�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
PENGARUH LOYALITAS KARYAWAN
(ORGANIZATIONAL CITIZENSHIP BEHAVIOR)
DAN PENERAPAN TEORI DUA FAKTOR (TWO
FACTOR THEORIES) TERHADAP KINERJA PERUSAHAAN
Eva Fauziana, Sena Maulana, Oni Junianto, Sarfilianty Anggiani
Institut Bisnis
Muhammadiyah Bekasi, Indonesia
Universitas
Trisakti, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected],�� [email protected]
Abstrak
Organizational Citizenship
Behavior (OCB) atau loyalitas dan kelekatan karyawan terhadap organisasi,
dewasa ini menjadi salah satu program divisi SDM di banyak perusahaan untuk
terus dikembangkan dan diimplementasikan dalam kegiatan operasional perusahaan.
Penelitian ini menganalisis sejauh mana loyalitas dan kelekatan karyawan
terhadap organisasi berpengaruh terhadap kinerja organisasi atau perusahaan.
Penelitian ini mengambil data random responden dari berbagai industri, posisi
dalam organisasi, serta spesifikasi peran dan tanggung jawab tiap responden
dalam organisasi. Loyalitas karyawan yang dimaksud adalah tentang seberapa kuat
karyawan bangga dan percaya terhadap perusahaannya, serta seberapa paham mereka
memahami visi misi serta rencana strategis yang diemban perusahaan. Ada pun
Teori Dua Faktor yang terangkum dalam penelitian ini adalah mengenai prosedur
dan tata kelola yang ditetapkan perusahaan, hubungan antara atasan-bawahan dan
rekan kerja, lingkungan fisik tempat kerja, program kesejahteraan karyawan yang
ditawarkan perusahaan, serta seberapa jauh pekerjaan yang karyawan emban mampu
memotivasi mereka. Hasil dari penelitian ini mengungkapkan bahwa Teori Dua
Faktor jauh lebih berpengaruh dalam meningkatkan kinerja perusahaan.
Kata Kunci: loyalitas
karyawan; teori dua faktor; manajemen kinerja
Abstract
Organizational Citizenship Behavior becomes one of Human
Resources Division programs to be developed and implemented in operational
level in many companies. This research analysis how organizational citizenship
behavior gives impact to company performance. This study takes random sampling
from many industries, job position and job specification and job roles and
responsibilities in each respondent. Organizational Citizenship Behavior in
this case, focused on how employees trust and proud to their organization, and
how they understand company�s vision, mission and strategic plan from year to
year. While Two Factors Theories in this research, focused on the dimensions of
procedures implemented in operational activities, relationship between
superiors and subordinates and among team members, physical working condition,
compensation and benefit program. While other dimensions are how the job itself
could give moderate challenge, pride, and give them higher career challenges.
Keywords: organizational
citizenship behavior; two factor theories; performance management
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Di era
turbulensi yang sangat dinamis ini, ditambah lagi dengan pandemi yang mewabah
di seluruh dunia, membuat tiap organisasi wajib melakukan perubahan di tiap
lini organisasi mereka. Perubahan tersebut minimal mampu mencakup empat area
utama yang signifikan dalam pencapaian kinerja perusahaan.
Manajemen
kinerja secara perlahan bergeser,� dari
evaluasi kinerja berdasarkan tugas dan kedisiplinan karyawan, kini berkembang
menjadi bagaimana sudut pandang karyawan terhadap organisasi, akan berpengaruh
terhadap kinerja dirinya dan tentu saja berpengaruh terhadap kinerja organisasi
secara keseluruhan.
Organizational
Citizenship Behavior (OCB) atau dalam bahasa ringkasnya dapat disebut sebagai
keletakan dan loyalitas karyawan terhadap organisasi, merujuk pada perilaku
tertentu yang ditunjukkan oleh karyawan, tapi tanpa menuruti prosedur formal
dalam internal organisasi, namun menunjukkan keinginan karyawan untuk sepakat
mencapai kinerja terbaik demi mencapai tujuan organisasi (Wang, et al, 2005).
OCB sendiri
dibagi menjadi dua jenis, yaitu perilaku individu (karyawan) terhadap
organisasi (Williams & Anderson, 1991) dan perilaku antar individu dalam organisasi (Cohen, 2006).
Locke dan Latham (1990) mendefinisikan kepuasan dan motivasi karyawan dalam
pekerjaan dalam dua variabel mendasar, yaitu (1) faktor hygiene dan (2) faktor
motivasi. Faktor hygiene ini meliputi ketersediaan aturan dan prosedur kerja
yang jelas, lingkungan fisik yang aman dan nyaman dalam pekerjaan, serta relasi
dan komunikasi yang baik dalam tim internal. Selain itu, faktor benefit yang
diterima karyawan juga turut menentukan tingkat kepuasan karyawan.
Adapun� faktor motivasi yang dapat mempengaruhi
motivasi dan� kinerja karyawan antara
lain adanya pekerjaan yang menantang karyawan untuk selalu berprestasi, adanya
jenjang karir yang jelas yang dapat membuat karyawan bangga terhadap pekerjaan
dan profesinya sendiri (Jalagat Jr & Aquino Jr,
2021).
Teori dua
Faktor ini sebetulnya pengembangan dari teori dasar kebutuhan menurut Maslow (1943),
menyebutkan hirarki kebutuhan manusia dari yang paling bawah adalah (1)
kebutuhan sandang, pangan, papan dan perasaan dicintai, lalu meningkat kepada
(2)� kebutuhan akan rasa aman dalam
pekerjaan, (3) kebutuhan untuk dikenali di lingkungan sosial, (4) kebutuhan
akan pekerjaan atau status sosial yang bisa dibanggakan, dan yang terakhir (5)
kebutuhan akan� aktualisasi diri di
tempat pekerjaan dan masyarakat (David & Andrezei, 1997).
Dalam
perkembangannya, OCB membantu perusahaan mengembangkan lingkungan kerja yang
lebih kondusif dari sisi psikologis dalam mendukung keberhasilan kinerja. OCB
juga mengembangkan sosial kapital perusahaan dan meningkatkan efisiensi serta
efektivas organisasi secara keseluruhan.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah metode kuantitatif dengan�
menggunakan metode Analisis Structural Equation Model (SEM) dengan
penyebaran kuesioner berdasarkan skala Likert. Responden berjumlah 135 orang,
dengan uji keabsahan data mencakup 10% (sepuluh persen) dari total responden.
Hasil dan Pembahasan
Adapun hasil
dari penelitian kami, dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:
Data Responden
Tabel 1
Jenis
Kelamin
Jenis Kelamin |
f |
% |
Pria |
60 |
44.4 |
Wanita |
75 |
55.6 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan jenis kelamin. Dari 135 orang yang diteliti, peling banyak responden berjenis kelamin wanita yaitu 75 orang (55,6%).
Tabel 2
Tabel� Usia
Usia |
f |
% |
19-25 tahun |
20 |
14.8 |
26-29 tahun |
18 |
13.3 |
30-35 tahun |
21 |
15.6 |
36-39 tahun |
13 |
9.6 |
40-45 tahun |
30 |
22.2 |
46-49 tahun |
15 |
11.1 |
50-59 tahun |
16 |
11.9 |
60-69 tahun |
1 |
0.7 |
di atas 70 tahun |
1 |
0.7 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan usia. Dari 135 orang yang diteliti,
paling banyak responden berusia antara 40 sampai 45 tahun yaitu 30 orang (22,2%).
Tabel
3
Instansi
Tempat Kerja
Instansi Tempat Kerja |
f |
% |
Anggota Aktif TNI |
1 |
0.7 |
BUMN / BUMD |
24 |
17.8 |
Institusi Pendidikan |
28 |
20.7 |
Karyawan Pindad Engineering Indonesia |
27 |
20 |
Perusahaan Swasta Multinasional (PMA) |
10 |
7.4 |
Perusahaan Swasta Nasional |
33 |
24.4 |
PNS non TNI / non Polri |
5 |
3.7 |
Wirausaha |
6 |
4.4 |
Yayasan Nirlaba / NGO |
1 |
0.7 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan instansi tempat kerja. Dari 135 orang yang diteliti,
paling banyak responden di instansi Perusahaan Swasta Nasional yaitu 33
orang (24,4%).
Tabel
4
Jabatan
Jabatan |
f |
% |
Pemilik Usaha / Owner / Founder |
2 |
1.5 |
Penyelia / Supervisor |
21 |
15.6 |
Pimpinan Madya / Middle Manager |
27 |
20 |
Pimpinan Muda / Junior Manager / Kepala
Lembaga |
19 |
14.1 |
Pimpinan Puncak / Direksi |
5 |
3.7 |
Staf |
61 |
45.2 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan jabatan. Dari 135 orang yang diteliti,
paling banyak responden dengan jabatan staf yaitu 61 orang (45,2%).
Tabel 5
Domisili
Domisili |
f |
% |
Di Luar Pulau
Jawa |
7 |
5.2 |
Jabodetabek |
59 |
43.7 |
Jawa Barat di luar Jabodetabek |
51 |
37.8 |
Pulau Jawa |
18 |
13.3 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan Domisili. Dari 135 orang yang diteliti, paling banyak responden berdomisili di Jabodetabek yaitu 59 orang (43,7%).
Tabel 6
Status
Status |
f |
% |
Bercerai / Pisah Mati |
5 |
3.7 |
Menikah |
98 |
72.6 |
Single |
32 |
23.7 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan Status.
Dari 135 orang yang diteliti, paling banyak responden dengan status menikah yaitu 98 orang (72,6%).
Tabel 7
Pendidikan
Pendidikan |
f |
% |
S1 |
71 |
52.6 |
S2 |
36 |
26.7 |
S3 |
4 |
3 |
SMA |
24 |
17.8 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan pendidikan. Dari 135 orang yang diteliti, paling banyak responden dengan Pendidikan S1 yaitu 71 orang (52,6%).
Tabel
8
Jarak
dari Rumah ke Kantor
Jarak dari Rumah ke
Kantor |
f |
% |
Berbeda kota tapi masih satu provinsi |
11 |
8.1 |
Berbeda provinsi |
6 |
4.4 |
Berbeda wilayah negara |
2 |
1.5 |
Dekat, kurang dari
50 km |
116 |
85.9 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan Jarak dari Rumah ke Kantor. Dari 135 orang yang diteliti, paling banyak responden menjawab �Dekat, kurang dari 50 km� yaitu 116 orang (85,9%).
Tabel 9
Fungsi
Utama Pekerjaan
Fungsi Utama Pekerjaan |
f |
% |
Administrasi & Pelaksana |
36 |
26.7 |
Engineering / Teknisi |
14 |
10.4 |
Manajemen |
45 |
33.3 |
Pemasaran |
11 |
8.1 |
Pengajar (Guru/Dosen/Tutorial) |
20 |
14.8 |
Riset & Pengembangan |
9 |
6.7 |
Total |
135 |
100 |
Tabel diatas menggambarkan data responden berdasarkan fungsi utama pekerjaan.
Dari 135 orang yang diteliti, paling banyak responden menjawab �Manajemen� yaitu 45 orang (33,3%).
Analisis Structural Equation Model (SEM)
Pada penelitian ini terdapat 3variabel laten dan
8 variabel manifest. �Pengujian
hasil struktur equation
modeling (SEM) dengan pendekatan
partial least square (PLS) dilakukan dengan melihat hasil model pengukuran (outer model)
dan hasil model structural (inner model) dari model yang dilteliti.
Pengujian Model Pengukuran (Outer Model)
Covergent Validity berhubungan dengan
prisnsip bahwa variabel manifest dari suatu konstruk seharusnya berkorelasi tinggi. Covergent Validity dengan software PLS dapat dilihat dari loading factor untuk setiap indicator konstruk, adapun untuk menilai Covergent
Validity nilai loading factor harus
lebih dar 0,6, serta average extracted (AVE) harus
lebih besar dari 0,5, diperoleh hasil sebagai berikut:
Loading Factor
Tabel 10
Loading Factor
Variabel |
Variabel Manifest |
Loading Factor |
Two Factor |
HF |
0.934 |
MF |
0.914 |
|
OCB |
KTP |
0.903 |
KVM |
0.626 |
|
Percaya |
0.856 |
|
Kinerja Perusahaan |
CF |
0.837 |
FP |
0.888 |
|
IP |
0.840 |
Tabel di atas memberikan informasi mengenai nilai loading factor untuk setiap variabel manifest, nilai loading factor dari semua indicator terhadap variabel laten menunjukan >0,6, sehingga semua indicator dinyatakan valid dan mampu mengukur variabel secara tepat.
Average Variance Extracted
(AVE)
Tabel 11
Average
Variance Extracted
|
Average Variance Extracted (AVE) |
Kinerja_Perusahaan |
0.732 |
OCB |
0.647 |
Two Factor |
0.854 |
Pada tabel di atas, dapat dilihat
bahwa keenam variabel laten memiliki nilai AVE yang lebih besar dari nilai yang ditentukan yakni sebesar 0,5. Sehingga semua variabel dinyatakan valid dalam menjelaskan variabel latennya yang menunjukan bahwa penggunaan variabel manifest tersebut memenuhi persyaratan AVE.
Maka dari itu seluruh variabel manifest dinyatakan telah memenuhi persyaratan convergent
validity. Convergent validity itu sendiri
merupakan validitas yang terbukti jika skor
yang diperoleh oleh instrument yang mengkur konsep atau mengukur konsep
dengan metode yang berbeda memiliki korelasi yang tinggi.
Discriminant Validity
Discriminant Validity dapat dilihat dari pengkran cros
loading factor dengan kosntruk dan perbandingan AVE dengan korelasi variabel
laten. Jika korelasi kosntruk dengan pokok pengukuran (setiap indicator) lebih
besar daripada ukuran kosntruk lainnya maka dikatakan variabel tersebut
memiliki validitas diskriminan yang tinggi. Nilai cross loading disajikan
sebagai berikut:
Tabel� 12
Hasil Uji Cross
Loading Faktor
|
Two Factor |
OCB |
Kinerja_Perusahaan |
HF |
0.934 |
0.707 |
0.799 |
MF |
0.914 |
0.606 |
0.704 |
KTP |
0.637 |
0.903 |
0.733 |
KVM |
0.518 |
0.626 |
0.503 |
Percaya |
0.561 |
0.856 |
0.605 |
CF |
0.671 |
0.719 |
0.837 |
FP |
0.705 |
0.656 |
0.888 |
IP |
0.719 |
0.607 |
0.840 |
Berdaarkan
tabel hasil software PLS di atas, terlihat nilai cross loading factor korelsi
setiap kosntruk laten untuk indicator yang berseuaian lebih tinggi daripada
kostruk lainnya, sehingga dapat disimpulkan bahwa indicator-indikator yang
digunakan untuk mengukur variabel laten telah memenuhi syarat.
Uji
Reliabilitas
Uji
reliabiltas dalam Partial Least Square (PLS) dapat menggunakan dua metode yakni
Composite Reliability (CR) dan Cronbach�s Alpha, yang disajikan sebagai
berikut:
Tabel 13
Hasil Uji
Composite Reliability (CR) dan Cronbach�s Alpha
|
Cronbach's Alpha |
Composite Reliability |
Kinerja_Perusahaan |
0.816 |
0.891 |
OCB |
0.715 |
0.843 |
Two Factor |
0.829 |
0.921 |
Dari hasil pengujian diatas
dapat diketahui bahwa nilai Composite Reliability (CR) lebih besar dari 0,7
dan nilai Cronbachs Alpha lebih besar dari 0,6, sehingga
dapat disimpulkan bahwa data reliabel yang menunjukkan bahwa semua indikator memiliki kekonsistenan dalam mengukur masing-masing variabel.
Pengujian Model Struktural (Inner Model)
Pengukuran model structural ini adalah menguji pengaruh satu variabel laten dengan variabel laten lainnya. Pengujian dilakukan dengan melihat nilai path yang untuk melihatnya apakah pengaruh tersebut signifikan atau tidak dilihat dari nilai t dari nilai path (nilai t dapat diperoleh dengan melakukan boothstraping). Berikut adalah gambar dari hasil boothstraping yang dilakukan dalam penelitian ini:
Gambar 1 Boothstraping
Uji
R square
Pengaruh variabel dependen dapat ditampilkan oleh nilai R-square. Berikut perolehan nilai R-square.
Tabel 14
Hasil R Square
|
R
Square |
Kinerja_Perusahaan |
0.740 |
Melalui nilai koefisien determinasi (R-square) yang terdapat
pada Tabel diatas dapat diketahui pada nilai Rsquare variabel kinerja
perusahaan sebesar 0,740, yang menunjukan bahwa kinerja perusahaan dapat
dijelaskan sebesar 74,0% oleh variabel two factor dan OCB. Dilihat dari
koefisien jalurnya, kinerja perusahaan lebih dominan dipengaruhi oleh two
faktor dengan koefisien jalur sebesar 0,539 dan yang paling kecil pengaruhnya
adalah variabel OCB dengan koefisien jalur sebesar 0,389.
Pengujian
Hipotesis
Hipotesis dalam penelitian ini akan diuji dengan
menggunakan nilai koefisien path dan t values untuk melihat apakah ada pengaruh
signifikan atau tidak. Selain itu, hasil pengujian signifikansi
jalur juga memperlihatkan nilaii koefisien parameternya (original sampel).
Koefisien parameter memperlihatkan nilai signifikansi dari pengaruh
masing-masing variabel penelitian.
Tabel 15
Uji Signifikansi Jalur
(Path)
Hipotesis |
Original Sample (O) |
T Statistics (|O/STDEV|) |
P Values |
Kesimpulan |
|
H1 |
Two Factor -> Kinerja_Perusahaan |
0.539 |
6.651 |
0.000 |
Diterima |
H2 |
OCB -> Kinerja_Perusahaan |
0.389 |
4.479 |
0.000 |
Diterima |
Pengaruh Two Factor Theories Terhadap Kinerja Perusahaan
������� Ho:
Two Factor tidak
berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Perusahaan
�������� H1: Two Factor berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Perusahaan
�������� Tolak Ho dan terima H1 jika nilai thitung
> ttabel
Untuk menguji hipotesis di atas, gigunakan nilai
t-value untuk melihat pengaruh Two
Factor terhadap kinerja
perusahaan dengan� nilai t-value
6,651, nilai ini lebih besar dari 1,96 dengan
a=0,05, sehingga dapat disimpulkan H1 diterima, artinya terdapat pengaruh
signifikan Two Factor terhadap kinerja perusahaan.
Variabel Two Factor terhadap kinerja perusahaan memiliki original
sampel sebesar 0,539 dengan arah positif artinya semakin baik Two Factor maka kinerja perusahaan juga akan semakin
meningkat sebesar 0,539.
Pengaruh Organization Citizenship Behavior �Terhadap
Kinerja Perusahaan
������� Ho:
OCB tidak berpengaruh
signifikan positif terhadap Kinerja Perusahaan
�������� H2: OCB berpengaruh signifikan positif terhadap Kinerja Perusahaan
�������� Tolak Ho dan terima H2 jika nilai thitung
> ttabel
Untuk menguji hipotesis di atas, gigunakan nilai
t-value untuk melihat pengaruh OCB
terhadap kinerja
perusahaan dengan� nilai t-value
4,479, nilai ini lebih besar dari 1,96 dengan
a=0,05, sehingga dapat disimpulkan H2 diterima, artinya terdapat pengaruh
signifikan OCB terhadap kinerja perusahaan.
Variabel
OCB terhadap kinerja perusahaan memiliki original
sampel sebesar 0,389 dengan arah positif artinya semakin baik OCB maka kinerja perusahaan juga akan semakin
meningkat sebesar 0,389.
Kesimpulan
Untuk meningkatkan kinerja
organisasi atau perusahaan secara signifikan, penulis menyarankan untuk lebih
menekankan pengembangan area sumber daya manusia pada perbaikan pada dimensi
sebagai berikut:
1. Memberikan pekerjaan yang terarah dan
terstuktur sesuai target organisasi.
2. Memberikan pekerjaan dengan tantangan yang
sesuai dengan kemampuan masing-masing karyawan.
3. Memberikan motivasi dengan cara melakukan
komunikasi dan pendekatan yang efektif kepada tim terkait secara formal dan
informal
4. Memperhatikan lingkungan fisik kantor atau
pabrik tempat usaha, sehingga terpenuhi kebersihan keselamatan, keamanan dan
kenyamanan karyawan.
5. Secara berkala mengkaji ulang sistem
penggajian, sehingga tetap memenuhi kebutuhan dasar karyawan.
Penulis juga hendak
menyarankan para pengelola organisasi dan perusahaan untuk secara bekala
melakukan sosialisasi dan internalisasi visi misi perusahaan kepada seluruh
karyawan, termasuk rencana stratejik serta target apa yang hendak dicapai dalam
kurun waktu tertentu, sehingga karyawan memiliki rasa percaya, bangga, dan
termotivasi untuk menghasilkan kinerja sesuai target yang telah disepakati.
Untuk penelitian selanjutnya,
penulis menyarankan menggunakan jumlah responden� yang lebih banyak dan lebih luas, dan
responden secara� spesifik fokus pada
fungsi dan jabatan tertentu, serta menambahkan dimensi kehadiran karyawan� dalam penelitian, serta menjabarkan secara
umum hasil kinerja atau pencapaian target perusahaan secara data dalam angka
statistik, dalam kurun waktu minimal tiga tahun ke belakang.
Cohen, A. (2006). The relationship between multiple
commitments and organizational citizenship behavior in Arab and Jewish culture.
Journal of Vocational Behavior, 69(1), 105�118. Google Scholar
David, B., & Andrezei, H. (1997).
Organizational behavior. United Kingdom, Prentice Hall. Google Scholar
Jalagat Jr, R. C., & Aquino Jr, P. G.
(2021). Common Perceived Predictors of Job
Satisfaction Among Filipino Workers in Vietnam.
Management Research & Practice, 13(3). Google Scholar
Locke, E. A., & Latham, G. P. (1990).
Work motivation and satisfaction: Light at the end of the tunnel. Psychological
Science, 1(4), 240�246. Google Scholar
Maslow, A. (1943). Maslow�s hierarchy of
needs. Index of DOCS/Teacing {sp} Collection/Honolulu. Google Scholar
Williams, L. J., & Anderson, S. E.
(1991). Job satisfaction and organizational commitment as predictors of
organizational citizenship and in-role behaviors. Journal of Management,
17(3), 601�617. Google Scholar
Copyright holder: Eva Fauziana, Sena Maulana, Oni Junianto, Sarfilianty Anggiani (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |