�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
�
ANALISIS KONFLIK KOGNITIF DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA DALAM
PEMBELAJARAN ONLINE
Yanry Budianingsih, Mariam Ar Rahmah
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Subang, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kondisi pembelajaran di masa pandemi covid 19 yang harus dilakukan secara online. Pembelajaran matematika seperti ini tak jarang menimbulkan permasalahan dari sisi efektifitas dan efisiensinya. Beberapa permasalahan yang ditemukan dilapangan yaitu kesulitan dalam memahami materi dan semangat siswa untuk senantiasa mengikuti pembelajaran seperti halnya pembelajaran tatap muka langsung dikelas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesulitan siswa dalam ranah kognitifnya yaitu terkait konflik kognitif yang dialami siswa, serta dalam ranah afektif untuk mengetahui motivasi siswa selama pembelajaran online. Jenis penelitian yang diterapkan yaitu deskriptif analitis dengan teknik pengumpulan data menggunakan tes level konflik kognitif dan angket motivasi belajar. Hasil dari penelitian ini diperoleh bahwa tingkat level konflik kognitif siswa dalam pembelajaran online termasuk kategori tinggi, sedangkan motivasi belajar siswa secara umum termasuk kategori sedang.
Kata Kunci: konflik kognitif; motivasi belajar; pembelajaran online
Abstract
This research was
motivated by the learning conditions during the COVID-19 pandemic which had to
be done online. Learning mathematics like this often causes problems in terms
of effectiveness and efficiency. Some of the problems found in the field were
difficulties in understanding the material and the enthusiasm of students to
always follow learning as well as face-to-face learning in class. This study
aims to determine students' difficulties in the cognitive domain, namely
related to cognitive conflicts experienced by students, as well as in the
affective domain to determine student motivation during online learning. The
type of research applied is descriptive analytical with data collection
techniques using cognitive conflict level tests and learning motivation
questionnaires. The results of this study showed that the level of cognitive
conflict level of students in online learning was in the high category, while
students' motivation in general was in the medium category.
Keywords: cognitive conflict; motivation to learn; online
learning
Pendahuluan
Kondisi
pandemi covid 19 yang sekarang masih melanda semua belahan dunia menyebabkan
berbagai penyesuaian dalam interaksi kegiatan keseharian masyarakat. Proses
pendidikan yang pada umumnya dilakukan secara tatap muka langsung di kelas
harus dilakukan secara online. Pembelajaran secara online ini membe nrikan
tantangannya tersendiri bahkan tidak mudah dalam pembiasaan menjalankannya.
Adaptasi yang dilakukan kadang menemui kesulitan baik dari sikap atau
ketersediaan sarana pendukung pembelajaran online.
Guru
dituntut untuk dapat memfasilitasi siswa belajar secara o gnline dengan
penggunaan aplikasi belajarnya. Tuntutan kemampuan siswa untuk mengikuti
pembelajaran online juga tidak mudah. Kondisi yang tidak mudah dalam
menjalankannya sangat mungkin membuat siswa tidak bersemangat. Faktor motivasi
belajar harus tetap diperhatikan oleh guru walaupun pembelajaran tidak tatap
muka secara langsung. Upaya meningkatkan motivasi belajar siswa bisa menjadi
satu awalan yang penting dalam siswa siap belajar secara online.
Hasil wawancara terhadap seorang guru
matematika menyatakan bahwa efektifitas hasil belajar siswa cenderung rendah
jika dibandingkan dengan hasil belajar secara tatap muka di kelas. Guru harus
mengetahui dengan baik kondisi-kondisi kesulitan yang dihadapi siswa dalam
proses belajar secara onlinenya. Ketidaktepatan pemahaman siswa yang
menimbulkan konflik kognitif dalam belajar matematika sangat penting untuk
dituntaskan. Hal ini seperti diungkapkan oleh Suherman dalam
(Balitbang, 2007) bahwa pembelajaran
matematika merupakan pembelajaran yang bertahap dan mengikuti metoda spiral
sehingga kesalahan dalam belajar akan menyebabkan kesulitan belajar berikutnya.
Tujuan
penelitian ini secara khusus untuk mengetahui konflik kognitif yang dialami
oleh siswa dalam pembelajaran matematika secara online. Bagaimana keyakinan
siswa terhadap konsepsi awal yang dimiliki dan ketika dihadapkan pada suatu
materi baru apakah terjadi ketidaktepatan dalam pemahaman. Selain itu bagaimana
motivasi belajar siswa dalam pembelajaran online.
Urgensi
penelitian ini yaitu untuk mengetahui kondisi pembelajaran matematika secara
online yang saat ini harus dilakukan. Berdasarkan hal itu hasilnya dapat
digunakan untuk memilih strategi pembelajaran yang sesuai dengan kondisi siswa.
Metode Penelitian
Metode penelitian
yang dilakukan yaitu penelitian deskriptif kualitatif. Metode deskriptif berarti memberikan gambaran menurut apa adanya
tentang hubungan keterpaduan, fungsional maupun konsekuensial antara variabel konflik kognitif dan motivasi siswa dalam pembelajaran online.
Populasi pada penelitian
ini adalah siswa SMP IT Alamy Kelas VII sebanyak 4 kelas. Dari keempat kelas itu
akan dipilih 2 kelas sebagai sampel
dengan purposive sampling. Beberapa
kondisi tertentu akan dipertimbangkan untuk pemilihan sampel yang tepat.
Persiapan penelitian
sudah dimulai sejak bulan Juli
2021. Pemilihan tempat penelitian sesuai dengan tujuan penelitian
terkait pembelajaran
online. Sejak pandemi
covid-19 sampai saat ini pembelajaran di SMP IT Alamy� dilakukan secara online. Baru pada akhir Agustus pemerintah
daerah memberikan edaran sekolah bisa tatap muka
secara terbatas dengan protokol kesehatan yang ketat. Jadi saat penelitian dilakukan, pembelajaran di SMPIT Alamy� masih berlangsung
secara online. Kendati pembelajaran secara tatap muka terbatas
mulai dilakukan, hal ini tidak
menghilangkan pembelajaran secara online.
Instrumen yang digunakan
pada penelitian ini yaitu instrument tes konflik kognitif dan angket motivasi belajar. Selain itu untuk memperoleh
gambaran konflik kognitif dan motivasi ketika proses belajar onlinenya, digunakan lembar observasi dan catatan lapangan.
Hasil dan Pembahasan
Pembelajaran secara
online memberikan kesempatan
siswa dapat belajar secara lebih luas tanpa
terbatas oleh jarak, ruang dan waktu. Pembelajaran online ini memungkinkan melibatkan siswa dan guru untuk berkomunikasi secara interaktif melalui pemanfaatan kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Saat ini kemajuan teknologi
informasi dan komunikasi mengalami perkembangan yang
sangat pesat. Dalam kondisi pandemi covid 19 yang menuntut inovasi pembelajaran dilakukan tanpa tatap muka
secara langsung di kelas, pembelajaran secara online menjadi pilihan yang tidak bisa dihindari. Pembelajaran online pada awalnya dipengaruhi oleh perkembangan pembelajaran berbasis elektronik yang pertama kali dikenalkan melalui sistem pembelajaran berbasis komputer di Universitas Illionis (Hardiayanto dalam (Riyana & Pd, 2020).
Hasil penelitian terkait konflik kognitif yang terjadi dalam pembelajaran matematika menunjukkan bahwa secara rata-rata konflik kognitif yang dialami siswa tergolong
kategori tinggi. 15,2 % siswa mengalami konflik kognitif dengan kategori sangat tinggi, 71,7 % nya masuk pada kategori konflik kognitif tinggi dan 13,1% yang terkategori
rendah. Tidak ada siswa yang mengalami konflik kognitif sangat rendah. Data ini ditunjang juga dengan hasil wawancara
bersama dua orang guru matematika. Siswa cenderung kesulitan dalam belajar memahami
konsep matematika bahkan untuk konsep
matematika dasar dan sederhana. Contohnya untuk siswa kelas
VII ini, sebagiannya masih kesulitan dalam menentukan hasil perkalian dua digit secara tepat. Apalagi kalau pembagian dua digit dengan satu digit pembagi, sebagian siswa sangat lama untuk sampai pada hasil yang tepat.
Instrumen yang digunakan
dalam menentukan tingkat konflik kognitif ini mengukur
berbagai komponen yang merupakan rangkaian proses konflik kognitif. Instrument yang
dikembangkan oleh (Lee et al., 2003) ini mencakup komponen:
1. Keyakinan pada konsepsi
awal (belief in
pre conceptions).
2. Keyakinan pada situasi
anomali (belief
in the genuiness of anomalous situation).
3. Fase konflik
kognitif, terdiri dari:
a. Pengakuan terhadap
situasi anomali (Recognition of anomalous situation).
b. Perhatian (interest).
c. Kecemasan (anxiety).
d. Penilaian kembali
dari situasi anomali (cognitive
reappraisal of the situation).
Hasil penelitian
menunjukkan ketiga komponen konflik kognitif ini terkategori
tinggi. Pada fase konflik kognitif, hanya satu bagian
yaitu pengakuan terhadap situasi anomaly yang terkategori rendah, yang tiga lainnya terkategori
tinggi. Berikut hasil tiga pernyataan
pada bagian pengakuan terhadap situasi anomali:
Gambar 1
Jawaban Pernyataan bagian
Pengakuan terhadap Situasi Anomali
Dari pernyataan no.7 dapat dilihat bahwa
sebagaian besar siswa tidak setuju
bahwa dirinya menjadi ragu ketika menyimak penjelasan guru tetapi dipernyataan no 8 ternyata siswa terkejut dengan melihat hasil penyelesaian,
bisa jadi hal itu diluar
dari dugaannya atau tidak sesuai
dengan konsep yang selama ini dipahaminya.
Di pernyataan no 9, menegaskan
dua hal yang kontradiksi pada dua pernyataan sebelumnya, sebagian besar siswa merasakan adanya keganjilan atas perbedaan hasil penyelesaian dengan yang diprediksikannya.
(Lestary, Subanji, & Rahardi, 2018) mengemukakan
bahwa siswa yang mengalami konflik kognitif ditandai dengan adanya pengakuan
kontradiksi, ketertarikan,
dan melakukan penilaian kembali terhadap ide awalnya. Lebih lanjut hasil penelitiannya
mengungkap bahwa adanya indikasi siswa dengan pemahaman
relasional yang baik dapat mengatasi konflik kognitif yang terjadi. Ini bisa
menjadi dasar bahwa tingginya konflik kognitif yang dialami siswa, bisa menjadi hal
yang positif dengan diimbangi kemampuan pemahaman relasionalnya yang baik.
Hasil penelitian terkait pembelajaran online menurut (Pasehah, Firmansyah, & Adirakasiwi,
2020)
mengemukakan bahwa pembelajaran secara online dapat meminimalkan persepsi bahwa matematika merupakan mata pelajaran yang sulit. Pembelajaran secara online dengan memanfaatkan media internet memperbaiki
kesan dan pengalaman negatif.
Secara lengkap hasil penelitian terkait konflik kognitif untuk setiap komponennya disajikan dalam tabel berikut:
Tabel 1
Hasil Pengukuran Konflik Kognitif
No |
Komponen yang diukur |
Rata-rata�������������
hasil skor |
Kategori |
1 |
Keyakinan pada konsepsi awal (belief in pre
conceptions) |
9.33 |
Tinggi |
2 |
Keyakinan pada situasi anomali (belief in
the genuiness of anomalous situation) |
8.28 |
Tinggi |
3 |
Fase konflik kognitif |
32.67 |
Tinggi |
3a |
Pengakuan terhadap situasi anomali (Recognition of anomalous situation) |
6.85 |
Rendah |
3b |
Perhatian (interest) |
8.87 |
Tinggi |
3c |
Kecemasan (anxiety) |
7.39 |
Tinggi |
3d |
Penilaian kembali dari situasi anomali (cognitive
reappraisal of the situation) |
9.57 |
Tinggi |
Konflik Kognitif (keseluruhannya) |
50.28 |
Tinggi |
Hasil penelitian terkait motivasi siswa untuk belajar
matematika termasuk sedang. Pada sebagian besar item pernyataannya, siswa cenderung memberikan jawaban kadang-kadang, baik untuk pernyataan positif ataupun negatif. Hal ini senada dengan yang disampaikan oleh bu Wahyu (guru matematika di kelas VII B) yang mengungkapkan bahwa siswa cenderung tidak mempermasalahkan ketika belajar matematika walaupun tidak mencapai target yang diharapkan. Siswa terkesan tidak mau pusing dengan
pelajaran matematika.
�� Terkait
motivasi belajar secara online,� pada penelitian
ini digunakan intrumen non tes berupa angket skala
likert. Angket motivasi belajar yang digunakan dikembangkan dari indikator-indikator motivasi belajar menurut (Makmun, 2005).
Indikator-indikator tersebut
meliputi:
a. Durasi kegiatan
(kemampuan menggunakan waktu untuk melakukan
kegiatan);
b. Frekuensi kegiatan
(sering atau tidaknya kegiatan dilakukan dalam periode tertentu);
c. Persistensi (ketetapan
dan kelekatannya) pada tujuan
kegiatan;
d. Ketabahan, keuletan,
dan kemampuan dalam menghadapi rintangan dan kesulitan untuk mencapai tujuan;
e. Devosi (pengabdian)
dan pengorbanan untuk mencapai tujuan;
f. Tingkatan aspirasinya
(cita-cita, sasaran atau target) yang hendak dicapai dengan kegiatan yang dilakukan;
g. Tingkatan kualifikasi
prestasi atau hasil yang dicapai;
h. Arah sikap
terhadap sasaran kegiatan.
Beberapa pernyataan
respon siswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini:
Gambar 2
Pernyataan
Respon Siswa
Gambar 3
Pernyataan
Respon Siswa
Gambar 4
Pernyataan
Respon Siswa
Hasil perhitungan
secara keseluruhan terhadap 25 pernyataan yang diberikan menunjukkan motivasi belajar siswa masuk kategori
sedang. Sedangkan untuk distribusi siswanya, 2,4% dengan motivasi belajar kategori rendah 75,6% dengan motivasi belajar kategori sedang dan 22%nya dengan motivasi belajar kategori tinggi.
Kesimpulan
Hasil
dari penelitian ini diperoleh bahwa tingkat level konflik kognitif siswa dalam
pembelajaran online termasuk kategori tinggi, sedangkan motivasi belajar siswa
secara umum termasuk kategori sedang.
Balitbang, Puskur. (2007). Kebijakan kajian kurikulum
mata pelajaran IPA. Jakarta: Depdiknas. Google Scholar
Lee, Gyoungho, Kwon, Jaesool, Park,
Sang‐Suk, Kim, Jung‐Whan, Kwon, Hyeok‐Gu, & Park,
Hac‐Kyoo. (2003). Development of an instrument for measuring cognitive
conflict in secondary‐level science classes. Journal of Research in
Science Teaching: The Official Journal of the National Association for Research
in Science Teaching, 40(6), 585�603. Google Scholar
Lestary, Ratnah, Subanji, Subanji, &
Rahardi, Rustanto. (2018). Konflik kognitif internal siswa dalam menyelesaikan
masalah matematika ditinjau dari proses asimilasi akomodasi. Numerical:
Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 101�112. Google Scholar
Makmun, Syamsuddin Abin. (2005). Psikologi
Kependidikan, cet. 8. Bandung: Remaja Rosda Karya. Google Scholar
Pasehah, Awanda Mislul, Firmansyah, Dani,
& Adirakasiwi, Alpha Galih. (2020). Persepsi Siswa SMA Terhadap Materi
Pembelajaran Matematika Secara Online. Jurnal Edukasi Pendidikan Matematika,
8(2), 109�130. Google Scholar
Riyana, Cepi, & Pd, M. (2020). Konsep
pembelajaran online. Modul Pembelajaran On-Line, 1. Google Scholar
Copyright holder: Yanry Budianingsih,
Mariam Ar Rahmah (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |