�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
6, Special Issue No. 2, Desember 2021
EVALUASI PROFIL PENGOBATAN
DAN BIAYA PENGGUNAAN INSULIN MANUSIA DAN ANALOG PADA PASIEN RAWAT JALAN
DIABETES MELITUS TIPE 2 DI RSUPN DR. CIPTOMANGUNKUSUMO
Fatmawati, Yusi Anggriani, Rina Mutiara, Hesti
Utami
Program Magister
Ilmu Kefarmasian, Universitas Pancasila, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
���������������� Data Badan Penyelenggara
Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) tahun 2014 sampai 2019 menunjukkan
bahwa penggunanan insulin analog (99,5% kasus DM) di Indonesia lebih tinggi
daripada insulin manusia. Tingginya penggunaan insulin dalam pengobatan DM tipe
2 menyebabkan tingginya biaya untuk pembelian insulin. Oleh karena itu
dibutuhkan kebijakan dalam pemilihan dan penggunaan insulin dalam pengobatan
pasien DM tipe 2. Tujuan dari penelitian ini�
adalah melakukan evaluasi profil pengobatan dan biaya penggunaan insulin
manusia dan analog pada pasien DM tipe 2 di RSUPN Cipto Mangunkusumo. Metode
penelitian longitudinal time series dan pengumpulan data dilakukan secara
retrospektif. Variabel independen penelitian adalah insulin manusia dan insulin
analog. Sementara variabel dependen adalah profil pengobatan dan biaya
pengobatan langsung. Sampel penelitian sebanyak 291 pasien, dengan sampel
eksklusi sebanyak 185 pasien dan sampel inklusi sebanyak 106 pasien. Data yang
dikumpulkan yaitu data rekam medis, data obat, dan data biaya pengobatan. Uji
statistik perbedaan clinical outcomes dan biaya menggunakan Uji Kruskall
Wallis. Hasil penelitian menunjukkan rata-rata biaya pengobatan 30 hari insulin
manusia tunggal sebesar Rp637.748,00 sedangkan insulin analog tunggal sebesar
Rp792.493,00. Hasil uji perbedaan biaya pengobatan insulin manusia tunggal dan
insulin analog tunggal menunjukkan ada perbedaan signifikan dengan nilai p
value = 0.048. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa biaya
pengobatan pada insulin manusia tunggal dan insulin analog tunggal menunjukkan
perbedaan signifikan.
Kata Kunci : diabetes melitus; insulin analog; insulin
manusia; biaya
Abstract
Data from the Social Security Administrator for Health
(BPJS Kesehatan) in 2014 to 2019 shows that the use of analog insulin (99.5% of
DM cases) in Indonesia is higher than that of human insulin. The high use of
insulin in the treatment of type 2 DM causes high costs for purchasing insulin.
Therefore a policy is needed in the selection and use of insulin in the
treatment for type 2 DM patients. This research aimed to evaluate the treatment
profile, costs, and clinical outcomes of the use of human and analog insulin in
type 2 DM patients in RSUPN Cipto Mangunkusumo. The longitudinal time-series
research methods and data collection were conducted retrospectively. The independent
variables of the research were human and analog insulin.� While the dependent variables were the
profile of treatment, direct treatment costs, and clinical outcomes. The
research sample consisted of 291 patients, with exclusion samples of 185 patients
and inclusion samples of 106 patients. The research showed that the average
cost of a 30-day for single human insulin treatment was Rp.637.748.00.while for
single analog insulin was Rp792,493.00. The results of the differences test in
the cost of single human insulin treatment and single analog insulin show
significant differences with a p value = 0.048. Based on the results of the
study it can be concluded that there is significant difference in the cost of
treatment in single human insulin and single analog insulin.
Keywords:
diabetes mellitus; human insulin; analog insulin; cost
Pendahuluan
Diabetes
Melitus Diabetes���� Melitus (DM)
merupakan salah satu masalah kesehatan global terbesar dengan perkiraan
sebanyak 415 juta jiwa menderita DM di seluruh dunia, dan angka ini
diperkirakan akan meningkat menjadi 642 juta jiwa pada tahun 2040 (Kehlenbrink, McDonnell,
Luo, & Laing, 2017). Prevalensi Diabetes di negara-negara Asia
Tenggara pada tahun 2014 rata-rata sekitar 8,6% (WHO, 2016).
Prevalensi DM di Thailand (usia 15 tahun keatas) pada tahun 2009 sebanyak 6,9%
dan meningkat menjadi 8,9% pada tahun 2014 dan merupakan penyakit kronis yang
memberikan beban ekonomi yang besar pada sistem kesehatan nasional (Vannapruegs et al. 2017). Prevalensi DM di Filipina (2014) sekitar 5,9%
(Tan et al. 2015). Prevalensi DM di Malaysia pada tahun 2006 sekitar 14,9%
meningkat menjadi 20,8% pada tahun 2011 (Hussein, Taher, Singh, & Swee, 2015).
World Health
Organization (WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari
8,4 juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030 (Kemenkes
RI, 2013). Studi populasi di seluruh dunia menunjukkan prevalensi DM meningkat
dan diprediksi terjadi ledakan peningkatan prevalensi DM di seluruh dunia,
terutama di negara-negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi DM di
berbagai wilayah Indonesia sebagian besar di daerah perkotaan diikuti provinsi
(kabupaten/kota) (Soewondo et al, 2010).
Prevalensi DM Kota Surabaya 6,2% dan Provinsi Jawa Timur 2,5%. Prevalensi DM
kota Bandung 3,1% dan Provinsi Jawa Barat 2,0%. Prevalensi DM di DKI Jakarta
3,0% dan prevalensi DM kota Tangerang 2,5% dan Provinsi Banten 1,6% (Kemenkes
RI, 2013).
Insulin yang
ada di pasar dunia adalah insulin manusia dan analog. Insulin adalah terapi
andalan semua tipe DM terutama insulin manusia dengan harga yang lebih
terjangkau. Terapi insulin pada penderita DM tipe 2 dimulai ketika obat
antidiabetik oral tidak lagi mencapai kontrol glukosa darah yang efektif (Guan, Xu, Hu, & Wu, 2014).
Di Amerika
serikat dari tahun 2000 � 2010 penggunaan insulin analog pada penderita DM tipe
2 mengalami peningkatan sekitar 50% karena keunggulan tertentu, kenyamanan
pribadi dan penurunan� resiko
hipoglikemia dan di Eropa penggunaan insulin analog mengalami peningkatan
dengan pertimbangan biaya pengobatan yang lebih besar bila terjadi hipoglikemia
(Mbanya, Sandow, Landgraf, & Owens,
2017). Studi DiabCare Malaysia menunjukkan penggunaan
insulin meningkat pesat dari 28% pada tahun 2003 menjadi 65% pada tahun 2013 (Hussein et al., 2015). Di Indonesia
proporsi penggunaan insulin analog 99,5% pada kasus DM jauh lebih tinggi
dibandingkan insulin manusia 0,5% (Kemenkes RI, 2018).
DM membawa
kerugian besar bagi penyandang DM, keluarga dan juga negara. DM dan
komplikasinya merupakan salah satu klaim terbesar untuk biaya catastrophic
program Jaminan Kesehatan Naional (JKN) yaitu 33% dari total pengeluaran
(Humaidi, 2016). Indonesia sebagai negara anggota WHO mewujudkan jaminan
kesehatan masyarakat Indonesia yang adil dan merata dengan Jaminan Kesehatan
Nasional (JKN) yang sudah mulai diimplementasikan pada 1 Januari 2014 (WHO, 2013)
(RI, 2020).
Data Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial Kesehatan (BPJS Kesehatan) tahun 2014 sampai saat
ini menunjukkan bahwa di Indonesia penggunanan insulin analog (99,5% kasus DM)
lebih tinggi bila dibandingkan penggunaan insulin manusia (Kemenkes RI, 2018).
Di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) banyaknya
jumlah pasien DM tipe 2 rawat jalan yang mendapatkan terapi insulin manusia
selama periode Januari 2014 - Desember 2017 adalah sebanyak 43 pasien,� dengan jumlah penggunaan insulin manusia
kurang lebih 20 vial/penfill dan insulin analog kurang lebih 20.000 pen.
Penggunaan insulin manusia bila dibandingkan dengan insulin analog berbeda
secara siginifikan. Insulin manusia hanya digunakan kurang lebih sebesar 0,1%
dari penggunaan insulin analog.�
Berdasarkan
uraian di atas, maka perlu dilakukan penelitian mengenai �Evaluasi Profil
Pengobatan dan Biaya Penggunaan Insulin Manusia dan Analog pada Pasien Rawat
Jalan Diabetes Melitus Tipe 2 di RSUPN Dr Cipto Mangunkusumo�. Pemilihan jenis
insulin (insulin manusia dan analog) dapat berpengaruh pada efisiensi biaya
pada penderita DM.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan pada
penelitian ini adalah longitudinal time series yaitu pengumpulan data yang
memerlukan lebih dari satu tahap pengumpulan data pada saat yang berbeda dan
data penelitian berupa rentetan waktu. Pengumpulan data secara retrospektif
dari rekam medis pasien, resep obat pasien dari Instalasi Farmasi Rumah Sakit
dan dokumen dari keuangan terkait biaya obat pasien periode Januari 2014 -
Desember 2017 untuk pasien yang memenuhi kriteria inklusi di Rumah Sakit Umum
Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM). Dan kemudian dilakukan analisis
data secara kuantitatif. Analisis data kuantitatif dilakukan secara statistik.
Jenis Penelitian
�� Penelitian
ini merupakan penelitian non eksperimental dengan pendekatan kuantitatif.
Pendekatan kuantitatif menggunakan data sekunder seperti rekam medis, resep
obat dan kuitansi pengobatan pasien.
Rancangan Penelitian
1. Analisis
Statistik secara Deskriptif
Analisis
deskriptif (univariat) untuk mendeskripsikan karakteristik masing-masing
variabel yang akan di teliti. Analisis berupa deskripsi tentang kumpulan data
yang banyak dan prosentase/proporsi secara keseluruhan. Hasil analisis di buat
dalam bentuk time series kemudian ditampilkan dalam grafik untuk melihat
trend� perubahan dari waktu ke waktu.
2. Analisis
Statistik secara Inferensial
Analisis
statistik secara inferensial adalah membandingkan dua variabel yaitu independen
dan dependen. Sebelum pengujian,�
dilakukan uji normalitas menggunakan metode Kolmogorov-Smirnov untuk
menguji apakah� data penelitian memiliki
distribusi yang normal atau tidak. Apabila data terdistribusi normal dan
homogen, maka digunakan uji statistik parametrik� T Test Independent (Uji T Independen). Data
yang tidak terdistribusi normal dan homogen menggunakan uji statistik non
parametrik Mann Whitney. Data penelitian yang akan diuji yaitu biaya
pengobatan. Analisis statistik secara inferensial dilakukan untuk pengujian
hipotesis yaitu adakah perbedaan biaya pengobatan penggunaan insulin manusia
dan analog pada pasien DM tipe 2.�
Bahan dan Alat
�� Bahan
yang digunakan dalam penelitian ini adalah rekam medik pasien rawat jalan
dengan diagnosa Diabetes melitus tipe 2 dengan status kepesertaan pasien Asuransi
(JKN dan Non JKN), data pengobatan pasien atau kuitansi dari instalasi farmasi
rumah sakit dan dokumen atau kuitansi dari bagian keuangan dan Unit Manajemen
Sistem Informasi. Alat yang digunakan adalah formulir pengumpulan data,
software SPSS dan pedoman Perkeni tahun 2015.
Cara Pengolahan Data
�� Pengolahan
dan analisis data dilakukan dengan tahapan analisis secara deskriptif dengan
pendekatan penelitian secara kuantitatif.
1. Analisis
statistik deskriptif untuk mengetahui prosentase setiap variabel yang akan
diuji. Variabel yang diuji terdiri dari 2 (dua) variabel diantaranya yaitu :
a. Profil
Pengobatan
Profil
pengobatan yang akan dianalisis diantaranya yaitu : jumlah obat, jumlah obat
DM, jumlah obat non DM, proporsi penggunaan insulin, proporsi pasien yang
mendapatkan obat DM tunggal dan kombinasi.
b. Biaya
Pengobatan
Biaya
pengobatan yang akan dianalisis diantaranya yaitu : biaya pengobatan, biaya
obat, biaya obat DM, biaya insulin, biaya obat non DM.
2. Analisis
Statistik Inferensial dilakukan untuk melihat apakah terdapat perbedaan biaya
pengobatan yang diukur melalui penggunaan insulin manusia dan analog. Data
profil pengobatan dan biaya pengobatan dianalisis secara statistik dengan
melakukan uji normalitas dan homogenitas menggunakan metode Kolmogorov Smirnov.
Setelah dilakukan uji normalitas dan homogenitas dilakukan uji sebagai berikut
:
a. T Test
Independent
Uji T
Independen dilakukan untuk data yang terdistribusi normal dan homogen. Uji T
Independen untuk melihat apakah terdapat perbedaan biaya pengobatan dan
clinical outcomes yang diukur melalui penggunaan insulin manusia dan analog.
b. Mann
Whitney
Data
yang tidak terdistribusi normal dan homogen akan dilakukan uji statistik non
parametrik Mann Whitney. Uji statistik Mann Whitney ini membandingkan dua variabel
independen yaitu biaya pengobatan dan clinical outcomes (GDP, GDPP dan HbA1C)
dengan penggunaan jenis insulin.
Hasil dan Pembahasan
Evaluasi Pengobatan
1. Jumlah Obat
Jumlah rata-rata item obat perpasien adalah jumlah obat yang diterima pasien DM Tipe 2 selama pengobatan di poliklinik metabolik dan endokrin periode 2014-2017 di RSCM. Hasil penelitian dimuat pada gambar 1.
Gambar 1
Grafik jumlah
rata-rata obat berdasarkan penyakit penyerta pasien penyerta DM Tipe 2
Gambar 1 menunjukkan jumlah rata-rata item obat yang diterima oleh pasien DM Tipe 2 pengguna insulin berdasarkan dengan penyakit penyerta yang diderita oleh pasien. Jumlah rata-rata obat terbesar terhadap penyakit penyerta ada kelompok penyakit DM dengan Hipertensi dan 4 penyakit penyerta� lainnya yaitu dengan jumlah item sebanyak 9 item obat. Wulan dkk dalam penelitiannya didapat mayoritas responden memiliki komplikasi sebesar 56%. Komplikasi yang paling banyak diderita pasien adalah hipertensi sebesar 30% (Meidikayanti & Wahyuni, 2017). Mannaria dalam penelitiaannya jumlah rata-rata obat yang diterima pasien DM tipe 2 beserta komplikasinya berkisar 3-8 obat (Jayati, 2020).
2. Proporsi Obat DM dan Obat Non DM
Obat DM adalah obat yang
termasuk dalam guideline terapi DM, sedangkan obat non DM adalah obat yang
tidak termasuk dalam guideline terapi DM.Proporsi obat DM adalah persentase
jumlah obat DM dibandingkan dengan jumlah obat total yang diresepkan. Proporsi
obat non DM adalah persentase jumlah obat non DM dibandingkan dengan jumlah obat
total yang diresepkan.
Proporsi penggunaan obat DM
dan non DM tiap sampel pasien menunjukkan proporsi rata-rata obat DM adalah
38,22% dan proporsi rata-rata obat non DM adalah 61,78%. Hal ini menunjukkan
bahwa penggunaan obat non DM lebih banyak jumlah dan jenisnya dibandingkan
dengan obat DM berkaitan dengan komplikasi atau penyakit penyerta yang diderita
oleh pasien. Rosdaniati dalam penelitiannya menyebutkan proporsi rata-rata
penggunaan obat pada pasien DM di RSUP Persahabatan yaitu obat DM sebesar
64,28% dan obat non DM sebesar 35,72% (Rosdaniati, Anggriani,
Utami, & Kusumaeni, 2020). Perbedaan ini mungkin disebabkan oleh penyakit
penyerta yang diderita oleh masing-masing pasien. Proporsi penggunaan obat DM
tiap bulan dimuat pada Tabel 1.�
Proporsi Penggunaan Insulin
1. Peresepan Insulin berdasarkan Jenis
Insulin
Penggunaan insulin adalah
jenis insulin yang diresepkan kepada pasien DM tipe 2. Jenis insulin yang
digunakan dalam penelitian ini adalah insulin manusia dan insulin analog dan
kombinasinya. Penggunaan jenis insulin pada pasien DM tipe 2 yang menggunakan
insulin di poliklinik Metabolik dan Endokrin RSCM dapat diihat pada Tabel 2.
Pada tahun 2014, 2015 dan 2016
penggunaan kombinasi insulin analog dan OAD paling banyak digunakan yaitu
masing-masing dengan persentase sebesar 31,25%; 32,43% dan 31,82%. Tahun 2017
penggunaan kombinasi insulin analog dan analog paling banyak digunakan yaitu dengan
persentase sebesar 33,33%. Selama periode 2014-2017 kombinasi insulin analog
dan OAD yang paling banyak digunakan, yaitu sebesar 35%.
Proporsi penggunaan insulin
manusia maupun analog beserta kombinasinya, tiap sampel pasien menunjukkan
proporsi rata-rata penggunaan insulin manusia tunggal sebesar 0,48%; insulin
analog tunggal sebesar 5,06%; kombinasi insulin manusia dan analog sebesar
0,13%; kombinasi insulin manusia dan OAD sebesar 3,51%; kombinasi insulin
analog dan OAD sebesar 30,75%; kombinasi insulin manusia dan analog dan OAD
sebesar 0,1%; kombinasi insulin analog dan analog sebesar 35,80%; dan kombinasi
insulin analog dan analog dan OAD sebesar 23,29%. Penggunaan jenis insulin
analog pada tahun 2016 sampai 2017 di RSUD Pasar Rebo lebih banyak yaitu
sebesar 44,6% % dibandingkan dengan insulin manusia yang hanya berkisar 9,8% (Dwi P, 2019).
Proporsi penggunaan jenis
insulin pada kunjungan rawat jalan pasien DM tipe 2 periode 2014-2017 dimuat
pada Gambar 2.
�
Gambar 2. Grafik persentase penggunaan jenis insulin pada kunjungan rawat
jalan pasien DM tipe 2 di RSCM periode 2014-2017
Tabel 1
Proporsi Penggunaan Obat DM Tipe 2 Tiap Tahun�� Rawat Jalan
Tahun |
Kunjungan |
Obat DM |
Obat Non
DM |
Total |
|||
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
Jumlah |
% |
||
2014 |
134 |
296 |
37,23 |
552 |
62,77 |
848 |
100 |
2015 |
185 |
440 |
38,74 |
709 |
61,26 |
1149 |
100 |
2016 |
191 |
460 |
40,27 |
686 |
59,73 |
1146 |
100 |
2017 |
134 |
324 |
38,60 |
510 |
61,40 |
834 |
100 |
Total |
644 |
1520 |
38,22 |
2457 |
61,78 |
3977 |
100 |
Tabel 2
Penggunaan Jenis Insulin Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan Periode 2014-2017
No |
Jenis Insulin |
Tahun 2014-2017 |
|||
N |
% |
K |
% |
||
1 |
Insulin Manusia |
|
|
|
|
|
Insulin Manusia Tunggal |
1 |
0,94 |
3 |
0,47 |
|
Kombinasi Insulin Manusia dan OAD |
10 |
9,43 |
24 |
3,73 |
2 |
Insulin Analog |
|
|
|
|
|
Insulin Analog Tunggal |
5 |
4,72 |
35 |
5,43 |
|
Kombinasi Insulin Analog dan Analog |
33 |
31,13 |
221 |
34,32 |
|
Kombinasi Insulin Analog dan OAD |
35 |
3,02 |
200 |
31,06 |
|
Kombinasi Insulin Analog dan Analog danOAD |
18 |
16,98 |
153 |
23,76 |
3 |
Kombinasi Insulin Manusia dan Insulin Analog |
|
|
|
|
|
Kombinasi Insulin Manusia dan Analog |
1 |
0,94 |
1 |
0,16 |
|
Kombinasi Insulin Manusia dan Analog dan OAD |
3 |
2,83 |
7 |
1,09 |
Berdasarkan lama kerjanya
insulin terbagi menjadi 5 jenis, diantaranya yaitu : insulin kerja cepat,
insulin kerja pendek, insulin kerja menengah, insulin kerja panjang, insulin
kerja ultra panjang dan insulin campuran tetap (Indonesia, 2011).
����������� Selama periode 2014-2017 penggunaan insulin yang paling banyak digunakan berdasarkan lama kerja insulin pada kunjungan rawat jalan pasien DM tipe 2 di RSCM adalah kombinasi analog rapid act dan insulin analog long act. Persentase penggunaan kombinasi insulin analog rapid act dan insulin analog ong act. Proporsi penggunaan kombinasi insulin analog rapid act dan insulin analog long act yaitu sebesar 31,21%. Diikuti oleh kombinasi analog premixed dan OAD yaitu sebesar 15,99%. Megawati dalam penelitiannya menunjukkan jenis insulin yang paling banyak digunakan berdasarkan lama kerja yaitu rapid acting insulin dan long acting insulin (Brunton, 2008).� Dwi dalam penelitiannya menyebutkan penggunaan insulin berdasarkan lama kerja paling banyak di RSUD Pasar Rebo tahun 2017� sebesar 55,% (Dwi P, 2019). Proporsi penggunaan jenis insulin berdasarkan lama kerja pada pasien DM tipe 2 kunjungan rawat jalan poliklinik metabolik dan endokrin di RSCM dimuat pada Tabel 3.
Tabel 3
Penggunaan Insulin Pasien DM Tipe 2 Rawat Jalan RSCM Periode 2014-2017
Berdasarkan Lama Kerja
No |
Jenis
Insulin |
2014-2017 |
|||
N |
% |
K |
% |
||
1 |
Insulin Manusia
Short |
|
|
|
|
|
Insulin Manusia
Short Act |
1 |
0.94 |
1 |
0.16 |
|
Kombinasi Manusia
Short Act dan OAD |
10 |
9.43 |
24 |
3.73 |
2 |
Insulin Analog |
|
|
|
|
|
Insulin Analog Rapid Act |
1 |
0.94 |
12 |
1.86 |
|
Insulin Analog Long Act |
1 |
0.94 |
7 |
1.09 |
|
Kombinasi Insulin Long Act dan OAD |
17 |
16.04 |
72 |
11.18 |
|
Kombinasi Insulin Rapid Act dan OAD |
5 |
4.72 |
34 |
5.28 |
|
Kombinasi Insulin Rapid Act dan Long Act |
31 |
29.25 |
201 |
31.21 |
|
Kombinasi Insulin Rapid Act dan Premixed
dan OAD |
2 |
1.88 |
6 |
0.93 |
|
Kombinasi Insulin Rapid Act dan Long Act
dan OAD |
10 |
9.43 |
91 |
14.13 |
|
Insulin Premixed |
3 |
2.83 |
9 |
1.4 |
|
Kombinasi Premixed dan Long Act |
3 |
2.83 |
22 |
3.42 |
|
Kombinasi Premixed dan Long Act dan OAD |
6 |
5.66 |
54 |
8.39 |
|
Kombinasi Premixed dan OAD |
14 |
13.21 |
103 |
15.99 |
3 |
Kombinasi Insulin Manusia
dan Analog |
|
|
|
|
|
Kombinasi Manusia
Short Act dan Analog Long Act |
1 |
0.94 |
1 |
0.16 |
|
Kombinasi Manusia
Short dan Analog dan OAD |
3 |
2.83 |
7 |
1.09 |
Evaluasi Biaya Pengobatan
1.
Biaya Pengobatan 7 Hari
a. Berdasarkan pasien yang menggunakan
insulin dalam pengobatan
Untuk melihat rincian yang
biaya pengobatan 7 hari dimuat pada tabel 4 biaya pengobatan 7 hari pasien
pengguna insulin periode 2014-2017.����
b. Berdasarkan jenis insulin yang digunakan
dalam pengobatan
Biaya
pengobatan 7 hari adalah biaya pengobatan yang
�
Tabel 4
Proporsi Biaya Pengobatan 7 Hari (INA-CBG�s)
Periksa Dokter
(%) |
Insulin
7 Hari (%) |
OAD
7 Hari (%) |
Non DM 7 Hari (%) |
BHP
7 Hari (%) |
Biaya Lab (%) |
|
2014 |
18.26 |
46.25 |
2.80 |
13.42 |
5.13 |
14.14 |
2015 |
13.53 |
49.61 |
3.16 |
10.99 |
3.51 |
19.20 |
2016 |
1838 |
48.03 |
2.52 |
9.39 |
3.14 |
18.53 |
2017 |
17.85 |
46.92 |
1.77 |
10.38 |
3.05 |
20.03 |
Terdiri dari biaya
administrasi, periksa dokter, insulin 7 hari, OAD 7 hari, obat non DM 7 hari,
alkes bhp, dan biaya pemeriksaan laboratorium. Biaya pengobatan 7 hari (paket
INACBG�s) untuk tiap jenis insulin pada pasien DM tipe 2 pengguna insulin rawat
jalan RSCM dimuat pada gambar 3.
Gambar 3. Grafuk biaya dalam pengobatan 7 hari/INA-CBG�s tiap jenis insulin
periode 2014-2017
Gambar 3. Menunjukkan� rata-rata biaya pengobatan 7 hari yang
terendah adalah pengguna insulin manusia tunggal yaitu sebesar Rp.296.887 dan
rata-rata biaya tertinggi yaitu pengguna kombinasi insulin analog dan analog
dan OAD yaitu sebesar Rp.442.970,-
2.
Biaya Obat 23 Hari
a. Berdasarkan pasien yang menggunakan
insulin dalam pengobatan
Untuk melihat rincian biaya obat 23 hari dimuat pada tabel 5biaya
obat 23 hari pasien DM tipe 2 pengguna insulin periode 2014-2017.
b. Berdasarkan jenis insulin yang digunakan
dalam pengobatan
Biaya obat 23 hari terdiri dari biaya insulin 23 hari; OAD 23 hari dan obat non DM 23 hari. Proporsi obat 23 hari berdasarkan jenis insulin periode 2014-2017 dimuat pada gambar 4.
Gambar 4
Grafil Proporsi Obat 23 Hari Jenis Insulin Periode 2014-2017
����������� Gambar 4. menunjukkan bahwa proporsi
rata-rata biaya obat 23 hari pasien DM tipe 2 pengguna insulin dari
masing-masing komponen biaya. Proporsi rata-rata biaya insulin yaitu sebesar
56,77%; obat non DM sebesar 37,26%; dan DM (OAD) sebesar 5,97%.
Tabel 5
Proporsi Biaya Obat 23 Hari
Tahun |
Insulin 23 (%) |
OAD 23 (%) |
Non DM 23(%) |
2014 |
61.94 |
8.74 |
29.32 |
2015 |
70.83 |
6.35 |
22.82 |
2016 |
70.69 |
6.48 |
22.83 |
2017 |
69.44 |
4.35 |
26.21 |
�
3.
Biaya Pengobatan 30 Hari
a. Berdasarkan pasien yang menggunakan
insulin dalam pengobatan
Biaya pengobatan 30 hari
adalah total biaya yang dibayarkan BPJS ke rumah sakit untuk pasien DM tipe 2
yang terdiri biaya pengobatan 7 hari (biaya masuk paket INACBG�s) ditambah
biaya obat 23 hari (biaya diluar paket INACBG�s). Untuk melihat rincian biaya
pengobatan 30 hari dimuat pada tabel 6.
Tabel 6
Proporsi Biaya Pengobatan 30 Hari
Tahun |
Dokter |
Lab |
Alkes |
Biaya Obat 30 |
2014 |
8.47 |
6.56 |
2.38 |
82.60 |
2015 |
5.83 |
8.28 |
1.51 |
84.38 |
2016 |
8.14 |
8.20 |
1.39 |
82.27 |
2017 |
7.65 |
8.59 |
1.31 |
82.46 |
b. Berdasarkan jenis insulin yang
digunakan� dalam pengobatan
Biaya
pengobatan 30 hari untuk tiap jenis insulin pada pasien DM Tipe 2 di RSCM untuk
insulin manusia tunggal rata-rata biaya adalah Rp.637.748,- dan untuk insulin
anaog tunggal rata-rata biaya adalah Rp. 792.493. Untuk biaya rata-rata 30 hari
kombinasi insulin manusia dan OAD adalah Rp.614.178,-� dan untuk biaya rata-rata 30 hari kombinasi
insulin analog dan OAD adalah Rp.741.690,-
Gambar 5
Grafik biaya pengobatan 30 hari tiap jenis insulin periode 2014-2017
�
Uji Beda Biaya Pengobatan Pasien
����������� Uji
normalitas untuk variabel biaya dilakukan dengan Uji Kolmogorov Smirnov.
Berdasarkan uji Kolmogorov Smirnov terdapat 5 golongan insulin yang tidak
terdistribusi normal (nilai sig. < 0.05) sehingga untuk uji beda tidak dapat
menggunakan uji Anova (statistik parametrik) melainkan menggunakan uji
statistik non parametrik yaitu Uji Kruskall Wallis.
Tabel 7
Hasil Uji Normalitas Variabel Biaya
Jenis
Insulin |
Kolmogorov |
Keterangan |
||
Statistic |
df |
p
Value |
||
(Kunjungan) |
||||
Insulin Manusia Tunggal |
0,385 |
3 |
0,000 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Kombinasi Insulin Manusia dan
Analog dan OAD |
0,219 |
7 |
0,200 |
Berdistribusi
Normal |
Kombinasi Insulin Manusia dan
OAD |
0,222 |
24 |
0,004 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Insulin Analog Tunggal |
0,159 |
35 |
0,026 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Kombinasi Insulin Analog dan
Analog |
0,091 |
221 |
0,000 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Kombinasi Insulin Analog dan
Analog dan OAD |
0,103 |
153 |
0,000 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Kombinasi Insulin Analog dan
OAD |
0,112 |
200 |
0,000 |
Tidak
Berdistribusi Normal |
Hasil Uji Normalitas Variabel Biaya
Hasil uji beda biaya
pengobatan pasien pada pasien DM tipe 2 rawat jalan yang menggunakan insulin
periode 2014-2017 dimuat pada Tabel 8.
Tabel 8
Hasil Uji Perbedaan Biaya dengan Uji Kruskall Wallis
Jenis
Insulin |
N |
Mean
Rank |
Kruskall
Wallis |
P-Value |
(Kunjungan) |
||||
Insulin Manusia Tunggal |
3 |
106,50 |
186,680 |
0,000 |
Insulin manusia dan Analog |
1 |
329,00 |
||
Kombinasi Insulin Manusia dan
Analog dan OAD |
7 |
297,71 |
||
Kombinasi Insulin Manusia dan
OAD |
24 |
120,88 |
||
Insulin Analog Tunggal |
35 |
240,04 |
||
Kombinasi Insulin Analog dan
Analog |
221 |
370,55 |
||
Kombinasi Insulin Analog dan
Analog dan OAD |
153 |
446,86 |
||
Kombinasi Insulin Analog dan
OAD |
200 |
216,97 |
||
Total |
644 |
|
����������� Tabel 8. Hasil Uji Perbedaan Biaya dengan Uji Krusall WallisBerdasarkan analisis uji Kruskall Wallis pada biaya pengobatan, jenis insulin yang dapat dilakukan uji non parametrik Kruskal Wallis sebanyak 8 golongan. Hasil uji statistik nilai biaya pengobatan diperoleh p value 0,000 (nilai p value < 0.05) yang artinya ada perbedaan dari pemilihan jenis insulin beserta kombinasinya terhadap nilai biaya pengobatan. Berdasarkan hasil uji statistik Kruskal Walls tersebut, selanjutnya dilakukan uji lanjut dengan uji Mann Whitney.
Tabel 9
Hasil Uji Lanjut Perbedaan Biaya Pengobatan dengan Uji Mann Whitney
Jenis Insulin I |
Jenis Insulin II |
P-value |
Keterangan |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
0,125 |
Tidak Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
0,118 |
Tidak Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
0,466 |
Tidak Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Insulin Analog Tunggal |
0.048 |
Tidak Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
0.012 |
Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0.009 |
Berbeda Nyata |
Insulin Manusia Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0,152 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
0,356 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
0,115 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Insulin Analog Tunggal |
0,250 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
0,410 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0,294 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0,244 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
0.002 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
Insulin Analog Tunggal |
0,099 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
0,073 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0.008 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan Insulin Analog dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0.053 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
Insulin Analog Tunggal |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin
Manusia dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0.003 |
Berbeda Nyata |
Insulin Analog Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Insulin Analog Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Insulin Analog Tunggal |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0,251 |
Tidak Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Kombinasi Insulin Analog
dan Insulin Analog dan OAD |
Kombinasi Insulin Analog
dan OAD |
0.000 |
Berbeda Nyata |
Dari Tabel 9 diatas
menunjukkan bahwa ada 28 hasil uji� yang
memenuhi kriteria dalam pengujian karena sampel. Ada 14 hasil uji dengan biaya
pengobatan tidak berbeda nyata. Dan ada 14 hasil uji dengan biaya pengobatan
berbeda nyata. Hasil uji yang menunjukkan berbeda nyata diantaranya yaitu
insulin manusia tunggal dengan insulin manusia tunggal dengan p value 0.048,
kombinasi insulin manusia dan OAD dengan kombinasi insulin analog dan OAD
dengan p value 0.000, kombinasi insulin manusia dan analog dan OAD dengan
kombinasi insulin analog dan analog dan OAD dengan p value 0.008.
Biaya rata-rata pengobatan
dengan insulin manusia tunggal sebesar Rp. 637.747,- lebih kecil bila
dibandingkan dengan pengobatan dengan insulin analog tunggal sebesar Rp.
792.493,- Biaya rata-rata pengobatan dengan kombinasi insulin manusia Rp. 614.178,-
lebih kecil bila dibandingkan dengan pengobatan dengan kombinasi insulin analog
dan OAD sebesar Rp. 741.630,-.
Berdasarkan hasil tersebut
dapat disimpulkan bahwa ada perbedaan biaya pengobatan dari penggunaan insulin
manusia dan insulin analog pada pasien DM Tipe 2 rawat jalan di RSCM. Mannaria
dalam penelitiannya menyebutkan biaya pengobatan dengan insulin manusia lebih
murah dibandingkan dengan insulin analog (Jayati, 2020).
Hal ini sejalan dengan hipotesa penelitian dimana
pada hipotesa dinyatakan bahwa biaya pengobatan dengan insulin manusia lebih
murah dibandingkan dengan insulin analog.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan biaya
pengobatan penggunaan insulin manusia�
dengan insulin analog. Biaya pengobatan dengan penggunaan insulin
manusia lebih murah bila dibandingkan dengan biaya pengobatan dengan insulin
analog.
Brunton, S. (2008). Initiating insulin therapy
in type 2 diabetes: benefits of insulin analogs and insulin pens. Diabetes
Technology & Therapeutics, 10(4), 247�256. Google Scholar
Dwi P. 2019. Evaluasi Profil Pengobatan, Biaya
serta Outcome Klinis Penggunaan Insulin manusia dan Analig Pada Pasien BPJS DM
Tipe 2 di RSUD Pasar Rebo Periode 2016-2017. Jakarta:Universitas Pancasila. Google Scholar
Guan, X., Xu, Z., Hu, C., & Wu, J.
(2014). Clinical Efficacy And Costs Of Insulin Analogue Compared To Human
Insulin In Patients With Diabetes: Results From A Tertiary Hospital In Beijing.
Value in Health, 17(7), A744. Google Scholar
Hussein, Z., Taher, S. W., Singh, H. K. G.,
& Swee, W. C. S. (2015). Diabetes care in Malaysia: problems, new models,
and solutions. Annals of Global Health, 81(6), 851�862. Google Scholar
Indonesia, P. E. (2011). Konsensus
pengelolaan dan pencegahan DM tipe 2 di Indonesia. Jakarta: PB PERKENI. Google Scholar
Kehlenbrink, S., McDonnell, M. E., Luo, J.,
& Laing, R. (2017). Review of The Evidence on Insulin and Its Use in
Diabetes. Amsterdam The Netherlands: Health Action International. Google Scholar
Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia. 2013. Riset Kesehatan Daerah (RISKESDAS) 2013.
Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan. Google Scholar
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2018. Pusat
Pembiayaan dan Jaminan Kesehatan. Laporan Kinerja. Google Scholar
Mbanya, J. C., Sandow, J., Landgraf, W.,
& Owens, D. R. (2017). Recombinant Human Insulin in Global Diabetes
Management�Focus on Clinical Efficacy. European Endocrinology, 13(1),
21. Google Scholar
Meidikayanti, W., & Wahyuni, C. U.
(2017). Hubungan dukungan keluarga dengan kualitas hidup Diabetes melitus tipe
2 di puskesmas pademawu. Jurnal Berkala Epidemiologi, 5(2),
240�252. Google Scholar
RI, K. (2020). Tetap Produktif, Cegah, dan
Atasi Diabetes Mellitus. Pusat Data Dan Informasi Kementrian Kesehatan RI. Google Scholar
Rosdaniati, R., Anggriani, Y., Utami, H.,
& Kusumaeni, T. (2020). Evaluasi Profil Pengobatan dan Outcome Klinis
Penggunaan Insulin Analog pada Pasien BPJS DM Tipe 2 Di RSUP Persahabatan
Jakarta. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 5(8), 663�680. Google Scholar
Soewondo, P., Soegondo,
S., Suastika, K., Pranoto,
A., Soetmadji, DW., Tjokroprawiro,
A. 2010. The DiabCare Asia 2008 Study-Outcomes on
Control and Complications of Type 2 Diabetic Patients In
Indonesia. Med J Indonesia, 19(4):235. Google Scholar
Vannapruegs,
T., Hospital, MT., Khunsri, S. 2017. Thailand Case
Study. Heal Action Int Overtoom, 60(20):412-4523. Google Scholar
WHO. 2013. The world health report 2013: Research for
universal health coverage. World Heal Organ Press, 2013. Google Scholar
WHO. 2016. Global Report on Diabetes. NCD
Management-Screening, Diagnosis and treatment, WHO/NMH/NVI16.3. Google Scholar
Copyright holder: Fatmawati, Yusi Anggriani, Rina Mutiara, Hesti Utami (2021) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |