��������� ������������������������������������ Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN
: 2548-1398
Vol.
4, No. 3 �Maret 2019
ANALISIS HIDROLOGI WADUK PENJALIN GUNA OPTIMASI D. I.
PEMALI
Akbar Winasis
Universitas
Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Dalam
pengelolaan sumber daya air, pengambil keputusan sering kali dihadapkan pada
suatu permasalahan yang kompleks. Dalam pengelolaan daerah irigasi misalnya,
penggunaan air terkadang menjadi rumit karena kebutuhan dan ketersediaan tidak
selalu dalam kondisi yang stabil. Penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis situasi hidrologi Waduk Penjalin. (2) menganalisis debit potensi Bendung Notog,
dan (3) mengoptimalkan ketersediaan air di Waduk Penjalin dan Bendung
Notog untuk kebutuhan air irigasi pada D.I. Pemali. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif dengan sifat yang
dipergunakan adalah deskriptif induktif dengan data yang didapat berupa faktor
yang mendukung dalam perhitungan analisis yang dituju. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa: kebutuhan air irigasi didapatkan dari ketersediaan berupa debit potensi
yang berada pada Bendung Notog dan juga debit potensi yang berada pada Waduk
Penjalin dengan tingkat persentase terpenuhi berada diatas angka 40% yang
berarti bahwa ketersediaan air dapat mencukupi kebutuhan air yang diperlukan.
Kata
Kunci : Analisis, Kinerja, Hidrologi
Pendahuluan
Waduk merupakan
suatu bangunan air yang digunakan untuk menampung debit air berlebih pada saat
musim basah supaya kemudian dapat dimanfaatkan pada saat debit rendah atau pada
saat musim kering (Sudjarwadi, 1987).
Irigasi
merupakan kegiatan penyediaan dan pengaturan air untuk memenuhi kepentingan
pertanian dengan memanfaatkan air yang berasal dari air permukaan dan tanah
(Karta Saputro, 1994).
Pada umumnya
waduk beserta irigasi dapat dikatakan saling berkesinambungan dimana waduk
berfungsi sebagai tempat untuk menampung, mengeluarkan/menyalurkan air yang
sebagian besar dimanfaatkan untuk irigasi yaitu mengairi lahan pertanian, selain
itu waduk juga digunakan untuk beberapa kepentingan lainnya diantaranya untuk
pengendalian banjir pada saat musim hujan, budidaya ikan air tawar dan juga
sebagai tempat sarana rekreasi/pariwisata. Air yang mengisi waduk dapat bersumber
dari air hujan, air tanah dan dari daerah aliran sungai (DAS) yang dialirkan
melalui sungai-sungai yang bermuara ke waduk tersebut.
Waduk Penjalin merupakan waduk yang terletak di Desa Winduaji,
Kecamatan Paguyangan, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa Tengah dengan titik
koordinat 108�41��37�� BT � 109�11��29�� BT dan 6�44�56� LS � 7�20�51,48� LS.
Waduk ini dibangun sekitar tahun 1930-1934 dengan desain bangunan berupa
batu-batuan kali sebagai material dasar pembentuk waduk.
Waduk Penjalin memiliki luas 1,25 km2 yang sumber airnya selain dari sumber
mata air disekitarnya juga berasal dari air hujan yang jatuh langsung pada
daerah sekitar waduk tersebut. Waduk Penjalin sendiri mempunyai fungsi utama
yaitu sebagai pengendali banjir dengan volume maksimum rata-rata tahunan pada
waduk sebesar 7,9 juta m3 dimana volume air tersebut juga digunakan
sebagai pasokan air pada daerah irigasi pemali guna membantu suplay air agar
dapat mencukupi kebutuhan air irigasi pada lahan pertanian dengan luas areal 26.952
hektar. Suplai tersebut dilakukan untuk mengantisipasi kekeringan pada musim
kemarau yang melanda lahan pertanian tersebut.
Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penulis merasa
tertarik untuk dapat membuat kajian pada penelitian dengan judul: �Analisis Kinerja Waduk
Penjalin Guna Optimasi Irigasi�
Penelitian ini
difokuskan pada pemanfaatan ketersediaan air waduk agar dapat memenuhi
kebutuhan air irigasi secara optimal. Maka dapat dibuat perumusan masalah penelitian
ini yaitu: �Bagaimana kondisi ketersediaan air pada Waduk
Penjalin dan Bendung Notog untuk dapat melayani cakupan D.I. Pemali secara
optimal.�
Tujuan yang
ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk memaksimalkan kinerja operasi Waduk
Pejok berdasarkan tampungan dan mencapai kondisi yang optimal dalam peruntukan
kebutuhan irigasi D.I. Pacal Kerjo.
Metode Penelitian
Penelitian ini dibuat dengan
menggunakan metode penelitian kualitatif yang bermakna bahwa penelitian yang digunakan untuk meneliti pada kondisi objek alamiah dimana
peneliti merupakan instrumen kunci (Sugiyono, 200).
Metode kualitatif yang digunakan
adalah metode kualitatif yang bersifat deskriptif�induktif dimana sifat
penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk dapat memberikan uraian dan
penjelasan data dan informasi yang diperoleh selama penelitian, sedangkan
pendekatan induktif berdasarkan proses befikir/pengamatan di lapangan/fakta-fakta
empirik.
Jenis dan sumber data yang digunakan
adalah data Primer dan data Sekunder� dengan
teknik pengumpulan data, interview/wawancara dan observasi.
Gambar 3.1
Flowchart Metode Penelitian
Hasil dan Pembahasan
Debit
potensi andalan adalah debit potensi waduk yang akan digunakan sebagai debit
yang diandalkan untuk memenuhi kebutuhan air irigasi pada tanaman dalam suatu
daerah irigasi. Debit potensi andalan waduk dihitung melalui dua tahapan yakni:
1. Perhitungan debit potensi curah hujan 2. Debit potensi andalan waduk.
Perhitungan tersebut dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
Debit
potensi curah hujan
Luas
DAS Penjalin � curah hujan
Debit
potensi andalan waduk
Jadi debit yang ada pada urutan ke 8 digunakan sebagai debit
andalan
1.
Evapotranspirasi Waduk
Dalam perhitungan evapotranspirasi waduk ini dilakukan menggunakan
metode Pennam Modifikasi dimana data penunjang berupa data (temperatur udara,
kelembaban relatif, penyinaran matahari, kecepatan angin) keseluruhan data yang
digunakan tersebut didapatkan dari data stasiun klimatologi Waduk Malahayu dikarenakan
pada Waduk Penjalin tidak tersedianya stasiun klimatologi yang dapat memuat
data-data yang dibutuhkan.
Digunakannya data yang bersumber dari stasiun klimatologi Waduk
Malahayu telah melalui pertimbangan yang dilakukan dimana adanya persamaan letak
wilayah yaitu sama-sama berada pada wilayah Perbukitan Salem Kabupaten Brebes.
2.
Perhitungan Metode NRECA
Analisis aliran
limpasan langsung diprediksikan berdasarkan data rerata iklim dan rerata curah
hujan tengah bulanan selama 10 tahun, hasil perhitungan aliran limpasan dengan
metode NRECA adalah sebagai berikut (untuk bulan Januari-1)
a.
Nama bulan
(Januari, Periode 1)
b.
Jumlah hari, n
= 15
c.
Nilai rerata
curah hujan tengah bulanan (Rb), = 200 mm
d.
Nilai
evapotranspirasi (ETo) = 5,08 mm
e.
(5) Nilai PET =
5,08 x 15 = 76,14 mm
f.
Nilai tampungan
kelengasan awal (Wo) = 200 mm (di prediksi)
g.
Tampungan
kelengasan tanah (wi) = 200/145,4 = 1,38 mm dari rumus wi/nominal (Nominal =
100 + 0,2 x 227 = 145,4)
h.
Rasio Rb/PET =
200/76,14 = 2,63 mm
i.
Rasio AET/PET =
2 (grafik rasio AET/PET)
j.
AET = 2 x 76,14
x 0,9 = 205,58 mm
k.
Neraca Air = 200
� 137,05 = 63,15 mm
l.
Rasio kelebihan
kelengasan = 0,77 (dilihat pada grafik rasio kelebihan kelengasaan)
m.
Kelebihan
kelengasan = 63,15 x 0,77 = 48,62 mm
n.
Perubahan
tampungan = 63,15 � 48,62 = 14,52 mm
o.
Tampungan air
tanah = 0,1 x 48,62 = 4,86 mm
p.
Tampungan air
tanah awal = 2 mm (di prediksi)
q.
Tampungan air
tanah akhir = 2,00 + 4,86 = 6,86 mm
r.
Aliran air
tanah = 0,9 x 6,86 = 6,18 mm
s.
Limpasan
langsung = 48,62 � 4,86 = 43,76 mm
t.
Limpasan total =
6,18 + 43,76 = 49,94 mm
u.
Volume aliran =
49,94 x 10 x 477,4 = 238.396 m3/periode
Selanjutnya untuk perhitungan bulan
berikutnya, diperlukan nilai tampungan kelengasan untuk bulan berikutnya dan
tampungan air tanah bulan berikutnya yang dapat dihitung dengan menggunakan
rumus berikut :
a.
Tampungan
kelengasan = tampungan kelengasan bulan sebelumnya + perubahan tampungan, semua
dari bulan sebelumnya.
b.
Tampungan air
tanah = tampungan air tanah bulan sebelumnya � aliran air tanah, semua dari
bulan sebelumnya.
Sebagai patokan akhir perhitungan,
nilai tampungan kelengasan awal (Januari) harus�
mendekati tampungan kelengasan bulan Desember dengan jarak (>200
mm).�
3.
Ketersediaan Air Waduk
Waduk penjalin
dengan fungsi utamanya yaitu sebagai pengendali banjir adalah waduk dengan
klasifikasi waduk eka guna dimana waduk hanya diandalkan untuk memenuhi suplai
kebutuhan irigasi bila diperlukan saja. Ketersediaan air pada waduk penjalin
diperoleh dari hujan yang turun langsung pada permukaan waduk, aliran air dari
sungai-sungai kecil yang berada pada DAS Penjalin yang sumber airnya berasal
dari mata air langsung/air dalam tanah. Ketersediaan air pada waduk meliputi
kapasitas tampungan yang dapat dilihat dari volume maksimum, volume minimum
serta volume efektif dimana volume yang tersedia pada waduk dapat dimanfaatkan
dengan sebaik-baiknya.
a.
Volume Maksimum
Volume maksimum
waduk penjalin pada saat pertama kali dibangun dapat menampung air sebesar 9.500.000
m3 dengan bertambahnya umur waduk maka volume maksimum rata-rata tahunan yang
dapat ditampung oleh waduk pada saat sekarang adalah sebesar 7.942.500 m3 yang
berada pada elevasi +340.50 berkurangnya volume tampungan pada waduk adalah
lebih banyak diakibatkan oleh adanya sedimen yang terbawa oleh arus air yang
masuk pada waduk.
b.
Volume Minimum
Volume minimum
pada waduk penjalin dapat berada pada elevasi +326.00 dengan luas genangan
17.500 m2 dan volume tampungan sebesar 440 m3 akan tetapi pada pengelolaannya
volume minimum rata-rata tahunan waduk penjalin dapat berkisar pada angka
2.610.000 m3 dimana angka tersebut didapat pada saat pintu outflow waduk
telah dibuka guna keperluan layanan air irigasi untuk daerah irigasi yang
berada dibawahnya khususnya pada Bendung Notog untuk daerah layanan irigasinya
yaitu D.I Pemali.
c.
Volume efektif
Volume efektif
atau lebih sering disebut elevasi normal pada waduk penjalin adalah keadaan
dimana tampungan air pada waduk akan selalu dijaga kestabilannya yang
dimaksudkan pada fungsinya untuk kebutuhan irigasi bila diperlukan serta untuk
mengantisipasi luapan/limpasan air berlebihan pada spillway yang dapat
menyebabkan banjir. Elevasi muka air normal waduk penjalin sendiri berada pada
elevasi +339.50 dengan luas genangan 1.284.800 m2 dan volume tampungan
7.770.000 m3.
4.
Pembahasan Hasil Analisis Debit Potensi
a.
Metode Poligon Thiessen
Metode poligon thiessen
digunakan untuk mencari luas lahan pada masing-masing stasiun curah hujan yang
digunakan sebagai parameter dalam mencari debit potensi yang digunakan. Adapun
langkah dalam menggunakan metode poligon thiessen adalah sebagai
berikut:
1. Tentukan peta DAS yang akan dianalisa berikut dengan titik stasiun
curah hujan yang digunakan sebagai obyek utama.
2. Buat sambungan garis antara titik-titik stasiun curah hujan dengan
membentuk segitiga.
3. Ambil garis tengah pada setiap sambungan titik-titik stasiun curah
hujan tersebut, kemudian tarik garis tersebut dengan ketentuan sudut 90 derajat
pada setiap sisinya.
4. Tarik garis tersebut hingga membentuk sebuah poligon pada
masing-masing daerah stasiun curah hujan serta tarik garis yang telah dibuat
tadi sampai batas DAS yang ditentukan.
5. Hitung luas masing-masing poligon yang telah terbentuk dari
hasil metode poligon thiessen tersebut.
b.
Perhitungan Debit Potensi Sungai Pemali
Perhitungan
debit potensi dilakukan dengan menggunakan parameter luas sub DAS yang
didapatkan dari hasil metode poligon thiessen serta data debit curah
hujan pada masing-masing stasiun hujan yang telah ditentukan. Adapun tata cara
perhitungannya adalah sebagai berikut:
Luas sub DAS � curah hujan
Untuk data hasil metode poligon thiessen atau luas sub DAS
pada DAS PEMALI adalah sebagai berikut:
1.Sub DAS NOTOG�������������������������������� :
254 Km2
2.Sub DAS BANTAR KAWUNG : 349 Km2
3.Sub DAS BUMIAYU���������������������������� :
224 Km2
4.Sub DAS TONJONG���������������� ����������� : 142 Km2
5.Sub DAS PARAKAN KIDANG����������� :
333 Km2
Untuk data curah hujan serta perhitungan debit potensi pada tiap
sub DAS dapat dilihat pada tabel berikut:
c.
�Debit Potensi
D.I Pemali
Debit potensi D.I Pemali adalah
debit yang dihasilkan oleh curah hujan yang jatuh langsung pada lahan pertanian
sebagai salah satu faktor guna memenuhi kebutuhan air pada lahan pertanian
tersebut. Langkah perhitungan pada debit potensi daerah irigasi sama halnya
dengan perhitungan pada debit potensi sungai hanya saja luas sub DAS digantikan
dengan luas lahan pertanian pada daerah irigasi tersebut.
Luas lahan daerah irigasi � curah hujan
Diketahui:
1.
Luas lahan
daerah irigasi Pemali yang diamati adalah seluas 25.129 Ha
2.
Data curah
hujan yang digunakan adalah data curah hujan yang berasal dari stasiun hujan
Notog dimana stasiun hujan Notog adalah stasiun hujan yang lokasinya terdekat
dengan D.I Pemali yang diamati.
d.
Debit Potensi Bendung Notog
Debit potensi
ketersediaan adalah penggabungan dari debit potensi sungai dengan debit potensi
daerah irigasi/lahan pertanian dimana kedua perhitungan debit potensi tersebut
yang nantinya akan digunakan sebagai debit yang diandalkan untuk memenuhi
kebutuhan air irigasi pada tanaman dalam suatu daerah irigasi. Debit potensi
yang diandalkan guna memenuhi kebutuhan air irigasi pada suatu daerah layanan
irigasi dinyatakan dengan rumus sebagai berikut:
� Debit potensi ketersediaan
Debit potensi sungai +
debit potensi daerah irigasi
� Debit potensi andalan
(Debit terkecil +
((debit terbesar-debit terkecil) � 20%))
e.
Pembahasan Hasil Analisis Pola Tanam D.I Pemali
Pola tanam adalah suatu urutan tanam
pada sebidang lahan dalam satu tahun, termasuk didalamnya masa pengolahan
tanah. Pola tanam merupakan bagian atau sub sistem dari sistem budidaya
tanaman, maka dari sistem budidaya tanaman ini dapat dikembangkan satu atau
lebih sistem pola tanam. Hasil analisis pembahasan sistem pola tanam pada D.I
Pemali Bawah diberlakukan sistem pola tanam PADI-PADI-PADI. Pola tanam ini
diterapkan dengan tujuan memanfaatkan sumber daya secara optimal. Rumus yang
diterapkan pada perhitungan kebutuhan air untuk pola tanam adalah sebagai
berikut:
Luas daerah tanam � koefisien kebutuhan air tanaman
Diketahui:
�
Luas daerah
tanam D.I Pemali bawah adalah sebesar 25.129 Ha
�
Koefisien
kebutuhan air tanaman dapat dilihat pada tabel berikut sesuai dengan jenis
tanaman
Tabel 4.21 Koefisien
Padi
5.
Ketersediaan Dan Kebutuhan Air
Ketersediaan
air pada daerah irigasi Pemali diperoleh dari debit potensi Bendung Notog dan debit
potensi Waduk Penjalin. Dari ketersediaan air tersebut maka dapat dikatakan
bahwa kebutuhan air pada daerah irigasi Pemali ditentukan oleh tingkat
keandalan pada kedua kondisi tempat ketersediaan air tersebut.
Untuk mendapatkan hasil yang optimal dalam pemanfaatan air ini, maka
analisis kebutuhan air, khususnya air irigasi dapat dilakukan dengan beberapa
alternatif pola tanam dan jadwal tanam. Untuk rencana tata tanam D.I Pemali,
dipilih alternatif pola tanam optimalisasi lahan yang diprioritaskan untuk
padi.
Gambar 4.7 Grafik Kebutuhan dan Ketersediaaan Air pada D.I Pemali
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis pada bab-bab sebelumnya, maka kajian ini
dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Dalam
penelitian ini dilakukan analisis debit potensi pada Bendung Notog
dan Waduk Penjalin yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan irigasi dengan total
debit potensi yang tersedia berada pada volume sebesar 2.838.745.169 m3.
2.
Analisis
kebutuhan air yang dilakukan hanya sebatas pada daerah irigasi Pemali Bawah dengan
total kebutuhan air berada pada volume sebesar 564.650.352 m3 dengan
pola pembagian air secara bergilir dimulai dengan musim tanam pertama pada
bulan oktober.
3.
Pola taman yang diberlakukan pada D.I Pemali bawah berupa PADI-PADI-PADI
yang mana dinilai bahwa pola tanam tersebut dapat memberikan keuntungan
penghasilan yang lebih baik bagi para petani dan dapat memaksimalkan potensi
ketersediaan air secara optimal.
4.
Kebutuhan air irigasi D.I Pemali Bawah didapatkan dari debit potensi Bendung
Notog dan debit potensi Waduk Penjalin dimana persentase terkecil yang dapat
terpenuhi berada pada angka persentase 65% yang berarti bahwa potensi ketersediaan
air dapat mencukupi kebutuhan air yang dibutuhkan sehingga tanaman bisa tumbuh
dengan baik tanpa kekurangan air.
BIBLIOGRAFI
Ahmad Mansubun.
2016. Kajian Optimasi Pengoperasian Waduk
Malahayu Kabupaten Brebes-Jawa Tengah. Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon.
Mekiuw, Yosehi.
2010. Studi Neraca Air Waduk Lapangan
(Long Storage) Di Desa Semangga Jaya Kabupaten Merauke.
Syah, Akbar
& Fadillah Sabri. 2013. Analisis
Ketersediaan dan Pemanfaatan Air Kolong Simpur Kecamatan Pemali. Universitas Bangka Belitung.
Kurniawan,
Daud. 2014. Analisis Penyediaan Sumber
Air Bakustation Cibadak Di Kabupaten Purwakarta. Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung.
Sudinda, Teddy
W. Penentuan Parameter Model Nerca Untuk
Pulau Natuna.
Salmani &
Fakhrurrazi & M wahyudi. Analisis
Ketersediaan Air Daerah Aliran Sungai Barito Hulu dengan Menggunakan Debit
Hasil Perhitungan Metode Nerca. Politeknik Negeri Banjar Masin.
Fajry, Ruly.
2014. Analisis Optimasi Peningkatan
Kinerja Operasi Waduk Malahayu untuk Irigasi Kabupaten Brebes. Universitas Swadaya
Gunung Jati, Cirebon.
Margini,
Natasia Festi. 2011. Studi Optimasi
Pemanfaatan Air Waduk Lider Di Kabupaten Banyuwangi untuk Irigasi.
Sutaryo. 2013. Analisis Kinerja Waduk Darma Ditinjau dari
Potensi Airnya. Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon.
Triono, Husen &
Widandi Soetopo & Rispiningtati. Studi
Optimasi Lepasan Waduk Berdasarkan Tampungan Waduk Di Waduk Pejok Kabupaten
Bojonegoro untuk Irigasi dengan Algoritma Genetik. Universitas Brawijaya,
Jawa Timur.
Anonim, Pedoman Penulisan Usulan Skripsi &
Skripsi Fakultas Teknik Unswagati.
2014/2015. Universitas Swadaya Gunung Jati, Cirebon.
Standar
Perencanaan Irigasi Kriteria Perencanaan Jaringan Irigasi 01, Kementrian
Pekerjaan Umum Direktorat Jendral Sumber Daya Air 2015.
Peraturan Bupati
Tentang Pedoman Pengaturan Pola Tanam Dan Tata Tanam Di Kabupaten Brebes Tahun
2016/2017.
Permen PUPERA No.04/PRT/M/2015 Tentang Kriteria Dan Penetapan Wil.
Sungai.