Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398

Vol. 9, No. 12, Desember 2024

 

PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI

 

Rizky Dila Wahidah1, Natalis Christian2

Universitas Internasional Batam, Indonesia1,2

Email: [email protected]1, [email protected]2

 

Abstrak

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana faktor-faktor seperti ukuran dewan direksi, keragaman gender, independensi, dan pengetahuan keuangan mempengaruhi metode manajemen laba. Penelitian ini menyelidiki pengaruh karakteristik dewan, yaitu ukuran dewan, independensi dewan, diversitas gender dewan, dan keahlian keuangan dewan, terhadap praktik manajemen laba dalam perusahaan. Selain itu, penelitian ini juga meneliti peran moderasi ukuran perusahaan serta efek kontrol usia perusahaan dan kinerja perusahaan. Penelitian ini menerapkan analisis regresi panel untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Studi kasus dilakukan pada perusahaan. Dari tahun 2018 hingga 2022, terdapat 450 perusahaan berbeda yang dimasukkan dalam sampel, yang semuanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Kami menggunakan analisis regresi data panel untuk melihat data. Hasil penelitian membuktikan bahwa manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi independen. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara negatif oleh ukuran dewan ahli keuangan. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara positif oleh ukuran dewan direksi wanita. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran perusahaan. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi dan ukuran dewan independen yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan, namun manajemen laba mampu diberi pengaruh oleh keberagaman gender dan dewan keahlian keuangan yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan.

Kata kunci: Ukuran Dewan, Independensi Dewan, Keragaman Gender Dewan

 

Abstract

The purpose of this research is to examine how factors such as board size, gender diversity, independence, and financial knowledge influence earnings management methods. This research investigates the influence of board characteristics, namely board size, board independence, board gender diversity, and board financial expertise, on earnings management practices in companies. In addition, this research also examines the moderating role of company size as well as the controlling effect of company age and company performance. This research applies panel regression analysis to determine the relationship between these variables. Case studies are carried out on companies. From 2018 to 2022, there are 450 different companies included in the sample, all of which are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). We use panel data regression analysis to look at the data. The research results prove that earnings management cannot be influenced by the size of the board of directors. Earnings management cannot be influenced by the size of the independent board of directors. Earnings management can be negatively influenced by the size of the financial expert board. Earnings management can be positively influenced by the size of the female board of directors. Earnings management cannot be influenced by company size. Earnings management is not able to be influenced by the size of the board of directors and the size of the independent board which is moderated by company size, but earnings management is able to be influenced by gender diversity and board financial expertise which is moderated by company size.

Keywords: Board Size, Board Independence, Board Gender Diversity, Board Financial Expertise, Earnings Management

 

Pendahuluan

Informasi tentang laba perusahaan sering dianggap sebagai acuan bagi pengambilan keputusan oleh para investor dan kreditor. Manajemen laba adalah suatu proses yang memfokuskan pada pencapaian target laba dalam bisnis. Hal ini dilakukan melalui perencanaan, pengendalian, dan pengawasan aktivitas bisnis sehingga menghasilkan laba yang optimal. Laba yang tinggi dianggap sebagai indikator kinerja perusahaan yang baik. Pendekatan akrual sering digunakan untuk mengukur laba karena lebih mampu mengatasi masalah waktu dan pencocokan yang biasanya terkait dengan arus kas, dan lebih menggambarkan kinerja perusahaan. Pihak manajemen seringkali memiliki kecenderungan untuk memperhatikan laba dan oleh karena itu, laporan laba rugi tidak selalu mencantumkan informasi yang akurat untuk menarik perhatian para investor, kreditor, dan pemegang saham (Sari et al., 2021).

Konflik kepentingan (atau konflik keagenan) antara pemilik bisnis dan manajemen, serta kesenjangan informasi antara kedua kelompok, merupakan penyebab umum terjadinya manajemen laba. Memperoleh informasi yang lebih cepat, lebih komprehensif, dan akurat mungkin diperlukan bagi pemilik bisnis yang ingin membuat pilihan berdasarkan informasi karena terbatasnya akses terhadap informasi yang dimiliki manajemen. Di sisi lain, ada kalanya manajemen memanipulasi situasi untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan dengan memproyeksikan citra tertentu. Konsekuensinya, pemilik dan regulator perusahaan harus sangat berhati-hati untuk menghindari manajemen laba yang merugikan pemegang saham dan investor (Panjaitan & Muslih, 2019).

Manajer termotivasi untuk menginterpretasikan manajemen laba karena berbagai alasan. Meningkatkan hubungan dengan debitur dan meningkatkan kepercayaan investor adalah dua di antaranya. Selain itu, manajemen laba lebih umum terjadi pada organisasi yang mengalami kesulitan keuangan. Dalam skenario seperti ini, perusahaan akan berusaha menyembunyikan utangnya dan memberikan laporan keuangan yang menyesatkan, menyembunyikan fakta bahwa perusahaan tersebut benar-benar merugi. Alasannya adalah karena harga saham suatu bisnis sangat bergantung pada kinerja keuangannya, khususnya pendapatannya. Untuk menginterpretasikan kinerja keuangan yang lebih stabil dan mengurangi bahaya perubahan harga saham, manajemen laba merupakan alat yang berguna. Di sisi lain, perlu diingat bahwa menginterpretasikan manajemen laba secara berlebihan dapat merugikan pemegang saham dan bertentangan dengan prinsip-prinsip perusahaan yang relevan. Jadi, ketika menginterpretasikan manajemen laba, organisasi harus mempertimbangkan undang-undang dan etika perusahaan yang relevan (Panjaitan & Muslih, 2019).

Perusahaan perbankan Indonesia PT Garuda Indonesia Tbk menjadi lokasi kontroversi pada tahun 2018. Pendapatan harus dilaporkan lebih lambat oleh PT Garuda. Utang sebesar USD 239 juta dilaporkan oleh bisnis baru Mahata Aero Teknologi yang bermodal kurang dari Rp 10 miliar saat menjalin kontrak dengan PT Garuda. Namun dalam laporan keuangan tahun 2018, PT Garuda mencantumkannya sebagai pendapatan. Karena itu, keuntungan PT Garuda lebih dari yang seharusnya. Pengalihan produk atau jasa dari suatu bisnis kepada kliennya harus diakui sebagai pendapatan berdasarkan PSAK 72. Di sini, PT Garuda harus mencatat pendapatan secara bertahap ketika kesepakatan yang disepakati dengan Mahata Aero Teknologi selesai. Namun, laba yang dilaporkan lebih besar dari sebenarnya karena PT Garuda mencatatkan pendapatan sekaligus. Ketika manajemen terlibat dalam proses pembuatan laporan keuangan, hasilnya bisa menjadi bias. Asumsi manajer dan faktor-faktor yang dipertimbangkan ketika memperkirakan pendapatan bisnis mungkin mempengaruhi manajemen. Untuk alasan tertentu, manajer dengan pengetahuan yang lebih akurat tentang situasi keuangan perusahaan mungkin akan menginterpretasikan kontrol lebih besar terhadap manajemen laba (Sari et al., 2021).

Hubungan keagenan adalah perjanjian antara pemilik perusahaan dan manajer, di mana manajer diberikan wewenang untuk bertindak atas nama pemilik. Kontrak ini menimbulkan tanggung jawab bagi manajer untuk memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan, dan mereka juga mengharapkan kompensasi. Permasalahan keagenan dapat muncul ketika salah satu pihak bertanggung jawab menjalankan suatu perusahaan sementara pihak lain tidak, sering kali disebabkan oleh konflik kepentingan yang melekat di antara kedua kelompok tersebut. Manajer sering kali memiliki lebih banyak pengetahuan tentang bisnis dibandingkan pemilik, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan informasi. Manajer dapat menginterpretasikan manajemen laba dengan cara ini, yang berarti memanipulasi angka laba untuk meningkatkan laporan keuangan dan mendapatkan insentif.

Mengurangi biaya agensi adalah fungsi utama dari ukuran dewan direksi. Seorang CEO dapat menginterpretasikan manajemen laba jika ia mempunyai kekuasaan yang terlalu besar dan mengabaikan komposisi dan ukuran dewan direksi dan komite audit. Menurut penelitian, dewan yang lebih kecil mungkin dapat mencapai koordinasi yang efektif, yang berarti kecil kemungkinan terjadinya manajemen laba. Terdapat bukti yang menginterpretasikan bahwa manajemen laba mampu diberi pengaruh secara negatif oleh dewan direksi yang besar.

Ketika membandingkan dewan direksi besar dan kecil, dewan direksi besar dan kecil lebih baik dalam memperoleh informasi. Efektivitas proses pemantauan dan kemungkinan terjadinya manajemen laba dapat ditingkatkan dengan dewan direksi yang lebih besar, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Terdapat korelasi negatif antara ukuran dewan direksi dan teknik manajemen laba di Indonesia. Manajemen memiliki lebih banyak tantangan dalam menginterpretasikan prosedur manajemen laba ketika ukuran dewan direksi lebih tinggi, menurut penelitian ini (Kumari & Pattanayak, 2017).

Salah satu faktor penting yang mempengaruhi metode manajemen laba adalah ukuran dewan direksi. Metode manajemen laba cenderung lebih rendah pada perusahaan dengan dewan direksi yang lebih besar, menurut penelitian tersebut. Bukti seperti ini menginterpretasikan bahwa dewan direksi yang besar dapat mengurangi motivasi manajemen untuk menginterpretasikan manajemen laba (Pricilia & Susanto, 2017). Penulis mendemonstrasikan bahwa ukuran dewan direksi memang mempengaruhi metode manajemen laba, namun dampak ini dapat diatasi dengan kepemilikan yang terkonsentrasi. Oleh karena itu, dampak dewan direksi yang lebih kecil terhadap metode manajemen laba menurun seiring dengan meningkatnya konsentrasi kepemilikan (Xu & Zhang, 2017).

Ukuran dewan direksi tidak mampu memberi dampak signifikan terhadap metode manajemen laba, menurut penelitian pada perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Para peneliti tidak menemukan keterkaitan yang tentu bersifat signifikan secara statistik antara jumlah direktur di dewan dan prevalensi metode manajemen laba, meskipun ada bukti yang menginterpretasikan sebaliknya. Namun penulis mendemonstrasikan bahwa profitabilitas dan leverage memainkan peran besar dalam manajemen laba. Hasilnya menginterpretasikan bahwa teknik manajemen laba pada bisnis manufaktur di Indonesia mampu diberi pengaruh oleh variabel selain ukuran dewan direksi (Lestari & Sanrego, 2018)

Menurut peneliti Daramawan dan Harjanti (2018), Ukuran dewan direksi secara signifikan mempengaruhi metode manajemen laba, menurut penelitian terhadap bisnis yang terdaftar di pasar saham Filipina. Menurut penelitian, bisnis dengan dewan direksi yang lebih besar menggunakan lebih sedikit strategi dalam mengelola keuntungan. Terdapat juga korelasi negatif antara dewan direksi independen dan praktik manajemen laba; artinya, dewan direksi yang lebih otonom dikaitkan dengan lebih sedikit aktivitas manajemen laba. Perusahaan harus membentuk dewan direksi yang tidak memihak dan berjumlah cukup untuk mengekang taktik manajemen laba (Daramawan & Harjanti, 2018).

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana faktor-faktor seperti ukuran dewan direksi, keragaman gender, independensi, dan pengetahuan keuangan mempengaruhi metode manajemen laba.

 

Metode Penelitian

 Penelitian ini adalah data sekunder dari perusahaan non keuangan yang terdaftar di BEI periode 2018-2022. Laporan tahunan perusahaan non-keuangan yang telah diaudit merupakan data sekunder. Lembaga keuangan dikecualikan dari penyelidikan karena fakta bahwa, sebagaimana dinyatakan oleh (Basha, 2018) Metode lain dalam menilai manajemen laba yang digunakan oleh perusahaan keuangan tidak dapat dibandingkan dengan perusahaan non-keuangan. Temuan riset menggunakan kriteria berikut:

1.   Perusahaan non keuangan yang terdaftar pada tahun 2018 hingga 2022 di BEI.

2.   Perusahaan non-keuangan yang dapat diakses melalui website BEI atau website perusahaan dan telah menerbitkan laporan tahunan secara rinci selama lima tahun berjalan, yaitu tahun 2018 sampai dengan tahun 2022.

3.   Organisasi non-keuangan yang, antara tahun 2018 dan 2022, menginterpretasikan audit atas laporan tahunannya dan menyediakan data yang diperlukan untuk menilai variabel penelitian secara berturut-turut.

Variabel dependen berdasar atas temuan riset ini adalah manajemen laba. Akrual diskresioner dikuantifikasi dalam penyelidikan ini dengan menggunakan variasi agregat cross-sectional dari model Jones yang dimodifikasi. Rumus yang digunakan untuk memperkirakan akrual diskresioner adalah sebagai berikut: (Ahmad et al., 2016).

Dimana:

Tat = total akrual untuk sample Perusahaan i tahun t

At – 1 = total asset untuk sample Perusahaan i tahun t – 1

ΔREVt = perubahan laba bersih untuk sample Perusahaan i tahun t

ΔRECt = perubahan piutang untuk sampel Perusahaan i tahun t

PPEt = asset tetap untuk sample Perusahaan i tahun t

IBEIt = pendapatan sample Perusahaan i tahun t – 1

 

Variabel independent pada penelitian ini adalah karakteristik dewan yang dipilih untuk penelitian ini meliputi ukuran dewan direksi, ukuran dewan direksi independent, keberagaman gender dewan direksi, dan dewan direksi keahlian keuangan. Ukuran dewan direksi sebagai jumlah direktur yang duduk di dewan perusahaan (Ntim et al., 2015; Rashid et al., 2010). Ukuran dewan direksi independent adalah jumlah direktur luar di dewan. Variabel ini diukur sebagai rasio direktur independen terhadap jumlah direktur (Suyono & Farooque, 2018). Dewan direksi Keahlian keuangan adalah dimensi lain dari karakteristik dewan, dan ini menginterpretasikan angka anggota dewan yang memiliki pengetahuan di bidang akuntansi dan keuangan. Konsisten dengan (Gugong & Bala, 2015), variabel ini diukur sebagai rasio jumlah anggota dewan dengan keuangan keahlian terhadap jumlah total anggota dewan direksi. Keberagaman Gender Dewan. Sebelumnya studi mengonseptualisasikan keragaman gender dewan sebagai kehadiran perempuan di dewan perusahaan. Oleh karena itu, penelitian ini mengukur variabel ini sebagai rasio anggota dewan perempuan terhadap total dewan anggota yang duduk di dewan (Arun et al., 2015; Gavious et al., 2012).

Penelitian ini menggunakan variabel moderasi untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antar dewan karakteristik dan EM. Mengikuti penelitian sebelumnya, variabel ini diukur sebagai logaritma total asset (Karina et al., 2023).

Penelitian ini mengontrol dampak dari dua karakteristik spesifik perusahaan seperti yang disarankan oleh penelitian sebelumnya; umur perusahaan dan kinerja perusahaan. Literatur yang ada menginterpretasikan bahwa usia perusahaan secara signifikan mempengaruhi EM (Das dkk., 2018; Kouwenberg & Thontirawong, 2015; Bouaziz dkk., 2020). Oleh karena itu, umur perusahaan adalah dimasukkan dan diukur sebagai logaritma natural dari jumlah tahun sejak pendirian (Bhutta dkk., 2021). Berikut penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara kinerja perusahaan dan EM, penelitian ini memasukkan return on assets (ROA) sebagai variabel kontrol (Collins et al., 2017; A.Ali dkk., 2007; Damak, 2018).

 

Model Penelitian

Ukuran perusahaan

c

 
 


 

 

 

 

 

 

 

 

 


Gambar 1. Model Penelitian

   Karena tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang mampu diberi pengaruh oleh variabel moderator dalam gabungan data cross-sectional dengan data time series yang biasa disebut dengan data longitudinal. Oleh karena itu, analisis regresi data panel diterapkan. Program EViews Versi 12 akan diimplementasikan. Tahapan analisis data menggunakan EViews Versi 12 yang meliputi Uji Statistik Deskriptif, Uji Outlier, Uji Hipotesis (Uji F, Uji t, Uji Koefisien determinasi (R Squares)), dan Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Multikolinieritas). Uji Heteroskedastisitas).

 

Hasil dan Pembahasan

 

Table 1. Uji Koefisien Determinan (R2)

Variabel

Adjusted R Squared

Manajemen Laba

0,8198

Sumber: Data sekunder yang diolah 2024

Berdasarkan tabel di atas nilai Adjusted R-squared sebesar 0.156839, Maka pengaruh semua variabel independen, kontrol, dan moderasi terhadap Y sebesar 15,68%. Sisanya mampu diberi pengaruh oleh variabel lainnya.

 

Table 2. Hasil Uji F

Variabel

Prob F Statistic

Manajemen Laba

0,0000

Sumber: Data sekunder yang diolah 2024

 

Nilai signifikansi sebesar 0,000000 kurang dari 0,05 dan nilai F hitung sebesar 1,908778 lebih besar dari nilai F tabel sebesar 1,68. Oleh karena itu H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini menginterpretasikan bahwa seluruh variabel independen, kontrol, dan moderasi mempunyai pengaruh terhadap Y.

Table 3. Hasil Uji T

Variabel

t-Statistic

Prob

Kesimpulan

Ukuran dewan direksi

-0,036122

0,9712

Tidak Signifikan

Ukuran dewan direksi independen

0,562195

0,5741

Tidak Signifikan

Ukuran dewan ahli keuangan

-2,083021

0,0374

Signifikan Negatif

Ukuran dewan direksi wanita

1,974397

0,0485

Signifikan Positif

Ukuran perusahaan

-0,221160

0,8250

Tidak Signifikan

Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi

-0,995366

0,3197

Tidak Signifikan

Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi independen

0,585612

0,4931

Tidak Signifikan

Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan ahli keuangan

-2,171624

0,0300

Signifikan Negatif

Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi wanita

2,691271

0,0072

Signifikan Positif

Sumber: Data sekunder yang diolah 2024

 

Berdasarkan tabel di atas terlihat variabel BS, TBI, TBFE, TBGD mempunyai nilai yang mana lebih dari 0,05. Sehingga variabel tersebut tidak ada pengaruh terhadap EM. Sedangkan variabel FA, ROA, dan FZ mempunyai nilai yang mana kurang dari 0,05. Sehingga variabel tersebut ada pengaruh terhadap EM.

Hal ini menginterpretasikan H1 ditolak karena besarnya dewan direksi tidak mampu memberi dampak besar terhadap manajemen laba. Dimana nilai koefisiennya sebesar -1,96 dan probabilitasnya digambarkan sebesar 0,9712.

Hal ini menginterpretasikan H2 ditolak karena besarnya dewan direksi independen tidak mampu memberi dampak besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisiennya sebesar -1,97 dan probabilitasnya sebesar 0,5741.

Hal ini menginterpretasikan bahwa H3 ditolak, karena besarnya dewan pakar keuangan mempunyai dampak buruk yang besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisien sebesar -9,36 dan probabilitas sebesar 0,0374.

Hal ini menginterpretasikan bahwa H4 ditolak, karena besarnya dewan direksi perempuan mempunyai dampak positif yang besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisiennya sebesar 8,25 dan probabilitasnya sebesar 0,0485.

Hal ini menginterpretasikan bahwa H7 diakui, karena ukuran perusahaan tidak mempunyai dampak besar terhadap manajemen laba. Dimana koefisiennya -7,17 dan probabilitasnya 0,8250.

 

Pengaruh Ukuran Dewan terhadap Manajemen Laba

Ukuran dewan direksi merupakan salah satu aspek yang mungkin mempengaruhi cara perusahaan mengelola keuntungannya. Berdasarkan temuan studi tersebut, dewan direksi yang lebih besar akan lebih mampu mengawasi berbagai hal, yang berarti mereka dapat mengurangi manajemen laba. Temuan penelitian ini sejalan dengan teori keagenan yang menyatakan bahwa dewan yang lebih beragam dan inklusif dapat meningkatkan pengawasan dan mengurangi perilaku manajerial oportunistik (Panjaitan & Muslih, 2019).

 Penelitian menginterpretasikan bahwa dewan dengan terlalu banyak anggota sering kali kesulitan berkomunikasi dan mengoordinasikan upaya mereka secara efektif. Untuk mencapai keseimbangan antara pengetahuan dan efektivitas pengawasan, ukuran dewan yang ideal sangatlah penting (Rinta, 2021b).

(Aprilliani, 2017) tidak mengidentifikasi korelasi yang signifikan secara statistik antara teknik manajemen laba dan ukuran dewan direksi dalam temuannya terhadap perusahaan manufaktur di Indonesia. Meskipun terdapat beberapa bukti bahwa dewan direksi yang lebih besar dapat membantu mengurangi taktik manajemen laba, sebagian besar penelitian belum mengidentifikasi korelasi yang signifikan secara statistik antara ukuran dewan direksi dan perilaku ini. Manajemen laba ditentukan mampu diberi pengaruh secara signifikan oleh berbagai variabel lain, seperti profitabilitas bisnis dan leverage.

Pengaruh Independensi Dewan terhadap Manajemen Laba

   Mengurangi taktik manajemen laba difasilitasi oleh dewan direksi yang independen. Pemantauan yang lebih kritis dan tidak memihak terhadap pelaporan keuangan perusahaan dapat dilakukan oleh dewan independen yang tidak terkait dengan manajemen. Independensi dewan berbanding terbalik dengan manajemen laba, menurut temuan penelitian ini (Brahma et al., 2021). Dengan kata lain, dewan yang lebih otonom dikaitkan dengan manajemen laba yang lebih sedikit.

 Memiliki dewan independen membantu memastikan bahwa manajemen tidak mendahulukan kepentingan mereka sendiri di atas pemegang saham perusahaan ketika mengambil keputusan. Menurut penelitian sebelumnya, dewan yang tidak memihak memainkan peran penting dalam memastikan pengungkapan keuangan akurat (Eliya & Suprapto, 2022).

Hasil tersebut bertolak belakang dengan (Alsahafi & Gay, 2018; Panjaitan & Muslih, 2019) menginterpretasikan hasil bahwa independensi dewan mampu memberi dampak positif terhadap manajemen laba. Sehingga dapat disimpulkan manajemen laba mampu diberi pengaruh secara positif oleh independensi dewan.

 

Pengaruh Diversitas Gender Dewan terhadap Manajemen Laba

Praktik manajemen yang lebih terbuka dan bertanggung jawab dapat dihasilkan dari dewan direksi yang mencakup perempuan. Dewan dengan lebih banyak perwakilan perempuan memiliki lebih sedikit manajemen laba, menurut penelitian ini. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa dewan dengan lebih banyak anggota perempuan cenderung membuat keputusan yang lebih baik dan memiliki pengawas yang lebih baik secara keseluruhan (Brahma et al., 2021; Fitroni & Feliana, 2022).

 Meskipun demikian, dampak keberagaman gender terhadap pengelolaan laba dapat berbeda-beda berdasarkan lingkungan sosial dan budaya perusahaan. Misalnya, keberagaman gender mungkin memiliki dampak yang lebih nyata di negara-negara yang kesetaraan gendernya lemah dibandingkan di negara-negara yang lebih progresif (Brahma et al., 2021).

Hal itu setara dengan yang ditemui oleh (Rowley & Warner, 2015), dampak keberagaman gender terhadap teknik manajemen laba yang dilakukan dewan telah terbukti bervariasi. Hasilnya menginterpretasikan bahwa metode manajemen laba jauh lebih baik ketika terdapat keberagaman gender di dewan. Hal ini menginterpretasikan bahwa metode manajemen laba perusahaan menurun seiring dengan meningkatnya keberagaman gender di dewan direksi.

 

Pengaruh Keahlian Keuangan Dewan terhadap Manajemen Laba

Salah satu komponen kunci dalam meminimalkan metode manajemen laba adalah pengetahuan keuangan anggota dewan. Dengan memeriksa dan memahami catatan keuangan secara menyeluruh, dewan yang memiliki pengalaman keuangan yang memadai dapat mengidentifikasi dan mengurangi tindakan manipulatif manajemen secara lebih efektif. Berdasarkan temuan penelitian, pengetahuan dewan mengenai keuangan secara signifikan menghambat manajemen laba (Man, 2019).

 Peraturan akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan mungkin lebih baik dipantau dengan bantuan dewan yang memiliki pengetahuan tinggi dalam masalah keuangan. Ruang untuk manajemen laba akan berkurang karena asimetri pengetahuan antara dewan direksi dan manajemen akan berkurang (Jiang et al., 2019).

Hal itu setara dengan yang ditemui oleh (Yanthi et al., 2021), dewan ahli keuangan di Indonesia secara signifikan mengurangi metode manajemen laba. Mereka mendemonstrasikan bahwa kemungkinan taktik manajemen laba yang lebih rendah dikaitkan dengan dewan direksi yang lebih independen. Hasil ini menginterpretasikan pentingnya dewan direksi yang tidak memihak dalam menjaga akuntabilitas manajemen. Dari hasil penelitian terdahulu membuktikan bahwa dewan ahli keuangan mampu memberi dampak signifikan positif terhadap manajemen laba

 

Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran dewan direksi dan manajemen laba

Hasil bertolakbelakang dengan peneliti (Yanthi et al., 2021) mendemonstrasikan bahwa pengaruh ukuran dewan terhadap manajemen laba lebih dominan mampu diberi pengaruh oleh faktor-faktor lain seperti independensi dan kompetensi anggota dewan, daripada hanya ukuran perusahaan itu sendiri. Sehingga dapat disimpulkan bahwa ukuran perusahaan mampu memoderasi hubungan antara ukuran dewan direksi dengan manajemne laba.

 

Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara dewan independensi dan manajemen laba

Hasil tersebut diperkuat dalam studi oleh (Bansal, 2021; Chen & Komal, 2018; Karina et al., 2023; Panjaitan & Muslih, 2019; Rinta, 2021a; Triki, 2018) ditemukan bahwa perusahaan besar cenderung memiliki sumber daya yang lebih besar untuk mengimplementasikan sistem tata kelola yang kuat, termasuk dewan yang independen. Namun, mereka juga mendemonstrasikan bahwa dalam perusahaan besar, independensi dewan tidak selalu berarti pengawasan yang lebih ketat karena kompleksitas operasional yang tinggi. Oleh karena itu, ukuran perusahaan tidak selalu memperkuat hubungan antara independensi dewan dan manajemen laba (Bansal, 2021).

 

Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran keberagaman gender dewan direksi dan manajemen laba

Hasil tersebut konsisten dengan temuan (Bansal, 2021; Chen & Komal, 2018; Karina et al., 2023; Panjaitan & Muslih, 2019; Rinta, 2021a; Triki, 2018) menginterpretasikan bahwa keberagaman gender pada dewan direksi memiliki dampak positif pada pengawasan manajemen laba di perusahaan berskala kecil. Namun, di perusahaan besar, dampak tersebut tidak selalu signifikan karena tekanan bisnis yang lebih besar dan kompleksitas operasional yang membuat pengawasan menjadi lebih menantang. Ukuran perusahaan dapat menyebabkan variasi dalam efektivitas keberagaman gender dalam pengawasan manajemen laba (Hashim et al., 2019).

 

Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran dewan direksi keahlian keuangan dan manajemen laba

Hasil tersebut perkuat oleh (Bansal, 2021; Chen & Komal, 2018; Karina et al., 2023; Panjaitan & Muslih, 2019; Triki, 2018), keahlian keuangan dewan lebih mampu memberi dampak pada perusahaan kecil dibandingkan dengan perusahaan besar. Dalam perusahaan besar, meskipun dewan dengan keahlian keuangan lebih baik, skala dan kompleksitas operasional perusahaan dapat mengurangi pengaruh tersebut terhadap manajemen laba. Sebagai hasilnya, ukuran perusahaan mampu memberi dampak signifikan dalam memperkuat hubungan antara keahlian keuangan dewan dan manajemen laba (Chen & Komal, 2018)

 

Kesimpulan

Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi independen. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara negatif oleh ukuran dewan ahli keuangan. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara positif oleh ukuran dewan direksi wanita. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran perusahaan. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi dan ukuran dewan independen yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan, namun manajemen laba mampu diberi pengaruh oleh keberagaman gender dan dewan keahlian keuangan yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan. Implikasinya yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah perusahaan yang selalu di monitoring agar tidak terjadi secara terus-menerus manipulasi laba, sehingga manajemen laba bisa terkontrol.

 

BIBLIOGRAFI

 

Ahmad, L., Suhara, E., & Ilyas, Y. (2016). The effect of audit quality on earning management within manufacturing companies listed on Indonesian stock exchange. Research Journal of Finance and Accounting, 7(8), 132–138.

Alsahafi, Y. A., & Gay, V. (2018). An overview of electronic personal health records. Health Policy and Technology, 7(4), 427–432.

Aprilliani, R. (2017). Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Universitas Mercu Buana Jakarta.

Arun, T. G., Almahrog, Y. E., & Aribi, Z. A. (2015). Female directors and earnings management: Evidence from UK companies. International Review of Financial Analysis, 39, 137–146.

Bansal, M. (2021). Board independence and earnings management: influence of family business generation. Journal of Asia Business Studies, 15(5), 748–768.

Basha, M. (2018). Investigate accrual Earning management practicing in non-financial listed firms in Jordan 2006-2007. Available at SSRN 3197671.

Brahma, S., Nwafor, C., & Boateng, A. (2021). Board gender diversity and firm performance: The UK evidence. International Journal of Finance & Economics, 26(4), 5704–5719.

Chen, S., & Komal, B. (2018). Audit committee financial expertise and earnings quality: A meta-analysis. Journal of Business Research, 84, 253–270.

Eliya, S., & Suprapto, Y. (2022). Pengaruh keberagaman gender terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur barang konsumsi publik di Indonesia. SEIKO: Journal of Management & Business, 5(2), 23–30.

Fitroni, N. A., & Feliana, Y. K. (2022). Pengaruh keragaman gender pada dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit terhadap manajemen laba. Akuntansi Dan Teknologi Informasi, 15(1), 8–21.

Gavious, I., Segev, E., & Yosef, R. (2012). Female directors and earnings management in high‐technology firms. Pacific Accounting Review, 24(1), 4–32.

Gugong, B. K., & Bala, H. (2015). Equity formation and financial performance of listed deposit money banks in Nigeria. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 3(8), 25–39.

Hashim, F., Ahmed, E. R., & Huey, Y. M. (2019). Board diversity and earning quality: Examining the role of internal audit as a moderator. Australasian Accounting, Business and Finance Journal, 13(4), 73–91.

Jiang, Y., Sun, A., Zhao, Y., Ying, W., Sun, H., Yang, X., Xing, B., Sun, W., Ren, L., & Hu, B. O. (2019). Proteomics identifies new therapeutic targets of early-stage hepatocellular carcinoma. Nature, 567(7747), 257–261.

Karina, R., Mardianto, M., & Wahyuni, S. (2023). Female Board of Directors and Earnings Management: The Mediating Role of Profitability. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 15(2), 347–358. https://doi.org/10.17509/jaset.v15i2

Kumari, P., & Pattanayak, J. K. (2017). Linking earnings management practices and corporate governance system with the firms’ financial performance: A study of Indian commercial banks. Journal of Financial Crime, 24(2), 223–241.

Man, Y. (2019). Earnings management and agency costs: evidence from China. The University of Waikato.

Panjaitan, D. K., & Muslih, M. (2019). Manajemen laba: Ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11(1), 1–20. https://doi.org/10.17509/jaset.v11i1.15726

Pricilia, S., & Susanto, L. (2017). Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba serta implikasinya terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2014. Jurnal Ekonomi, 22(2).

Rinta, M. (2021a). Board of Directors Size, Audit Committee Activities, and Audit Committee Size toward Earnings Management. Journal of Accounting Science, 5(1), 85–99.

Rinta, M. (2021b). Ukuran Dewan Direksi, Aktivitas Komite Audit Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Journal of Accounting Science, 5(1), 89–103.

Rowley, C., & Warner, M. (2015). Management in South Korea Revisited. Routledge London.

Sari, I. P., Tjandra, T., Firmansyah, A., & Trisnawati, E. (2021). Praktek manajemen laba di Indonesia: komite audit, komisaris independen, arus kas operasi. Ultimaccounting Jurnal Ilmu Akuntansi, 13(2), 310–322.

Suyono, E., & Farooque, O. Al. (2018). Do governance mechanisms deter earnings management and promote corporate social responsibility? Accounting Research Journal, 31(3), 479–495.

Triki, D. S. (2018). Gender diverse board and earnings management: evidence from French listed companies. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 9(3), 289–312.

Yanthi, N. P. D. C., Pratomo, D., & Kurnia, K. (2021). Audit Quality, Audit Committee, Institutional Ownership and Independent Director on Earning Management. JRAK, 13(1), 42–50.

 

Copyright holder:

Rizky Dila Wahidah, Natalis Christian (2024)

 

First publication right:

Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia

 

This article is licensed under: