�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
PENGARUH MEDIA KOMUNIKASI
TERHADAP KETERLIBATAN ANGGOTA MILITER DALAM PERPOLITIKAN INDONESIA
Ayu Purnama Sari, Risky Adam Pratama, Andrie Iswandi,
Siti Rara Oyi Pinasti, Muzahid Akbar Hayyat
Ilmu Komunikasi, Pascasarjana, Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad
Al Banjari, Banjarmasin, Indonesia
Email: [email protected], [email protected],
[email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
��������� Keberadaan media dalam politik sangat
dibutuhkan terkait dengan penyampaian pesan yang akan dilakukan. Aktivitas
beberapa media dalam perpolitikan Indonesia menjadi cermin meningkatnya peran
media dalam proses sukses pemilihan.Beberapa penelitian terdahulu menghubungkan
pola pemberitaan seperti itu dengan isu kepemilikan media. Pemilik media
dianggap memiliki kepentingan pribadi atas konten yang dimunculkan.Setiap hari
terlihat dengan jelas bagaimana media terus �berperang� dengan penyampaian
berita-beritanya yang berusaha menggiring opini publik tentang seseorang, kelompok,
ataupun partai politik, termasuk aktifitas media dalam menunjang karir
seseorang dalam bidang militer yakni Jenderal Pol. (Purn) Prof. H. Muhammad
Tito Karnavian Ph.D yang menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri Indonesia sejak
23 oktober 2019 di kabinet Indonesia Maju dibawah pemerintahan Ir.Joko widodo
dan Maruf A�min. Penelitian ini membuktikan bahwa isi media berperan penting
dalam pembentukan karakter seseorang baik itu secara positif maupun negatif
agar dapat meraih simpati serta opini yang baik bagi masyarakat luas.
Kata Kunci: framing; media massa; militer; kampanye politik
Abstract
The
existence of the media in politics is very much needed related to the delivery
of messages that will be carried out. The activities of several media in
Indonesian politics reflect the increasing role of the media in the electoral
success process. Several previous studies have linked such reporting patterns
to the issue of media ownership. Media owners are considered to have a personal
interest in the content that is displayed. Every day it is clearly seen how the
media continues to "war" with the delivery of news that tries to lead
public opinion about a person, group, or political party, including media
activities in supporting one's career in the field military, namely General
Pol. (Ret.) Prof. H. Muhammad Tito Karnavian Ph.D who has served as Minister of
Home Affairs of Indonesia since October 23, 2019 in the Indonesia Forward
Cabinet under the government of Ir. Joko widodo and Maruf A'min. This study
proves that media content plays an important role in shaping one's character,
both positively and negatively, in order to gain sympathy and good opinion for
the wider community.
Keywords: framing; mass media;
military; political campaign
Pendahuluan
Menguatnya
peran media massa dalam proses komunikasi politik semakin terasa menjelang
pemilihan umum. Media merupakan salah satu aktor penting dalam menggiring opini
audiens (Firmanzah, 2008). Selain menjadi wadah informasi, media juga
mempunyai peran menjadikan proses demokrasi di Indonesia akan semakin baik dan
bermutu. Secara ideal, dalam setiap pemberitaannya, media harus selalu berusaha
netral dan mengutamakan kepentingan bangsa.
Persoalannya
dalam memberitakan kandidat calon presiden, mengemuka isu independensi media.
Sejumlah elit politik yang juga berstatus sebagai taipan media massa
menggunakan dan memanfaatkan media massa dalam memuluskan kepentingan politik
mereka.Kepentingan publik adalah alasan utama eksistensi jurnalisme (Hasyim, 2012). Maka, independensi dan netralitas
menjadi elemen penting dalam menjalankan profesi ini.
Dalam konteks
komunikasi massa, khususnya komunikasi pemasaran politik, media massa bukan
hanya menjadi bagian integral dari politik tetapi juga memiliki posisi yang
sentral. Media massa merupakan saluran komunikasi politik yang banyak digunakan
untuk menyebarluaskan informasi, terkait berbagai hal mengenai citra secara
masif dan menjangkau khalayak yang begitu jauh, beragam, dan luas terpencar (McNair, 2010).
Melalui
kapasitas dan kompetensinya untuk membuat, menggerakkan, atau bahkan
membalikkan opini publik, media massa bisa menjadi penentu.
Disatu sisi,
media berdiri di atas prinsip pelayanan terhadap khalayak dengan menyediakan
informasi dan pandangan berdasarkan nilai kepentingan dan kebutuhan dari
khalayak itu sendiri. Dalam posisi seperti ini, media harus menjadi mandiri
dari negara maupun kepentingan dari penguasa ataupun pemilik modal. Namun di
sisi lain, media juga menyediakan informasi dengan konten yang ditentukan oleh
negara maupun penguasa yang berkepentingan. Media massa melakukan seleksi atas
isu apa yang akan ditampilkan dan dihilangkan. Dengan demikian bingkai (frame)
menjadi bagian terpenting yang dilakukan oleh media massa karena akan
memengaruhi khalayak untuk melakukan pemaknaan atas permasalahan yang diungkap
oleh media massa.
Sebuah media
massa mempunyai peran yang sangat penting dalam menyatukan isu di masyarakat
dengan cara memberikan arah dan prioritas pemberitaan.
Sehingga media
berhasil mengumpulkan semangat masyarakat, menggerakkan wacana perubahan, dan
memobilisasi masyarakat dalam rangka mewujudkan suatu tujuan. Ia menjadi
kekuatan yang dominan untuk menentukan tindak lanjut apa yang seharusnya
ataupun tidak dilakukan. Framing media massa berlaku pada saat penentuan judul
berita, ukuran huruf untuk judul, penempatannya di halaman berapa, dan julukan
apa yang dipilih untuk membela atau menyudutkan kelompok tertentu. Dengan
demikian, teks media bukanlah peristiwa sebenarnya. Keterlibatan wartawan dan
editor berperan dalam mem-frame sebuah berita (Wicks, 2005: 340).
Pemberitaan di berbagai media berbeda satu sama lain. Isi dari media
tersebut sangat dipengaruhi oleh kecenderungan politik si pemilik media. Seperti
halnya Kompas.com yang terang- terangan mendukung Jenderal Tito Karnavian, ada
juga Jabar.tribunnews.com yang memberitakan hal-hal p dari perspektif yang
berbeda dari Jenderal Tito Karnavian. Rumusan masalah yang ingin dijawab dari
penelitian ini adalah �Pengaruh Media Komunikasi Terhadap Keterlibatan anggota
militer dalam perpolitikan Indonesia�.
Metode Penelitian
a.
Tipe penelitian ini ialah deskriptif dengan menggunakan
pendekatan Kualitatif. Dengan format deskriptif kualitatif bertujuan untuk
menggambarkan meringkas berbagai kondisi, situasi, atau fenomena realitas
sosial dalam masyarakat yang menjadi objek penelitian dan berupaya menarik
realitas itu ke permukaan sebagai suatu ciri, karakter, sifat, model, tanda,
atau gambaran tentang kondisi, situasi,ataupun fenomena tertentu (Bungin, 2006:
68).
b.
Teknik��
pengumpulan�� data��� dalam penelitian ini dilakukan penulis
berdasarkan kebutuhan������ analisis������ dan������
pengkajianPengumpulan data tersebut sudah dilakukan sejak penulis
menentukan permasalahan apa yang sedang dikaji.
Pembahasan������������������������������������������������
Political Branding menggunakan
taktik atau tahapan consumer branding untuk membangun citra politik. Branding didefinisikan
sebagai reperesentasi psikologikal sebuah produk/organisasi yang lebih mengarah
pada simbol dibandingkan kegunaan nilai tangible.Ide dari branding sendiri
lebih dari sebuah teori yang bisa diaplikasikan ke kota, negara bahkan politisi
dengan memberikan mereka identitas publik (Scammell, 2007). Selain itu, penampilan seperti gaya rambut,
pakaian memberi dampak jelas untuk citra kandidat (Mitsikopoulou, 2008). Subyek Penelitian dari kasus ini adalah dari
instansi militer, yaitu Jenderal Pol. (Purn) Prof. H. Muhammad Tito Karnavian
Ph.D .
Sedangkan Objek dari
penelitian ini adalah political branding yang dilakukan beliau pasca karir
militer Tito beralih menjadi karir dibidang politik.Seperti yang kita ketahui ,
Jenderal Pol. (Purn) Prof. H. Muhammad Tito Karnavian Ph.D memulai karir nya
dibidang militer Kepolisian Republik Indonesia, Tito termasuk seorang polisi
yang mendapat kenaikan pangkat cukup cepat.
Prestasi Tito mulai tangkap
Tomy Soeharto, Noordin M Top Hingga lumpuhkan Pengebom Thamrin mendapat
apresiasi serta simpati public yang luar biasa saat itu berbagai media
membingkai berita berita positif tentang tito, hingga sampai meraih kepercayaan
presiden Joko Widodo sebagai calon tunggal Kapolri.Terpilihnya Tito ini
diapresiasi karena mantan Kepala Densus 88 Anti Teror ini memiliki segudang
prestasi. Tak hanya dari segi akademis, sejumlah promosi jabatan dan kenaikan
pangkat luar biasa tito dapatkan semasa bertugas dikepolisian.
Saat menjabat sebagai Kapolda
Metro Jaya pada 12 Juni 2015 hingga 16 Maret 2016, Tito Karnavian mendapat
banyak sorotan media dan publik. Banyak gebrakan yang dilakukan Tito diawal
jabatannya. Salah satunya, Tito meminta jajarannya untuk blusukan mengurai
kemacetan setiap Senin pagi dibandingkan melakukan Apel Pagi.
Beberapa kasus lainnya yang
banyak menyedot perhatian publik yaitu, dua kali ancaman teror di Mall Alam
Sutera, Kota Tangerang, kontroversi penetapan status siaga satu Jakarta saat
Final Piala Presiden 2015, penggusuran kawasan prostitusi Kalijodo (Jakarta
Utara) penggusuran perumahan bantaran sungai Kampung Pulo (Jakarta Timur).
Selain itu, salah satu kasus
besar yang dihadapi Tito yaitu teror bom dan penembakan di pusat perbelanjaan
Sarinah, Jakarta Pusat pada awal Januari 2016. Dengan pengalamannya yang
mendalam soal terorisme, dalam waktu kurang dari 5 jam Ibu kota sudah kembali
dikuasai dan kondusif dan tujuh orang tersangka tertangkap. Menurut Tito, kasus
itu merupakan tanggung jawab ISIS serta merupakan perebutan kekuasaan ISIS di
Asia Tenggara melalui eks Narapidana Bahrun Naim.
Kemudian, kasus pembunuhan
seorang perempuan 27 tahun bernama Wayan Mirna melalui zat sianida dikedai kopi
pusat perbelanjaan Jakarta Pusat. Di mana, Polda Metro Jaya sampai bekerjasama
dengan Polisi Federal Australia.
Dengan begitu banyaknya
prestasi yang ditoreh tito dan begitu besarnya animo masyarakat terhadap
kepercayaan mereka terhadap tito yang dibingkai apik oleh berbagai media dalam
menuliskan personal branding beliau , maka pada 23 Oktober 2019 Presiden Joko
widodo mengangkat Tito yang dari instansi militer kepolisian Indonesia Menjadi
Menteri Dalam Negeri Indonesia dalam Kabinet Indonesia Maju.
Political Branding yang
dibentuk oleh Jenderal Pol. (Purn) Prof. H. Muhammad Tito Karnavian Ph.D
melalui media online mempunyai peran dalam penyampaian pesan political branding
Seorang Tito. Political branding tersebut merujuk pada differensiasi seorang
Jendral Polri sebagai sosok yang berbeda daripada politisi serta military pada
umumnya. Bahwasanya seseorang dari militer memiliki kemampuan memimpin serta
berpolitik dengan adil dan kredible. Pembeda tersebut yang membuat sebuah brand
politik dari militer semakin kuat dan mudah dikenali dan disampaikan kepublik.
Bila dilihat kembali lagi ke
sifat brand, awalnya dikatakan penggunaan branding sampai pada ranah politis
adalah adanya kepentingan untuk mendiferensiasikan kandidat dengan lebih
maksimal ditengah banyaknya pilihan politis.Prof Rhenald Kasali dalam bukunya
Camera Branding menuliskan bahwa��
dalam�� membuat����������� branding yang kuat dibutuhkan
beberapa syarat, antara lain :
� Otentik�
� Unik
� Intangibles (nampak)���������
� Fokus
� Gallery Mindset
� Menciptakan hubungan���������
� Menciptakan makna���������
� Konsisten
� Memberikan daya tarik�������� �
� Berkelanjutan
Dengan 10 poin diatas, orang
bisa membentuk peronal branding yang kuat. Karena jika tidak nampak hasil
kerjanya, maka yang tercipta hanya pencitraan.Membutuhkan kerja yang nyata dan
nampak untuk memperkuat posisi sebuah branding.
Kesimpulan
Kesimpulan yang didapat dari
penelitian ini adalah bahwa political branding Tito didalam pemberitaan media� online� dibentuk����������� melalui
personalitas dan pesan pesan politis. Political Branding dibentuk dengan lebih
spesifik���������� yakni dalam pembangunan
karakter anggota militer yang konstituen adanya orisinalitas pemimpin dan nilai
nilai personal yang disalurkan.
Penampilan yang melekat pada
diri kandidat ditonjolkan sedemikan rupa untuk merefleksikan ulang keseluruhan
pesan political branding tersebut dari pemaknaan pakaian yang dikenakan.
Sehingga dari penjabaran 5 berita diatas, melalui branding politis, Tito
tergambar sebagai sosok yang bersih, jujur, sederhana, suka bekerja, tidak
menjaga jarak dengan masyarakat, kredibel, dan tidak mengobral janji namun suka
bekerja untuk memberikan bukti. Brand tito tersebut juga mengarah pada satu
ciri khas brand yang sukses yakni diferensiasi. Ia membawa pesan-pesan yang
berbeda, dengan menggunakan cara yang berbeda sehingga branding yang ia lakukan
menjadi berhasil dan mudah untuk dikenali publik.
Firmanzah. (2008). Marketing politik: Antara pemahaman dan realitas. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia. Google Scholar
Hasyim, A. L. (2012). Media Massa, Khalayak Media, The Audience Theory, Efek Isi Media dan Fenomena Diskursif (Sebuah tinjauan dengan kasus pada Surat Kabar Rakyat Merdeka). Jakarta. Google Scholar
McNair, B. (2010). An introduction to political communication. Oxon, Canada: Routledge. Google Scholar
Mitsikopoulou,
B. (2008). Mitsikopoulou, B.(2008). The branding of political entities as
discursive practice. Journal of Language and Pol. Google Scholar
Scammell,
M. (2007). Political brands and consumer citizens: The rebranding of Tony
Blair. The Annals of the American Academy of Political and Social Science,
611(1), 176�192. Google Scholar
Copyright holder: Ayu Purnama Sari, Risky Adam Pratama,
Andrie Iswandi, Siti Rara
Oyi Pinasti, Muzahid Akbar Hayyat (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |