�Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol. 6, Special Issue No. 2, Desember 2021
TAMPILAN DEFEKASI PADA MALFORMASI ANOREKTAL LETAK RENDAH PASIEN
PREMATURITAS YANG DIRAWAT DI RSUD DR. SOETOMO SURABAYA
Daffa Ardhi Bachtiar1, Hariastawa I. G. B. A2, Ranuh I.G.M.R.G3, Athiyyah A. F4
1Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga,
Surabaya, Indonesia
2Departemen Bedah Anak, RSUD Dr.Soetomo, Surabaya,
Indonesia
3,4Departemen Kesehatan Anak, RSUD Dr.Soetomo,
Surabaya, Indonesia.
Email: [email protected]
Abstrak
���������������� Defekasi� pada�
Malformasi� anorektal�� (MAR)��
sangat�� sulit�� dievaluasi meskipun sudah dilakukan prosedur
pembedahan. Konstipasi pasca bedah malformasi anorektal masih menjadi masalah
utama. Meskipun operasi korektif selama masa bayi telah dilakukan, anak-anak
sering mengalami berbagai tingkat masalah fungsional seperti sembelit atau
inkontinensia.Saat ini tidak ditemukan kepustakaan Indonesia yang melakukan
studi evaluasi tampilan defekasi pasca tindakan operasi pada bayi bayi
prematuritas dengan MAR letak rendah.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
tampilan defekasi pasien prematuritas dengan MAR letak rendah pasca operasi di
RSUD Dr.Soetomo tahun 2019. Dilakukan penelitian cross sectional dengan
pendekatan retrospketif pada 30 pasien pasca PSARP (Posterior Sagital
Anorectoplasty) di RSUD Dr.Soetomo Surabaya pada periode 1 Januari 2019 � 31
Desember 2019. Penilaian tampilan defekasi pasca operasi menggunakan skoring
Rintala dan Bristol stool chart. Dari penelitian ini didapatkan bahwa pasien
yang lahir secara prematuritas dengan MAR letak rendah yang menjalani operasi
PSARP di RSUD Dr.Soetomo Surabaya memiliki kemungkinan untuk mendapatkan
tampilan defekasi yang normal dan baik.Dari responden yang diteliti usia
terbagi antara 0-5 tahun sebesar 83% dan lebih dari 5 tahun sebesar 17%. Dari
sisi jenis kelamin 70% laki laki dan 30 % Perempuan. Karena yang diteliti bayi
prematuritas maka 100% berat badan bayi kurang dari 2,5 kg dan panjang badan
kurang dari 40 cm. Berat badan dan tinggi badan bervariasi karena dipengaruhi
oleh usia responden sekarang. Dari tipe MAR dapat diperoleh MAR perineal
sebanyak 50%, MAR fistula anovestibular 27%, MAR fistula analstenosi 13 %, dan
MAR fistula anocutaneous 10%.
Kata Kunci : malformasi anorektal; malformasi
anorektal letak rendah; PSARP; rintala; brsitol stool chart; defekasi
Abstract
Defecation in anorectal malformations (MAR) is very
difficult to evaluate despite surgical procedures. Post-surgical constipation
anorectal malformations are still a major problem. Although corrective surgery
during infancy has been performed, children often experience varying degrees of
functional problems such as constipation or incontinence. Currently, there is
no Indonesian literature that conducts studies evaluating the display of
defecation post-surgery in premature infants with low location MAR. This study
aims to find out the display of defecation of prematurity patients with
postoperative low MAR at Dr. Soetomo Hospital in 2019. Cross sectional research
was conducted with a retrospketive approach in 30 patients after PSARP
(Posterior Sagital Anorectoplasty) at Dr. Soetomo Hospital Surabaya in the
period 1 January 2019 - 31 December 2019. Postoperative defecation display
assessment using Rintala and Bristol stool chart scores. From this study it was
found that patients born prematurely with low MAR who has done PSARP surgery at
Dr. Soetomo Hospital Surabaya have the possibility to get a normal and good
defecation display. Of the respondents studied the age divided between 0-5
years by 83% and over 5 years by 17%. In terms of gender 70% male and 30%
female. Because of the study of prematureness babies, 100% of the baby's body
weight is less than 2.5 kg and the body length is less than 40 cm. Weight and
height varied because they were influenced by the age of the respondents now.
Of the type mar can be obtained perineal MAR as much as 50%, MAR anovestibular
fistula 27%, MAR analstenosi fistula 13%, and MAR anocutaneous fistula 10%.
Keywords:
anorectal malformations; low lying anorectal malformation; PSARP; rintala;
brsitol stool chart; defecation
Pendahuluan
Defekasi� pada�
Malformasi� anorektal�� (MAR)��
sangat�� sulit�� dievaluasi karena disebabkan oleh anomali
bawaan seperti bagian anus yang sempit,rektum mungkin tidak terhubung ke
anus,rektum dapat terhubung ke bagian saluran kemih atau sistem reproduksi, ini
terjadi melalui bagian yang disebut fistula. prosedur bedah juga dapat
mempengaruhi , dan faktor perilaku. Dalam perawatan perilakunya diperlukan
keahlian dari tiga multidisiplin profesi berbeda untuk menyelesaikan
inkontinensia dan konstipasi agar proses defekasi menjadi seperti semula (Maerzheuser, Schmidt, Mau, & Winter,
2009).
Konstipasi pasca bedah malformasi anorektal masih menjadi masalah utama.
Meskipun operasi korektif selama masa bayi telah dilakukan, anak-anak sering
mengalami berbagai tingkat masalah fungsional seperti sembelit atau
inkontinensia (Levitt & Pe�a, 2005).
MAR adalah suatu kelainan kongenital yang menunjukkan keadaan tanpa anus atau
dengan anus yang tidak sempurna. Malformasi anorektal merupakan kelainan
kongenital pada kasus bedah anak. Lebih dari setengah abad terakhir terjadi
perkembangan terapi bedah untuk malformasi anorektal dari cut back sederhana
sampai dengan yang sering dikerjakan saat ini, yaitu posterior sagittal
anorectoplasty (PSARP). Karena malformasi anorektal merupakan kasus bedah anak
dan berhubungan dengan tingginya morbiditas maka perlulah para ahli medis dan
orang awam segera mengenali diagnosis penyakit kongenital ini (Lokananta, 2017).
Hasil
surveilans Kemenkes, pada periode September 2014� � Maret 2018 terdapat
1.085 bayi
dengan kelainan bawaan. Jenis kelainan bawaan�
terbanyak� adalah� talipes dan orofacial cleft defect. Sedangkan
kasus malformasi anorektal dilaporkan 9,7% kasus, yaitu urutan kelima dari
kelainan bawaan tersering (Sakti ES, 2018). Dari berbagai literature mengatakan
insiden penyakit ini adalah 1 dari 5000 kelahiran hidup. Insiden malformasi anorektal
di Eropa antar daerah bervariasi antara 1,14 sampai dengan 5,96 per 10.000
orang dan dapat berubah-ubah setiap tahunnya. Secara umum, malformasi anorektal
lebih banyak ditemukan pada laki laki (58%) daripada perempuan (Townsend,
2012).
Hasil jangka
panjang dari tindakan operasi malformasi anoretal letak rendah telah dianggap
baik pada sebagian besar pasien (Rintala & Pakarinen, 2010).
Meskipun fungsi usus sering membaik dari waktu ke waktu. Penaganan sembelit
yang efektif sangat penting untuk mengoptimalkan fungsi usus (Kyrklund, Pakarinen, Koivusalo, &
Rintala, 2015).
Anak-anak dan remaja dengan malformasi anorektal letak rendah tidak berbeda
mengenai kualitas hidup mereka, meskipun mereka tampaknya memiliki gangguan
fungsi usus dan fungsi emosi yang lebih buruk dibandingkan dengan kelompok
kontrol yang sehat (Wigander et al., 2019). Penyakit malformasi anorektal memiliki sejarah
yang cukup panjang. Selama berabad abad,para pakar telah berusaha untuk
memperbaiki bayi bayi dengan kelainan ini. Bayi yang kemudian dapat bertahan
hidup umumnya adalah bayi yang memiliki kelainan malformasi letak rendah.
Seorang ahli bernama Amussat adalah yang pertama kali melakukan penjahitan
antara mukosa rectum dengan tepi kulit. Tindakan ini diduga merupakan tindakan
anoplasty yang pertama. Sejak diperkenalkannya teknik kolostom
dilakukan
tindakan kolostomi pada kelainan malformasi yang letak tinggi (Amussat JZ,1835).
Seorang pakar bernama Stephens di tahun 1953 memperkenalkan pendekatan sacral
dengan tujuan mempreservasi puborektal sling yang merupakan factor penting
dalam mempertahankan kontinensia (Stephens FD,1953). Pendekatan posterosagital
diperkenalkan di tahun 1980an. Pendekatan ini ternyata memberikan pemaparan
daerah operasi yang cukup bagus sehingga teknik ini kemudian banyak
dipergunakan sampai sekarang (Pe�a & Devries, 1982).
Berdasarkan
letak anomali menunjukan rata rata konstipasi pada letak tinggi memiliki resiko
tinggi konstipasi dibanding letak rendah (78.6% vs 64.5%) (Huang et al., 2012). Hal ini sama dengan penelitian Rintala yang
menunjukkan malformasi letak rendah lebih baik konstipasinya dibanding letak
tinggi. Yang menyebabkan letak tinggi memiliki resiko lebih besar terhadap
konstipasi adalah hypoplasia sfingter dan kelainan sakral yang parah (Rintala & Pakarinen, 2010). Pada penelitian ini kami untuk menilai tampilan
defekasi menggunakan skoring Rintala. Rintala dan Lindahl menetapkan skor
klinis untuk mengevaluasi kontinensia feses. Kami menggunakan metode skoring
tersebut karena untuk memperloleh hasil skoring hanya menggunakan kuesioner
standar tanpa memerlukan pemeriksaan fisik (A, Rintala RJ Dis, 2015). Peneliti
merasa tertatrik dan ingin mengetahui tampilan defekasi pasien prematuritas
dengan malformasi anorektal letak rendah pasca operasi yang terjadi di RSUD Dr.
Soetomo karena belum pernah ada pustaka dan penelitian menggunakan skoring
rintala dan Bristol stool chart . Sehingga hasil penelitian dapat dijadikan
sebagai bahan evaluasi hasil operasi MAR yang dikerjakan di RSUD Dr.Soetomo
Surabaya.
Metode Penelitian
Jenis penilitian
ini adalah penelitian deskriptif kualitatif. Rancangan penelitian yang dipilih
adalah studi Cross Sectional dengan pendekatan retrospektif dengan menggunakan
skoring Rintala dan rekam medik pasien pasca operasi Malformasi anorectal
dengan letak rendah di RSUD Dr. Soetomo periode Januari 2019 � Desember 2019 dan
kuisoner Rintala. Sampel dalam penelitian ini adalah seluruh pasien
prematuritas pasca operasi malformasi anorektal dengan letak rendah di RSUD Dr.
Soetomo periode Januari 2019 � Desember 2019. Pengambilan data nomor telpon dan
identitas� pasien dan orang tua kemudian
menghubungi via telepon untuk dilakukan wawancara. Analisis data secara
deskriptif yang telah dikelompokkan berdasarkan variabelnya disajikan dalam
bentuk tabel dan grafik. Etik penelitian didapatkan dari Komite Etik Penelitian
Kesehatan RSUD Dr.Soetomo Surabaya.Nama responden hanya dicantumkan dalam
bentuk inisial pada lembar pengolahan data untuk menjaga kerahasian klien.
Hanya peneliti yang mengetahui identitas pasien dan tidak akan
memberitahukan/menyampaikan kepada siapapun dengan cara apapun. Kerahasiaan
informasi yang diberikan oleh responden dijamin oleh peneliti. Data yang
didaptkan hanya akan digunakan untuk tujuan penelitian dalam bidang pendidikan.
Pembahasan
Hasil Penelitian
Penelitian ini menggunakan
semua pasien prematuritas yang lahir dengan berat badan kurang dari 2,5 kg dan
panjang badan kurang dari 40 cm yang telah dilakukan operasi malformasi
anorectal dengan letak rendah yang dirawat di RSUD Dr. Soetomo periode Januari
2019 � Desember 2019.
Tabel 1
Demografi Responden yang memiliki skor baik dan normal
Dari responden yang diteliti
usia terbagi antara 0-5 tahun sebesar 83% dan lebih dari 5 tahun sebesar 17%.
Dari sisi jenis kelamin 70% laki laki dan 30 % Perempuan. Karena yang diteliti
bayi prematuritas maka 100% berat badan bayi kurang dari 2,5 kg dan panjang
badan kurang dari 40 cm. Berat badan dan tinggi badan bervariasi karena
dipengaruhi oleh usia responden sekarang.
Dari tipe MAR dapat diperoleh
MAR perineal sebanyak 50%, MAR fistula anovestibular 27%, MAR fistula
analstenosi 13 %, dan MAR fistula anocutaneous 10%.
Tabel 2
Analisis Deskriptif Variabel Skor Rintala
Bila dilihat dari kusioner
skoring rintala 90% mampu menahan defekasi dapat dikatakan baik. Pada poin
mampu melaporkan keinginan buang air besar sebesar 73% selalu melaporkan dan 17
% hampir selalu melaporkan dapat dikatakan baik juga. 10% belum mampu dan
jarang dikarenakan usia yang belum bisa mengungkapkan. Frekuensi defekasi
termasuk baik juga hampir 93% hampir setiap hari atau tiap dua hari sekali.
Dari sisi mengotori celana
dalam 83 % tidak pernah mengotori dan 13 % kurang dari 1x dalam seminggu
mengotori celana dalam, 3% cukup sering. Dari point kejadian BAB tanpa disadari
90 % tidak pernah BAB tanpa disadari. Terdapat 3% pasien yang mengalami
konstipasi memerlukan obat pencahar. Untuk�
masalah sosial 83 % tidak mengalami masalah sosial dan kadang kala 17%
memiliki masalah dengan bau.
Tabel 3
Analisis Deskriptif Variabel Skor Rintala Berdasarkan Tipe MAR
Pada penelitian ini terlihat
bahwa pada MAR fistula perineal ada sedikit masalah yang perlu diperbaiki dari
15 pasien ada 13% yang tidak ada kontrol sukarela/tidak mampu menahan defekasi.
Adapaun juga MAR fistula anocutaneous sebesar 33 % tidak mampu menahan
defekasi. Pada MAR fistula perineal juga ada masalah sebesar 7 % dalam hal
mengganti celana dalam dan 27 % menganti satu kali dalam satu minggu Untuk MAR
fistula perineal juga ada yang mengalami konstipasi sebesar 7 % memerlukan obat
pencahar.
Terlihat juga dari bentuk
feses� 70 % pasien memiliki tipe feses
4� yang dapat dikatakan baik/normal.
Sebesar 27% berada pada tipe 3. Pada MAR�
fistula perineal sebesar 7% pasien memiliki tipe feses 5 yang dikatakan
cair atau tidak normal.
Bila dilihat dari kusioner skoring rintala 90%
mampu menahan defekasi dapat dikatakan baik. Pada poin mampu melaporkan
keinginan buang air besar sebesar 73% selalu melaporkan dan 17 % hampir selalu
melaporkan dapat dikatakan baik juga. 10% belum mampu dan jarang dikarenakan
usia yang belum bisa mengungkapkan. Frekuensi defekasi termasuk baik juga
hampir 93% hampir setiap hari atau tiap dua hari sekali.
Dari sisi mengotori celana
dalam 83 % tidak pernah mengotori dan 13 % kurang dari 1x dalam seminggu
mengotori celana dalam, 3% cukup sering. Dari point kejadian BAB tanpa disadari
90 % tidak pernah BAB tanpa disadari. Untuk�
masalah sosial 83 % tidak mengalami masalah sosial dan kadang kala 17%
memiliki masalah dengan bau.
Bila ditinjau dari bentuk
feses juga dapat disimpulkan 70% pasien memiliki tipe feses 3, 27 % memiliki
tipe feses 4, dan 3 % memiliki tipe feses 5. Dari hasil total skoring kuisoner
rintala juga didapatkan 80% memiliki hasil normal dan 20 % baik.
Pembahasan Penelitian
Pada penelitian ini terdapat
beberapa kekurangan, diantaranya jumlah sample yang didapatkan hanya 30 sampel
yang dapat dimasukan sebagai obyek penelitian. Hal ini dikarenakan kesulitan
pencarian data pada rekam medik, ataupun pasien yang tidak dapat dihubungi
lagi. Pada penelitian ini juga data didapatkan dari wawancara melalui telepon,
sehingga masih terdapat bias yang cukup besar dikarenakan subyektifitas dari
responden dan sebagian besar responden yang dihubungi adalah orang tua atau
orang yang mengasuh pasien, bukan pasien langsung. Penelitian ini menggunakan sistem
skoring Rintala karena peneliti menyadari sulitnya mengumpulkan data dari
pasien di RSUD Dr. Soetomo, karena banyaknya pasien yang berdomisili jauh dari
RSUD Dr. Soetomo. Memang sistem yang terbaru dipakai adalah klasifikasi
Krickenbeck yang sesuai dengan klasifikasi anatomi sebelum operasi. Tapi karena
penelitian ini hanya berniat melihat seberapa normal defekasi pasca operasi
PSARP di RSUD Dr.Soetomo, maka peneliti memilih sistem skoring Rintala.
����������� Terdapat
tiga puluh pasien yang masuk dalam penelitian ini,responden yang diteliti usia
terbagi antara 0-5 tahun sebesar 83% dan lebih dari 5 tahun sebesar 17%. Dari
sisi jenis kelamin 70% laki laki dan 30 % Perempuan. Karena yang diteliti bayi
prematuritas maka 100% berat badan bayi kurang dari 2,5 kg dan panjang badan
kurang dari 40 cm. Berat badan dan tinggi badan bervariasi karena dipengaruhi
oleh usia responden sekarang. Hal ini sesuai dengan literature yang mengatakan
bahwa pasien lebih didominasi oleh laki laki diabanding perempuan.
Dari tipe MAR dapat diperoleh
MAR perineal sebanyak 50%, MAR fistula anovestibular 27%, MAR fistula
analstenosi 13 %, dan MAR fistula anocutaneous 10%. Hal ini sesuai dengan
literatur yang menyatakan pada laki laki MAR letak rendah yaitu MAR perineal
dan perempuan didonminasi dengan anovestibular pada MAR letak rendah.
Pada penelitian ini
diadapatkan data bahwa dari tiga puluh pasien memiliki skor rintala sebesar 80%
normal dan 20% pasien memiliki skor baik. Hal ini menunjukan hasil yang lebih
baik meskipun pasien prematuritas dibandingkan penelitian brisighelli 2017 dari
44 pasien hanya 19 pasien 44% yang memeiliki hasil yang normal. Berdasarakan
penelitian brisighelli juga dikatakan bahwa pada pasien malformasi anorektal
letak rendah memiliki hasil yang normal dan baik dengan persentas 44%��������� (Brisighelli,2017).
Dari tipe MAR dapat diperoleh
MAR perineal sebanyak 50%, MAR fistula anovestibular 27%, MAR fistula
analstenosi 13 %, dan MAR fistula anocutaneous 10%.
Bila dilihat dari kusioner
skoring rintala 90% mampu menahan defekasi dapat dikatakan baik. Pada poin
mampu melaporkan keinginan buang air besar sebesar 73% selalu melaporkan dan 17
% hampir selalu melaporkan dapat dikatakan baik juga. 10% belum mampu dan
jarang dikarenakan usia yang belum bisa mengungkapkan. Frekuensi defekasi
termasuk baik juga hampir 93% hampir setiap hari atau tiap dua hari sekali.
Dari sisi mengotori celana
dalam 83 % tidak pernah mengotori dan 13 % kurang dari 1 kali dalam seminggu
mengotori celana dalam, 3% cukup sering. Dari poin kejadian BAB tanpa disadari
90 % tidak pernah BAB tanpa disadari. Terdapat 3% pasien yang mengalami
konstipasi memerlukan obat pencahar.Pada penelitian Pakarinen pada hasil jangka
pendek dikatakan pada pasien memerlukan obat pencahar pada 2 tahun pertama,
konstipasi juga lebih sering terjadi pada pasien yang memiliki keterlambatan
diagnosis dan operasi PSARP (Rintala & Pakarinen, 2010).
Untuk� masalah sosial 83% tidak mengalami
masalah sosial dan kadang kala 17% memiliki masalah dengan bau.
Pada penelitian ini terlihat
bahwa pada MAR fistula perineal ada sedikit masalah yang perlu diperbaiki dari
15 pasien ada 13% yang tidak ada kontrol sukarela/tidak mampu menahan
defekasi.Adapaun juga MAR fistula anocutaneous sebesar 33 % tidak mampu menahan
defekasi. Pada MAR fistula perineal juga ada masalah sebesar 7 % dalam hal
mengganti celana dalam dan 27 % menganti satu kali dalam satu minggu Untuk MAR
fistula perineal juga ada yang mengalami konstipasi sebesar 7 % memerlukan obat
pencahar. Pada penelitian Pakarinen juga dikatakn Pada kebanyakan pasien sifat
sembelit dan menggotori celana dalam adalah masalah yang sederhana karena tidak
membuat masalah sosial dan membatasi kegiatan sosial (Rintala & Pakarinen, 2010).
Terlihat juga dari bentuk
feses� 70 % pasien memiliki tipe feses
4� yang dapat dikatakan baik/normal.
Sebesar 27% berada pada tipe 3. Pada MAR�
fistula perineal sebesar 7% pasien memiliki tipe feses 5 yang dikatakan
cair atau tidak normal.
Bila dilihat dari kusioner
skoring rintala 90% mampu menahan defekasi dapat dikatakan baik. Pada poin
mampu melaporkan keinginan buang air besar sebesar 73% selalu melaporkan dan 17
% hampir selalu melaporkan dapat dikatakan baik juga. 10% belum mampu dan
jarang dikarenakan usia yang belum bisa mengungkapkan. Frekuensi defekasi
termasuk baik juga hampir 93% hampir setiap hari atau tiap dua hari sekali.
Dari sisi mengotori celana dalam 83 % tidak pernah mengotori dan 13 % kurang
dari 1x dalam seminggu mengotori celana dalam, 3% cukup sering. Dari point
kejadian BAB tanpa disadari 90 % tidak pernah BAB tanpa disadari. Untuk� masalah sosial 83 % tidak mengalami masalah
sosial dan kadang kala 17% memiliki masalah dengan bau. . Kesimpulan penelitian
oleh Saqib juga menyatakan pada malformasi letak rendah memiliki hasil yang
baik namun, pengotoran celana dalam akan menjadi komplikasi jangka
panjang.Konseling pra operasi kepada orang tua harus dilakukan (Saqib,2021).
Peneliti mendapatkan bahwa
semakin tua usia anak (mendekati usia toilet training), maka semakin rendah
skor Rintala. Hal ini dapat juga terkait dengan pendeknya waktu adaptasi pasien
terhadap anus yang baru dengan waktu untuk toilet training. Hal ini sesuai
dengan pendapat Pena yang mengatakan sedini mungkin dilakukan penempatan anus
yang baru pada tempat yang semestinya memungkinkan anak mendapatkan sensasi
anal sesuai dengan yang seharusnya. Bila ditinjau dari bentuk feses juga dapat
disimpulkan 70% pasien memiliki tipe feses 3, 27 % memiliki tipe feses 4, dan 3
% memiliki tipe feses 5. Hal ini dapat di gambarkan bahwa pasien prematuritas
memiliki dominasi tipe feses yang normal 3 dan 4� Dari hasil total skoring kuisoner rintala
juga didapatkan 80% memiliki hasil normal dan 20 % baik. Hal ini juga sesuai
dengan literature yang menyatakan bahwa MAR letak rendah memiliki hasil skoring
yang normal dan baik. Hal ini lebih baik dari penelitian yang dilakukan oleh
Rintala yaitu 35 % memiliki hasil skoring normal.
Kesimpulan
Dari peneilitian ini
didaptakan bahwa pasien pasien yang lahir secara prematuritas dengan MAR letak
rendah yang menjalani operasi PSARP di RSUD Dr.Soetomo Surabaya memiliki
kemungkinan untuk mendapatkan tampilan defekasi yang normal dan baik.
Huang, C.-F., Lee, H.-C., Yeung, C.-Y.,
Chan, W.-T., Jiang, C.-B., Sheu, J.-C., � Lin, J.-R. (2012). Constipation is a
major complication after posterior sagittal anorectoplasty for anorectal
malformations in children. Pediatrics & Neonatology, 53(4),
252�256. Google Scholar
Kyrklund, K.,
Pakarinen, M. P., Koivusalo, A., & Rintala, R. J. (2015). Bowel functional
outcomes in females with perineal or vestibular fistula treated with anterior
sagittal anorectoplasty: controlled results into adulthood. Diseases of the
Colon & Rectum, 58(1), 97�103. Google Scholar
Levitt, M. A.,
& Pe�a, A. (2005). Outcomes from the correction of anorectal malformations.
Current Opinion in Pediatrics, 17(3), 394�401. Google Scholar
Lokananta, I., & ., R. 2017. Malformasi Anorektal. Jurnal Kedokteran Meditek, 22(58). Google Scholar
Maerzheuser, S.,
Schmidt, D., Mau, H., & Winter, S. (2009). Prospective evaluation of
comorbidity and psychosocial need in children and adolescents with anorectal
malformation. Part one: paediatric surgical evaluation and treatment of
defecating disorder. Pediatric Surgery International, 25(10),
889�893. Google Scholar
Pe�a, A., &
Devries, P. A. (1982). Posterior sagittal anorectoplasty: important technical
considerations and new applications. Journal of Pediatric Surgery, 17(6),
796�811.Google Scholar
Rintala, R. J.,
& Pakarinen, M. P. (2010). Outcome of anorectal malformations and
Hirschsprung�s disease beyond childhood. In Seminars in pediatric surgery
(Vol. 19, pp. 160�167). Elsevier. Google Scholar
Wigander, H.,
Nisell, M., Frenckner, B., Wester, T., Brodin, U., & �jmyr-Joelsson, M.
(2019). Quality of life and functional outcome in Swedish children with low
anorectal malformations: a follow-up study. Pediatric Surgery International,
35(5), 583�590. Google Scholar
Copyright holder: Daffa Ardhi Bachtiar,
Hariastawa I. G. B. A, Ranuh
I.G.M.R.G, Athiyyah A. F. (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |