Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p–ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 9, No. 12, Desember 2024
PENGARUH KARAKTERISTIK DEWAN TERHADAP MANAJEMEN LABA DENGAN UKURAN PERUSAHAAN SEBAGAI VARIABEL MODERASI
Rizky Dila Wahidah1, Natalis Christian2
Universitas Internasional Batam,
Indonesia1,2
Email: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji
bagaimana faktor-faktor seperti ukuran dewan direksi, keragaman gender, independensi, dan pengetahuan keuangan mempengaruhi metode manajemen laba. Penelitian ini menyelidiki pengaruh karakteristik dewan, yaitu ukuran dewan, independensi dewan, diversitas
gender dewan, dan keahlian keuangan
dewan, terhadap praktik manajemen laba dalam perusahaan. Selain itu, penelitian
ini juga meneliti peran moderasi ukuran perusahaan serta efek kontrol
usia perusahaan dan kinerja perusahaan. Penelitian ini menerapkan analisis regresi panel untuk menentukan hubungan antara variabel-variabel tersebut. Studi kasus dilakukan pada perusahaan. Dari tahun 2018 hingga 2022, terdapat 450 perusahaan berbeda yang dimasukkan dalam sampel, yang semuanya terdaftar di Bursa Efek Indonesia
(BEI). Kami menggunakan analisis
regresi data panel untuk melihat data. Hasil penelitian membuktikan bahwa manajemen laba tidak mampu diberi
pengaruh oleh ukuran dewan direksi. Manajemen laba tidak mampu
diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi independen. Manajemen laba mampu diberi
pengaruh secara negatif oleh ukuran dewan ahli keuangan. Manajemen laba mampu diberi pengaruh
secara positif oleh ukuran dewan direksi wanita. Manajemen laba tidak mampu
diberi pengaruh oleh ukuran perusahaan. Manajemen laba tidak mampu diberi
pengaruh oleh ukuran dewan direksi dan ukuran dewan independen yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan, namun manajemen laba mampu diberi
pengaruh oleh keberagaman
gender dan dewan keahlian keuangan
yang dimoderasi oleh ukuran
perusahaan.
Kata kunci: Ukuran Dewan, Independensi Dewan, Keragaman
Gender Dewan
Abstract
The purpose of this research is to examine how factors such
as board size, gender diversity, independence, and financial knowledge
influence earnings management methods. This research investigates the influence
of board characteristics, namely board size, board independence, board gender
diversity, and board financial expertise, on earnings management practices in
companies. In addition, this research also examines the moderating role of
company size as well as the controlling effect of company age and company
performance. This research applies panel regression analysis to determine the
relationship between these variables. Case studies are carried out on
companies. From 2018 to 2022, there are 450 different companies included in the
sample, all of which are listed on the Indonesia Stock Exchange (BEI). We use
panel data regression analysis to look at the data. The research results prove
that earnings management cannot be influenced by the size of the board of
directors. Earnings management cannot be influenced by the size of the
independent board of directors. Earnings management can be negatively
influenced by the size of the financial expert board. Earnings management can
be positively influenced by the size of the female board of directors. Earnings
management cannot be influenced by company size. Earnings management is not
able to be influenced by the size of the board of directors and the size of the
independent board which is moderated by company size, but earnings management
is able to be influenced by gender diversity and board financial expertise
which is moderated by company size.
Keywords: Board Size, Board Independence,
Board Gender Diversity, Board Financial Expertise, Earnings Management
Pendahuluan
Informasi tentang laba perusahaan
sering dianggap sebagai acuan bagi
pengambilan keputusan oleh
para investor dan kreditor. Manajemen
laba adalah suatu proses yang memfokuskan
pada pencapaian target laba
dalam bisnis. Hal ini dilakukan melalui
perencanaan, pengendalian,
dan pengawasan aktivitas bisnis sehingga menghasilkan laba yang optimal. Laba yang tinggi dianggap sebagai indikator kinerja perusahaan yang baik. Pendekatan akrual sering digunakan untuk mengukur laba karena lebih
mampu mengatasi masalah waktu dan pencocokan yang biasanya terkait dengan arus kas, dan lebih menggambarkan kinerja perusahaan. Pihak manajemen seringkali memiliki kecenderungan untuk memperhatikan laba dan oleh karena itu, laporan laba
rugi tidak selalu mencantumkan informasi yang akurat untuk menarik perhatian
para investor, kreditor, dan pemegang
saham
Konflik kepentingan (atau konflik keagenan) antara pemilik bisnis dan manajemen, serta kesenjangan informasi antara kedua kelompok, merupakan penyebab umum terjadinya manajemen laba. Memperoleh informasi yang lebih cepat, lebih
komprehensif, dan akurat mungkin diperlukan bagi pemilik bisnis
yang ingin membuat pilihan berdasarkan informasi karena terbatasnya akses terhadap informasi yang dimiliki manajemen. Di sisi lain, ada kalanya manajemen memanipulasi situasi untuk mendapatkan lebih banyak keuntungan
dengan memproyeksikan citra tertentu. Konsekuensinya, pemilik dan
regulator perusahaan harus
sangat berhati-hati untuk menghindari manajemen laba yang merugikan pemegang saham dan investor
Manajer termotivasi
untuk menginterpretasikan manajemen laba karena berbagai alasan. Meningkatkan hubungan dengan
debitur dan meningkatkan kepercayaan investor adalah dua
di antaranya. Selain itu, manajemen laba lebih umum
terjadi pada organisasi
yang mengalami kesulitan keuangan. Dalam skenario seperti ini, perusahaan akan berusaha menyembunyikan
utangnya dan memberikan laporan keuangan yang menyesatkan, menyembunyikan fakta bahwa perusahaan
tersebut benar-benar merugi. Alasannya adalah karena harga
saham suatu bisnis sangat bergantung pada kinerja keuangannya, khususnya pendapatannya. Untuk menginterpretasikan kinerja keuangan yang lebih stabil dan mengurangi bahaya perubahan harga saham, manajemen laba merupakan alat yang berguna. Di sisi lain, perlu diingat bahwa menginterpretasikan
manajemen laba secara berlebihan dapat merugikan pemegang saham dan bertentangan dengan prinsip-prinsip perusahaan yang relevan. Jadi, ketika menginterpretasikan manajemen laba, organisasi harus mempertimbangkan undang-undang dan etika perusahaan yang relevan
Perusahaan perbankan
Indonesia PT Garuda Indonesia Tbk menjadi
lokasi kontroversi pada tahun 2018. Pendapatan harus dilaporkan lebih lambat oleh
PT Garuda. Utang sebesar USD 239 juta dilaporkan oleh bisnis baru Mahata Aero Teknologi yang bermodal kurang dari Rp
10 miliar saat menjalin kontrak dengan PT Garuda. Namun dalam
laporan keuangan tahun 2018, PT Garuda mencantumkannya sebagai pendapatan. Karena itu, keuntungan PT Garuda lebih dari yang seharusnya. Pengalihan produk atau jasa
dari suatu bisnis kepada kliennya
harus diakui sebagai pendapatan berdasarkan PSAK 72. Di sini, PT Garuda harus mencatat
pendapatan secara bertahap ketika kesepakatan yang disepakati dengan Mahata Aero Teknologi selesai. Namun, laba yang dilaporkan lebih besar dari
sebenarnya karena PT Garuda mencatatkan pendapatan sekaligus. Ketika manajemen terlibat dalam proses pembuatan laporan keuangan, hasilnya bisa menjadi bias. Asumsi manajer dan faktor-faktor
yang dipertimbangkan ketika
memperkirakan pendapatan bisnis mungkin mempengaruhi manajemen. Untuk alasan tertentu,
manajer dengan pengetahuan yang lebih akurat tentang situasi keuangan perusahaan mungkin akan menginterpretasikan kontrol lebih besar terhadap
manajemen laba
Hubungan keagenan adalah perjanjian antara pemilik perusahaan dan manajer, di
mana manajer diberikan wewenang untuk bertindak atas nama pemilik. Kontrak ini menimbulkan tanggung jawab bagi manajer untuk
memberikan keuntungan maksimal bagi perusahaan,
dan mereka juga mengharapkan kompensasi. Permasalahan keagenan dapat muncul ketika
salah satu pihak bertanggung jawab menjalankan suatu perusahaan sementara pihak lain tidak,
sering kali disebabkan oleh konflik kepentingan yang melekat di antara kedua kelompok tersebut. Manajer sering kali memiliki
lebih banyak pengetahuan tentang bisnis dibandingkan pemilik, sehingga dapat menyebabkan ketidakseimbangan informasi. Manajer dapat menginterpretasikan
manajemen laba dengan cara ini, yang berarti memanipulasi angka laba untuk
meningkatkan laporan keuangan dan mendapatkan
insentif.
Mengurangi biaya agensi adalah fungsi
utama dari ukuran dewan direksi.
Seorang CEO dapat menginterpretasikan manajemen laba jika ia mempunyai
kekuasaan yang terlalu besar dan mengabaikan
komposisi dan ukuran dewan direksi
dan komite audit. Menurut penelitian, dewan yang lebih kecil mungkin
dapat mencapai koordinasi yang efektif, yang berarti kecil kemungkinan
terjadinya manajemen laba. Terdapat bukti yang menginterpretasikan bahwa manajemen laba mampu diberi
pengaruh secara negatif oleh dewan direksi
yang besar.
Ketika membandingkan
dewan direksi besar dan kecil,
dewan direksi besar dan kecil
lebih baik dalam memperoleh informasi. Efektivitas proses pemantauan dan kemungkinan terjadinya manajemen laba dapat ditingkatkan dengan dewan direksi
yang lebih besar, sehingga akan meningkatkan nilai perusahaan. Terdapat korelasi negatif antara ukuran dewan direksi dan
teknik manajemen laba di Indonesia.
Manajemen memiliki lebih banyak tantangan
dalam menginterpretasikan prosedur manajemen laba ketika ukuran
dewan direksi lebih tinggi, menurut
penelitian ini
Salah satu faktor
penting yang mempengaruhi metode manajemen laba adalah ukuran
dewan direksi. Metode manajemen laba cenderung lebih rendah pada perusahaan dengan dewan direksi yang lebih besar, menurut
penelitian tersebut. Bukti seperti ini menginterpretasikan
bahwa dewan direksi yang besar dapat mengurangi
motivasi manajemen untuk menginterpretasikan manajemen laba
Ukuran dewan direksi tidak mampu memberi dampak signifikan terhadap metode manajemen laba, menurut penelitian pada perusahaan industri yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Para peneliti tidak menemukan keterkaitan yang tentu bersifat signifikan secara statistik antara jumlah direktur di dewan dan prevalensi metode manajemen laba, meskipun ada bukti yang menginterpretasikan sebaliknya. Namun penulis mendemonstrasikan bahwa profitabilitas dan leverage memainkan peran besar dalam manajemen laba. Hasilnya menginterpretasikan bahwa teknik manajemen laba pada bisnis manufaktur di Indonesia mampu diberi pengaruh oleh variabel selain ukuran dewan direksi (Lestari & Sanrego, 2018)
Menurut peneliti Daramawan dan Harjanti (2018), Ukuran dewan direksi secara signifikan mempengaruhi metode manajemen laba, menurut penelitian terhadap bisnis yang terdaftar di pasar saham Filipina. Menurut penelitian, bisnis dengan dewan direksi yang lebih besar menggunakan lebih sedikit strategi dalam mengelola keuntungan. Terdapat juga korelasi negatif antara dewan direksi independen dan praktik manajemen laba; artinya, dewan direksi yang lebih otonom dikaitkan dengan lebih sedikit aktivitas manajemen laba. Perusahaan harus membentuk dewan direksi yang tidak memihak dan berjumlah cukup untuk mengekang taktik manajemen laba (Daramawan & Harjanti, 2018).
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menguji bagaimana faktor-faktor seperti ukuran dewan direksi, keragaman gender, independensi, dan pengetahuan keuangan mempengaruhi metode manajemen laba.
Metode Penelitian
Penelitian
ini adalah data sekunder dari perusahaan
non keuangan yang terdaftar
di BEI periode 2018-2022. Laporan
tahunan perusahaan non-keuangan yang telah diaudit merupakan data sekunder. Lembaga keuangan dikecualikan dari penyelidikan karena fakta bahwa, sebagaimana
dinyatakan oleh
1.
Perusahaan non keuangan yang terdaftar
pada tahun 2018 hingga 2022 di BEI.
2.
Perusahaan non-keuangan yang dapat diakses
melalui website BEI atau website
perusahaan dan telah menerbitkan laporan tahunan secara rinci selama lima tahun
berjalan, yaitu tahun 2018 sampai dengan tahun 2022.
3.
Organisasi non-keuangan yang, antara tahun
2018 dan 2022, menginterpretasikan audit atas laporan tahunannya dan
menyediakan data yang diperlukan untuk menilai variabel penelitian secara
berturut-turut.
Variabel dependen berdasar atas temuan
riset ini adalah manajemen laba. Akrual diskresioner dikuantifikasi dalam penyelidikan ini dengan
menggunakan variasi agregat cross-sectional dari
model Jones yang dimodifikasi. Rumus yang digunakan untuk
memperkirakan akrual diskresioner adalah sebagai berikut:
Dimana:
Tat = total
akrual untuk sample
Perusahaan i tahun t
At – 1 = total
asset untuk sample Perusahaan i
tahun t – 1
ΔREVt = perubahan laba bersih untuk
sample Perusahaan i tahun t
ΔRECt = perubahan piutang untuk sampel
Perusahaan i tahun t
PPEt = asset tetap untuk sample Perusahaan i tahun t
IBEIt = pendapatan sample
Perusahaan i tahun t – 1
Variabel independent pada penelitian
ini adalah karakteristik dewan yang dipilih untuk penelitian ini meliputi ukuran
dewan direksi, ukuran dewan
direksi independent, keberagaman
gender dewan direksi, dan dewan direksi
keahlian keuangan. Ukuran dewan direksi sebagai jumlah direktur yang duduk di dewan perusahaan
(Ntim et al., 2015; Rashid et al., 2010). Ukuran dewan direksi independent adalah jumlah direktur
luar di dewan. Variabel ini diukur sebagai
rasio direktur independen terhadap jumlah direktur
Penelitian ini menggunakan variabel moderasi untuk menguji pengaruh ukuran perusahaan terhadap hubungan antar dewan karakteristik dan EM.
Mengikuti penelitian sebelumnya, variabel ini diukur sebagai
logaritma total asset (Karina et al., 2023).
Penelitian ini mengontrol dampak dari dua karakteristik spesifik perusahaan seperti yang disarankan oleh penelitian sebelumnya; umur perusahaan dan kinerja perusahaan. Literatur yang ada menginterpretasikan bahwa usia perusahaan secara signifikan mempengaruhi EM (Das dkk., 2018; Kouwenberg & Thontirawong,
2015; Bouaziz dkk., 2020).
Oleh karena itu, umur perusahaan adalah dimasukkan dan diukur sebagai logaritma natural dari jumlah tahun sejak
pendirian (Bhutta dkk., 2021). Berikut penelitian yang membuktikan adanya hubungan antara kinerja perusahaan dan EM, penelitian ini memasukkan return on assets
(ROA) sebagai variabel kontrol (Collins et al., 2017; A.Ali dkk., 2007; Damak, 2018).
Model Penelitian
Ukuran
perusahaan c
Gambar 1. Model Penelitian
Karena tujuan penelitian ini adalah untuk menguji hubungan antara variabel independen dan variabel dependen yang mampu diberi pengaruh oleh variabel moderator dalam gabungan data cross-sectional dengan data time series yang biasa disebut dengan data longitudinal. Oleh karena itu, analisis regresi data panel diterapkan. Program EViews Versi 12 akan diimplementasikan. Tahapan analisis data menggunakan EViews Versi 12 yang meliputi Uji Statistik Deskriptif, Uji Outlier, Uji Hipotesis (Uji F, Uji t, Uji Koefisien determinasi (R Squares)), dan Uji Asumsi Klasik (Uji Normalitas, Uji Autokorelasi, Multikolinieritas). Uji Heteroskedastisitas).
Hasil dan Pembahasan
Table 1. Uji Koefisien Determinan (R2)
Variabel |
Adjusted R Squared |
Manajemen Laba |
0,8198 |
Sumber: Data sekunder yang diolah 2024
Berdasarkan tabel
di atas nilai Adjusted R-squared sebesar 0.156839, Maka pengaruh semua variabel independen, kontrol, dan moderasi terhadap
Y sebesar 15,68%. Sisanya mampu diberi pengaruh
oleh variabel lainnya.
Table 2. Hasil Uji F
Variabel |
Prob F Statistic |
Manajemen Laba |
0,0000 |
Sumber: Data sekunder yang diolah 2024
Nilai signifikansi sebesar
0,000000 kurang dari 0,05
dan nilai F hitung sebesar 1,908778 lebih besar dari nilai
F tabel sebesar 1,68. Oleh karena
itu H0 ditolak dan H1 diterima, hal ini
menginterpretasikan bahwa seluruh variabel independen, kontrol, dan moderasi mempunyai
pengaruh terhadap Y.
Table 3. Hasil
Uji T
Variabel |
t-Statistic |
Prob |
Kesimpulan |
Ukuran dewan direksi |
-0,036122 |
0,9712 |
Tidak Signifikan |
Ukuran dewan direksi
independen |
0,562195 |
0,5741 |
Tidak Signifikan |
Ukuran dewan ahli keuangan |
-2,083021 |
0,0374 |
Signifikan Negatif |
Ukuran dewan direksi
wanita |
1,974397 |
0,0485 |
Signifikan Positif |
Ukuran perusahaan |
-0,221160 |
0,8250 |
Tidak Signifikan |
Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi |
-0,995366 |
0,3197 |
Tidak Signifikan |
Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi independen |
0,585612 |
0,4931 |
Tidak Signifikan |
Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan ahli keuangan |
-2,171624 |
0,0300 |
Signifikan Negatif |
Ukuran Perusahaanx Ukuran dewan direksi wanita |
2,691271 |
0,0072 |
Signifikan Positif |
Sumber: Data sekunder yang diolah 2024
Berdasarkan tabel di atas terlihat variabel BS, TBI, TBFE, TBGD mempunyai nilai yang mana lebih dari 0,05. Sehingga variabel tersebut tidak ada pengaruh terhadap EM. Sedangkan variabel FA, ROA, dan FZ mempunyai nilai yang mana kurang dari 0,05. Sehingga variabel tersebut ada pengaruh terhadap EM.
Hal ini menginterpretasikan H1 ditolak karena besarnya dewan direksi tidak mampu memberi dampak besar terhadap manajemen laba. Dimana nilai koefisiennya sebesar -1,96 dan probabilitasnya digambarkan sebesar 0,9712.
Hal ini menginterpretasikan H2 ditolak karena besarnya dewan direksi independen tidak mampu memberi dampak besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisiennya sebesar -1,97 dan probabilitasnya sebesar 0,5741.
Hal ini menginterpretasikan bahwa H3 ditolak, karena besarnya dewan pakar keuangan mempunyai dampak buruk yang besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisien sebesar -9,36 dan probabilitas sebesar 0,0374.
Hal ini menginterpretasikan bahwa H4 ditolak, karena besarnya dewan direksi perempuan mempunyai dampak positif yang besar terhadap manajemen laba. Nilai koefisiennya sebesar 8,25 dan probabilitasnya sebesar 0,0485.
Hal ini menginterpretasikan bahwa H7 diakui, karena ukuran perusahaan tidak mempunyai dampak besar terhadap manajemen laba. Dimana koefisiennya -7,17 dan probabilitasnya 0,8250.
Pengaruh Ukuran
Dewan terhadap Manajemen Laba
Ukuran dewan direksi merupakan
salah satu aspek yang mungkin mempengaruhi cara perusahaan mengelola keuntungannya. Berdasarkan temuan studi tersebut, dewan direksi yang lebih besar akan lebih
mampu mengawasi berbagai hal, yang berarti mereka dapat mengurangi manajemen laba. Temuan penelitian ini sejalan dengan
teori keagenan yang menyatakan bahwa dewan yang lebih beragam dan inklusif dapat meningkatkan pengawasan dan mengurangi perilaku manajerial oportunistik
Penelitian menginterpretasikan bahwa dewan dengan terlalu banyak anggota sering kali kesulitan berkomunikasi dan mengoordinasikan upaya mereka secara efektif.
Untuk mencapai keseimbangan antara pengetahuan dan efektivitas pengawasan, ukuran dewan yang
ideal sangatlah penting
Pengaruh Independensi
Dewan terhadap Manajemen Laba
Mengurangi
taktik manajemen laba difasilitasi oleh dewan direksi yang independen. Pemantauan yang lebih kritis dan tidak memihak terhadap pelaporan keuangan perusahaan dapat dilakukan oleh dewan independen
yang tidak terkait dengan manajemen. Independensi dewan berbanding terbalik dengan manajemen laba, menurut temuan penelitian ini
Memiliki
dewan independen membantu memastikan bahwa manajemen tidak mendahulukan kepentingan mereka sendiri di atas pemegang saham
perusahaan ketika mengambil keputusan. Menurut penelitian sebelumnya, dewan yang tidak memihak memainkan peran penting dalam
memastikan pengungkapan keuangan akurat
Hasil tersebut bertolak
belakang dengan
Pengaruh Diversitas
Gender Dewan terhadap Manajemen
Laba
Praktik manajemen yang lebih
terbuka dan bertanggung jawab dapat dihasilkan
dari dewan direksi yang mencakup perempuan. Dewan dengan lebih banyak
perwakilan perempuan memiliki lebih sedikit manajemen laba, menurut penelitian
ini. Salah satu penjelasan yang mungkin adalah bahwa dewan dengan lebih banyak
anggota perempuan cenderung membuat keputusan yang lebih baik dan memiliki pengawas yang lebih baik secara keseluruhan
Meskipun demikian, dampak keberagaman gender terhadap pengelolaan laba dapat berbeda-beda
berdasarkan lingkungan sosial dan budaya perusahaan. Misalnya, keberagaman gender mungkin memiliki dampak yang lebih nyata di negara-negara yang
kesetaraan gendernya lemah dibandingkan di
negara-negara yang lebih progresif
Hal itu setara
dengan yang ditemui oleh
Pengaruh Keahlian
Keuangan Dewan terhadap Manajemen Laba
Salah satu komponen kunci dalam meminimalkan metode manajemen laba adalah pengetahuan
keuangan anggota dewan. Dengan memeriksa dan memahami catatan keuangan secara menyeluruh, dewan yang memiliki pengalaman keuangan yang memadai dapat mengidentifikasi
dan mengurangi tindakan manipulatif manajemen secara lebih efektif.
Berdasarkan temuan penelitian, pengetahuan dewan mengenai keuangan secara signifikan menghambat manajemen laba
Peraturan akuntansi dan pelaporan keuangan perusahaan mungkin lebih baik dipantau
dengan bantuan dewan yang memiliki pengetahuan tinggi dalam masalah
keuangan. Ruang untuk manajemen laba akan berkurang karena asimetri pengetahuan antara dewan direksi dan manajemen akan berkurang
Hal itu
setara dengan yang ditemui oleh
Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran dewan direksi dan manajemen laba
Hasil bertolakbelakang dengan
peneliti
Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara dewan independensi dan manajemen laba
Hasil tersebut diperkuat
dalam studi oleh
Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran keberagaman
gender dewan direksi dan manajemen
laba
Hasil tersebut konsisten
dengan temuan
Ukuran Perusahaan mampu memberi dampak signifikan hubungan antara ukuran dewan direksi keahlian keuangan dan manajemen laba
Hasil tersebut perkuat
oleh
Kesimpulan
Penelitian ini menyimpulkan bahwa manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi independen. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara negatif oleh ukuran dewan ahli keuangan. Manajemen laba mampu diberi pengaruh secara positif oleh ukuran dewan direksi wanita. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran perusahaan. Manajemen laba tidak mampu diberi pengaruh oleh ukuran dewan direksi dan ukuran dewan independen yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan, namun manajemen laba mampu diberi pengaruh oleh keberagaman gender dan dewan keahlian keuangan yang dimoderasi oleh ukuran perusahaan. Implikasinya yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah perusahaan yang selalu di monitoring agar tidak terjadi secara terus-menerus manipulasi laba, sehingga manajemen laba bisa terkontrol.
BIBLIOGRAFI
Ahmad, L., Suhara, E., &
Ilyas, Y. (2016). The effect of audit quality on earning management within
manufacturing companies listed on Indonesian stock exchange. Research
Journal of Finance and Accounting, 7(8), 132–138.
Alsahafi, Y. A., & Gay, V. (2018). An overview of electronic personal health records. Health Policy and Technology, 7(4), 427–432.
Aprilliani, R. (2017). Pengaruh Ukuran Dewan Komisaris dan Komite Audit terhadap Manajemen Laba pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2013-2015. Universitas Mercu Buana Jakarta.
Arun, T. G., Almahrog, Y. E., & Aribi, Z. A. (2015). Female directors and earnings management: Evidence from UK companies. International Review of Financial Analysis, 39, 137–146.
Bansal, M. (2021). Board independence and earnings management: influence of family business generation. Journal of Asia Business Studies, 15(5), 748–768.
Basha, M. (2018). Investigate accrual Earning management practicing in non-financial listed firms in Jordan 2006-2007. Available at SSRN 3197671.
Brahma, S., Nwafor, C., & Boateng, A. (2021). Board gender diversity and firm performance: The UK evidence. International Journal of Finance & Economics, 26(4), 5704–5719.
Chen, S., & Komal, B. (2018). Audit committee financial expertise and earnings quality: A meta-analysis. Journal of Business Research, 84, 253–270.
Eliya, S., & Suprapto, Y. (2022). Pengaruh keberagaman gender terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur barang konsumsi publik di Indonesia. SEIKO: Journal of Management & Business, 5(2), 23–30.
Fitroni, N. A., & Feliana, Y. K. (2022). Pengaruh keragaman gender pada dewan komisaris, dewan direksi, dan komite audit terhadap manajemen laba. Akuntansi Dan Teknologi Informasi, 15(1), 8–21.
Gavious, I., Segev, E., & Yosef, R. (2012). Female directors and earnings management in high‐technology firms. Pacific Accounting Review, 24(1), 4–32.
Gugong, B. K., & Bala, H. (2015). Equity formation and financial performance of listed deposit money banks in Nigeria. European Journal of Accounting Auditing and Finance Research, 3(8), 25–39.
Hashim, F., Ahmed, E. R., & Huey, Y. M. (2019). Board diversity and earning quality: Examining the role of internal audit as a moderator. Australasian Accounting, Business and Finance Journal, 13(4), 73–91.
Jiang, Y., Sun, A., Zhao, Y., Ying, W., Sun, H., Yang, X., Xing, B., Sun, W., Ren, L., & Hu, B. O. (2019). Proteomics identifies new therapeutic targets of early-stage hepatocellular carcinoma. Nature, 567(7747), 257–261.
Karina, R., Mardianto, M., & Wahyuni, S. (2023). Female Board of Directors and Earnings Management: The Mediating Role of Profitability. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 15(2), 347–358. https://doi.org/10.17509/jaset.v15i2
Kumari, P., & Pattanayak, J. K. (2017). Linking earnings management practices and corporate governance system with the firms’ financial performance: A study of Indian commercial banks. Journal of Financial Crime, 24(2), 223–241.
Man, Y. (2019). Earnings management and agency costs: evidence from China. The University of Waikato.
Panjaitan, D. K., & Muslih, M. (2019). Manajemen laba: Ukuran perusahaan, kepemilikan manajerial dan kompensasi bonus. Jurnal ASET (Akuntansi Riset), 11(1), 1–20. https://doi.org/10.17509/jaset.v11i1.15726
Pricilia, S., & Susanto, L. (2017). Pengaruh kepemilikan institusional, kepemilikan manajerial, komisaris independen, dan ukuran dewan komisaris terhadap manajemen laba serta implikasinya terhadap kinerja keuangan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di bursa efek indonesia periode 2012-2014. Jurnal Ekonomi, 22(2).
Rinta, M. (2021a). Board of Directors Size, Audit Committee Activities, and Audit Committee Size toward Earnings Management. Journal of Accounting Science, 5(1), 85–99.
Rinta, M. (2021b). Ukuran Dewan Direksi, Aktivitas Komite Audit Dan Ukuran Komite Audit Terhadap Manajemen Laba. Journal of Accounting Science, 5(1), 89–103.
Rowley, C., & Warner, M. (2015). Management in South Korea Revisited. Routledge London.
Sari, I. P., Tjandra, T., Firmansyah, A., & Trisnawati, E. (2021). Praktek manajemen laba di Indonesia: komite audit, komisaris independen, arus kas operasi. Ultimaccounting Jurnal Ilmu Akuntansi, 13(2), 310–322.
Suyono, E., & Farooque, O. Al. (2018). Do governance mechanisms deter earnings management and promote corporate social responsibility? Accounting Research Journal, 31(3), 479–495.
Triki, D. S. (2018). Gender diverse board and earnings management: evidence from French listed companies. Sustainability Accounting, Management and Policy Journal, 9(3), 289–312.
Yanthi, N. P. D. C., Pratomo, D., & Kurnia, K. (2021). Audit Quality, Audit Committee, Institutional Ownership and Independent Director on Earning Management. JRAK, 13(1), 42–50.
Copyright holder: Rizky Dila Wahidah, Natalis Christian (2024) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |