������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN:
2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol. 4, No. 2 Februari 2019
�
SUPERVISI KLINIS UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMP NEGERI 38 DALAM MEMBUAT
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING (PBL)
Yoyo Sunaryo
Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kota
Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Pendidikan tingkat dasar pada saat ini, harus mengembangkan dan menanamkan
pembelajaran kecakapan hidup abad 21 pada siswa, diantaranya: (1)
kemampuan����������������� kemampuan
memecahkan masalah, (2) kreatif (3) kemampuan berkomunikasi, dan������������������� (4) kemampuan berkolaborasi
dikenal dengan istilah 4C. Model PBL merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat meningkatkan kemampuan memecahkan masalah pada diri siswa. Namun
kenyataannya di lapangan hasil studi pendahuluan pada guru di sekolah binaan
melalui observasi, angket dan studi dokumentasi RPP yang merujuk� pada kurikulum 2013 revisi, menunjukkan
sebagian guru belum menggunakan model PBL dalam RPPnya, padahal Kompetensi
Dasar (KD) yang dapat menggunakan model PBL relatif cukup banyak. Oleh karena
itu, perlu adanya supervisi akademik khususnya pembinaan, dengan menggunakan
model supervisi klinis yang dilakukan oleh pengawas sekolah, supaya guru
melaksanakan pembelajaran model PBL yang bermutu. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah
mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang
dimodifikasi. Strategi/metode kerja/teknik pembinaan yang digunakan dari siklus I sampai siklus II menggunakan sistem
in-on-in dengan menerapkan model supervisi klinis. Hasil pembinaan pada siklus I menunjukkan bahwa,
aktivitas guru dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi, khususnya Permendikbud No 22
tahun 2016 belum memuaskan. Oleh karena itu, kemampuan
dan keahlian serta aktivitas guru pada siklus I, perlu ditingkatkan dan harus
diperbaiki pada siklus II. Siklus II, mengakhiri proses pembinaan pada guru melalui supervisi klinis, dengan indikator aktivitas guru telah diatas
70.00% dan skor� guru minimal 70.00 sudah
diatas 85%.
Kata
Kunci: Supervisi Klinis, Kemampuan Guru,
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran, �Problem Based Learning
Pendahuluan
Pendidikan
pada tingkat dasar harus mengembangkan dan menanamkan pembelajaran kecakapan
hidup abad 21 yaitu: (1) kemampuan berpikir kritik dan
kemampuan memecahkan masalah, (2) kreatif dan berinovasi, (3) kemampuan
berkomunikasi dan (4) kemampuan berkolaborasi, ke empat kecakapan hidup tersebut
dikenal dengan istilah 4C, (5)� kemampuan
literasi, dan (6) mempersiapkan karier dan kecakapan hidup (Forgaty, 1997;
Salpeter, 2001; Tan, 2003; Lazear, 2004; Permendikbud No. 20 tahun 2016 dan
Permendikbud No 21 tahun 2016). Ke enam kemampuan tersebut pada kurikulum 2013
revisi, merupakan bagian dari Standar Kompetensi Lulusan (Permendikbud No. 20
tahun 2016). Dengan demikian, guru harus memfasilitasi dan mengambangkan ke
enam kemampuan tersebut sejak dini pada diri siswa SMP, dengan memasukan
kemampuan tersebut pada Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).
Kemampuan
memecahkan masalah sebagai bagian dari kemampuan 4C, sangat penting dikuasai
siswa untuk mempersiapkan diri menghadapi berbagai permasalahan dan menentukan
solusinya serta mendorong terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi
(Forgaty, 1997; Savoi, 1994; Tan, 2003;�
Wood, 2005, Permendikbud No. 21 tahun 2016 dan Permendikbud No. 22 tahun
2016).
Namun
kenyataannya di lapangan hasil observasi, studi dokumentasi RPP dan angket pada
guru di sekolah binaan, menunjukkan: (1) sebagian guru belum menggunakan model
PBL dalam RPPnya, padahal Kompetensi Dasar (KD) yang dapat menggunakan model
PBL relatif cukup banyak; (2) sebagian guru yang menuliskan model PBL pada
RPPnya, tapi tidak menuliskan sintaks model tersebut pada langkah-langkah
pembelajaran; (3) sebagian guru yang memilih model PBL tetapi KD yang dipilih
tidak sesuai jika menggunakan model PBL. Oleh karena itu, perlu adanya
supervisi akademik khususnya pembinaan dengan menggunakan model supervisi
klinis yang dilakukan oleh pengawas, supaya kompetensi dan profesionalisme guru
dapat berkembang, khususnya kompetensi pedogogik guru dalam menerapkan berbagai
pendekatan, strategi, metode dan model pembelajaran yang mendidik secara
kreatif dan variatif dalam mata pelajaran yang diampu (Permendiknas No 16 tahun
2007). Salah satu model variatif yang dapat dikembangkan guru dan dapat
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa adalah model Problem Based
Learning (PBL) (Forgaty, 1997; Savoi, 1994; Tan, 2003;� Wood, 2005, Permendikbud No. 21 tahun 2016
dan Permendikbud No. 22 tahun 2016).
Tujuan
dari penerapan pembelajaran berbasis PBL adalah mendorong siswa, untuk terlibat aktif dalam
membangun pengetahuan, sikap, dan prilaku
melalui� kegiatan memecahkan suatu
masalah. Melalui kegiatan pemecahan masalah terhadap permasalahan yang ada,
maka pada akhirnya siswa terbiasa memecahkan masalah yang dihadapi dalam
kehidupan sehari-hari, menentukan solusinya serta mendorong terbentuknya
keterampilan berpikir tingkat tinggi, sehingga siswa memiliki tanggung jawab
atas dirinya sendiri dan kepada masyarakat (Allen, 1996; Azer, 2013; Barrett, 2005; Carson, 2007; Dogru, 2008; Duch, 2001; Savoi, 1994).
Kemampuan
guru dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi akan meningkat, jika ada supervisi akademik khususnya melalui
pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah. Salah satu model supervisi
akademik tersebut adalah model supervisi klinis. Melalui penerapan model
supervisi klinis, guru secara kolaboratif dibimbing pengawas sekolah
mendiagnosis� kekurangan-kekurang diri
dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi, kemudian melalui FGD diarahkan untuk menentukan solusinya
sehingga produk RPP yang dibuat akan benar dan bermutu (Permendikbud No 143
tahun 2014 & PermenPan dan Reformasi Birokrasi No 21 tahun 2010).
Berdasarkan latar belakang tersebut mendorong peneliti
telah melaksanakan penelitian tindakan sekolah untuk meningkatkan kemampuan
guru SMP Negeri 38 Bandung dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi, melalui pembinaan menggunakan model supervisi klinis.
Metode
Penelitian
1. Strategi/Metode Kerja/Teknik Pembinaan
Strategi/metode kerja/teknik pembinaan yang digunakan dari siklus I sampai�
siklus II menggunakan sistem in-on-in. Pada siklus 1 (in)
menggunakan model supervisi klinis melalui observasi-refleksi-rekomendasi,
studi dokumentasi, angket �dan FGD dilaksanakan pada
tanggal 10-11 Juli 2018, kemudian on dari tanggal 20-21 Juli 2018, sedangkan siklus 2 dilaksanakan pada 3 Agustus 2018 menggunakan model supervisi klinis melalui observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, FGD, dan presentasi produk RPP.
2. Setting/Lokasi/Subyek Penelitian
Secara garus besar, prosedur siklus dilakukan melalui kegiatan
perencanaan (plan), siklus (act), observasi (observe) dan refleksi (reflect).
3. Subyek dan Waktu Penelitian
Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah
guru SMP Negeri 38 Bandung, jumlah guru yang diteliti sebanyak 18 guru.
Penelitian dilaksanakan dari tanggal 10 Juli �� 9 Agustus 2018. �����������
4. Instrumen Penelitian
Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka
dalam penelitian ini digunakan instrumen sebagai berikut: 1) rencana pelaksanaan pembinaan, 2) pedoman observasi aktivitas guru,
3) daftar chek aktivitas guru, 4) instrumen evaluasi guru dalam membuat RPP
berbasis PBL, 5) format observasi pembinaan, 6) format diskusi balikan, 7) Daftar hadir guru.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Pembinaan Siklus 1
1.
Aktivitas Guru pada�
Siklus 1
Aktivitas guru pada siklus I, dapat dilihat pada Tabel 1:
Tabel� 1.
Aktivitas Guru Pada Siklus 1
No |
Kriteria yang diamati |
Jumlah Guru |
% |
1 |
Terampil membuat RPP berbasis PBL |
12 |
66.67 |
2 |
Terampil membuat penilaian berbasis PBL |
12 |
66.67 |
3 |
Terampil membuat angket respon siswa terhadap
penggunaan PBL |
13 |
72.22 |
4 |
Terampil membuat pedoman observasi aktivitas� siswa berbasis PBL |
13 |
72.22 |
5 |
Terampil membuat daftar check berbasis PBL |
14 |
77.78 |
6 |
Terampil membuat format observasi aktivitas� siswa berbasis PBL |
14 |
77.78 |
Tabel 1 diatas,
menunjukkan bahwa guru yang melakukan aktivitas membuat RPP berbasis PBLdengan benar, berjumlah 12 orang (66.67%), terampil membuat penilaian berbasis PBL sebanyak 12 orang (66.67%), terampil membuat angket respon siswa sebanyak13 orang (72.22%), terampil membuat pedoman observasi
aktivitas� siswa berbasis PBL sebanyak 13
orang (72.22%), terampil membuat daftar check berbasis PBL sebanyak 14 orang (77.78%), dan terampil membuat format observasi
aktivitas� siswa berbasis PBL sebanyak 14
orang (77.78%).
Tabel 1 diatas
menggambarkan bahwa kemampuan guru dalam dalam membuat RPP berbasis PBL relatif
perlu ditingkatkan. Hal ini disebabkan karena sebagian besar guru selalu
membuat RPP berbasis metode ceramah, sehingga untuk memulai membuat RPP
menggunakan model pembelajaran lain yang inovatif salah satunya PBL, relatif
belum terbiasa.Selain itu pada saat membuat instrument pembelajaran lain
berbasis PBL, mulai dari membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi
aktivitas siswa, membuat daftar check, dan membuat format observasi aktivitas siswa guru belum terbiasa
2.
Evaluasi Kemampuan Guru dalam membuat RPP berbasis PBL
yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses pada Siklus I
Kemampuan guru dalam membuat membuat RPP berbasis PBL yang
sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22
Tahun 2016, tentang Standar Proses pada siklus I, dapat dilihat
pada Tabel 2.
Tabel 2.
Jumlah Komponen RPP Berbasis PBL yang Dipenuhi oleh Guru
(dari Total 20 Komponen RPP yangSesuai dengan Tuntutan
Permendikbud No 22 Tahun 2016)pada Siklus I
No |
Kode Guru |
Jumlah komponen RPP berbasis PBL yang Dipenuhi oleh Guru (dari
total 20 komponen RPP) |
% |
1 |
AA |
13 |
65,00 |
2 |
AB |
15 |
75,00 |
3 |
AC |
11 |
55,00 |
4 |
AD |
12 |
60,00 |
5 |
AE |
16 |
80,00 |
6 |
AF |
15 |
75,00 |
7 |
AG |
14 |
70,00 |
8 |
AH |
11 |
55,00 |
9 |
AI |
14 |
70,00 |
10 |
AJ |
15 |
75,00 |
11 |
AK |
13 |
65,00 |
12 |
AL |
16 |
80,00 |
13 |
AM |
14 |
70,00 |
14 |
AN |
15 |
75,00 |
15 |
AO |
14 |
70,00 |
16 |
AP |
13 |
65,00 |
17 |
AQ |
16 |
80,00 |
18 |
AR |
13 |
65,00 |
Rata-rata |
14 |
69,44 |
|
Daya Serap
Klasikal |
61,11 |
�����
Uraian� 20 komponen RPP yang Sesuai dengan Tuntutan
Permendikbud No 22� Tahun 2016 sebagai
berikut:
No |
Komponen RPP |
No |
Komponen RPP |
1 |
Mencantumkan identitas sekolah/nama satuan pendidikan |
11 |
Materi pelajaran memuat prinsip relevan dengan indikator |
2 |
Mencantumkan identitas mata pelajaran |
12 |
Materi pelajaran memuat prosedur relevan dengan indicator |
3 |
Mencantumkan� identitas
kelas/semester |
13 |
Metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
4 |
Mencantumkan materi pokok dan sub materi pokok |
14 |
Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa |
5 |
Mencantumkan alokasi waktu (termasuk jumlah pertemuan) |
15 |
Media pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
6 |
Mencantumkan KD yang sesuai untuk model PBL |
16 |
Sumber belajar sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan� |
7 |
Mencantumkan Indikator |
17 |
Langkah-langkah pembelajaran melalui tahapan pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup |
8 |
Rumusan tujuan pembelajaran berdasarkan KD/indikator |
18 |
Langkah-langkah pembelajaran memuat sintaks/ langkah-langkah
model PBL (orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan
menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah; Sumber: Arends, 2008) |
9 |
Materi pelajaran memuat fakta relevan dengan indikator |
19 |
Langkah-langkah pembelajaran mengembangkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan |
10 |
Materi pelajaran memuat konsep relevan dengan indikator |
20 |
Penilaian sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
Data pada Tabel
2 menunjukkan bahwa jumlah komponen terkecil
RPP berbasis PBL yang dipenuhi guru, dari total 20 komponen RPP yang sesuai
dengan tuntutan Permendikbud No 22� Tahun
2016,pada Siklus I sebanyak 11 komponen (55.00%) dilakukan oleh dua orang guru
(11.11%). Sedangkan jumlah komponen terbanyak yang dipenuhi guru sebanyak 16
komponen (80.00%) dilakukan oleh tiga orang guru (16.67%).Rata-rata jumlah
komponen yang dipenuhi guru sebanyak 14 komponen (70.00%) dengan daya serap
klasikal sebesar 61.11%.
3.
Refleksi
dan Revisi Siklus 1
Pembinaan pada
siklus I, menunjukkan bahwa pada siklus pertama menunjukkan kelebihan dan
kekurangan. Kelebihannya yaitu, peneliti mulai menerapkan langkah-langkah
pembinaan sesuai dengan rencana pembinaan siklus I yang telah dibuat peneliti,
kemudian guru sangat
antusias untuk meningkatkan kemampuannya dalam�
membuatRPP berbasis PBL. Kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus 1
diantaranya :
a. Pemberian motivasi dan apresiasi pada saat akan melakukan pembinaan
oleh peneliti masih harus ditingkatkan.
b. Pada saat melaksanakan pembinaan, peneliti masih dominan di barisan
paling depan, serta kurang intensif melakukan pembinaan yang komunikatif dengan
guru, terutama pada saat guru mengalami kesulitan dalam membuat RPP.
c. Peneliti kurang mengeksplore potensi
guru untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat RPP berbasis PBL, dengan
menugaskan guru mencari di berbagai sumber yang relevan.�
Berdasarkan kekurangan yang ada pada pelaksanaan siklus 1,� maka pelaksanaan pembinaan pada� siklus�
II,� perlu� memperhatikan perbaikan-perbaikan seperti di
bawah ini :
a. Peneliti harus memberikan motivasi dan apresiasi pada saat akan
melakukan pembinaan.
b. Peneliti pada saat melaksanakan pembinaan harus intensif dan
komunikatif, dengan mendatangi setiap guru yang mengalami kesulitan, terutama
pada saat menguasai teori belajar, khususnya dalam membuat RPP berbasis PBL.
c. Peneliti harus mengekspore potensi guru
untuk mengembangkan kemampuannya dalam membuat RPP berbasis PBL.
B.
Hasil
Pembinaan Siklus II
1. Aktivitas Guru pada Siklus II
Proses pembinaan pada siklus II telah
memperlihatkan adanya peningkatan aktivitas guru dibanding pada siklus I, mulai
dari membuat RPP
untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, membuat angket
respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan
siswa, dan membuat format diskusi balikan. Aktifitas guru selama pembinaan pada siklus II dapat dilihat dari Tabel 3.
Tabel� 3.
Aktivitas guru pada Siklus II
No |
Kriteria yang diamati |
Jumlah Guru |
% |
1 |
Terampil membuat RPP berbasis PBL |
14 |
77.78 |
2 |
Terampil membuat penilaian berbasis PBL |
15 |
83.33 |
3 |
Terampil membuat angket respon siswa terhadap
penggunaan PBL |
16 |
88.89 |
4 |
Terampil membuat pedoman observasi aktivitas� siswa berbasis PBL |
16 |
88.89 |
5 |
Terampil membuat daftar check berbasis PBL |
17 |
94.44 |
6 |
Terampil membuat format observasi aktivitas� siswa berbasis PBL |
17 |
94.44 |
����������� Tabel 3 diatas
menunjukkan bahwa guru yang melakukan aktivitas membuat RPP berbasis PBL dengan benar, berjumlah 14 orang (77.78%),terampil membuat penilaian berbasis PBL sebanyak 15 orang (83.33%), terampil membuat angket respon siswa sebanyak 16 orang (88.89%), terampil membuat pedoman observasi
aktivitas� siswaberbasis PBL sebanyak 16
orang (88.89%), terampil membuat daftar check berbasis PBL sebanyak 17 orang (94.44%), dan terampil membuat format observasi aktivitas
siswa berbasis PBL sebanyak 17
orang (94.44%). Tabel 3
diatas menggambarkan bahwa kemampuanguru dalam dalam membuat RPP berbasis PBL
sudah menunjukkan peningkatan dibanding pada siklus I, yaitu skor aktivitas
minimal sudah diatas 70.00% yaitu paling kecil 77.78%
2.
Evaluasi Kemampuan Guru dalam membuat RPP berbasis PBL
yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22 Tahun 2016 tentang Standar
Proses pada Siklus II
Kemampuan guru dalam membuat membuat RPP berbasis PBL yang
sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22
Tahun 2016 tentang Standar Proses pada siklus II, dapat dilihat
pada Tabel 4.
Tabel 4.
Jumlah Komponen RPP Berbasis PBL yang Dipenuhi oleh Guru
(dari Total 20 Komponen RPP yang Sesuai dengan Tuntutan
Permendikbud No 22� Tahun
2016) pada Siklus II
No |
Kode Guru |
Jumlah komponen RPP berbasis PBL yang Dipenuhi oleh Guru (dari
total 20 komponen RPP) |
% |
1 |
AA |
16 |
80,00 |
2 |
AB |
18 |
90,00 |
3 |
AC |
13 |
65,00 |
4 |
AD |
15 |
75,00 |
5 |
AE |
18 |
90,00 |
6 |
AF |
18 |
90,00 |
7 |
AG |
17 |
85,00 |
8 |
AH |
13 |
65,00 |
9 |
AI |
17 |
85,00 |
10 |
AJ |
18 |
90,00 |
11 |
AK |
16 |
80,00 |
12 |
AL |
18 |
90,00 |
13 |
AM |
17 |
85,00 |
14 |
AN |
18 |
90,00 |
15 |
AO |
17 |
85,00 |
16 |
AP |
16 |
80,00 |
17 |
AQ |
18 |
90,00 |
18 |
AR |
16 |
80,00 |
Rata-rata |
17 |
83,06 |
|
Daya Serap Klasikal |
88,89 |
Uraian� 20 komponen RPP yang Sesuai dengan Tuntutan
Permendikbud No 22� Tahun 2016 sebagai
berikut:
No |
Komponen RPP |
No |
Komponen RPP |
1 |
Mencantumkan identitas sekolah/nama satuan pendidikan |
11 |
Materi pelajaran memuat prinsip relevan dengan indikator |
2 |
Mencantumkan identitas mata pelajaran |
12 |
Materi pelajaran memuat prosedur relevan dengan indicator |
3 |
Mencantumkan� identitas
kelas/semester |
13 |
Metode pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
4 |
Mencantumkan materi pokok dan sub materi pokok |
14 |
Metode pembelajaran sesuai dengan karakteristik siswa |
5 |
Mencantumkan alokasi waktu (termasuk jumlah pertemuan) |
15 |
Media pembelajaran sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
6 |
Mencantumkan KD yang sesuai untuk model PBL |
16 |
Sumber belajar sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan� |
7 |
Mencantumkan Indikator |
17 |
Langkah-langkah pembelajaran melalui tahapan pendahuluan,
kegiatan inti, dan penutup |
8 |
Rumusan tujuan pembelajaran berdasarkan KD/indikator |
18 |
Langkah-langkah pembelajaran memuat sintaks/ langkah-langkah
model PBL (orientasi siswa kepada masalah, mengorganisasi siswa untuk belajar, membimbing penyelidikan individual dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, dan
menganalisis dan mengevaluasi proses
pemecahan masalah; Sumber: Arends, 2008) |
9 |
Materi pelajaran memuat fakta relevan dengan indikator |
19 |
Langkah-langkah pembelajaran mengembangkan ranah sikap,
pengetahuan, dan keterampilan |
10 |
Materi pelajaran memuat konsep relevan dengan indikator |
20 |
Penilaian sesuai dengan tuntutan KD/ indikator/tujuan |
�������
Data pada Tabel
4 menunjukkan bahwa jumlah komponen terkecil
RPP berbasis PBL yang dipenuhi guru, dari total 20 komponen RPP yang sesuai
dengan tuntutan Permendikbud No 22� Tahun
2016,pada Siklus II sebanyak 13 komponen (65.00%) dilakukan oleh dua orang guru
(11.11%). Sedangkan jumlah komponen terbanyak yang dipenuhi guru sebanyak 18
komponen (90.00%) dilakukan oleh tujuh orang guru (38.89%). Rata-rata jumlah
komponen yang dipenuhi guru sebanyak 17 komponen (85.00%), dengan daya serap
klasikal sebesar 88.89%. Indikator daya serap klasikal sudah diatas 85,00%
dengan nilai minimal 70,00, maka siklus II ini mengakhiri penelitian tindakan
sekolah proses pembinaan pada guru melalui supervisi klinis.
C.
Pengaruh
Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru dari Siklus I � Siklus II
Kegiatan pembinaan dari siklus I sampai siklus II, menunjukkan
bahwa aktivitas guru semakin aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi
pembinaan. Hampir semua guru berperan aktif mulai dari membuat RPP berbasis PBL untuk setiap siklus, membuat penilaian berbasis PBL untuk setiap siklus, membuat angket respon siswa,
membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, dan membuat format observasi aktivitas siswa. Walaupun pada awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada
siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat��������
D.
Pengaruh
Diterapkannya Pembinaan terhadap Kemampuan dan Keterampilan Guru dalam� Menguasai Teori Belajar, khususnya dalam
Membuat RPP Berbasis PBL.
Kegiatan pembinaan dari siklus I sampai siklus II, skor guru
menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru
telah melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta
menunjukan bahwa hampir semua guru berperan aktif mengikuti setiap sesi
pembinaan yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, proses bimbingan dan arahan selama kegiatan
pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan efektif, efisien dan intensif.
Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembinaan.
Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran kemampuan dan� keterampilan guru dalam� dalam membuat RPP berbasis PBL, pada siklus
II, daya serap klasikal sudah diatas 85%. Data tersebut menjadi� indikator siklus II ini mengakhiri penelitian
tindakan sekolah, kegiatan pembinaan pada guru melalui penggunaan model
supervisi klinis.
Kesimpulan
Proses pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa
aktivitas guru dalam membuat RPP berbasis PBL, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat
pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan
siswa, dan membuat format diskusi balikan belum memuaskan. Kemampuan dan keahlian serta
aktivitas guru dalam siklus I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada
siklus II.
Proses pembinaan pada siklus II, menunjukkan bahwa
aktivitas guru mulai dari membuat RPP berbasis PBL, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi
aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan
siswa, dan membuat format diskusi balikan sudah
meningkat dan lenih baik dibanding siklus I. Siklus II ini mengakhiri penelitian tindakan sekolah,
proses pembinaan pada guru menggunakan model supervisi klinis melalui observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, FGD, dan
presentasi produk RPP, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 70.00% dan skor� guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu
sebesar 88.89%.
Selama proses pembinaan mulai dari siklus I
sampai siklus II, peneliti berusaha melaksanakan bimbingan serta arahan secara
adil, dan menyeluruh pada setiap guru, supaya setiap guru berpartisifasi dalam
mengikuti setiap sesi pembinaan, mulai dari membuat RPP berbasis PBL untuk setiap siklus, membuat
penilaian untuk setiap siklus, membuat angket respon siswa, membuat pedoman
observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa,membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan.
BIBLIOGRAFI
Allen et al. 1996. The power of of problem-based
learning� in teaching introductory
science courses. New Direction for
Teaching and Learning,(68), p. 43-51.
Azer et al. 2013. Introducing integrated laboratory classes in a PBL
curriculum: impact on student�s learning and satisfaction. BMC Medical Education� (13)
no.71.
Barret,
T. 2005. Understanding Problem Based Learning. [online].Tersedia :
http://���� [22 � 03 -2007].
Barrett, T. 2005a. Understanding problem based learning. [online].
Tersedia :http://www. nuigalway. ie/celt/PBPM book.
Carson, J. 2007. �A Problem with problem based learning: Teaching Thinking without Teaching
Knowledge�.� The Mathematics Educator, 17 (2), 7-14.
Dogru, M. 2008. The application of problem based learning� on science
teacher traineer on solution of environmental problems. Journal of Environmental & Science Education, 3 (1), p. 9-18.
Duch et al. 2001. The Power of problem based learning. Virginia: Stylus Publishing, LLC
Forgaty, R. 1997. Problem
Based Learning and Other Curicular Models for Multiple Intellegences Classroom.
New York: IRI/Skyligt Training and Publishing, Inc
Lazear, D. 2004. Higher-order Thinking: The Multiple Intelligences
Way. Chicago: Zephyr Press.
Permendikbud� No. 20 Tahun 2016 tentang Standar Kompetensi
Lulusan
Permendikbud� No. 21 Tahun 2016 tentang Standar Isi
Permendikbud� No. 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses
Permendikbud� Nomor 23 Tahun 2016 tentang Standar Penilaian
Permendikbud� No. 24 Tahun 2016 tentang KI dan KD
Permendikbud
No. 143 Tahun 2014 tentang Petunjuk Teknis Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah
dan Angka Kreditnya
Permeneg PAN & RB
No.21 tahun 2010 tentang Jabatan Pengawas&Angka Kreditnya
Salpeter. 2001. Century skill: Have Student Ready. [Online]. Tersedia:
http://www.21st Centuryskill.org. [19 September 2008]
Savoi, J. M. & Hughes, A. S. 1994. Problem based learning� as classroom solution. Journal Educational Leadership,
54-57
Tan, O. S. 2003. Problem
based learning� Innovation: Using
Problems to Power Learning in the 21st century. Singapore: Thomson
Learning.
Wood, D. 2005. Problem
based learning especiallyin the
contex to flarge classes. [Online]. Tersedia: [12 Maret 2008].