�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
PENGEMBANGAN PENILAIAN SIKAP
BERBASIS ANDROID UNTUK PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
Suwarno
IAIN Takengon, Aceh, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Penilaian merupakan salah
satu kemampuan yang harus dimiliki oleh guru, penilaian dalam kurikulum 2013
memiliki kerumitan yang lebih dibandingkan dengan sistem penilaian sebelumnya.
Dalam kurikulum 2013 domain penilaian meliputi aspek kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Domain sikap merupakan domain yang banyak dikeluhkan oleh guru,
termasuk guru pendidikan agama islam. Berangkat dari permasalahan tersebut
peneliti ingin mengembangkan penilaian sikap berbasis android untuk memudahkan
para guru dalam melakukan penilaian sikap. Tujuan dari penelitian ini adalah
ingin mengetahui prosedur pengembangan penilaian sikap berbasis android, ingin
mengetahui validitas dan kepraktisan penilaian sikap berbasis android yang
dikembangkan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah
penelitian pengembangan model ADDIE, yang terdiri dari lima langkah
pengembangan, yakni; Analyze, Design, Development, Implementation, dan
Evaluation. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
angket. Analisa data menggunakan analisis diskriptif kualitatif untuk
menganalisis data dari dari hasil wawancara dan observasi yang diperoleh pada
saat studi pendahuluan, dan analisis kuantitatif digunakan untuk menganalisis
data yang berasal dari angket validitas dan kepraktisan penilaian sikap hasil
pengembangan. Hasil penelitian dari segi langkah penelitian pengembangan,
penelitian ini sudah sesuai dengan prosedur penelitian pengemabangan model
ADDIE, validitas penilaian sikap berbasis android yang dikembangkan sudah valid
berdasarkan penilaian ahli IT dan ahli evaluasi yang memperoleh rata-rata skor
4,2, kepraktisan dalam penggunaan berdasarkan angket respon guru diperoleh skor
rata-rata 4,02 dengan kriteria praktis.
Kata Kunci : pengembangan;
penilaian sikap; android; pendidikan agama islam
Abstract
Assessment is one of the abilities that must be possessed
by teachers, the assessment in the 2013 curriculum has more complexity than the
previous assessment system. In the 2013 curriculum, the assessment domain
includes cognitive, affective, and psychomotor aspects. The attitude domain is
a domain that many teachers complain about, including Islamic religious
education teachers. Departing from these problems, researchers want to develop
an Android-based attitude assessment to make it easier for teachers to conduct
attitude assessments. The purpose of this study was to find out the procedure
for developing an Android-based attitude assessment, to find out the validity
and practicality of the Android-based attitude assessment that was developed.
The research method used in this research is ADDIE model development research,
which consists of five development steps, namely; Analyze, Design, Development,
Implementation, and Evaluation. Data collection techniques were carried out by
interviews, observations and questionnaires. Data analysis used descriptive
qualitative analysis to analyze data from the results of interviews and
observations obtained during the preliminary study, and quantitative analysis
was used to analyze data derived from questionnaires on the validity and
practicality of developing attitude assessments. The results of the research in
terms of development research steps, this research is in accordance with the
ADDIE model development research procedure, the validity of the developed
android-based attitude assessment is valid based on the assessment of IT
experts and evaluation experts who get an average score of 4.2, practicality in
use is based on a questionnaire. teacher response obtained an average score of
4.02 with practical criteria.
Keywords: development; attitude assessment; android; Islamic
religious education
Pendahuluan
Pada tahun
pelajaran 2014/2015 mulai diberlakukan kurikulum 2013 di seluruh Indonesia yang
merupakan pembaharuan dan penyempurnaan kurikulum 2006. Sikapistik dasar
Kurikulum 2013 adalah terletak pada pendekatan yang digunakan dalam
pengembangan kurikulum tersebut. Kurikulum 2013 menekankan pendekatan saintifik
pada jenjang Pendidikan dasar hingga menengah. Hal yang memberikan perbedaan
mencolok antara Kurikulum 2013 dengan kurikulum sebelumnya adalah penekanan
ranah pembelajaran. Kurikulum 2013 menekankan pada proses pendidikan yang holistik
sehingga menyentuh pada cakupan yang lebih luas yaitu ranah kognitif, afektif,
dan psikomotor. Kurikulum 2013 mengklasifikasikannya dalam empat kompetensi
inti yaitu kompetensi sikap sosial, sikap spiritual, pengetahuan, dan
keterampilan. Dengan demikian, maka potensi siswa selain dari domain kognitif
juga dapat terpantau dan dikembangkan. Salah satu aspek yang mengalami
per-kembangan dibanding kurikulum sebelum-nya adalah penilaian.
Penilaian
merupakan salah satu kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang guru karena hal
tersebut merupakan bagian dari ciri profesionalismenya. Dengan hasil penilaian
tersebut, seorang guru atau pendidik bisa menjadikannya sebagai bahan
pertimbangan dalam membuat keputusan yang berkaitan dengan kegiatan pembelajaran.
Istilah penilaian bukan merupakan istilah baru bagi insan yang bergerak pada
lapangan Pendidikan dan pengajaran, dalam melaksanakan tugas profesinya,
seorang guru tidak akan terlepas dari kegiatan penilaian. Kedudukan penilaian
sangat penting bagi penunaian tugas keberhasilan melaksanakan tugasnya, yakni
melaksanakan pembelajaran. Pada akhir program pendidikan, pengajaran ataupun
pelatihan pada umumnya diadakan penilaian. Tujuannya untuk mengetahui apakah
program pendidikan, pengajaran ataupun pelatihan itu telah dikuasai oleh
pesertanya atau belum. Angka atau nilai tertentu biasanya dijadikan patokan untuk
penguasaan program tersebut (Jihad & Haris, 2012).
Penilaian
memiliki peran besar dalam menentukan kesuksesan pendidikan. Penilaian yang
baik memberikan dampak pada proses pembelajaran (Popham, 2009)
dan menjadi rujukan untuk kebijakan selanjutnya (Mardapi, 2008).
Ketepatan pemilihan metode penilaian akan sangat berpengaruh terhadap
objektivitas dan validitas hasil penilaian yang ujungnya adalah informasi
objektif dan valid atas kualitas pendidikan. Sebaliknya kesalahan dalam memilih
dan menerapkan metode penilaian juga berimbas pada informasi yang tidak valid
mengenai hasil belajar dan pendidikan.
Penilaian
dalam Kurikulum 2013 dipandang memiliki kerumitan yang lebih dibandingkan
dengan sistem penilaian pada kurikulum sebelumnya. Walaupun pemerintah telah
mempersiapkan guru melalui berbagai pelatihan, namun masih banyak keluhan yang
muncul di lapangan berkaitan dengan penilaian. Allen & Friedman menyatakan
bahwa yang paling kompleks dalam pembelajaran adalah integrasi pembelajaran
berbagai domain yaitu kognitif, perilaku, dan perasaan (Allen & Friedman, 2010).
Menurut Retnawati salah satu aspek yang menjadi hambatan implementasi kurikulum
2013 adalah sistem penilaian yang rumit dan perlu waktu yang lama untuk
menyusun laporanya (Retnawati, 2015).
Domain
penilaian dalam Kurikulum 2013 meliputi domain spiritual, sikap sosial,
pengetahuan, dan keterampilan. Secara lebih umum dapat dikategorikan menjadi
tiga domain yaitu kognitif (pengetahuan), afektif (sikap sosial dan spiritual),
dan psikomotor (keterampilan). Domain kognitif mencakup hasil yang berhubungan
dengan aspek pengetahuan, pengertian, dan keterampilan berpikir (Bloom, 1956). Sikap menurut Fernandes merupakan
kecenderungan seseorang terhadap objek yang berupa orang, konsep, ide, dan
kelompok (Fernandes, 1984).
Dengan demikian maka domain sikap meliputi perasaan, dan minat seseorang.
Domain sikap
merupakan domain yang banyak dikeluhkan dalam proses penilaian Kurikulum 2013.
Penilaian sikap (afektif) dalam berbagai mata pelajaran secara umum dapat dilakukan
dalam kaitannya dengan berbagai objek sikap yang menurut Zakaria sebagai
berikut:
Pertama,
sikap terhadap mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap mata
pelajaran. Dengan sikap positif dalam diri siswa akan tumbuh dan berkembang minat
belajar, akan lebih mudah diberi motivasi, dan akan lebih mudah menyerap materi
pelajaran yang diajarkan. Oleh karena itu, guru perlu menilai tentang sikap
siswa terhadap mata pelajaran yang diajarkannya.
Kedua, sikap
terhadap guru mata pelajaran. Siswa perlu memiliki sikap positif terhadap guru,
yang mengajar suatu mata pelajaran. Siswa yang tidak memiliki sikap positif
terhadap guru, akan cenderung meng-abaikan hal-hal yang diajarkan. Dengan
demikian, siswa yang memiliki sikap negatif terhadap guru pengajar akan sukar
menyerap materi pelajaran yang diajarkan oleh guru tersebut.
Ketiga, sikap
terhadap proses pembelajaran. Siswa juga perlu memiliki sikap positif terhadap
proses pembelajaran yang berlangsung. Proses pembelajaran disini mencakup:
suasana pembelajaran, strategi, metodologi, dan teknik pembelajaran yang
digunakan. Tidak sedikit siswa yang merasa kecewa atau tidak puas dengan proses
pembelajaran yang berlangsung, namun mereka tidak mempunyai keberanian untuk
menya-takan. Akibatnya, mereka terpaksa mengikuti proses pembelajaran yang
berlangsung dengan perasaan yang kurang nyaman. Hal ini dapat mempengaruhi
terhadap penyerapan materi pelajarannya.
Keempat,
sikap terhadap materi dari pokok-pokok bahasan yang ada. Siswa juga perlu memiliki
sikap positif terhadap materi pelajaranyang diajarkan, yang menjadi kunci
keberhasilan proses pembelajaran.
Kelima, sikap
berhubungan dengan nilai-nilai tertentu yang ingin ditanamkan dalam diri siswa
melalui materi suatu pokok bahasan. Misalnya, pengajaran pokok bahasan koperasi
dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Berhubungan dengan pokok bahasan
ini, ada nilai spiritual tertentu yang relevan diajarkan dan diinternalisasikan
dalam diri siswa (Zakaria, 2011). Seperti: kedisiplinan,
menjalankan ibadah, toleransi, dan sebagainya. Dengan demikian, hal itu dapat
untuk mengetahui hasil dari proses pembelajaran dan internalisasi nilai-nilai
tersebut dalam diri siswa.
Menurut
Andersen ada dua metode yang dapat digunakan untuk mengukur ranah afektif,
yaitu metode observasi dan metode laporan diri. Penggunaan metode observasi
berdasarkan pada asumsi bahwa karateristik afektif dapat dilihat dari perilaku
atau perbuatan yang ditampilkan, reaksi psikologi, atau keduanya. Metode
laporan diri berasumsi bahwa yang mengetahui keadaanafektif seseorang adalah
dirinya sendiri. Namun, hal ini menuntut kejujuran dalam mengungkap sikapistik
afektif diri sendiri (Anderson, 1981).
Sejak
berlakunya kurikulum 2013 pada tahun pelajaran 2014/2015 hingga sekarang hampir
semua guru merasa kebingungan dalam melakukan penilaian yang dituntut oleh
Kurikulum 2013 terutama penilaian sikap. Berdasarkan hasil penelitian yang
dilakukan oleh Intan Dwi Astuti di SD Muhamadiyah 24 Surakarta, menyatakan
bahwa problematika guru dalam penilaian kurikulum 2013 di SD Muhammadiyah 24
Surakarta adalah meliputi perilaku siswa tidak terekam, permasalahan berikutnya
yakni penilaian diri dirasa kurang valid, ada keberpihakan dan penilaian
menjadi tidak objektif (Ningsih & Sri Hartini, 2017).
Hal senada juga diungkapkan Darna dalam penelitiannya yang berjudul kesulitan
guru dalam mengembangkan penilaian sikap peserta didik di SDN 75 Locok Kab
Enrekang, Darna menemukan dalam penelitiannya, ada tiga kesulitan domain yang
di alami oleh guru di SDN 75 Locok Kab. Enrekang dalam melaksanakan penilaian
sikap pada peserta didik yaitu yang pertama adalah sulitnya mengembangan
instrument penilaian sikap yang terdiri dari menentukan spesifikasi instrumen,
menulis instrumen penilaian sikap, yang kedua adalah sulitnya mengembangkan
kriteria penilaian sikap dan yang ketiga adalah sulitnya mengembangkan teknik
penilaian sikap yang terdiri dari observasi perilaku, penanyaan langsung dan
laporan pribadi (Darna, 2016).
Selain dua
kasus diatas terdapat kesulitan lain yang dialami guru dalam memberikan
penilaian terhadap sikap siswa dalam proses pembelajaran berdasarkan kurikulum
2013 di SD Negeri 14 Banda Aceh adalah keterbatasan waktu, jumlah siswa yang
banyak dalam satu kelas dan sulitnya mengarahkan siswa untuk menanamkan sikap
yang baik sesuai dengan tujuan pembelajaran (Zuhera, Habibah, & Mislinawati, 2017).
Kendala
seperti kasus di atas juga terjadi di Madrasah Aliyah Swasta (MAS) An-Nur Bener
Meriah yang menjadi lokasi penelitian penulis. Dari survey awal yang peneliti
lakukan pada bulan Desember tahun 2020, banyak guru yang belum memperoleh
gambaran utuh tentang format penilaian sikap. Mulai dari muatan nilai sikap apa
yang dikembangkan dalam kurikulum 2013, aspek penilaian sikap. Bahkan banyak
guru yang belum memahami pengertian konsep sikap, ruang lingkup penilaian sikap
dan pengembangan instrumen beserta cara penerapannya, lebih-lebih jika
dikaitkan dengan implementasi penilaian kelas.
Dari
permasalahan tersebut memunculkan ide baru pada peneliti untuk memudahkan guru
dalam membuat laporan penilaian sikap, dengan menggunakan alat teknologi.
Penggunaan teknologi dalam pendidikan sudah menjadi tuntutan untuk memperbaiki
kualitas pendidikan di Indonesia. Perkembangan teknologi informasi dalam bidang
pendidikan, berdampak pada munculnya jenis kegiatan yang berbasis teknologi,
yaitu pendidikan yang berbasis elektronik. Perkembangan teknologi saat ini
semakin pesat dimana dunia teknologi telah masuk pada seluruh kehidupan
manusia. Yang salah satunya adalah penggunaan android.
Android
merupakan sistem operasi open source yang artinya gratis dan bebas digunakan
untuk para pengembang aplikasi, hal ini sangat memudahkan para developer atau
pengembang aplikasi Android untuk membuat berbagai jenis aplikasi Android sesuai
kehendaknya. Menurut Safaat android adalah sebuah sistem operasi untuk
perangkat mobile berbasis linux yang mencakup sistem operasi, middleware dan
aplikasi (Safaat, 2015).
Berangkat
dari latar belakang masalah di atas maka penulis akan mengembangkan penilaian
sikap berbasis android dengan tujuan untuk memudahkan guru dalam membuat
laporan penilaian sikap, dan dapat memberikan serta memperbaiki inovasi
pendidikan yang ada di sekolah. Tujuan dari penelitian ini adalah pertama untuk
mengetahui prosedur pengembangan penilaia sikap berbasis android, kedua untuk
mengetahui validitas penilaian sikap berbasis android hasil pengembangan,
ketiga adalah mengetahui kepraktisan penialain sikap berbasis android hasil
pengembangan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah jenis penelitian pengembangan. Penelitian pengembangan
atau research and development (R&D) adalah aktifitas riset dasar untuk
mendapatkan informasi kebutuhan pengguna (needs assessment), kemudian
dilanjutkan kegiatan pengembangan (development) untuk menghasilkan produk dan
mengkaji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2013). Penelitian dan pengembangan memiliki
beberapa tahapan yang harus dilakukan. Tahapan pengembangan penilaian sikap
berbasis Android ini dikembangkan dengan menggunakan model pengembangan ADDIE,
yang terdiri dari lima langkah pengembangan, yakni; Analyze, Design,
Development, Implementation, dan Evaluation (Tegeh & Kirna, 2013).
Penelitian dilakukan di MAS An-nur Bener
Meriah. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi dan
angket. Wawancara dilakukan pada para guru PAI untuk mendapatkan data tentang
kendala tentang pelaksanaan penilaian sikap yang dilakukan. Observasi dilakukan
untuk mendapatkan data tentang kebutuhan perangkat penilaian sikap, sedangkan
angket dilakukan untuk mendapatkan data tentang kevalidan dan kepraktisan
penilaian sikap berbasis android hasil pengembangan.
Teknik analisis
data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis diskriptif kualitatif
dan anailisis kuantitatif. Analisis diskriptif kualitatif digunakan untuk
menganalisis data dari dari hasil wawancara dan observasi yang diperoleh pada
saat studi pendahuluan. Sedangkan analisis kuantitatif digunakan untuk
menganalisis data yang berasal dari angket validitas dan kepraktisan penilaian
sikap hasil pengembangan.
Hasil dan Pembahasan
Dalam
pengembangan penilaian sikap berbasis android ini, peneliti menggunakan model
ADDIE, dengan tahapan sebagai berikut:
1.
Analisis
Tahap
analisis peneliti lakukan pada saat studi pendahuluan untuk menemukan kendala
guru dalam melakukan penilaian sikap dalam kurikulum 2013. Dalam tahap analisis
ini peneliti melakukan analisis kebutuhan penilaian sikap berbasis android.
Kegiatan dalam tahap analisis terdiri dari analisis kebutuhan guru, analisis
kebutuhan siswa, analisis kebutuhan lembaga, serta analisis sarana prasara.
Hasil dari tahapan diatas dijadikan dasar peneliti dalam merancang produk
pengembangan penilaian sikap berbasis android�
yang sesuai. Berdasarkan analisis kebutuhan guru yang dilakukan dengan
wawancara, guru meniginginkan adanya alat penilaian sikap yang praktis, hasil
analisis sarana diketahui bahwa sekolah telah memiliki wifi dan semua guru
menggunakan Handphone (HP) android sehingga memungkinkan untuk dikembangkan
aplikasi penilaian sikap.
2.
Desain (Perancangan)
Tahap
perencanaan dilakukan untuk mendesain penilaian sikap berbasis android.� Rancangan desain penilaian dengan tampilan
sebagai berikut:
Gambar 1
Desain penilain sikap berbasis android
3.
Pengembangan (Developmen)
Tahap
pengembanagan merupakan proses mewujudkan desain yang sebelumnya telah dibuat
kedalam bentuk nyata (fisik). Sehinga hasil dari pengembangan desain berupa
produk penilaian sikap berbasis android, yang selanjutnya dilakukan validasi.
Uji validasi ini dilakukan oleh dua ahli, yaitu ahli Teknologi Informasi (IT),
dan ahli Penilaian Sikap. Setelah dilakukan uji validasi maka akan dilakukan
revisi berdasarkan kritik dan saran yang diberikan oleh validator guna
meningkatkan kualiatas produk hingga memiliki tingkat kevalidan yang sesuai dan
layak untuk diuji cobakan di lapangan (sekolah).
Berdasarkan
penilaian ahli IT diketahui bahwa terdapat 10 butir item pertanyaan untuk ahli
IT. Dari seluruh item pertanyaan tersebut diperoleh skor sebesar 42. Skor
tersebut kemudian dicari rata-ratanya dengan rumus:
x
̅=(∑x)/n
Keterangan:
𝑥̅ = rata-rata penilaian kevalidan
produk
Σ𝑥= jumlah skor penilaian kevalidan produk
𝑛 = jumlah butir penilaian kevalidan produk
Maka 𝑥̅� =� 42/10 = 4,2
Rata-rata
tersebut berada pada rentang interval 3,4 ≤x <4,2 dengan kriteria
valid. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa validitas penilaian sikap
berbasis android hasil pengembangan merupakan aplikasi penilaian sikap yang
valid berdasarkan penilaian ahli IT.
Kemudian
hasil penilaian dari ahli evaluasi diketahui bahwa, ada 10 butir item
pertanyaan untuk ahli evaluasi, ahli evaluasi melakukan validasi sebanyak 2
kali, hasil validasi pertama diketahui bahwa dari seluruh item pertanyaan
tersebut diperoleh skor sebesar 30.� Skor
tersebut kemudian dicari rata-ratanya dengan rumus:
x
̅=(∑x)/n
Keterangan:
𝑥̅ = rata-rata penilaian kevalidan produk
Σ𝑥= jumlah skor penilaian kevalidan produk
𝑛 = jumlah butir penilaian kevalidan produk
Maka 𝑥̅ =� 30/( 10) = 3,0
Rata-rata
tersebut berada pada rentang interval 2,7 ≤x <3,3 dengan kriteria
cukup valid. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa validitas penilaian sikap
berbasis android hasil pengembangan berdasarkan penilaian ahli evaluasi adalah
cukup valid. Hasil ini masih dibawah target yang seharusnya yaitu minimal
penilaian sikap berbasis android yang dikembangkan bernilai valid. Saran dari
ahli evaluasi agar periode penilaian jelas, dan kriteria penskoran harus jelas.
Kemudian dilakukan revisi berdasarkan saran dari ahli evaluasi dengan tampilan
hasil revisi sebagai berikut:
Gambar 2
Hasil revisi desain
Setelah
dilakukan revisi sesuai saran ahli kemudian dilakukan lagi validasi ahli
evaluasi tahap kedua. Hasil validasi ahli evaluasi tahap kedua diketahui bahwa
dari seluruh item pertanyaan yang berjumlah 10 item diperoleh skor sebesar
42.� Skor tersebut kemudian dicari
rata-ratanya dengan rumus:
x
̅=(∑x)/n
Keterangan:
𝑥̅ = rata-rata penilaian kevalidan
produk
Σ𝑥= jumlah skor penilaian kevalidan produk
𝑛 = jumlah butir penilaian kevalidan produk
Maka 𝑥̅� =� 42/( 10) = 4,2
Rata-rata
tersebut berada pada rentang interval 3,4 ≤x <4,2 dengan kriteria
valid. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa validitas penilaian sikap
berbasis android hasil pengembangan merupakan sudah berdasarkan penilaian ahli
evaluasi.
Dengan
demikian dapat dinyatakan bahwa berdasarkan penilaian ahli IT dan ahli
evaluasi, penilaian sikap berbasis android hasil pengembangan sudah valid.
Berikut tabel keseluruhan skor rata-rata validasi oleh ahli IT, dan Ahli
Evaluasi penilaian sikap berbasis android
Tabel 1
Hasil Penilaian Oleh Ahli IT dan Ahli Evaluasi
No |
Penilai |
Skor |
Rata-rata skor |
Kriteria |
|||
Tahap 1 |
Tahap 2 |
Tahap 1 |
Tahap 2 |
Tahap 1 |
Tahap 2 |
||
1 |
Ahli IT |
42 |
- |
4,2 |
- |
�Valid |
- |
2 |
Ahli Evaluasi |
30 |
42 |
3,0 |
4,2 |
�Valid |
Valid |
Berdasarkan
tabel di atas maka dapat digambarkan diagramnya sebagai berikut:
Gambar 3
Diagram hasil validasi ahli
4.
Implementasi (Pelaksanaan)
Tahap
implementasi yaitu menguji produk. produk yang telah dibuat dan telah diuji
kevalidannya kemudian diterapkan di sekolah. Kegiatan ini bertujuan untuk
mengetahui seberapa praktis produk yang berupa aplikasi penilaian sikap dalam
penerapannya di sekolah menurut respon guru PAI. Produk pengembangan ini memang
harus diujicobakan secara langsung dalam pelaksanaan penilaian sikap. Ujicoba
dilakukan di MAS An-Nur Bener Meriah dengan melibatkan 5 orang guru PAI. Dari
ujicoba tersebut peneliti menyebarkan angket skala likerts berupa respon guru
terhadap aplikasi penilaian sikap berbasis android hasil pengembangan untuk
mengetahui kepraktisan produk yang dikembangkan. Angket respon guru berisi 20 butir
pertanyaan, meliputi aspek tampilan berisi 5 pertanyaan, aspek penyajian materi
10 pertanyaan, dan aspek kemanfaatan 5 butir pertanyaan. Hasil angket respon
guru disajikan pada tabel berikut:
Tabel 2
Angket respon guru
Aspek penilaian |
Item nomer |
Skor |
Rata-rata |
Kriteria |
Tampilan |
1 |
25 |
4,1 |
Praktis |
2 |
29 |
4,8 |
Sangat praktis |
|
3 |
26 |
4,3 |
Sangat praktis |
|
4 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
5 |
23 |
3,8 |
Praktis |
|
Penyajian penilain |
6 |
28 |
4,6 |
Sangat praktis |
7 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
8 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
9 |
19 |
3,1 |
Cukup praktis |
|
10 |
23 |
3,8 |
Praktis |
|
11 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
12 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
13 |
29 |
4,8 |
Sangat praktis |
|
14 |
20 |
3,3 |
Praktis |
|
15 |
23 |
3,8 |
Praktis |
|
Aspek manfaat |
16 |
24 |
4,0 |
Praktis |
17 |
25 |
4,1 |
Praktis |
|
18 |
25 |
4,1 |
Praktis |
|
19 |
24 |
4,0 |
Praktis |
|
20 |
20 |
3,3 |
Praktis |
|
Tingkat pencapaian |
|
4,02 |
Praktis |
Pada aspek
tampilan mendapat skor 127 dengan rata-rata 4,2, berada pada rentang interval
3,2 ≤x <4,2 dengan kriteria praktis. Aspek penyajian mendapat skor 238
dengan rata-rata 3,9, berada pada rentang interval 3,2 ≤x <4,2 dengan
kriteria praktis.� Kemudian aspek
kemanfaatan mendapat skor 118 dengan rata-rata 3,9, berada pada rentang
interval 3,2 ≤x <4,2 dengan kriteria praktis.
Secara keseluruhan aspek tampilan, aspek penyajian, dan aspek kemanfaatan total skor mencapai 483 dengan rata-rata 4,02, skor tersebut berada pada rentang interval 3,2 ≤x <4,2 dengan kriteria praktis. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa berdasarkan data di atas, penilaian sikap berbasis android hasil pengembangan merupakan instrumen penilaian sikap yang praktis.� Berdasarkan data di atas maka dapat digambarkan dalam diagram berikut:
Gambar 4
Diagram tingkat kepraktisan penilaian sikap
berbasis android
5.
Evaluasi
Tahap
pengembangan model ADDIE yang terakhir yaitu evaluasi. Tahap evaluasi terdiri
dari dua macam, yaitu evaluasi formatif dan evaluasi sumatif. Evaluasi formatif
sendiri merupakan evaluasi yang dilakukan selama proses pengembangan. Evaluasi
formatif oleh validator (ahli teknologi informasi dan ahli evaluasi). Sedangkan
evaluasi sumatif dilakukan pada akhir tahapan untuk mengetahui kepraktisan
penilaian sikap hasil pengembangan, dalam evaluasi sumatif ini hasil dari
ujicoba kepraktisan digunakan untuk mengetahui kekurangan dari aplikasi
penilaian sikap yang dikembangkan, dan selanjutnya akan dilakukan revisi.
Prosedur
pengembangan penilaian sikap berbasis android yang peneliti kembangkan diatas
sudah sesuai dengan prosedur pengembangan ADDIE model, yakni dengan melalui 5
langkah penelitian. Pertama analisis kebutuhan utnuk melakukan penilaian sikap
dari guru, kedua desain atau perancangan, pada tahap ini dilakukan rancangan
produk penilaian sikap berbasis android, ketiga tahap pengembangan, yakni
dengan membuat produk berupa aplikasi penilaian sikap berbasis android yang
tervalidasi oleh ahli IT dan ahli penilaian sikap, keempat implementasi yaitu
penerapan atau penggunaan, pada tahap ini dilakukan penggunaan aplikasi
penilaian sikap oleh guru PAI di MAS An-Nur Bener Meriah, keliama adalah
Evaluasi, evaluasi dilakukan untuk mengetahui kekurangan aplikasi penilaian
sikap yang dikembangkan, dan selanjutnya dilakukan revisi. Sebagaimana
diungkapkan oleh I Made Tegeh Model ini terdiri atas lima langkah, yaitu: (1)
analisis (analyze), (2) perancangan (design), (3) pengembangan (development),
(4) implementasi (implementation), dan (5) evaluasi (evaluation) (Tegeh,
2014).
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dipaparkan pada bab 4 maka dapat disimpulkan bahwa, Prosedur pengembangan penilaian sikap berbasis android mengikuti model ADDIE, yang diawali dengan analisis, desain, developmen, implementasion dan evaluasi. Peneliti dalam hal ini yang mengembangkan penilaian sikap berbasis android telah mengikuti langkah pengembangan model ADDIE secara berurutan dan keseluruhan.
Validitas penilaian sikap berbasis android berdasarkan penilaian ahli IT dan ahli Evaluasi sudah memenuhi kriterai kevalidan dengan rentang 4,2 berada pada rentang skor 3,4 ≤x <4,2 dengan kriteria valid.
Kepraktisan penilaian sikap
berbasis android dilakukan dengan cara menyebarkan
angket respon guru, yang menyajikan aspek tampilan, aspek penyajian dan aspek kemanfaatan. Secara keseluruhan ketiga aspek tersebut mencapai skor 483 dengan rata-rata 4,02, skor tersebut berada pada rentang interval 3,2 ≤x <4,2 dengan
kriteria praktis.
BIBLIOGRAFI
Allen, K. N., & Friedman, B. D. (2010). Affective
learning: A taxonomy for teaching social work values. Journal of Social Work
Values and Ethics, 7(2), 1�12.Google Scholar
Anderson, L. W. (1981). Assessing Affective
Characteristic in the Schools. Boston: Allyn an dBacon. Inc. Google Scholar
Bloom, B. S. (1956). Taxonomy of
educational objectives. Vol. 1: Cognitive domain. New York: McKay, 20(24),
1. Google Scholar
Darna, D. (2016). Kesulitan Guru dalam
Mengembangkan Penilaian Sikap Peserta Didik di SDN 75 Locok Kab. Enrekang.
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar. Google Scholar
Fernandes, H. J. X. (1984). Testing and
measurement. Jakarta: Depdikbud. Google Scholar
Jihad, A., & Haris, A. (2012). Evaluasi
Pembelajaran Cetakan I. Yogyakarta. Multi Pressindo. Google Scholar
Mardapi, D. (2008). Teknik penyusunan
instrumen tes dan nontes. Yogyakarta: Mitra Cendikia Press. Google Scholar
Ningsih, I. D. A., & Sri Hartini, S. H.
(2017). Problematika Guru dalam Penilaian Pembelajaran Kurikulum 2013 di SD
Muhammadiyah 24 Surakarta Tahun 2016/2017. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Google Scholar
Popham, W. J. (2009). Instruction that
measures up: Successful teaching in the age of accountability. ASCD. Google Scholar
Retnawati, H. (2015). Hambatan guru
matematika sekolah menengah pertama dalam menerapkan kurikulum baru. Jurnal
Cakrawala Pendidikan, 34(3). Google Scholar
Safaat, N. (2015). Rancang Bangun Aplikasi
Multiplatform. Informatika Bandung: Bandung. Google Scholar
Sugiyono, D. (2013). Metode penelitian
pendidikan pendekatan kuantitatif, kualitatif dan R&D. Google Scholar
Tegeh, I. M., & Kirna, I. M. (2013).
Pengembangan Bahan ajar metode penelitian pendidikan dengan addie model. Jurnal
Ika, 11(1). Google Scholar
Zakaria, R. T. (2011). Penilaian Sikap. Jakarta:
Pusat Penilaian Pendidikan: Badan Penelitian dan Pengembangan Pendidikan
Nasional. Google Scholar
Zuhera, Y., Habibah, S. H., &
Mislinawati, M. (2017). Kendala Guru Dalam Memberikan Penilaian Terhadap Sikap
Siswa Dalam Prosespembelajaran Berdasarkan Kurikulum 2013 Di Sd Negeri 14 Banda
Aceh. Jurnal Ilmiah Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 2(1). Google Scholar
Copyright holder: Suwarno (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |