�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
EFFEKTIFITAS� MEDIA AUDIO TERHADAP MEDIA VISUAL UNTUK
PENINGKATAN PENGETAHUAN MAHASISWA TENTANG HIV/AIDS DI AMBON
Rita Rena Pudyastuti, Abdul Rivai Saleh Dunggio, Johanna Tomasoa, Sri Eny
Setyowati, Kariyadi
Maluku Ministry of Health Poltekkes, Maluku,
Indonesia
Email: [email protected], [email protected],[email protected],
[email protected], [email protected]
Abstrak
Penyakit AIDS (Acquired
Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome / kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang
sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya
sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain
yang berakibat fatal, yang dikenal
dengan infeksi oportunistik. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan Amman pada tahun
1983 di Amerika Serikat. Untuk
meningkatkan pengetahuan
HIV/AIDS pada mahasiswa peneliti
menggunakan media audio visual. Media audio visual gerak adalah media intruksional modern yang sesuai dengan perkembangan zaman (kemajuan ilmu pengetahuan
dan teknologi) karena meliputi penglihatan, pendengaran dan gerakan, serta menampilkan unsur gambar yang bergerak.Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode Penalitian
Qusi eksperimen. Metode yang digunakan didalam penelitian ini adalah metode
Penalitian Quasi eksperimen.
Pada penelitian ini dilibatkan tiga kelas yang dibandingkan, yaitu kelas B (Audio) dan kelas C (Visual). Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa
Jurusan Keperawatan Politeknik Kesehatan Kemenkes
Maluku yang berjumlah 352 orang. Dan sampelnya dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I semester I Jurusan Keperawatan Kemankes Maluku. Yang
berjumlah 80. Karena pada kelas
� kelas tersebut belum pernah memperoleh
materi tentang HIV/AIDS.
Media Audio dan Visual mempunyai pengaruh
yang besar untuk meningkatkan pengatahuan mahasiswa dengan hasil uji t diperoleh thitung= 13,980 > ttabel
(2.048) yang berarti H1 diterima.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan media audio dan visual (Video) dalam belajar Materi
Penyakit HIV/AIDS. Media Visual� mempunyai pengaruh terhadap peningkatan pengetahuan mahaiswa dengan dari hasil uji t diperoleh thitung=
10,370 > ttabel (2.048) yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan media visual (gambar
dan hand out)� dalam
belajar Materi Penyakit HIV/AIDS. Media Audio mempunyai
pengaruh untuk meningkatkan pengatahuan mahaiswa dengan� hasil
uji t diperoleh thitung=
13,552 > ttabel (2.048) yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan media audio (tape recorder) dalam belajar Materi
Penyakit HIV/AIDS.
Kata Kunci :�
media audio; media visul; pengetahuan; HIV/AIDS
Abstract
Disease
AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) is a syndrome / collection of
symptoms caused by Retrovirus that attacks the body's immune system or defense.
With the damage to the immune system, the infected person is easily attacked by
other diseases that are fatal, known as opportunistic infections. AIDS in
children was first reported by Oleske, Rubinstein and Amman in 1983 in the
United States. To increase knowledge of HIV/AIDS in students, researchers used
audio visual media. Motion audio visual media is a modern instructional media
that is in accordance with the times (advances in science and technology)
because it includes vision, hearing and movement, and displays moving image
elements. The method used in this research is experimental Qusi method. The
method used in this research is Quasi Experimental Method. In this study three
classes were compared, namely class B (audio) and class C (visual). The
population in this study were 352 students of Nursing Department of Health
Polytechnic of the Ministry of Health of Maluku. And the sample in this study
is the first semester students of the Department of Nursing, Ministry of
Health, Maluku. Which amounted to 80. Because in these classes had never
obtained material about HIV/AIDS. Audio and Visual media have a great influence
to increase student knowledge with the results of the t test obtained by tcount
= 13,980> ttable (2,048) which means that H1 is
accepted. So it can be concluded that there is a significant influence between
student learning outcomes before and after using audio and visual media (Video)
in learningMaterial HIV/AIDS. Visual media has an influence on increasing
student knowledge with the results of the t test obtained tcount =
10.370> ttable (2.048) which means that H1 is
accepted. So it can be concluded that there is a significant influence between
student learning outcomes before and after using visual media (pictures and
hand outs) in learningmaterial HIV/AIDS. Audio Media has the effect of increasing
student knowledge with the results of the t test obtained by tcount
= 13,552> ttable (2,048) which means that H1 is
accepted. So it can be concluded that there is a significant influence between
student learning outcomes before and after using audio media (tape recorder) in
learningmaterial HIV/AIDS.
Keywords: media audio; visul media; knowledge; HIV/AIDS
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Setiap tahun di seluruh
Asia hampir setengah dari penderita HIV baru adalah anak-anak
yang berada pada usia sekolah dan remaja di bawah usia 25 tahun.
Sementara dana internasional
terbesar kebanyakan selama beberapa dekade terakhir telah digunakan untuk menyediakan obat-obatan anti retrovirus bagi mereka yang telah terinfeksi, generasi baru dari anak-anak
yang tumbuh dewasa tanpa pengetahuan yang cukup tentang bagaimana
melindungi diri mereka dari HIV.
Penyakit AIDS (Acquired Immunodeficiency Syndrome) merupakan suatu syndrome / kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh Retrovirus yang menyerang sistem kekebalan atau pertahanan tubuh. Dengan rusaknya sistem kekebalan tubuh, maka orang yang terinfeksi mudah diserang penyakit-penyakit lain yang berakibat fatal, yang dikenal dengan infeksi oportunistik. AIDS pada anak pertama kali dilaporkan oleh Oleske, Rubinstein dan Amman pada tahun 1983 di Amerika Serikat
Epidemi HIV-AIDS merupakan krisis global dan tantangan yang berat bagi pembangunan dan kemajuan social. Banyak Negara-negara miskin yang sangat dipengaruhi epidemic ini ditinjau dari jumlah infeksi dan dampak yang ditimbulkannya. Bagian terbesar orang yang hidup dengan HIV-AIDS (ODHA) adalah orang dewasa muda yang berada di usia kerja dan hampir separuhnya adalah wanita yang akhir-akhir ini terinfeksi lebih cepat dari laki-laki. Konsekuensinya dirasakan perusahaan dan ekonomi nasional. Dalam konteks ini pemerintah mempunyai kewajiban untuk menerapkan ketentuan-ketentuan United Nations Declaration of Comitmen on HIV-AIDS tahun 2001 yang mencakup komitmen untuk memperkuat sistem pemeliharaan kesehatan dan memperluas cakupan pengobatan, juga peningkatan program pencegahan.
Harus diingat bahwa belum ada vaksin untuk mencegah HIV-AIDS, dan pengobatannya juga belum ada. Pencegahan sangat tergantung pada kampanye kesadaran masyarakat dan perubahan perilaku individu dalam lingkungan yang mendukung, yang memerlukan waktu dan kesabaran. Karena sudah menjalar ke seluruh sector ekonomi dan seluruh bidang kehidupan social, epidemic HIV-AIDS� telah merupakan ancaman bagi pertumbuhan dan pembangunan jangka panjang. Tekanan HIV-AIDS terhadap system kesehatan sangat hebat, Untuk itu dikeluarkannya kebijakan Kemenkes RI dalam penanggulangan HIV AIDS Indonesia dalam Keputusan Presiden Nomor 36 Tahun 1994 tentang pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) dan KPA Daerah sebagai lembaga pemerintah yang mengkoordinaskan pelaksanaan pengendalian AIDS, dimana pemerintah telah membentuk komisi Penanggulangan AIDS (KPA) di tingkat pusat disusul dengan terbentuknya KPA di beberapa provinsi di Indonesia.
Pencegahan HIV menghadapi tantangan ketika bersentuhan dengan nilai sensitifitas agama dan budaya. Promosi tentang kondom, sebagai salah satu dari banyak pengertian sebagai pencegahan HIV, adalah sensitif, karena banyak guru dan orangtua percaya bahwa dengan distribusi dan promosi tentang kondom secara tidak langsung mendorong orang muda untuk menjadi aktif secara seksual.
Kegiatan pencegahan salah satunya dengan penyuluhan dengan metode ceramah, diskusi dan pemutaran video tentang HIV/AIDS dilakukan dengan tujuan memberikan pengetahuan yang benar tentang pencegahan dan cara penularan HIV/AIDS sedini mungkin pada remaja. Kegiatan ini diharapkan dapat mencegah munculnya perilaku berisiko terkait HIV/AIDS sehingga dapat mengurangi penularan HIV/AIDS dan kasus baru di masyarakat terutama di kalangan remaja. Selanjutnya target dan capaian MDG6-2012 untuk presentase penduduk 15-24 tahun yang mempunyai pengetahuan komprehensif tentang HIV target 2014 sebesar 95%, sasaran dan strategis pemerintah tahun 2010-2014 adalah Menurunnya prevalensi HIV pada penduduk usia 15-49 tahun menjadi <0,5%, meningkatnya persentase penduduk usia 15-24 tahun yang memiliki pengetahuan komprehensif tentang HIV-AIDS dari 65% menjadi 95%, meningkatnya jumlah penduduk usia 15 tahun atau lebih yang menerima konseling dan tes HIV dari 300.000 menjadi 700.000, Meningkatnya persentase kabupaten/kota yang melaksanakan pencegahan penularan HIV sesuai pedoman dari 50% menjadi 100%. Selain itu diharapkan Mahasiswa nantinya bersedia menjadi duta atau menyebarkan informasi ini kepada teman teman sebaya, sehingga dapat menekan penyebaran dan kasus HIV/AIDS dikalangan remaja.
Perkembangan dunia yang sangat pesat dalam hal ilmu pengetahuan dan teknologi membuat persaingan antar negara semakin ketat. Oleh karena itu sumber daya manusia yang handal dan professional sangat diperlukan serta didukung oleh lembaga pendidikan yang handal pula. Lembaga pendidikan yang handal harus bisa menciptakan suasana belajar yang aktif, efektif dan komunikatif. Kewajiban pendidik sebagai pelaku pendidikan adalah mencari solusi yang terbaik dan sesuai dengan kebutuhan peserta didik dalam melakukan kegiatan pembelajaran. Masalah ini tentu harus ada juga faktor lain yang bisa mendukung terciptanya kualitas pembelajaran yang baik, baik itu external maupun internal. Pembelajaran adalah suatu usaha yang disengaja bertujuan dan terkendali agar orang lain belajar atau terjadi perubahan yang relative menetap pada diri orang lain. Usaha ini dilakukan oleh seseorang atau suatu tim yang memiliki kemampuan dan kompetensi dalam merancang dan atau mengembangkan sumber belajar yang diperlukan Dalam hal ini untuk menunjang kegiatan pembelajaran dibutuhkan pula sarana prasarana yang memadai, kalaupun tidak terpenuhi para pendidik harus bisa mencari solusi sehingga pembelajaran dapat berjalan dengan baik.
Politeknik Kesehatan (Poltekkes) Kemenkes Maluku adalah unit pelaksana teknis di lingkungan Kementerian Kesehatan, dipimpin oleh Direktur yang berada di bawah Badan Pemberdayaan Sumber Daya Manusia Kesehatan secara profesional bertanggung jawab kepada kepala Pusdiknakes. Poltekkes Kemenkes Maluku mempunyai tugas melaksanakan pendidikan profesional dalam program Diploma III sesuai peraturan dan program pendidikan D III Keperawatan baik jalur umum ataupun program khusus, D III Gizi, D III Kebidanan, D III Kesehatan Lingkungan dan D III Analys Kesehatan. Ada juga prodi keperawatan yang berlokasi di Kabupaten Maluku Tengah tepatnya Prodi Masohi dan Prodi keperawatan di Kota Tual dan Prodi Kebidanan di Maluku Tenggara Barat tepatnya di Saumlaki. Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah �Adakah pengaruh media audio visual untuk peningkatan pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Maluku tentang HIV/AIDS ? Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh media audio dan media visual untuk peningkatan pengetahuan Mahasiswa Keperawatan Poltekkes Maluku tentang HIV/AIDS.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan didalam
penelitian ini adalah metode Penalitian Quasi eksperimen. Penelitian eksperimen
merupakan penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada tidaknya akibat dari
�sesuatu� yang dikenakan pada subjek selidik. Dengan kata lain penelitian
eksperimen mencoba meneliti ada tidaknya hubungan sebab akibat. Caranya adalah dengan
membandingkan satu atau lebih kelompok eksperimen yang diberi perlakuan dengan
satu atau lebih kelompok pembanding yang tidak menerima perlakuan.
��� Pada penelitian ini dilibatkan dua kelas
yang dibandingkan, yaitu kelas B dan Kelas C.�
Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa Politeknik Kesehatan
Ambon. Dan sampelnya dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I semester I
Jurusan Keperawatan Kemankes Maluku. Alasannya pengambilan sampel ini karena
Tingkat I tersebut belum pernah mendapatkan materi perkuliahan tentang
HIV/AIDS.
��� Penelitian ini dilaksanakan di Jurusan
Keperawatan� Ambon yang beralamat di Jl.
Laksda Leo Wattimena Waiheru Ambon. Penelitian diawali dengan survey
pendahuluan dan selanjutnya pengurusan ijin penelitian. Dan pelaksanaan
penelitian ini dikerjakan tiga bulan yaitu dari bulan september sapai November.
���� Populasi adalah keseluruhan subjek
penelitian (Arikunto, 2005). Subjek penelitian ini adalah
mahasiswa Jurusan Keperawatan Kemenkes Maluku, yang ditetapkan secara purposive
dengan criteria bersedia mengikuti perlakuan, pada waktu penelitian mahasiswa
tersebut belum pernah mendapat materi perkuliahan tentang HIV/AIDS dan belum
pernah diberikan metode pengajaran dengan Media Visual dan media Audio tentang
materi HIV/AIDS selama kuliah di Poltekkes.
���� Sampel adalah sebagian atau wakil populasi
yang diteliti (Arikunto, 2005).
Sampel dari penelitian ini adalah mahasiswa tingkat I semester I yang berjumlah
80 siswa. Namun dalam penelitian ini kelas B yang berjumlah 40 orang sebagai
kelas perlakuan Media Visual dan kelas C yang berjumlah 40 orang� dengan�
perlakuan Media Audio.
Pemabahasan
Pada penelitian ini, peneliti mengambil
subyek penelitian pada mahasiswa Poltekkes Jurusan Keperawatan Ambon. Mahasiswa
yang menjadi sampel ialah mahasiswa tingkat I semester sebagaimana telah
diungkap sebelumnya, pada penelitian ini menggunakan dua kelas yaitu kelas B
dan kelas C. Sebelum dilakukan pembelajaran peneliti memberi tes awal (pretest)
kepada kelas B dan kelas C dan setelah dilakukan perlakuan baru diadakan post
test, dengan soal yang sama.
Tabel 1
Daftar Mahasiswa
No |
Kelas |
Laki-laki |
Perempuan |
Jumlah |
1 |
Kelas B |
10 |
30 |
40 |
2 |
Kelas C |
11 |
29 |
40 |
|
|
31 |
59 |
80 |
Pada tabel 1
dapat di jelaskan bahwa jumlah subjek penelitian adalah 80 orang, terdiri dari
jumlah mahasiswa laki-laki adalah 31 orang dan jumlah mahasiswa perempuan
adalah 59 orang. Jadi jumlah mahasiswa perempuan lebih banyak dari laki-laki.
Berikut ini adalah tabel frekuensi Pre Test Visual Kelas B:
Tabel 2
Tabel Frekuensi skor
Pre test Visual Kelas B
Skor |
Jumlah |
% |
Valid % |
Kumulative % |
|
|
8 |
1 |
2,5 |
2,5 |
2,5 |
9 |
2 |
5,0 |
5,0 |
7,5 |
|
10 |
2 |
5,0 |
5,0 |
12,5 |
|
11 |
4 |
10,0 |
10,0 |
22,5 |
|
12 |
4 |
10,0 |
10,0 |
32,5 |
|
13 |
10 |
25,0 |
25,0 |
57,5 |
|
14 |
7 |
17,5 |
17,5 |
75,0 |
|
15 |
7 |
17,5 |
17,5 |
92,5 |
|
16 |
2 |
5,0 |
5,0 |
97,5 |
|
18 |
1 |
2,5 |
2,5 |
100,0 |
|
Total |
40 |
100,0 |
100,0 |
|
��������� Tabel 2 menunjukkan bahwa jumlah
frekuansi skor nilai pre test visual terbanyak�
yaitu ada 10 orang dan frekuansi skor nilai post test visual terkecil 2
orang yaitu 1 orang skor tertinggi dan 1 orang skor terrendah. Jadi frekuansi
skor nilai posttest visual terbanyak yaitu skor 10 dengan persentasinya� adalah 25 %.
Berikut ini adalah penyajian tabel data
frekuensi Post Test Visual Kelas B :
Tabel 3
Tabel Frekuensi skor
Post test Visual Kelas B
Skor |
Jml |
% |
Valid % |
Kumulative % |
|
|
12 |
1 |
2,5 |
2,5 |
2,5 |
14 |
3 |
7,5 |
7,5 |
10,0 |
|
15 |
8 |
20,0 |
20,0 |
30,0 |
|
16 |
4 |
10,0 |
10,0 |
40,0 |
|
17 |
8 |
20,0 |
20,0 |
60,0 |
|
19 |
8 |
20,0 |
20,0 |
80,0 |
|
20 |
6 |
15,0 |
15,0 |
95,0 |
|
21 |
1 |
2,5 |
2,5 |
97,5 |
|
23 |
1 |
2,5 |
2,5 |
100,0 |
|
Total |
40 |
100,0 |
100,0 |
|
Tabel 3 menunjukkan bahwa jumlah
frekuansi skor nilai post test visual terbanyak�
yaitu ada 8 orang yaitu ada 3 kategori dan frekuansi skor nilai post
test visual� terkecil 3 orang yaitu 3
kategori. Jadi frekuansi skor nilai posttest�
visual terbanyak adalah 15,16 dan 19 yaitu 20 %. Berikut ini adalah
penyajian tabel data frekuensi Pre Test Audio Kelas C:
Tabel 4
Tabel Frekuensi skor Pre Test
Audio Kelas C
Skor |
Jumlah |
% |
Valid % |
Cumulative % |
|
|
8 |
1 |
2,5 |
2,5 |
2,5 |
9 |
2 |
5,0 |
5,0 |
7,5 |
|
10 |
5 |
12,5 |
12,5 |
20,0 |
|
11 |
6 |
15,0 |
15,0 |
35,0 |
|
12 |
2 |
5,0 |
5,0 |
40,0 |
|
13 |
7 |
17,5 |
17,5 |
57,5 |
|
14 |
3 |
7,5 |
7,5 |
65,0 |
|
15 |
9 |
22,5 |
22,5 |
87,5 |
|
16 |
4 |
10,0 |
10,0 |
97,5 |
|
17 |
1 |
2,5 |
2,5 |
100,0 |
|
Total |
40 |
100,0 |
100,0 |
|
Tabel 4�
menunjukkan bahwa jumlah frekuansi skor nilai post test visual terbanyak
yaitu ada 9 orang dan frekuansi skor nilai post test visual� terkecil 2 orang yaitu 2 kategori. Jadi frekuansi
skor nilai posttest� visual terbanyak
adalah 15, dengan persentasi 22,5 %. Berikut ini adalah penyajian tabel data
frekuensi skor Post Test Audio Kelas C :
Tabel 5
Tabel Frekuensi skor
Post Test Audio Kelas C
Skor |
Jml |
% |
Valid % |
Cumulative % |
|
|
11 |
1 |
2,5 |
2,5 |
2,5 |
12 |
1 |
2,5 |
2,5 |
5,0 |
|
14 |
1 |
2,5 |
2,5 |
7,5 |
|
15 |
6 |
15,0 |
15,0 |
22,5 |
|
16 |
3 |
7,5 |
7,5 |
30,0 |
|
17 |
4 |
10,0 |
10,0 |
40,0 |
|
18 |
8 |
20,0 |
20,0 |
60,0 |
|
19 |
10 |
25,0 |
25,0 |
85,0 |
|
20 |
5 |
12,5 |
12,5 |
97,5 |
|
21 |
1 |
2,5 |
2,5 |
100,0 |
|
Total |
40 |
100,0 |
100,0 |
|
Tabel 5 menunjukkan bahwa jumlah frekuansi skor
nilai post test audio terbanyak yaitu ada 10 orang dan frekuansi skor nilai
post test audio terkecil 4 orang yaitu 4 kategori. Jadi frekuansi skor nilai
posttest audio visual terbanyak adalah skor 19, dengan persentasi 25 %.
Hasil Uji
Statistik Uji t Uji Pretest � Postest Kelas B (Visual)
Tabel 6
Paired Samples Statistik
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
|
Pair 1 |
Previsual kelas B |
13,03 |
40 |
2,106 |
,333 |
Postvisual kelas B |
17,25 |
40 |
2,394 |
,379 |
Perbedaan mean menunjukkan bahwa postest
kelas B (Visual) tentang Materi Penyakit HIV/AIDS lebih baik dibandingkan
dengan pretest.
Tabel 7
Paired Samples Test
Paired Samples Test |
|||||||||
|
Paired
Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
|||||
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence
Interval of the Difference |
||||||
Lower |
Upper |
||||||||
Pair 1 |
Previsual kelas B - Postvisual kelas B |
-4,225 |
2,577 |
,407 |
-5,049 |
-3,401 |
-10,370 |
39 |
,000 |
Berdasarkan uji statistik pada tabel di
atas menunjukkan bahwa hasil pre test dan postest kelas B (Visual) Penyakit
HIV/AIDS adalah sebagai berikut: Output menampilkan mean pretest dan postest
kelas B (Visual) adalah -4,225, standar deviasi 2,577 dan mean standar errornya
0,407. Perbedaan terendah keduanya -5,049 sementara perbedaan tertinggi -3,401.
Hasil uji tes t = -10,370 dengan df = 59 dan signifikansi 0,000. Berdasarkan t
tabel untuk df = 59 diperoleh angka 2,04 untuk taraf signifikan 5% dan 2,76
untuk taraf signifikan 1%. Dengan t0 = -10,370 berarti lebih besar dari tt
(tanda matematik minus dalam hal ini diabaikan) pada taraf signifikansi 5%
maupun taraf signifikansi 1% (2,04 < 10,370 yang berarti hipotesis nihil
ditolak. Kesimpulannya terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest dan
postest siswa kelas B (Visual) tentang Penyakit HIV/AIDS. Sedangkan perbedaan
mean menunjukkan bahwa postest kelas B (Eksperimen) tentang Konsep dasar
Promosi Kesehatan lebih baik dibandingkan dengan pretest.��
Hasil Uji� Statistik Uji t� Kelas C
Tabel 8
Paired Samples Statistics Pre and Post Audio
|
Mean |
N |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
|
Pair 1 |
Preaudio kelas C |
12,88 |
40 |
2,366 |
,374 |
Postaudio kelas C |
17,45 |
40 |
2,253 |
,356 |
Perbedaan mean menunjukkan bahwa postest
kelas C (Audio) tentang Materi Penyakit HIV/AIDS lebih baik dibandingkan dengan
pretest. Yaitu Pretest Mean 12,88 dan Post test mean 17,45. Dengan Standar
devasi 2,366 untuk pretest dan 2,253 untuk Postest Kelas C.�
Tabel 9
Paired Samples Test Pre and Post
Audio
|
Paired
Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
|||||
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence
Interval of the Difference |
||||||
Lower |
Upper |
||||||||
Pair 1 |
Preaudio kelas C - Postaudio kelas C |
-4,575 |
2,135 |
,338 |
-5,258 |
-3,892 |
-13,552 |
39 |
,000 |
Berdasarkan uji statistik pada tabel di
atas menunjukkan bahwa hasil pre test dan postest kelas C (Audio) Materi
Penyakit HIV/AIDS adalah sebagai berikut: Output menampilkan mean pretest dan
postest kelas C (Audio) adalah -4,575, standar deviasi 2,135 dan mean standar
errornya 0,338. Perbedaan terendah keduanya -5,258 sementara perbedaan
tertinggi -3,892. Hasil uji tes t = -13,552 dengan df = 59 dan signifikansi
0,000. Berdasarkan t tabel untuk df = 59 diperoleh angka 2,04 untuk taraf
signifikan 5% dan 2,76 untuk taraf signifikan 1%. Dengan t0 = -13,552 berarti
lebih besar dari tt (tanda matematik minus dalam hal ini diabaikan) pada taraf
signifikansi 5% maupun taraf signifikansi 1% (2,04 < 13,522 yang berarti hipotesis
nihil ditolak. Kesimpulannya terdapat perbedaan yang signifikan antara pretest
dan postest siswa kelas C (Audio) tentang Penyakit HIV/AIDS. Sedangkan
perbedaan mean menunjukkan bahwa postest kelas C tentang Materi Penyakit
HIV/AIDS lebih baik dibandingkan dengan pretest.
Penelitian� ini�
merupakan, penelitian�
eksperimen� untuk� melihat���
dan membandingkan hasil belajar mahasiswa Poltekkes, khsususnya jurusan
Keperawatan Tingkat I dengan menggunakan media visual terhadap� peningkatan�
pengetahuan pada pretest dan postest�
terhadap mahasiswa dalam mempelajari materi Penyakit HIV/AID. Media
Visual yang digunakan dalam penelitian ini adalah :� media Gambar dan tulisan (hand out).� Media gambar�
adalah merupakan alat bantu yang dapat digunakan untuk menghantarkan
ataupun menyampaikan pesan, berupa segala�
pengetahuan serta memiliki pesan-pesan dan makna yang disampaikan. Secara
umum manfaat media gambar Tentang penyakit HIV/AIDS� sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi
kemajuan yang efektif, bagian integral dari keseluruhan mengajar, meletakkan
dasar-dasar yang kuat dan konsep yang abstrak sehingga dapat mempunyai
pemahaman yang bersifat verbalisme., membangkitkan motivasibelajar siswam
mempertinggi hasil dan mutu belajar mengajar, motivasi belajar siswa lebih
aktif dalam proses pembelajaran ini, hal ini disebabkan dengan adanya
penggunaan media gambar yang membuat mahasiswa lebih bersemangat dalam belajar,
Keaktifan mahasiswa lebih meningkat dimana mahasiswa merasa lebih diaktifkan
dalam belajar, bukan dosen saja yang aktif dalam pembelajaran ini. Akan tetapi
mahasiswa yang� sedang belajar menyadari
bahwa tujuan yang hendak dicapai dan bermanfaat bagi dirinya sendiri, motivasi
mahasiswa dengan sendirinya muncul kuat dalam dirinya, yang ingin menguasai kemampuan
yang terkandung dalam tujuan pembelajaran yang bermanfaat untuk dirinya,
sehingga menghasilkan pemahaman materi Penyakit HIV/AIDS lebih mendalam, kritis
dan kreatif sehingga skor yang dicapai mahasiswa antar pretest dan posttest ada
perbedaan yang signifikan. ini. Hal ini juga sesuai dengan� Copper (2010) tentang Aktivitas belajar
siswa� dapat digolongkan dalam beberapa
hal yaitu : 1). Aktivitas Visual� (visual
activites) seperti membaca, menulis, melakukan eksperimen� dan demonstarsi. 2) Aktivitas lisan� (oral activitas)� seperti bercerita, membaca sajak, tanya
jawab, diskusi dan menyanyi. 3) Aktivitas mendengarkan (listening activites)
seperti mendengarkan penjelasan guru, ceramah dan pengarahan. 4) Aktivitas
gerak (motor activities) seperti senam, akletik menari dan melukis. 5)
Aktivitas menulis (writing activites) seperti mengarang membuat makalah dan
membuat surat.
��������
Dalam hal ini mahasiswa dapat lebih mudah memahami suatu peristiwa
ketika mereka menyaksikan secara visual suatu rangkain peristiwa tersebut.
Penggunaan� media visual� dinilai�
akan� lebih� mempermudah mahasiswa mengetahui� dan�
mengigat� kejadian� demi�
kejadian.� Hal� ini�
dikarenakan� mahasiswa� lebih mudah�
merekam� kejadian� yang�
mereka� lihat� dibandingkan�
kejadian� yang� hanya diceritakan secara verbal. Dari
penelitian ini dapat diketahui bahwa siswa lebih mudah memahami suatu peristiwa
yang dilihatnya secara visual dan bisa menyebutkan proses apa yang terjadi
didalamnya. Hal ini berbeda ketika guru menanyakan suatu pertanyaan hanya
dengan cara verbal. Dengan demikian dapat diketahui bahwa penggunaan media
visual yaitu dengan menggunakan gambar pembelajaran akan mempermudah siswa
dalam memahami suatu peristiwa-peristiwa yang mereka lihat.
�������
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa
dalam belajar, Uzer (2011) mengemukakan bahwa �minat ini besar sekali
pengaruhnya terhadap belajar sebab dengan minat sesorang akan melakukan sesuatu
yang diminatinya, sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan
sesuatu�. Keterlibatan siswa dalam belajar erat kaitanya dengan sifat-sifat
murid, baikyang bersifat kognitif seperti kecerdasan dan bakat. Maupun yang
bersifat keaktifan, rasa percaya diri dan minatnya. Minat dalam arti motif
adalah daya dalam diri seseorang yang mendoronya untuk melakukan sesuatu, atau
keadaan seseorang atauorganisme yang menyebabkan kesiapanya untuk memakai
serangkaian tingkah lakuatau perbuatan. Sedangkan keaktifan adalah suatu proses
untuk mengiatkan motif- motif menjadi perbuatan atau tingkah laku untuk
memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan atau keadaan atau kesiapan dalam diri
individu yang mendorong tingkah lakunya untuk berbuat sesuatu dalam mencapai
tujuan tertentu. Tugas dosen� adalah
membangkitkan keaktifan mahasiswa�
sehingga ada keinginanya untuk belajar. Dengan demikian media Visual
juga dapat meningkatkan pengetahuan mahaiswa. Ini dapat dibuktikan skor pretest
dan post test ada perbedaan yang berarti, jadi media Visual dapat mempengaruhi
peningkatan pengetahuan mahasiswa dalam mempelajari Penyakit HIV/AIDS.
�������
Adanya pengaruh media audio terhadap�
peningkatan� pengetahuan pada
pretest dan postest� terhadap mahasiswa
dalam mempelajari materi Penyakit HIV/AIDS. Media audio yaitu media yang
berkaitan dengan indera pendengaran. Pesan yang akan disampaikan dituangkan
dalam lambang-lambang auditif, baik verbal (kedalam kata-kata/bahasa lisan)
maupun non verbal. Beberapa jenis media yang termasuk dalam kelompok ini adalah
radio, dan alat perekam pita magnetic. Dalam penelitian ini peneliti
menggunakan media tape recorder dan speaker. Karena hal ini terlihat ketika
banyak yang asyik sendiri, mengantuk, keluar masuk kelas dengan� berbagai�
alasan, bermain� bahkan� yang�
mahasiswi� ada� yang�
berdandan, meskipun sudah�
ditegur. Pada� saat� pembelajaran�
berlangsung� hanya� sedikit�
mahasiswa� yang� mau menjawab�
pertanyaan� yang� diajukan�
Dosen� dan� tidak�
ada� mahasiswa� yang�
mengajukan pertanyaan ketika diberikan kesempatan untuk bertanya. Hal
ini dikarenakan para mahasiswa belum�
terbiasa� aktif� bertanya�
didalam� kelas,� penyebabnya�
bisa� berasal� dari�
siswa� itu sendiri� atau�
bisa� juga� dikarenakan metode� mengajar�
guru� selama� ini���
yang� tidak mengarahkan siswa
untuk lebih aktif dalam pembelajaran.
�������
Ketika� dosen menyampaikan� pertanyaan,�
tidak� terlihat� mahasiswa�
berusaha� mencari jawaban atas
pertanyaan tersebut. Hal ini disebabkan mahasiswa tidak memiliki buku atau� sumber�
belajar� lain,� jawaban�
siswa� hanya� berdasarkan�
perkiraan� saja,� sehingga siswa tidak terlihat termotivasi
ketika mengikuti pelajaran dan dari hasil pre test juga masih banyak yang
mendapat skor dibawah standar. Sedangkan dengan menggunakan� media�
audio��� pada� saat�
pembelajaran� peneliti� menampilkan�
cuplikan cerita yang berkaitan dengan materi Penyakit HIV/AIDS. Ketika
tape recorder diperdengarkan, mahasiswa sempat�
ada� yang� tersenyum�
dan� tertawa, tetapi� kemudian�
lebih� fokus� memperhatikan materi didalam audio tersebut.
Terkadang materi dari mata kuliah yang disampaikan hanya� sekedar�
dipelajari� didalam� kelas�
dengan� cakupan� yang�
belum� luas,� sehingga pesan� moral�
yang� terkandung� pada�
mata kuliah� kurang� tersampaikan.�
hal� ini dikarenakan keterbatasan
alokasi waktu pelajaran itu sendiri. Cakupan�
materi� juga� bisa�
lebih� luas� apabila�
menggunakan� audio� pembelajaran. Karena� audio�
pembelajaran� tidak� hanya�
menampilkan� pengertian� tetapi dengan contoh-contoh yang terdapat
pada materi pelajaran saja pelajaran�
yang� mereka� dapatkah�
akan� lebih� mendalam�
dan menjadi pengalaman mereka dalam kehidupan sehari-hari.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian menggunakan kuasi ekperimen dapat diambil kesimpulan bahwa Media Visual mempunyai pengaruh terhadap peningkatanpengetahuan mahaiswa. �Hal ini di buktikan dari hasil uji t diperoleh thitung= 10,370 > ttabel (2.048) yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa sebelum dan sesudah menggunakan media visual (gambar dan hand out)� dalam belajar Materi Penyakit HIV/AIDS.
Media Audio mempunyai
pengaruh untuk meningkatkan pengatahuan mahaiswa.� Hal ini di buktikan dari hasil uji t diperoleh thitung=
13,552 > ttabel (2.048) yang berarti H1 diterima. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara hasil belajar siswa
sebelum dan sesudah menggunakan media audio (tape recorder)� dalam
belajar Materi Penyakit HIV/AIDS.
Achmad, Arief.
(2004). Pemanfaatan Media Massa Sebagai Sumber Pembelajaran IPS di� Tingkat Persekolahan.(online.
http://hsc.csu.edu.au/pta/scansw/bias.htm, diakses, 12� Febuari 2015).
Achmad Sugandi,
dkk. (2006). Teori Pembelajaran. Semarang : UNNES PRESS.
Azhar Arsad
(2005). media pembelajaran (online) (http://ebookbrowse.com/download
buku-media-pembelajaran-azhar-arsya.diakses, 17 Mei 2015
Arikunto, S. (2005). Manajemen penelitian.
FKIP� Untan.�
(2007).� Pedoman� Penulisan�
Karya� Ilmiah� Fakultas�
Keguruan� dan� Ilmu Pendidikan. Pontianak: FKIP Universitas
Tanjungpura.
Hadari Nawawi.
(1990). Metode penelitian bidang sosial : Gajahmada University Press.
Hamalik,� Oemar. (1994).� Kurikulum�
Dan� Pembelajaran.� Bandung�
:� PT� Bumi ASARA.
Hamdani Strategi
Belajar Mengajar (online) ( http//:buku-rahma.blogspot.com, di akses, April
2015 )
Heri.�AsuhanKeperawatanHIV/AIDS�,(Online),(http://mydocumentku.blogspot.com/2012/03/asuhan-keperawatan-hivaids.html,
diakses 20 Oktober 2015).
Istiqomah,
Endah.�Asuhan Keperawatan pada Kliendengan HIV/AIDS�,(Online)
(http://ndandahndutz.blogspot.com/2009/07/asuhan-keperawatan-pada-klien-dengan.html,
diakses 20 Oktober 2015).
Price , Sylvia A
dan Lorraine M.Wilson.2005. Patofissiologis Konsep Klinis Proses � Proses
Penyakit .Jakarta : EGC
Slameto (2003).
Belajar dan Faktor- Faktor yang Mempengaruhi. Jakarta: Rineka Cipta.
Sudjana. (2002).
Metode statistika. Bandung: Tarsito.
Soekidjo,
Notoadmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Suharsimi� Arikunto.�
(2006). Prosedur� Penelitian� Suatu�
Pendekatan� Praktik.� Jakarta: Rineka Cipta.
Sugiono. Metode
Penelitian Pendidikan: (online) (http://sutama.files.wordpress.com di
akses,� 4 Agustus 2015.)
Soekidjo,
Notoadmodjo. (2002). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta
Trianto (2009)
Mendesain Model Pembelajaran Inovatif progresif. Jakarta: Kencana.
Uzer (2011).
Kondisi belajar mengajar yang efektif adalah minat dan perhatian siswa
dalam��� belajar
http://mydocumentku.blogspot.com/2015
Copyright holder: Rita Rena Pudyastuti, Abdul Rivai Saleh Dunggio, Johanna Tomasoa, Sri Eny Setyowati, Kariyadi (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |