�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
STRATEGI KOMUNIKASI DINAS
PARIWISATA PROVINSI RIAU DALAM MENGIMPLEMENTASIKAN CHSE DI KOTA PEKANBARU
Adrian Eko Desrilianto, Noor Efni Salam, Zulkarnain
Pasca Sarjana Program Studi Ilmu Komunikasi
Universitas Riau, Pekanbaru, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui strategi komunikasi
pada Dinas Pariwisata Provinsi
Riau dalam mengimplementasikan
CHSE di Kota Pekanbaru guna
meningkatkan kunjungan wisatawan. Seluruh wewenang masih berada dipusat dan hanya diberikan pemberitahuan kepada pemerintah daerah dalam hal ini
Dinas Pariwisata Provinsi
Riau. Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini dengan metode deskriptif
kualitatif dengan pendekatan kostruktif dengan cara analisis
data deskriptif yang akan digunakan untuk memehami situasi dan fenomena sosial pada manusiaa dan lingkungan sekitarnya. Hasil dari penelitian ini, Dinas Pariwisata Provinsi Riau sudah menerapkan strategi komunikasi dengan tahapan yang pasti. Komunikator yang dipilih untuk menyampaikan pesan komunikasi ditunjuk berdasarkan kredibilitasnya. Untuk komunikator internal adalah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Kepala Bidang Pengembangan Sumbedaya Pariwisata, Staf bidang promosi.
Selain itu, komunikator yang berlabel public
figure sebagai komunikator ekternal. Pesan yang disampaikan terkait penerapan CHSE juga dikemas dalam pesan yang menarik dan informatif sehingga dapat menjadi daya tarik
serta menimbulkan kepercayaan publik dan rasa aman untuk mengunjungi
tempat wisata di Pekanbaru dimasa pandemi Covid-19 ini. Jaminan kesehatan yang menjadi dasar dari
penerapan CHSE dipaparkan dalam strategi komunikasi yang dilakukan melalui saluran komunikasi tradisional maupun media baru yaitu platform Instagram @pariwisata.riau dan youtube
@pariwisata.riau serta melalui
portal berita online, komunikasi
publik media cetak, baliho dan spanduk.
Kata Kunci: strategi komunikasi; implementasi CHSE; tingkat kunjungan;
dinas pariwisata provinsi riau; kota pekanbaru
Abstract
This study aims to
determine the communication strategy at the Riau Province Tourism Office in
implementing CHSE in Pekanbaru City in order to
increase tourist visits. All authority is still in the center and only given
notification to the local government in this case the Riau Province Tourism
Office. The method that will be used in this research is descriptive qualitative
method with a constructive approach by means of descriptive data analysis that
will be used to understand situations and social phenomena in humans and the
surrounding environment. The results of this study, the Riau Province Tourism
Office has implemented a communication strategy with definite stages. The
communicators selected to deliver the communication message are appointed based
on their credibility. For internal communicators are the Head of the Riau
Province Tourism Office, the Head of the Development of Tourism Resources, and
the Promotional Staff. In addition, communicators labeled as public figures are
external communicators. The message conveyed regarding the implementation of
CHSE is also packaged in an interesting and informative message so that it can
be an attraction and create public trust and a sense of security to visit
tourist attractions in Pekanbaru during the Covid-19
pandemic. Health insurance which is the basis of the implementation of CHSE is
described in a communication strategy carried out through traditional
communication channels and new media, namely the Instagram @pariwisata.riau
and youtube @pariwisata.riau platforms as well as
through online news portals, print media public communications, billboards and
banners.
Keywords: communication strategy; CHSE implementation; visitation
rate; riau province tourism office; pekanbaru city
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Penyebaran corona virus pada akhir 2019 di Wuhan telah menyebabkan pandemi yang menjadi masalah dunia, termasuk Indonesia. Saat pandemi Covid-19 semakin parah, pemerintah bahkan menerapkan kebijakan PSBB (pembatasan sosial berskala besar) sehingga berdampak pada sistem stay at home dan work from home (Nugraha, 2021). Dengan adanya himbauan untuk tetap di rumah dan bekerja maka mobilitas perjalanan masyarakat dibatasi, sehingga pada tahap ini dampak yang paling mudah diperkirakan adalah dampak penurunan jumlah wisatawan selama pandemi COVID-19 �(Nugraha, 2021). Aturan tersebut berdampak besar pada penurunan jumlah wisatawan ke Provinsi Riau dimana estimasi penurunan jumlah kunjungan wisatawan berdasarkan statistik pariwisata 2016-2020 ke Riau mencapai hingga 59,19%.
Menurut Sumiyati dan Murdiyanto (2018) Jumlah Pengurangan jumlah wisatawan di tempat wisata ini disebabkan karena belum adanya strategi komunikasi yang tepat, seperti bagaimana merancang teknologi, mulai dari bagaimana merencanakan, melaksanakan, mengevaluasi, dan memantau pemanfaatan objek wisata dalam bauran komunikasi pemasaran yang digunakan untuk menarik wisatawan ke tempat wisata (marketing communication mix)
Pada akhirnya, di bulan Agustus 2020 Pemerintah pusat mengeluarkan kebijakan pembatasan sosial sesuai protokol kesehatan atau new normal melalui Peraturan Menteri Hukum dan HAM (PermenkumHAM) nomor 26/2020. Kawasan wisata alam di wilayah Provinsi Riau menjadi destinasi wisata pertama dibuka untuk umum secara bertahap (Berdasarkan SK Menteri LHK No. SK.261/MENLHK/KSDAE/KSA.0/6/2020).� Langkah tersebut dibarengi dengan memberikan informasi protokol kesehatan bagi pekerja kreatif pada tanggal 28 Agustus 2020.
Selanjutnya, Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparkraf) juga mengeluarkan kebijakan CHSE (cleanliness, health, safety, environment sustainability) yang tertera dalam Permenparkraf nomor 13/2020 tentang standarisasi dan sertifikasi kesehatan, keselamatan dan kelestarian lingkungan sektor pariwisata dalam penanganan pandemi corona virus disease 2019. Hal tersebut menjadi standar baru� dalam industri parawisata untuk melanjutkan keberlangsungan usaha atau destinasi wisata (Kemenparekraf, 2020).
Melalui Bidang Pengembangan Sumberdaya Pariwisata, Dinas Pariwisata Riau menyusun strategi guna meningkatkan kunjungan wisatawan ke tempat wisata di seluruh kabupaten/kota di Provinsi Riau. Mulai dari sosialisasi langsung turun ke DTW, kelompok sadar wisata hingga kampanye CHSE melalui beberapa media komunikasi. Tidak hanya itu, Dinas Pariwisata Riau juga telah melakukan sosialisasi kepada pelaku sektor pariwisata yang ada di 12 kabupaten/kota di Riau yang melibatkan 1.896 peserta dalam pemberian materi dan konsep terkait CHSE.
�� Strategi komunikasi adalah suatu rancangan (planning) dalam memanfaatkan serta mengkombinasikan panduan dari perencanaan komunikasi yang bertujuan untuk memperoleh atau menccapaai tujuan yang diinginkan. Maka dalam hal ini, terlihat adanya fenomena yang terjadi dalam strategi komunikasi Dinas Pariwisata Provinsi Riau pada penerapan CHSE. Berdasarkan sejumlah alasan dan latar berlakang tersebut diatas, peneliti ingin melihat bagaimana strategi komunikasi yang diterapkan Dispar Provinsi Riau dalam mengimplementasi CHSE di Kota Pekanbaru. Penelitian akan difokuskan pada strategi komunikasi yang dilakukan dalam menjalankan tugas pokok dan fungsi mempromosikan destinasi wisata kepada publik yang dalam hal ini yang dilakukan oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau pada kebijakan CHSE yang membuat kunjungan wisatawan meningkat.
Metode Penelitian
Penelitian ini mengunakan
mtode penelitian kualitatif. Metode penelitian kualitatif ini lebih menekankan
pada filsafat postpositivisme, yang digunakan biasanya pada kondisi objek yang
alamiah (kebalikan dari eksperimen) (Sugiyono,
2017:15).
Penelitian ini menggunakan pendekatan kostruktif dengan cara analisis data
deskriptif yang akan digunakan untuk memehami situasi dan fenomena sosial pada
manusia dan lingkungan sekitarnya, dimana peneliti memposisikan diri sebagai
pengamat.
Jenis data ya g digunakan
dalam penelitian ini adalah data kualitatif. Cara memperoleh data kualitatif
dapat di lakukan melalui wawancara. Dalam penelitian ini dilakukan pengumpulan
data dalam wujud data primer. Data Primer ialah jenis dan sumber data
penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui
perantara),baik individu maupun kelompok. Sumber data primer dalam penelitian
ini berasal dari wawancaya yang dilakukan.
Informan sebagai sumber data
primer yang dipilih di rencananakan, antara lain adalah:
1.
Kepala Dinas Pariwisata
Provinsi Riau
2.
Kepala Bidang Pengembangan
Sumberdaya Pariwisata
3.
Kepala Seksi Sarana Promosi /
Kepala Seksi Promosi
4.
Staf Seksi Promosi
5.
Pelaku Usaha Pariwisata
Sementara sumber data skunder
didapat dari dokumentasi dan obesrvasi. Dokumentas dan observasi dilakukan
seacra langsung di Kantor Dinas Pariwisata Provonsi Riau.
Pembahasan
1.
Strategi
memilih komunikator oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau mengimplementasikan
CHSE untuk meningkatkan kunjungan wisata di Kota Pekanbaru
Salah satu unsur dalam strategi komunikasi adalah
penentuan komunikator yang kredibel dan memiliki daya tarik serta kepercayaan
khalayak. Hal ini sangat penting karena memiliki pengaruh pada tujuan dari
strategi komunikasi yang diterapkan. Guna menarik kembali minat kunjungan
wisatawan ke Kota Pekanbaru, Dinas Pariwisata menentukan komunikator baik
internal maupun eksternal. Untuk pemilihan komunikator internal, Dinas
Pariwista memanfaatkan Kepala Dinas dan Kepala Bidang Pengembangan Sumberdaya
Pariwisata serta staf Dinas Pariwisata untuk langsung turun kelokasi dan
melakukan dokumentasi untuk selanjutnya disebarkan terkait kebijakan dan tujuan
CHSE ini. Pihak Dinas Pariwisata Provinsi Riau menempatkan mereka yang paham
dan sengat mengerti serta dekat dengan pelaku usaha wisata agar dapat dengan
jelas mengedukasi terkait kebijakan yang dikeluarkan oleh Kemenparkreaf di
pertengahan tahun 2020 ini.� Selain itu,
Dinas Pariwisata Provinsi Riau juga menempatkan komunikator yang memiliki daya
tarik khusus dalam komunikator ekternal. Komunikator yang berlabel public figure seperti artis Tyas
Mirasih, Jennifer Arnelita, Budi Doremi, Dea Ananda dan Fahhil Achyari untuk
menyampaikan bangkitnya pariwisata Riau seiring hadirnya kebijakan CHSE.
2.
Strategi
penentuan khalayak oleh Dinas Pariwisata Provinsi Riau untuk mengimplementasikan
CHSE
Ditutupnya pintu masuk sebagian warga negara asing
membuat wisatawan asing sulit masuk ke Provinsi Riau. Akibatnya, Dinas
Pariwisata Provinsi Riau memiliki target khalayak hanya secara lokal. Untuk
itu, sebagai komunikator harus benar-benar tepat memilih komunikator yang
menjadi target dari strategi komunikasi untuk menarik minat wisatawan datang ke
Riau. Dalam hal ini, Dinas Pariwisata membagi khalayak menjadi khalayak primer
dan khlayak skunder.
Khalayak primer umumnya akan menjadi sasaran
langsung dari mengimplementasikan CHSE ini. Mereka adalah target yang secara
langsung mengikuti program-program yang dilakasanakan Dinas Pariwisata Provinsi
Riau guna mengiatkan kembali pariwisata di Riau dan Pekanbaru khususnya. Dalam
hal ini yang menjadi khalayak primer adalah pelaku usaha pariwisata,
kelompok-kelompok masyakat sadar wisata (Pokjadwis), komunitas kepemudaan
hingga operator perjalanan wisata. Karena kecendrungannya berkelompok,
memudahkan komunikator dalam menyampaikan tujuannya. Harapannya, mereka dapat
secara langsung mengimplementasikan CHSE sesuai dengan aturan yang berlaku.
Sementara itu, khalayak skunder adalah masyarakat
yang tidak terlibat secara langsung dalam program kebijakan CHSE namun
mengetahui adanya kebijakan tersebut. Dalam hal ini, yang menjadi khalayak
skunder adalah seluruh masyarakat Provinsi Riau maupun nusantara dimana akan
mendapatan informasi melalui saluran komunikasi.
3.
Strategi
pesan yang disampaikan Dinas Pariwisata Provinsi Riau dalam mengimplementasikan
CHSE
Pesan yang akan disampaikan kepada khalayak oleh
komunikator menjadi sangat penting. Pasalnya, pesan yang terencana secara baik
akan membuat khlayak tertarik untuk melakukan kegiatan wisata yang
mengakibatkan meningkatnya kunjungan wisata. Dalam hal pengelolaan pesan, Dinas
Pariwisata Provinsi Riau harus dapat memuculkan ketertarikan dan terbentuknya
persepsi khalyak terhadap program CHSE yang berdampak pada kunjungan wisatawan.
Penekanan inti dari pesan yang diproduksi Dinas
Pariwisata Provinsi Riau dibuat secara simpel dan mudah dimengerti oleh
khalayak. Ini pesan yang disampaikan terdiri dari anjuran tetap protokol
kesehatan hingga adanya jaminan tempat yang memiliki daya tarik wisata tersebut
sudah menerapkan CHSE yang ditandai dengan sertifikat CHSE. Pesan tersebut
membuat khlayak memiliki rasa ketertarikan untuk melakukan kunjungan wisata ke
berbagai destinasi wisata di Kota Pekanbaru. Selanjutnya, untuk mempermudah
atau membuat pesan mudah diingat dengan adanya hastag #keriauaja dan
#wisatariaubedelau juga membuat pengelolaan pesan menjadi lebih efektif dan
mudah dingat.
4.
Strategi
Saluran Komunikasi Yang Digunakan Dinas Pariwisata Provinsi Riau Dalam
Mengimplementasikan CHSE
Media atau saluran komunikasi menjadi penting
dimasa ini. Saluran komunikasi tidak hanya menjadi pendukung, tapi juga menjadi
elemen penting untuk menentukan keberhasilan sebuah pesan dalam mencapai tujuan
komunikasi. Saluran komunikasi juga merupakan upaya untuk menyampaikan pesan
kepada khalayak sasaran oleh komunikator dalam bentuk pesan.
Ada banyak saluran komunikasi yang dapat
dimanfaatkan dalam melakukan strategi komunikasi, seperti tatap muka langsung.
Saluran komunikasi secara berkelompok dilakukan secara melalui perkumpulan
komunitas maupun dilakukan sosialiasi secara masif ke pelaku wisata. Selain
itu, Dinas Pariwisata Provinsi Riau dalam mengimplementasikan CHSE memilih
saluran komunikasi memanfaatkan salurah komunikasi media luar ruangan melalui
media cetak (surat kabar, spanduk, baleho) dan media baru (media sosial dan media
online) seperti melaui platform Instagram @pariwisata.riau dan youtube
@pariwisata.riau.
Kesimpulan
Strategi komunikasi
yang telah diterapkan oleh
Dinas Pariwisata Provinsi
Riau dalam mendorong pengimplementasian CHSE di bidang
wisata melalui tatap muka serta
informasi di kelompok khusus karena tidak
ada delegasi yang jelas dari Kementrian
Pariwisata dan Ekonomi Kreatif untuk pengimplementasian
CHSE di daerah. Hasil dari penelitian ini, Dinas Pariwisata Provinsi Riau sudah menerapkan strategi komunikasi dengan tahapan yang pasti. Komunikator yang dipilih untuk menyampaikan pesan komunikasi ditunjuk berdasarkan kredibilitasnya. Untuk komunikator internal adalah Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Riau, Kepala Bidang Pengembangan Sumbedaya Pariwisata, Staf bidang promosi.
Selain itu, komunikator yang berlabel public
figure seperti artis Tyas Mirasih, Jennifer Arnelita, Budi Doremi, Dea Ananda dan Fahhil Achyari� yang merupakan pemenang The New L-Men Of The Year 2020 menjadi komunikator ekternal. Pesan yang disampaikan terkait penerapan CHSE juga dikemas dalam pesan yang menarik dan informatif sehingga dapat menjadi daya tarik
serta menimbulkan kepercayaan publik dan rasa aman untuk mengunjungi
tempat wisata di Pekanbaru dimasa pandemi Covid-19 ini. Jaminan kesehatan yang menjadi dasar dari
penerapan CHSE dipaparkan dalam strategi komunikasi yang dilakukan melalui saluran komunikasi tradisional maupun media baru yaitu platform Instagram @pariwisata.riau dan youtube
@pariwisata.riau serta melalui
portal berita online, komunikasi
publik media cetak, baliho dan spanduk.
Cangara, H. (2013). Perencanaan dan strategi komunikasi. Jakarta: Raja Grafaindo Persada. Google Scholar
Effendy, Onong Uchjana. (2009). llmu komunikasi teori dan praktek. Bandung: Remaja Rosdakarya. Google Scholar
Fitriana, R., Simanjuntak, D., & Dewanti, R. (2020). Pembekalan Materi CHSE (Cleanliness, Health, Safety and Environmental Sustainability) dalam Training of Trainers Akademisi Pendamping Desa Wisata. CARADDE: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat, 3(1), 138�145. Google Scholar
Kemenkeraf. (2020). Pemberdayaan Masyarakat Desa Wisata Berbasis Pendampingan. Jakarta: Direktorat Pengembangan SDM Pariwisata Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif. Google Scholar
Lumanauw, N. (2020). Edukasi Dan Implementasi Protokol Clean Health Safety Environtment Melalui We Love Bali Kemenparekfraf Pada Program 10 Sanur�Nusa Penida�Nusa Lembongan�Sanur. Jurnal Ilmiah Hospitality Management, 11(1), 71�81. Google Scholar
Nugraha, Y. E. (2021). Dampak Pandemi Covid 19 Pada Unit Usaha Pariwisata di Kawasan Pesisir Kota Kupang. Jurnal Industri Pariwisata, 3(2), 134�149. Google Scholar
Sugiyono. (2017). Metode penelitian kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfabeta. Google Scholar
Sumiyati, & Murdiyanto,
L. (2018). Strategi komunikasi pemasaran
pariwisata untuk meningkatkan kunjungan wisatawan di pantai suwuk kabupetn kebumen. Jurnal Wacana, 17(2), 171�180. Google Scholar
Copyright holder: Adrian Eko Desrilianto, Noor Efni Salam, Zulkarnain (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |