut sebagai honeycombing.
�
Kebocoran
pada bekisting yang menyebabkan air atau pasta semen keluar. Terlalu banyaknya
air akan menimbulkan dampak yang buruk dalam proses ini. �
3.
Spalling / Scaling
Scaling/spalling
adalah kelupasan pada permukaan. Scaling/spalling
dapat terjadi oleh beberapa hal, di antaranya:
� Eksposisi yang sering terjadi pada
saat pembekuan dan pencairan sehingga permukaan terkelupas, ini sering disebut scaling.
�
Melekatnya bahan-bahan pada permukaan bekisting sehingga permukaan beton
terlepas dalam kepingan atau bongkah kecil. Sebutan untuk kejadian ini yaitu spalling.
�
Erosi
secara bertahap mengandung partikel-partikel sehalus debu yang terdiri dari
semen yang sangat halus atau agregat yang sangat halus, dan terlepas �karena adanya abrasi, misalnya pada saat
lantai disapu. �
� Ekspansi agregat setelah pengecoran sampai dua belas bulan atau
lebih sesudahnya tergantung dari permeabilitas beton dan ketidak stabilan
volume agregat yang dipergunakan.
4.
Deflection
Defleksi
terjadi saat pondasi, kolom, slab dan dinding secara visual, lengkungan,
lenturan atau perubahan bentuk. Defleksi bisa terjadi karena overload,
pengaruh korosi, ketidak cukupan konstruksi awal, dan beban gempa. Selain itu,
defleksi akibat tegangan internal di dalam beton berpengaruh pada
permukaan beton. Defleksi dapat dihindari dengan cara membatasi lendutan sampai
1/360 atau maksimum 1 inchi dari bentang sepanjang 9m. �
Berdasarkan SNI
03�2847�2002 Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung pada sub bab
11.5. mengenai kontrol terhadap lendutan, dinyatakan bahwa komponen struktur beton
yang mengalami lentur harus direncanakan supaya mempunyai kekakuan prima untuk
membatasi lendutan yang dapat memperlemah ataupun mengurangi kemampuan layanan
struktur pada beban kerja.
5.
Noda
Noda yang dihasilkan
dipermukaan beton menandakan adanya masalah seperti korosi atau reaksi kima
yang merusak. Korosi yang timbul pada tulang melibatkan nodakarat. Noda karena
reaksi alkali agregat biasanya terlihat sebagai bercak berwarna putih
berpendar. Noda karena lembab biasanya menimbulkan beragam warna.
a.
Erosi
���� Perubahan suhu permukaan beton akibat cuaca atau aksi mekanis
menjadikan hilangnya lapisan atas beton akibat kembang susut berulang kali.
Penyebab lain diantaranya adalah:
�
Disintegrasi
beton dimana terdapat aliran air turbulen akibat pecahnya gelembung pada air.
Erosi seperti ini disebut sebagai water cavitation.
�
Erosi
oleh air dimana benda-benda padat yang tercampur dalam air menimbulkan
permukaan beton dan mengakibatkan disintegrasi beton sepanjang alur aliran air.
b. Korosi
Tulangan yang ditempatkan terlalu dekat dengan permukaan beton atau
yang terekspose karena spalling, erosi atau retak dapat mengalami
korosi. Oksidasi pada baja karena adanya kelembaban yang memicu terjadinya
karat. Lingkungan yang agresif seperti air laut akan semakin menambah
memperparah kerusakan akibat korosi. Hilangnya permukaan lekat antara baja dan
beton akibat korosi menyebabkan menurunnya kekuatan beton.
6. Bronjong Kawat
Menurut SNI 03-0090-1999 disebutkan bahwa
bronjong Kawat adalah kotak yang terbuat dari anyaman kawat baja berlapis seng
yang pada penggunaannya dengan
cara diisi batu untuk mencegah erosi yang
dipasang pada tebing, dan tepi sungai. Tampak bronjong
kawat harus kokoh, bentuk anyaman persegi
enam, lilitan ganda, simetris dan
berjarak 40 mm. Karakteristik kawat bronjong seperti
disebutkan dalam Divisi 7 seksi 7.10 adalah sebagai berikut :
� Kawat tepi , diameter �� : 5,0 mm 6 SWG
� Jaringan, diameter�������� : 4,0 mm, 8 SWG
� Pengikat, diameter�������� : 2,1 mm, 14 SWG
� Kuat tarik��������������������� :
420 N/mm2
Sedangkan�
batu pengisi bronjong seperti disebutkan dalam Divisi 7 seksi 7.10� persyaratan batu kosong dan
bronjong harus terdiri dari batu yang keras dan awet serta haruslah bersudut
tajam, berat tidak kurang dari 40 Kg dan memiliki dimensi minimum 300 mm.
Pada pelaksanaan
penyelidikan kualitas atau mutu material, pengambilan
sampel penelitian adalah sebagai berikut :
a. Pengamatan
Secara Visual
Ukuran batu yang digunakan bervariasi tetapi� lebih dominan ukuran 10-15 Cm dan bersudut
kurang tajam, Ukuran bronjong kawat berbentuk heksagonal
(segi enam) dengan ukuran 19 Cm, Ukuran bronjong kawat berbentuk heksagonal
(segi enam) dengan ukuran 19 Cm, Timbunan menggunakan tanah merah setempat, �
b.
Pengukuran Dengan Menggunakan Hammer Test
Hasil
Pengkuran� hasil pengukuran dengan jumlah
sampel 20
titik pada dinding saluran kiri dan 20 titik pada
dinding saluran kanan didapat nilai
terkecil sebesar 100 Kg/Cm2
dan nilai terbesar 120 Kg/Cm2.
Dari hasil ini di dapat nilai tekan rata � rata sebesar � 102,7 Kg/Cm2.
c.
Estimasi perbedaan biaya berdasarkan perbedaan spesifikasi
Estimasi
biaya ini dilakukan untuk mengetahui perbedaan antara biaya yang telah
dikeluarkan berdasarkan mutu bahan konstruksi (material) pada rencana dan mutu
bahan konstruksi (material) hasil penelitian/temuan antara lain sebagai
berikut:
1) Ukuran batu bronjong bervariasi tetapi yang
dominan adalah ukuran 10-15 Cm, sedangkan ukuran yang telah ditetapkan adalah
minimal 30 Cm (Divisi 7 seksi 7.10 ) dan menggunakan batu 15-20 (analisa harga
satuan pekerjaan).
2) Berdasarkan penelitian diperoleh hasil mutu
beton rata-rata sebesar 102,7 Kg/Cm2., sehingga diambil mutu beton
minimal sesuai SNI yaitu mutu beton K 100 (kuat mutu beton sebesar 100 Kg/Cm2) sedangkan
mutu beton rencana memakai mutu beton K 250 dengan kuat mutu beton 250 Kg/Cm2.
3)
Jenis
tanah timbunan yang digunakan adalah tanah merah setempat dengan jarak
quary� ke lokasi � 5 Km, sedangkan pada
rencana tanah timbunan menggunakan spesifikasi batu 3/5 dengan jarak quary ke
lokasi � 40 Km, hal ini berpengaruh pada harga satuan pekerjaan� sehingga terdapat selisih harga satuan
pekerjaan.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian terhadap Proyek Rehabilitasi Jalan Pedesaan� Akibat
Bencana (Bankeu Prov) Pekerjaan Perbaikan Jalan Ujungberung-Balagedog di Desa
Balagedog Kec. Sindangwangi Kabupaten Majalengka maka dapat disimpulkan sebagai
berikut :
1.
Adanya
perbedaan spesifikasi� bahan antara rencana dan temuan pada
pekerjaan bronjong yang mengakibatkan selisih harga.
2.
Perbedaan spesifikasi tanah timbunan antara rencana dan temuan
menimbulkan adanya selisih harga satuan pekerjaan.
3.
Hasil
yang kurang maksimal pada pekerjaan beton di saluran drainase dikarenakan proses pengecoran beton yang tidak maksimal.
4.
Hasil
pengukuran dengan jumlah sampel 44 titik didapat nilai terkecil sebesar 100
Kg/Cm2 dan nilai terbesar 120 Kg/Cm2. Dari hasil ini di
dapat nilai kuat tekan rata�rata sebesar�
102,7 Kg /Cm2 . sehingga diambil mutu beton minimal sesuai
SNI yaitu mutu beton K 100 (kuat mutu beton sebesar 100 Kg/Cm2
Dengan demikian terdapat pengurangan kualitas�
mutu beton sebesar � 60 % untuk sampel yang diambil.
BIBLIOGRAFI
Anonim. 2002. Standar
Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan Struktur Beton untuk Bangunan Gedung
SNI 03-2847-2002, Bandung, Direktorat Penyelidik
Masalah Bangunan, Direktorat Jendral Cipta Karya Departemen Pekerjaan
Umum.
Anonim. 2008. Standar Nasional Indonesia Tata Cara Perhitungan harga satuan
pekerjaan Beton� Untuk Konstruksi
Bangunan Gedung dan Perumahan� SNI
7394-2008, Badan Standardisasi Nasional.
.
Anonim. 1999. Standar Nasional Indonesia Spesifikasi Bronjong kawat� SNI 03-0090-1999. Badan
Standardisasi Nasional.
Anonim. 2015 Surat perjanjian ( Kontrak ) Rehabilitasi Jalan
Pedesaan� Akibat Bencana (Bankeu Prov)
Pekerjaan Perbaikan Jalan�
Ujungberung-Balagedog di Desa Balagedog Kec. Sindangwangi Kabupaten
Majalengka, Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Majalengka,
Provinsi Jawa Barat.