�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
EFEK SAMPING DAN
REAKTOGENISITAS VAKSIN COVID-19: SURVEI PENERIMA VAKSIN
Nur Syahadati Retno Panenggak, Nur Shanti Retno
Pembayun, Erta, Hapsari Shinta Citra Puspita
Dewi, Nurhasan
Universitas
Negeri Surabaya, Surabaya, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
Vaksin merupakan salah satu intervensi
terbaik yang dikembangkan untuk pemberantasan COVID-19. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeskripsikan efek samping vaksin AstraZeneca COVID-19.Metode
yang dilakukan adalah studi survei cross-sectional dilakukan antara Maret 2021
untuk mengumpulkan data tentang efek vaksin COVID-19 di antara individu setelah
vaksinasi diadakan di Universitas Negeri Surabaya. Data demografi dan efek
samping vaksin COVID-19 AstraZeneca dilaporkan. Hasil peneltian yaitu rentang
usia 41-46 adalah usia dengan presentasi tertinggi diikuti oleh usia 29-34 dan
29-30 dengan presentasi yang sama sebesar 18,8%. Di antara responden, 132 (52%)
adalah laki-laki dan 124 adalah perempuan (48%). Dalam penelitian ini, 229
(89,4%) responden mengalami efek samping sedangkan 27 (10,6%) lainnya tidak
mengalami efek samping. Dari 256 orang yang divaksinasi AstraZeneca, efek
samping lokal di tempat suntikan dialami oleh 69 (27%) orang dan reaksi
sistemik dialami oleh 229 orang (89,4%). Gejala yang paling umum dirasakan oleh
responden vaksin adalah demam yang dirasakan oleh 92 (35,9%) orang, diikuti
oleh menggigil yang dilaporkan oleh 90 (35,1%) orang, sakit kepala yang
dikeluhkan oleh 86 (33,6%), nyeri pada tempat suntikan. injeksi dilaporkan oleh
69 (27,0%) responden, nyeri otot dilaporkan oleh 69 (27,0%) responden, nyeri
osteoartikular dilaporkan oleh 42 (16,4%) orang, mual dialami oleh 39 (15,2%),
kelelahan oleh 28 (10,9). %) orang, bengkak di tempat dilaporkan oleh 22 (8,6%)
orang, kemerahan di tempat suntikan dilaporkan oleh 10 (3,9%) orang, batuk
dilaporkan oleh 5 (2%) orang, muntah oleh 5 (2%) orang, diare dilaporkan 4
orang (1,6%), sesak napas sebanyak 2 orang (0,8%), sakit perut dialami 3 orang
(1,2%), dan pembengkakan kelenjar getah bening terakhir dialami 2 orang (0,8%).
���������������������������������������������������������������������������������������������� ����������������������������������������������������������������������������������������������
Kata Kunci: efek
samping; reaktogenisitas; AstraZeneca; vaksin; COVID-19
Abstract
Vaccines are one of the best interventions developed for
eradicating COVID-19. This study aimed to provide evidence on AstraZeneca
COVID-19 vaccine side effects. The methods used in this research is a
cross-sectional survey study was conducted between in March 2021 to collect
data on the effects of the COVID-19 vaccine among individuals following
vaccination held in Universitas Negeri Surabaya. Demographic data and the side
effects of the COVID-19 AstraZeneca vaccine were reported. The results showed the
age range of 41-46 is the age with the highest presentation followed by ages
29-34 and 29-30 with the same presentation of 18.8%. Among the respondents, 132
(52%) were male and 124 were female (48%). In this study, 229 (89.4%)
respondents experienced side effects while 27 (10.6%) others did not experience
side effects. Of the 256 people vaccinated with AstraZeneca, local side effects
at the injection site were experienced by 69 (27%) people and systemic
reactions were experienced by 229 people (89.4%). The most common symptom felt
by vaccine respondents was fever which was felt by 92 (35.9%) people, followed
by chills that was reported by 90 (35.1%) people, headache was complained by 86
(33.6%), pain in the site of injections were reported by 69 (27.0%)
respondents, muscle pain was reported by 69 (27.0%) respondents, osteoarticular
pain was reported by 42 (16.4%) persons, nausea was experienced by 39 (15.2%) ,
fatigue by 28 (10.9%) people, swelling at the site reported by 22 (8.6%)
people, redness at the location of injection are reported by 10 (3.9%) people,
cough reported by 5 (2%) people, vomiting by 5 (2%) people, diarrhea reported
by 4 (1.6%) people, feeling short of breath by 2 (0.8%) people, abdominal pain
experienced by 3 (1.2%) people, and the last swelling of the lymph nodes
experienced by 2 (0.8%) people.
Keywords: side-effects;
reactogenicity; AstraZeneca; vaccine; COVID-19
Received:
2021-10-20; Accepted: 2021-11-05; Published: 2021-11-20
Pendahuluan
Penyakit
Coronavirus 2019 (COVID-19) adalah infeksi virus patogen yang sangat menular
yang disebabkan oleh SARS-Cov-2 (Zheng, 2021). Pada
Desember 2019, kasus pertama COVID-19 ditemukan di Wuhan, China (Zhu, 2019).
Virus baru ini sangat menular dan menyebar dengan sangat cepat ke seluruh dunia
dengan lebih dari 6.500.000 kasus yang dikonfirmasi dan 384.643 kematian telah
dilaporkan (Ashour, 2019, Baj, 2020). Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) menetapkan COVID-19 sebagai Kedaruratan Kesehatan
Masyarakat yang Meresahkan Dunia atau Public Health Emergency of International
Concern (PHEIC) pada 30 Januari 2020 dan pada 11 Maret 2020 penyakit ini ditetapkan
sebagai sebuah pandemi (WHO,
2020).
Menurut sebuah penelitian, pada Oktober 2020, COVID-19 akan menjadi penyebab
utama kematian ketiga bagi orang berusia 45 hingga 84 tahun, dan penyebab utama
kematian kedua bagi orang berusia 85 tahun ke atas di Amerika Serikat (Woolf, 2020). Di Indonesia, dua kasus infeksi SARS-CoV-2 yang
dikonfirmasi di laboratorium pertama kali dilaporkan pada tanggal 2 Maret
2020.8 Pemerintah Indonesia melaporkan 1.583.182 orang dengan COVID-19
terkonfirmasi pada 14 April 2021 dan terdapat 42.906 kematian yang dilaporkan
akibat COVID-19, dan 1.431.892 pasien telah sembuh dari penyakit tersebut (WHO,
2021). Spektrum klinis COVID bervariasi mencakup pasien yang sakit
ringan hingga kritis dengan outcome yang fatal (Tian, 2020).
Gejala penyakit COVID-19 diantaranya adalah demam, sesak napas, batuk (baik
dengan atau tanpa dahak), sakit tenggorokan, hidung tersumbat, pusing,
menggigil, nyeri otot, artralgia, kelemahan, kelelahan, mialgia, sesak pada
dada, produksi lendir berlebih dan hemoptisis, dan dispnea (Han, 2019).
Untuk saat ini, pengobatan yang digunakan untuk menanggulangi infeksi COVID-19
sebagian besar terdiri dari terapi suportif seperti ventilasi mekanis dan
suplementasi oksigen (Elekhnawy, 2019). Meskipun banyak obat terapeutik telah diuji
untuk melawan COVID-19 namun terapi tersebut masih membutuhkan lebih banyak
randomized controlled trial untuk menentukan kemanjuran dan potensinya (Saeed,
2021). Melakukan pengendalian pandemic dengan pencegahan
seperti penggunaan masker, physical distancing, mendeteksi orang yang terpapar
dan bergejala, serta mengidentifikasi orang yang tidak lagi menular, contact
tracing dan menggunakan teknik isolasi sangat berguna dalam membatasi
penyebaran penyakit, tetapi langkah-langkah tersebut dinilai tidak efektif
dalam membatasi penyebaran penyakit pada beberapa tempat (Kucharski, 2021). Terdapat kesepakatan umum yang diyakini oleh
banyak ahli di dunia bahwa vaksin COVID-19 mungkin adalah cara terbaik untuk
mengendalikan pandemi COVID-19 secara berkelanjutan (Koirala, 2020). Upaya penelitian global dan belum pernah terjadi
sebelumnya berkontribusi pada pengembangan vaksin secara cepat. Untuk
mengurangi morbiditas dan mortalitas yang terkait dengan COVID-19, diperlukan
vaksin, dan berbagai platform telah terlibat dalam pengembangan calon vaksin
yang cepat (Walsh, 2020). Keberadaan vaksin diyakini akan secara drastis
mengurangi prevalensi penyakit ini di masa depan (Voysey, 2021).
Sejumlah negara termasuk Indonesia telah mempersiapkan vaksinasi COVID-19 dari
berbagai sumber. Dalam rangka melaksanakan program vaksinasi untuk mencapai
target herd immunity, pemerintah terus berupaya menghadirkan vaksin COVID-19
yang aman, bermutu dan berkhasiat secara bertahap (Widyawati, 2021). Program vaksinasi COVID-19 di Indonesia
pertama kali dilakukan pada tanggal 13 Januari 2021, orang pertama yang
mendapatkan vaksin COVID-19 pada saat itu adalah Presiden Republik Indonesia (Toharuddin,
2021). Beberapa literatur menyebutkan bahwa keraguan untuk melakukan
vaksinasi COVID-19 banyak terjadi di beberapa negara baik negara maju maupun
negara berkembang (Machingaidze, 2021, Solis, 2021). Salah satu yang menyebabkan
keraguan masyarakat untuk melakukan vaksinasi adalah kekhawatiran akan efek
samping dan keamanan vaksin (Nossier, 2021). Perguruan tinggi
merupakan adalah salah satu tempat yang terdampak oleh pandemi COVID-19 dan merupakan
tempat yang esensial dalam sektor Pendidikan (Al Miskry, 2021). Penelitian ini dilakukan pada penerima vaksinasi
di lingkungan Perguruan Tinggi. Data mengenai efek samping vaksin dapat memberi
sumber informasi tambahan untuk mendorong masyarakat menimbang risk dan benefit
dilakukannya vaksinasi (Azarpanah, 2021).
Metode Penelitian
Jenis penelitian
ini dilakukan dengan metode deskriptif observasional dengan pengambilan data
yang dilakukan secara cross-sectional. Penelitian ini mengobservasi efek
samping dan reaktogenisitas vaksin dari peserta vaksinasi yang dilaksanakan di
Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 29-30 Maret 2021. Populasi penelitian
ini adalah penerima vaksin AstraZeneca di Universitas Negeri Surabaya pada
tanggal 29-30 Maret 2021. Kriteria inklusi adalah peserta vaksinasi di
Universitas Negeri Surabaya pada tanggal 29-30 Maret 2021 yang bersedia untuk
mengikuti penelitian ini. Sample diambil secara simple random sampling.
Responden yang setuju untuk berpartisipasi memberikan persetujuan secara lisan
dan tanggapan mereka dimasukkan secara anonim.
Hasil dan Pembahasan
Kuesioner diisi oleh 256 orang
yang mengikuti vaksinasi tahap pertama AstraZeneca di Universitas Negeri Surabaya.
Usia responden bervariasi antara 21 dan 63 tahun. Rentang usia 41-46 merupakan
usia dengan presentasi tertinggi diikuti dengan usia 29-34 dan 29-30 dengan
presentasi yang sama yakni 18.8%. Di antara responden, 132 (52%) adalah
laki-laki dan 124 adalah perempuan (48%). Pada penelitian ini efek samping
dialami oleh 229 (89,4%) responden sedangkan 27 (10,6%) orang lainnya tidak
mengalami efek samping. Karakteristik responden dapat dilihat pada tabel 5.1.
Dari 256 orang yang divaksinasi dengan AstraZeneca, efek samping lokal pada
lokasi injeksi dialami oleh 69 (27%) orang dan reaksi sistemik dialami oleh 229
orang (89,4%). Gejala yang paling banyak dirasakan oleh responden vaksin adalah
demam yang dirasakan oleh 92 (35,9 %) orang, diikuti oleh rasa menggigil yang
dilaporkan oleh 90 (35,1%) orang, nyeri kepala dikeluhkan oleh 86 (33,6%),
nyeri di tempat suntikan dilaporkan oleh 69 (27,0%) responden, nyeri otot
dilaporkan oleh 69 (27,0%) responden, nyeri osteoartikular dilaporkan oleh 42
(16,4%) orang, mual dialami oleh 39 (15,2%), kelelahan oleh 28 (10,9%) orang,
bengkak pada tempat injeksi dilaporkan oleh 22 (8,6%) orang, kemerahan pada
lokasi injeksi dilaporkan oleh 10 (3,9%) orang, batuk dilaporkan oleh 5 (2%)
orang, muntah oleh 5 (2%) orang, diare dilaporkan oleh 4 (1,6%) orang, rasa
sesak oleh 2 (0,8%) orang, nyeri perut dialami oleh 3 (1,2%) orang, dan yang
terakhir pembengkakan kelenjar getah bening dialami oleh 2 (0,8%) orang.
Pada survey ini tidak ada
responden yang mengalami pingsan, reaksi anafilaksis, maupun rasa kesemutan.
Dari 229 orang yang mengalami efek samping vaksinasi 214 orang (93,4%)
mengalami efek samping ringan yang tidak memerlukan terapi, 15 orang (6,6%)
mengalami efek samping sedang sedangkan tidak ada responden yang mengalami efeksamping
berat.
Dalam penelitian ini,
didapatkan bahwa lebih banyak penerima vaksin AstraZeneca yang mengalami efek
samping sistemik 89,4% dibandingkan dengan efek samping lokal 27%. Hal ini
sesuai dengan penelitian sebelumnya yang membandingkan efek samping vaksin yang
berbasis viral vector seperti AstraZeneca dengan vaksin mRNA seperti
Pfizer/BioNTech, yang mendeskripsikan bahwa penerima vaksin AstraZeneca akan
lebih banyak mengalami efek samping sistemik sedangkan penerima vaksin mRNA
lebih banyak mengalami efek lokal (Klugar, 2021). Pada penelitian ini tidak
didapatkan efek samping yang parah dan Sebagian besar efek samping adalah efek
samping yang ringan 93,4% dan sebagian kecil adalah efek samping yang sedang
6,6%. Hal ini lebih tinggi dari studi yang dilakukan di Etiopia gejala ringan,
yang terjadi di antara 70,98% penerima vaksin dosis pertama AstraZeneca (Solomon,
2021) dan dari uji coba fase 2-3 vaksin yang melaporkan efek samping
sistemik pada 88% peserta berusia 18-55 tahun yang menerima suntikan pertama (Ramasamy,
2020).
Tabel 1
Karakteristik Responden
Karakteristik |
Kategori |
Frekuensi |
F (%) |
Jenis Kelamin |
Perempuan |
124 |
48 |
|
Laki-laki |
132 |
52 |
Umur |
23-28 |
28 |
10,9 |
|
29-34 |
48 |
18,8 |
|
35-40 |
48 |
18,8 |
|
41-46 |
51 |
19,9 |
|
47-52 |
29 |
11,3 |
|
53-58 |
38 |
14,8 |
|
58-63 |
14 |
5,5 |
Keluhan |
Tidak ada |
27 |
10,6 |
|
Ada |
229 |
89,4 |
Tabel 2
Efek samping vaksin sesuai
lokasi lokal atau sistemik
Gejala |
n |
F (%) |
Lokal |
69 |
27 |
Sistemik |
229 |
89,4 |
Bila dibandingkan dengan
penelitian lain yang dilakukan di Inggris, gejala pada tempat suntikan terjadi
di antara 58,7% peserta penelitian (Menni, 2021). Sedangkan pada penelitian
ini gejala lokal di tempat injeksi hanya dikeluhkan oleh 69 (27%) penerima
vaksin. Dengan Gejala tersering adalah nyeri di area tempat injeksi dikeluhkan
oleh 69 orang (27%) dan nyeri tekan dikeluhkan oleh 50 penerima pasien (19,5%).
Temuan gejala kelelahan pada penelitian ini (10,9%) lebih sedikit dialami oleh
penerima vaksin dibandingkan penelitian sebelumnya yakni 52,08%31 dan 53,1%
dari penelitian lain.20 Pada penelitian ini penerima vaksin yang mengalami
sakit kepala setelah pemberian AstraZeneca adalah 86 (33,6%) hal ini lebih
rendah dari penelitian sebelumnya yakni adalah 50,1-52,6%.20,31 Pada penelitian
ini myalgia didapatkan pada 69 (27%) penerima vaksin dibandingkan sekitar 42%
-44,0% pada penelitian lain. 20,31,34 (Abu-Hammad, 2021).
Beberapa (6,6%) responden kami
mengonsumsi obat anti inflamatori non steroid atau parasetamol untuk
meringankan gejala ringan yang mereka hadapi. Mengidentifikasi dan mengelola
efek samping setelah imunisasi penting untuk mempertahankan kepercayaan pada
vaksin, WHO merekomendasikan penggunaan analgesik untuk gejala pasca vaksin
COVID-19. Namun, CDC memperingatkan individu untuk tidak menggunakan analgesik
secara profilaksis karena interaksi antara vaksin COVID-19 dan analgesik belum
diketahui (CDC,
2021). Selanjutnya, Komite Penasihat Global WHO
merekomendasikan penerima vaksin untuk mencari perawatan medis segera jika
gejala parah bertahan dari empat hingga dua puluh hari setelah vaksinasi (Interim, 2021).
Kesimpulan
Efek samping vaksin AstraZeneca yang
paling sering terjadi yaitu efek samping
sistemik dibandingkan dengan efek samping
lokal. Gejala efek samping yang paling banyak dirasakan oleh peserta vaksin adalah demam. Mayoritas
efek samping vaksin AstraZeneca yang terjadi adalah efek samping
ringan. Hanya sebagian kecil peserta vaksinasi mengkonsumsi obat-obatan untuk meredakan gejala efek samping
pasca vaksin.
Penelitian ini diharapkan
dapat menjadi informasi tambahan terkait efek samping vaksinasi terutama di
lingkungan Pendidikan Tinggi atau Universitas di Indonesia:
1. Untuk masyarakat khususnya mahasiswa dan
civitas akademika di suatu universitas untuk dapat berpartisipasi secara aktif
sebagai agen perubahan perilaku dan educator vaksin untuk tujuan tercapainya
kekebalan kelompok melalui vaksinasi.
2. Penelitian selanjutnya dapat dikembangkan
terkait� kebijakan mandat vaksin untuk
perguruan tinggi terkait Pertemuan Tatap Muka (PTM), keperluan terkait booster
vaksin, efek samping terkait kombinasi vaksin mengingat mRNA vaksin sperti
Pfizer dan moderna sudah mulai masuk dan digunakan dalam program vaksinasi.
Abu-Hammad O, Alduraidi H, Abu-Hammad S, et
al. Side Effects Reported by Jordanian Healthcare Workers Who Received COVID-19
Vaccines. Vaccines. 2021;9(6):577. doi:10.3390/vaccines9060577 Google Scholar
Al Miskry ASA, Hamid AAM, Darweesh AHM. The
Impact of COVID-19 Pandemic on University Faculty, Staff, and Students and
Coping Strategies Used During the Lockdown in the United Arab Emirates. Front
Psychol. 2021;12. doi:10.3389/fpsyg.2021.682757 Google Scholar
Ashour HM, Elkhatib WF, Rahman MM, Elshabrawy HA.
Insights into the Recent 2019 Novel Coronavirus (SARS-CoV-2) in Light of Past
Human Coronavirus Outbreaks. Pathog (Basel, Switzerland). 2020;9(3).
doi:10.3390/pathogens9030186 Google Scholar
Azarpanah H, Farhadloo M, Vahidov R, Pilote L.
Vaccine hesitancy: evidence from an adverse events following immunization
database, and the role of cognitive biases. BMC Public Health.
2021;21(1):1686. doi:10.1186/s12889-021-11745-1 Google Scholar
Baj J, Karakuła-Juchnowicz H,
Teresiński G, et al. COVID-19: Specific and Non-Specific Clinical
Manifestations and Symptoms: The Current State of Knowledge. J Clin Med.
2020;9(6):1753. doi:10.3390/jcm9061753 Google Scholar
CDC. Possible Side Effects After Getting a
COVID-19 Vaccine. Published 2021.
https://www.cdc.gov/coronavirus/2019-ncov/vaccines/expect/after.html Google Scholar
Elekhnawy E, Kamar AA, Sonbol F. Present
and future treatment strategies for coronavirus disease 2019. Futur J Pharm
Sci. 2021;7(1):84. doi:10.1186/s43094-021-00238-y Google Scholar
Han R, Huang L, Jiang H, Dong J, Peng H,
Zhang D. Early Clinical and CT Manifestations of Coronavirus Disease 2019
(COVID-19) Pneumonia. Am J Roentgenol. 2020;215(2):338-343.
doi:10.2214/AJR.20.22961 Google Scholar
Interim statement of the COVID-19
subcommittee of the WHO Global Advisory Committee on vaccine safety on
AstraZeneca COVID-19 vaccine. Saudi Med J. 2021;42(5):581-582.
doi:33896793.
Google Scholar
Klugar M, Riad A, Mekhemar M, et al. Side Effects
of mRNA-Based and Viral Vector-Based COVID-19 Vaccines among German Healthcare
Workers. Biology (Basel). 2021;10(8):752. doi:10.3390/biology10080752 Google Scholar
Kucharski AJ, Klepac P, Conlan AJK, et al.
Effectiveness of isolation, testing, contact tracing, and physical distancing
on reducing transmission of SARS-CoV-2 in different settings: a mathematical
modelling study. Lancet Infect Dis. 2020;20(10):1151-1160.
doi:10.1016/S1473-3099(20)30457-6 Google Scholar
Koirala A, Joo YJ, Khatami A, Chiu C,
Britton PN. Vaccines for COVID-19: The current state of play. Paediatr
Respir Rev. 2020;35:43-49. doi:10.1016/j.prrv.2020.06.010 Google Scholar
Machingaidze S, Wiysonge CS. Understanding
COVID-19 vaccine hesitancy. Nat Med. 2021;27(8):1338-1339.
doi:10.1038/s41591-021-01459-7 Google Scholar
Menni C, Klaser K, May A, et al. Vaccine
side-effects and SARS-CoV-2 infection after vaccination in users of the COVID
Symptom Study app in the UK: a prospective observational study. Lancet
Infect Dis. 2021;21(7):939-949. doi:10.1016/S1473-3099(21)00224-3 Google Scholar
Nossier SA. Vaccine hesitancy: the greatest threat
to COVID-19 vaccination programs. J Egypt Public Health Assoc.
2021;96(1):18. doi:10.1186/s42506-021-00081-2 Google Scholar
Ramasamy MN, Minassian AM, Ewer KJ, et al. Safety
and immunogenicity of ChAdOx1 nCoV-19 vaccine administered in a prime-boost
regimen in young and old adults (COV002): a single-blind, randomised,
controlled, phase 2/3 trial. Lancet. 2020;396(10267):1979-1993.
doi:10.1016/S0140-6736(20)32466-1 Google Scholar
Saeed BQ, Al-Shahrabi R, Alhaj SS,
Alkokhardi ZM, Adrees AO. Side effects and perceptions following Sinopharm
COVID-19 vaccination. Int J Infect Dis. 2021;111:219-226.
doi:10.1016/j.ijid.2021.08.013 Google Scholar
Sol�s Arce JS, Warren SS, Meriggi NF, et al. COVID-19
vaccine acceptance and hesitancy in low- and middle-income countries. Nat
Med. 2021;27(8):1385-1394. doi:10.1038/s41591-021-01454-y Google Scholar
Solomon Y, Eshete T, Mekasha B, Assefa W. COVID-19
Vaccine: Side Effects After the First Dose of the Oxford AstraZeneca Vaccine
Among Health Professionals in Low-Income Country: Ethiopia. J Multidiscip
Healthc. 2021;Volume 14:2577-2585. doi:10.2147/JMDH.S331140 Google Scholar
Tian S, Hu N, Lou J, et al. Characteristics
of COVID-19 infection in Beijing. J Infect. 2020;80(4):401-406.
doi:10.1016/j.jinf.2020.02.018 Google Scholar
Toharudin T, Pontoh RS, Caraka RE, et al.
National Vaccination and Local Intervention Impacts on COVID-19 Cases. Sustainability.
2021;13(15):8282. doi:10.3390/su13158282 Google Scholar
Voysey M, Clemens SAC, Madhi SA, et al. Safety and
efficacy of the ChAdOx1 nCoV-19 vaccine (AZD1222) against SARS-CoV-2: an
interim analysis of four randomised controlled trials in Brazil, South Africa,
and the UK. Lancet. 2021;397(10269):99-111.
doi:10.1016/S0140-6736(20)32661-1 Google Scholar
Walsh EE, Frenck RW, Falsey AR, et al.
Safety and Immunogenicity of Two RNA-Based Covid-19 Vaccine Candidates. N
Engl J Med. 2020;383(25):2439-2450. doi:10.1056/NEJMoa2027906 Google Scholar
WHO Novel Coronavirus. Accessed April 18, 2021.
https://www.who.int/indonesia/news/novel-coronavirus Google Scholar
WHO Director-General�s opening remarks at
the media briefing on COVID-19 - 11 March 2020. Published 2020. Accessed April
18, 2021.
https://www.who.int/director-general/speeches/detail/who-director-general-s-opening-remarks-at-the-media-briefing-on-covid-19---11-march-2020 Google Scholar
Widyawati. Kepala Biro Komunikasi dan
Pelayanan Masyarakat. Tambah Ketersediaan Vaksin COVID-19, Pemerintah Datangkan
16 Juta Bulk Vaksin Sinovac.
https://sehatnegeriku.kemkes.go.id/baca/berita-utama/20210325/1037340/tambah-ketersediaan-vaksin-covid-19-pemerintah-datangkan-16-juta-bulk-vaksin-sinovac/ Google Scholar
Woolf SH, Chapman DA, Lee JH. COVID-19 as
the Leading Cause of Death in the United States. JAMA. Published online
December 17, 2020. doi:10.1001/jama.2020.24865 Google Scholar
Zheng J. SARS-CoV-2: an Emerging
Coronavirus that Causes a Global Threat. Int J Biol Sci.
2020;16(10):1678-1685. doi:10.7150/ijbs.45053 Google Scholar
Zhu N, Zhang D, Wang W, et al. A Novel
Coronavirus from Patients with Pneumonia in China, 2019. N Engl J Med.
2020;382(8):727-733. doi:10.1056/NEJMoa2001017 Google Scholar
Copyright holder: Nur Syahadati Retno Panenggak, Erta, Nur Shanti Retno Pembayun, Hapsari Shinta Citra Puspita Dewi, Nurhasan (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |