������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol.4, No. 3 �Maret 2019
�
PERSEPSI
KLIEN, KELUARGA, TENAGA PROFESIONAL DAN PENGAMBIL KEBIJAKAN TENTANG RECOVERY PADA KLIEN SKIZOFRENIA �DI KECAMATAN HARJAMUKTI KOTA CIREBON
Endah Sari Purbaningsih
Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon
Email: e[email protected]
Abstrak
Klien
Skizofrenia �dalam proses recovery perlu mendapatkan
dukungan keluarga dan tenaga kesehatan serta pengambil kebijakan dalam proses
recovery yang mereka jalani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
perbedaan persepsi klien, keluarga, dan pengambil kebijakan tentang recovery
pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon. Metode
penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang melibatkan 30
klien, 30 keluarga, 42 tenaga profesional, dan 38 pengambil kebijakan sebagai
responden. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dengan distribusi
frekuensi, analisis bivariat dengan menggunakan t-test
independent dan uji multivariat dengan menggunakan uji MANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa
sebagian besar klien, keluarga, tenaga profesional dan pengambil kebijakan mempunyai
persepsi negatif terhadap recovery. Analisis bivariat didapatkan ada perbedaan
persepsi klien dengan keluarga, klien dengan tenaga profesional, klien dengan
pengambil kebijakan, keluarga dengan pengambil kebijakan dan tenaga profesional
dengan pengambil kebijakan (p
value <0,05), dan tidak ada perbedaan persepsi keluarga dengan persepsi
tenaga profesional (p value>0,05). Persepsi yang paling berbeda pada kelompok pengambil kebijakan (MD =0,678;
p<0,05). Perbedaan persepsi�
masing-masing subyek dipengaruhi oleh pengalaman. Klien sebagai survivor
mengalami langsung recovery tersebut, sehingga klien lebih mempunyai persepsi
lebih baik, namun klien tetap membutuhkan dukungan dari keluarga dan semua
pihak terkait untuk memaksimalkan 10 karakteristik recovery, sedangkan
pengambil kebijakan tidak berpengalaman langsung dalam merawat klien Skizofrenia . Persepsi yang paling berbeda adalah kelompok
pengambil kebijakan. Saran : perlu desiminasi tentang proses recovery� kepada klien dan keluarga melalui sosialisasi,
tenaga profesional melalui workshop, bimbingan tehnik dan pengambil kebijakan
melalui advokasi, workshop atau pertemuan lintas sektor lainnya.
Kata
Kunci: Keluarga, Klien, Pengambil�
Kebijakan, Persepsi Recovery, Tenaga �Profesional
Pendahuluan
Angka
kejadian seumur hidup Skizofrenia �di dunia beragam antara 4 per mil hingga 1,4%
(Lewis et al. 2001). Dalam studi pustaka disebutkan bahwa terdapat gambaran
terhadap Prevalensi Skizofrenia �adalah sebesar 1%� dari jumlah penduduk dunia (APA, 2010).� Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun
2013 melaporkan prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia
1,7 per mil. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2003, gangguan mental emosional
(depresi dan ansietas) yaitu sebanyak 11,6% dari jumlah total penduduk (sekitar
24.708.000 jiwa), sedangkan untuk gangguan jiwa berat mencapai 0,46% dari total
jumlah penduduk (1.065.000 jiwa) (Riskesdas 2007). Angka ini mengalami
peningkatan yang signifikan. Di Jawa Barat gangguan jiwa berat (Skizofrenia )
yaitu sebanyak 1,6 per mil termasuk 10 provinsi yang mempunyai kasus gangguan
jiwa berat (Skizofrenia ) yang tertinggi di Indonesia� (Depkes, 2014).��
Recovery merupakan perjalanan penyembuhan dan transformasi yang memungkinkan
seseorang dengan masalah kesehatan mental untuk menjalani hidup yang berarti
dalam komunitas dan keluarganya.� Pada
proses recovery diantara semua pihak
harus mempunyai persepsi yang sama. Seperti antara klien dengan keluarganya,
tenaga profesional maupun dengan pengambil kebijakan tentang konsep recovery.� ���Hasil penelitian kualitatif
yang dilakukan oleh Roger, et al (2013), klien �dalam proses recoverynya mempunyai persepsi bahwa
dukungan keluarga, teman sebaya sangat penting, untuk itu mereka harus
mempunyai persepsi yang sama tentang recovery,
dan klien percaya bahwa recovery
dapat dikatakan berhasil jika klien tuntas dalam menjalani terapi dan memiliki
pekerjaan tetap.
Berdasarkan
hasil studi pendahuluan dapat tergambar bahwa proses recovery pada klien Skizofrenia �belum berjalan. Stigma masyarakat yang muncul
dapat memperburuk kondisi klien dengan gangguan mental, seperti yang
diungkapkan oleh Longden (2010) dalam Suryani (2014) bahwa stigma dapat
berlangsung secara turun temurun dengan berbagai macam opini yang muncul bahwa
orang�orang dengan gangguan jiwa tidak dapat melakukan apapun, mendapat sikap
penolakan dari masyarakat, penyakit seumur hidup yang harus konsumsi obat
setiap hari selama hidupnya.
Tujuan
dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi klien, keluarga
dan pengambil kebijakan tentang recovery
pada klien Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian yang digunakan adalah� survey sedangkan� metodenya adalah kuantitatif analitik dan
rancangan studi perbandingan (comparative), merupakan jenis penelitian
yang bersifat untuk membedakan� antara
variabel yang masih sama� tetapi untuk
sampel yang lebih dari satu (Sugiyono, 2013).
Analisis
data pada peneltiian ini meliputi Analisis univariat
dengan pengkategorian persepsi positif dan persepsi negatif menggunakan nilai mean karena data berdistribusi normal
setelah membagi nilai Skewness dengan SE Skewness yaitu
0,147/0.427 hasilnya < 2. Persepsi positif jika skewness >2, dan
persepsi negatif jika skewness < 2. Analisis bivariat bertujuan untuk
melihat perbedaan persepsi antara klien Skizofrenia , keluarga klien,
tenaga profesional dan pengambil kebijakan tentang recovery di kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Pengujian perbedaan
persepsi ini dilakukan dengan uji t independent. Untuk melakukan analisis tersebut,
skala ordinal (parametrik) pada
variabel ditransformasikan terlebih dahulu ke data interval (non parametrik) dengan menggunakan Methode Succesivve interval (MSI) (Riduwan
& Kuncoro, 2007). Analisis
multivariat dalam penelitian ini menggunakan Multivarat Analisys Of� Variance
(MANOVA). Untuk melihat kelompok yang paling berbeda dilanjutkan dengan
menggunakan uji pairwise comparison.
Hasil dan Pembahasan
1.
Persepsi Klien Tentang Tentang Recovery
Pada Klien Skizofrenia �Di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel
1 Distribusi frekuensi Persepsi klien tentang recovery (n=30)
NO |
Persepsi Klien Tentang Recovery |
N |
% |
1 |
Persepsi
Negatif |
17 |
56,7 |
2 |
Persepsi
Positif |
13 |
43,3 |
�Lebih dari setengahnya responden mempunyai
persepsi yang negatif tentang Recovery
(56,7%) dari jumlah total 30 responden, dan terdapat 13 responden (43,3%)� yang mempunyai persepsi positif tentang recovery.
Tabel 2 Distribusi frekuensi Persepsi klien berdasarkan sub
variabel tentang recovery (n=30)
NO |
Persepsi Klien Tentang Recovery |
Negatif |
Positif |
|
||
n |
% |
N |
% |
|||
1 |
Self
determination |
16 |
53,3 |
14 |
46,7 |
|
2 |
Individualized
and person centered |
20 |
66,7 |
10 |
23,8 |
|
3 |
Empowerment |
20 |
66,7 |
10 |
23,8 |
|
4 |
Holistic |
7 |
23,3 |
23 |
76,7 |
|
5 |
Non
Linier |
10 |
33,3 |
20 |
66,7 |
|
6 |
Strenghts
base |
8 |
26,7 |
22 |
73,3 |
|
7 |
Peer
Support |
3 |
10,0 |
27 |
90,0 |
|
8 |
Respect |
9 |
30,0 |
21 |
70,0 |
|
9 |
Responsibility |
9 |
30,0 |
21 |
70,0 |
|
10 |
Hope |
5 |
16,7 |
25 |
83,3 |
|
11 |
Moratorium |
6 |
20,0 |
24 |
80,0 |
|
12 |
Awareness |
6 |
20,0 |
24 |
80,0 |
|
13 |
Preparation |
8 |
26,7 |
22 |
73,3 |
|
14 |
Re
building |
11 |
36,7 |
19 |
63,3 |
|
15 |
Growth |
11 |
36,7 |
19 |
63,3 |
|
Sebagian
besar dari responden mempersepsikan secara negatif 2 dari 10 karakteristik dan
tahapan recovery yaitu� individualized
and person centered dan empowerment (66,7%)
dari 30
responden. Setengah dari responden mempersepsikan self determination� secara �negatif (53,3% ) dari 30 responden.
2.
Persepsi keluarga tentang recovery
pada klien� Skizofrenia �Kecamatan Harjamukti di Kota Cirebon.
Tabel
3 Distribusi Frekuensi Persepsi Keluarga Klien Tentang recovery (n=30)
NO |
Persepsi Keluarga Klien Tentang Recovery |
N |
% |
1 |
Persepsi� Negatif |
16 |
53,3 |
2 |
Persepsi� Positif |
14 |
46,7 |
�Lebih dari setengahnya responden mempunyai
persepsi yang negatif tentang Recovery
(53,3%) dari jumlah total 30 responden,
dan terdapat 14 responden (46,7%)� yang
mempunyai persepsi positif tentang recovery.
Tabel 4 Distribusi frekuensi Persepsi Keluarga berdasarkan sub
variabel tentang recovery (n=30)
NO |
Persepsi
Klien Tentang Recovery |
Negatif |
Positif |
||
n |
% |
n |
% |
||
1 |
Self
determination |
3 |
10,0 |
27 |
90,0 |
2 |
Individualized
and person centered |
2 |
6,7 |
28 |
93,3 |
3 |
Empowerment |
2 |
6,7 |
28 |
93,3 |
4 |
Holistic |
19 |
63,3 |
11 |
26,2 |
5 |
Non Linier |
20 |
66,7 |
10 |
33,3 |
6 |
Strenghts
base |
18 |
60,0 |
12 |
40,0 |
7 |
Peer Support |
23 |
76,7 |
7 |
23,3 |
8 |
Respect |
11 |
36,7 |
19 |
63,3 |
9 |
Responsibility |
24 |
80,0 |
6 |
20,0 |
10 |
Hope |
18 |
60,0 |
12 |
40,0 |
11 |
Moratorium |
25 |
83,3 |
5 |
16,7 |
12 |
Awareness |
20 |
66,7 |
10 |
33,3 |
13 |
Preparaiom |
19 |
63,3 |
11 |
26,2 |
14 |
Re building |
21 |
70,0 |
9 |
30,0 |
15 |
Growth |
22 |
73,3 |
8 |
26,7 |
�Sebagian besar dari responden� mempersepsikan secara negatif� karakteristik dan tahapan recovery
3.
Persepsi tenaga profesional�
tentang recovery pada
klien� Skizofrenia �di �Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon.
Tabel 5 Distribusi Frekuensi
Persepsi Tenaga Profesional Tentang recovery
(n=42)
NO |
Persepsi
Tenaga profesi Tentang Recovery |
n |
% |
1 |
Persepsi� Negatif |
22 |
52,4 |
2 |
Persepsi Positif |
20 |
47,6 |
�Lebih dari setengahnya responden mempunyai
persepsi yang negatif tentang Recovery
(52,4%) dari jumlah total 42 responden, dan terdapat 20 responden (47,6%)� yang mempunyai persepsi� positif tentang recovery.
Tabel 7 Distribusi frekuensi Persepsi tenaga profesional
berdasarkan sub variabel tentang recovery
(n=42)
NO |
Persepsi Klien Tentang Recovery |
Negatif |
Positif |
||
n |
% |
n |
% |
||
1 |
Self determination |
29 |
69,0 |
13 |
31,0 |
2 |
Individualized and person centered |
2 |
4,8 |
40 |
95,2 |
3 |
Empowerment |
8 |
19,0 |
34 |
81,0 |
4 |
Holistic |
11 |
26,2 |
31 |
73,8 |
5 |
Non Linier |
5 |
11,9 |
37 |
88,1 |
6 |
Strenghts
base |
1 |
2,4 |
41 |
97,6 |
7 |
Peer Support |
3 |
7,1 |
39 |
92,9 |
8 |
Respect |
24 |
57,1 |
18 |
42,9 |
9 |
Responsibility |
31 |
73,8 |
11 |
26,2 |
10 |
Hope |
19 |
45,2 |
23 |
54,8 |
11 |
Moratorium |
26 |
61,9 |
16 |
38,1 |
12 |
Awareness |
26 |
61,9 |
16 |
38,1 |
13 |
Preparation |
35 |
83,3 |
7 |
16,7 |
14 |
Re building |
26 |
61,9 |
16 |
38,1 |
15 |
Growth |
22 |
52,4 |
20 |
47,6 |
Sebagian besar dari responden� mempersepsikan secara negatif� karakteristik dan tahapan recovery .
4.
Persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia
�di Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon.
Tabel 8 Distribusi Frekuensi Persepsi Pengambil kebijakan Tentang recovery (n=38)
NO |
Persepsi
pengambl kebijakan Tentang Recovery |
n |
% |
1 |
Persepsi� Negatif |
24 |
63,2 |
2 |
Persepsi� Positif |
14 |
36,8 |
Lebih dari setengahnya responden
mempunyai persepsi yang negatif tentang Recovery
(63,3%) dari jumlah total 38 responden, dan terdapat 14 responden (36,8%)� yang mempunyai persepsi� positif tentang recovery.
Tabel 9 Distribusi frekuensi Persepsi Pengambil Kebijakan
berdasarkan sub variabel tentang recovery
(n=38)
NO |
Persepsi
Pengambil Kebijakan Tentang Recovery |
Negatif |
Positif |
||
n |
% |
n |
% |
||
1 |
Self
determination |
20 |
52,6 |
18 |
47,4 |
2 |
Individualized
and person centered |
22 |
57,9 |
16 |
42,1 |
3 |
Empowerment |
22 |
57,9 |
16 |
42,1 |
4 |
Holistic |
10 |
26,3 |
28 |
73,7 |
5 |
Non Linier |
29 |
76,3 |
9 |
23,7 |
6 |
Strenghts
base |
22 |
57,9 |
16 |
42,1 |
7 |
Peer Support |
12 |
31,6 |
26 |
68,4 |
8 |
Respect |
23 |
60,5 |
15 |
39,5 |
9 |
Responsibility |
7 |
18,4 |
31 |
81,6 |
10 |
Hope |
3 |
7,9 |
35 |
92,1 |
11 |
Moratorium |
17 |
44,7 |
21 |
55,3 |
12 |
Awareness |
7 |
18,4 |
31 |
81,6 |
13 |
Preparation |
23 |
60,5 |
15 |
39,5 |
14 |
Re building |
8 |
21,1 |
30 |
78,9 |
15 |
Growth |
13 |
34,2 |
25 |
65,8 |
Sebagian
besar dari responden� mempersepsikan
secara negatif� karakteristik dan tahapan
recovery
5.
Perbedaan persepsi klien dengan keluarga tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel
10 Distribusi Rata-Rata Persepsi Keluarga Tentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Klien
Persepsi
Klien |
Mean |
SD |
SE |
p value |
n |
Negatif |
2,33 |
0,14 |
0,34 |
0,001 |
17 |
Positif |
2,59 |
0,24 |
0,66 |
|
13 |
Ada
perbedaan� yang signifikan antara
persepsi klien dengan persepsi keluarga tentang recovery pada klien� Skizofrenia
�di Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon.
6.
Perbedaan persepsi� klien
dengan tenaga profesional tentang recovery
pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel
11. Distribusi Rata-Rata Persepsi Tenaga Profesional Tentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi
Klien
Persepsi
Klien |
Mean |
SD |
SE |
p value |
n |
Negatif |
2,39 |
0,26 |
0,06 |
0,016 |
17 |
Positif
|
2,87 |
0,59 |
0,16 |
|
13 |
Ada
perbedaan� yang signifikan antara
persepsi klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klien� Skizofrenia
�di Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon.
7.
Perbedaan persepsi klien dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel 12. Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil Kebijakan Tentang
Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi
Klien
Persepsi
Klien |
Mean |
SD |
SE |
p value |
n |
Negatif |
2,30 |
0,33 |
0,08 |
0,000 |
17 |
Positif
|
3,02 |
0,36 |
0,10 |
|
13 |
Ada perbedaan� yang signifikan antara persepsi klien dengan
persepsi pengambil kebijakan tentang recovery
pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
8.
Perbedaan persepsi keluarga dengan tenaga profesional tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel 13 Distribusi Rata-Rata Persepsi Tenaga Profesional� Tentang Recovery
Dibandingkan Dengan Persepsi Keluarga
Persepsi
Keluarga |
Mean |
SD |
SE |
p value |
n |
Negatif |
2,53 |
0,53 |
0,13 |
0,432 |
16 |
Positif
|
2,68 |
0,45 |
0,12 |
|
14 |
Tidak
ada perbedaan� yang signifikan antara
persepsi keluarga klien dengan persepsi tenaga
profesional tentang recovery pada
klien Skizofrenia �di Kecamatan
Harjamukti Kota Cirebon.
9.
Perbedaan persepsi keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel 14. Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil Kebijakan� Tentang Recovery
Dibandingkan Dengan Persepsi Keluarga
Persepsi
Keluarga |
Mean |
SD |
SE |
p value |
N |
Negatif |
2,39 |
0,38 |
0,095 |
0,008 |
16 |
Positif
|
2,86 |
0,50 |
0,13 |
|
14 |
Ada
perbedaan yang signifikan antara persepsi keluarga dengan persepsi� pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.
10.
Perbedaan persepsi tenaga profesional dengan pengambil kebijakan
tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel 15 Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil Kebijakan� Tentang Recovery
Dibandingkan Dengan Persepsi Tenaga Profesional
Persepsi�� |
Mean |
SD |
SE |
p value |
N |
Negatif |
2,22 |
0,17 |
0,037 |
0,000 |
21 |
Positif
|
3,04 |
0,27 |
0,061 |
|
17 |
Ada
perbedaan� yang signifikan antara
persepsi tenaga profesional dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia
�di Kecamatan Harjamukti Kota
Cirebon.
11.
Perbedaan persepsi klien, keluarga, tenaga profesional dan� pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Tabel 16. Distribusi perbedaan�
rata-rata persepsi klien,�
keluarga tenaga profesi� dan
pengambil kebijakan tentang recovery
Dependent variable |
Sig. |
Partial eta
squared |
|
Persepsi klien |
|
.119 |
.085 |
Persepsi kel klien |
|
.077 |
.107 |
Persepsi pengambil kebijakan |
|
.000 |
.433 |
Persepsi tenaga profesi |
|
.004 |
.266 |
Uji
lanjutan dengan menggunakan tekhnik Pairwise Comparisons (benferoni) menunjukan bahwa� yang paling berbeda pada keempat
kelompok� yang diteliti adalah kelompok
pengambil kebijakan (MD =0,678; p < 0,05).
12.
Persepsi Klien tentang Recovery Pada Skizofrenia �Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Persepsi
merupakan hasil dari dari sebuah proses, bagaimana dalam membedakan antara
stimulus dan bagaimana cara menginterpretasikan dari beberapa stimulus yang
diterima (Clifford, 2011). Berdasarkan pengalaman klien selama menderita Skizofrenia
�hingga akhirnya memasuki proses recovery, terjadi beberapa pembelajaran
dalam hidupnya yang berpengaruh besar terhadap persepsi yang dimilikinya akan recovery dan masa depan.
Recovery seperti yang
dikatakan oleh Anthony (1993) merupakan suatu bentuk pemulihan yang sangat
pribadi, proses unik untuk mengubah tingkah laku, nilai-nilai, perasaan,� tujuan, keterampilan dan atau peran
seseorang. Seperti yang terdapat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa
lebih dari setengahnya (56,7%) responden memiliki persepsi negatif terutama pada
beberapa karakteristik dari recovery
seperti Individualized and person
centered dan Empowerment. Karakteristik
tersebut �merupakan karakteristik dari proses recovery yang harus dimiliki oleh klien.
Individualized and person centered merupakan
suatu proses recovery yang bersifat
individu dan berpusat pada diri sendiri.
Secara
keseluruhan dari proses recovery,
klien juga menyadari bahwa semuanya bersifat non linier, yaitu dalam recoverynya
klien akan mengalami fase dimana akan terjadi suatu kemunduran. Namun dari
setiap kemunduran yang dialaminya akan menjadikan sebuah pengalaman hingga
dapat menjadi suatu perubahan positif, klien dapat mengidentifikasi gejala
kekambuhannya dan juga cara mengatasinya. �
Hasil
penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Pearson.,et.al (2008) menjelaskan hal
dalam recovery, 8 partisipan dengan schizophrenia mengatakan bahwa recovery dapat dikatakan tercapai jika
mereka berhenti dalam pengobatan, mengontrol dan mengendalikan diri, memiliki
pekerjaan, mandiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendapatkan dukungan
dari keluarga dan teman-teman.
13.
Persepsi Keluarga Tentang Recovery Pada Skizofrenia Di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Persepsi negatif yang dimiliki oleh
keluarga tentang recovery pada klien
dengan Skizofrenia dapat menjadi faktor penghambat
klien dalam proses recoverynya. Hasil
penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya responden (53,3%) memiliki
persepsi negatif. Seperti terlihat pada hasil penelitian ini dimana keluarga
memiliki persepsi yang negatif dengan prosentasi yang tinggi tentang hope. Ketika keluarga sudah tidak
mempunyai harapan (hope). Harapan
sebuah aspek penting dalam proses recovery.
Recovery akan� mustahil jika tanpa berharap, karena harapan
akan dapat mempertahankan klien maupun keluarga untuk bermotivasi dan harapan
merupakan suatu pendukung dalam mempertahankan hidup.
Keluarga yang mempunyai persepsi
negatif tentang proses recovery yang
meliputi holistic, strenght base, non
linier dan empowerment dapat
terjadi karena persepsi yang negatif terhadap harapan yang dimiliki keluarga
tersebut, sehingga dapat menjadi sebuah kemungkinan bahwa proses recovery bukanlah sebuah proses yang non linier, karena keluarga tidak
menginginkan klien mengalami kekambuhan sehingga keluarga berasumsi klien tidak
akan pernah bisa sembuh, seperti yang diungkapkan oleh Davidson et.al, (2009)
dan� Shepherd, (2009) sebagian orang
berpendapat recovery berarti �Sembuh
dari sakit�.
14.
Persepsi Tenaga Profesional tentang Recovery Pada Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
�Pada hasil penelitian ini menunjukkan lebih
dari setengahnya responden (52,4%) memiliki persepsi negatif. Persepsi negatif
yang ditunjukkan terhadap karakteristik proses recovery seperti tentang self
determination, respect, responsibility,
dan �hope. Peran tenaga profesional terhadap klien Skizofrenia �bukan hanya sekedar cure, tetapi harus berperan serta dalam� proses recovery
dengan� melibatkan klien untuk
bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam proses pemulihannya. Harapan (hope) juga harus diberikan oleh tenaga
profesional kepada klien sebagai motivator utama dalam proses recoverynya.
Persepsi negatif juga terdapat dalam
5 tahapan recovery yaitu moratorium,awareness, preparation, rebuilding, growth �merupakan tahap akhir dari recovery.
Berdasarkan tingkat� pendidikan yang melatarbelakangi tenaga
profesional tersebut, mereka memberikan persepsi yang positif juga pada proses recovery tentang non linier, dimana mereka memahami bahwa pada klien dengan Skizofrenia
�terdapat gejala sisa, dengan keadaan
suatu saat klien tersebut akan mengalami kemunduran, namun dari kemunduran
tersebut klien akan mengalami pergerakan maju menuju ke arah yang lebih baik. �
Perawat dan petugas kesehatan lainnya
memainkan peran penting dalam mempromosikan recovery
klien Skizofrenia. Untuk itu mereka harus mengembangkan pengetahuan,
sikap dan keerampilannya untuk lebih memberikan perawatan dengan berorientasi
pada recovery (Chetta, Curtis, Deane.
2009).
15.
Persepsi Pengambil Kebijakan�
Tentang Recovery Pada Skizofrenia
�Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
�Kebijakan merupakan sebuah prinsip atau
pedoman untuk melakukan tindakan yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan
keputusan. Pengambil kebijakan merupakan suatu proses kognitif yang tidak
tergesa-gesa tediri dari rangkaiann tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus
dan dipadukan untuk menghasilkan ketepan serta ketelitian dalam menyelesaikan
masalah dan memulai tindakan (Gullies, 2006).
Persepsi negatif (63,2%) yang
dimiliki oleh pengambil kebijakan tentang proses recovery pada klien Skizofrenia lebih
dari setengahnya dari 10 karakteristik recovery
dan 5 tahapan recovery, diantaranya adalah self determination, individualized and
person centered, empowerment, non linier, stenght base, respect, moratorium,
preparation, growth. Persepsi negatif terhadap karakteristik tersebut memunculkan
pendapat bahwa pengambil kebijakan yang sebagian besar adalah Ketua RW (Rukun
Warga) belum mengenali atau memahami proses recovery
pada klien Skizofrenia. Bahkan cenderung masih terdapat stigma. Drapalsky,
et.al (2013) menggambarkan bahwa stigma pada seorang gangguan jiwa yang serius
(Skizofrenia) dapat menyebabkan klien tersebut menjadi seeorang dengan
harga diri rendah, self efficacy
rendah, sehingga upaya recovery pun
menjadi terhambat.
Beberapa kebijakan dalam proses recovery dapat dilakukan melalui
berbagai pendekatan seperti melalui edukasi, keterlibatan klien/keluarga, selanjutnya
adalah consumer run service, yaitu
satu bentuk ideologi gerakan konsumen, manajemen pencegahan kekambuhan, dan
terakhir pengurangan stigma, karena bagi banyak klien stigma ini
diinternalisasi dan memberikan kontribusi untuk proses melemahkan menjadi
�Klien sakit jiwa� (Deegan, 1990).
16.
Perbedaan persepsi klien dengan keluarga tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata keluarga yang mempunyai
persepsi negatif adalah 2,33 dan�
keluarga dengan persepsi positif adalah 2,59 dengan hasil uji statistik
diperoleh� nilai p value = 0,001 yang berarti�
terdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu
terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan keluarga tentang recovery pada klien Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Perbedaan persepsi antara klien
dengan keluarga terletak dimana keluarga belum mempunyai harapan yang besar
terhadap klien akan recovery klien.
Karena keluarga berpendapat sembuh yang dimaksud adalah sembuh tanpa ada kambuh
setelah minum obat dari petugas kesehatan. Perbedaan
persepsi� klien dengan tenaga profesional
tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata tenaga profesional� yang mempunyai persepsi negatif adalah 2,39
dan� tenaga profesional dengan persepsi
positif adalah 2,87 dengan hasil uji statistik diperoleh� nilai p value = 0,016 yang berarti� terdapat perbedaan yang signifikan antara
persepsi klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu
terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan tenaga� profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Perbedaan antara persepsi klien
dengan tenaga profesional terjadi oleh karena adanya dukungan yang diberikan
oleh tenaga profesional. �Persepsi
negatif yang ditunjukkan oleh tenaga profesional terhadap klien pada
karakteristik respect, responsibility dan hope, menyiratkan adanya sikap pesimis
terhadap recovery pada klien Skizofrenia.
Karena jika tenaga profesional tidak memberikan harapan kepada klien bahwa
klien dapat pulih dan menjadi seorang survivor
maka klien tidak akan merasakan energi positif yang diberikan oleh tenaga
profesional sebagai pemberi pelayanan kesehatan.
17.
Perbedaan persepsi klien dengan�
pengambil kebijakan tentang recovery
pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata pengambil kebijakan� yang mempunyai persepsi negatif adalah 2,30
dan� pengambil kebijakan dengan persepsi
positif adalah 3,02 dengan hasil uji statistik diperoleh� nilai p
value = 0,000 yang berarti� terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi pengambil
kebijakan tentang recovery pada klien
Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu
terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan pengambil kebijakan� tentang recovery
pada klien Skizofrenia �di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Persepsi yang berbeda antara klien
dengan pengambil kebijakan, banyak disebabkan oleh beberapa faktor yang
berperan dari persepsi. Seperti adanya objek yang diamati, alat
indera (reseptor) dan adanya perhatian, perhatian merupakan langkah awal sebagai
suatu persiapan dalam suatu persepsi, tanpa adanya perhatian maka persespsi
tidak akan terbentuk (Walgito, 2002).
Perbedaan persepsi yang terdapat
antara klien dengan pengambil kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah
terlihat pada karakteristik recovery
dan tahapan recovery seperti non linier, strenght base, respect, dan preparation. Pada kondisi perbedaan
persepsi ini seperti� pada karakteristik non linier, menimbulkan asumsi bahwa
klien dengan Skizofrenia �tidak
akan bisa sembuh atau normal kembali. Untuk karakteristik respect dengan persepsi negatif pada pengambil kebijakan
menimbulkan asumsi bahwa pengambil kebijakan memandang sebelah mata pada klien dengan Skizofrenia.
Sedangkan persepsi negatif pada karakteristik recovery� strenght base dan
tahapan recovery pada tahap preparation
mengindikasikan bahwa pengambil kebijakan tidak mendukung pada proses recovery klien Skizofrenia. Strenght base adalah membangun kekuatan
klien dalam
memulai hidup baru dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki klien. Preparation merupakan tahapan recovery, dimana klien memulai recoverynya dengan memutuskan untuk
bekerja sesuai dengan kemampuan, rehabilitasi, berinteraksi dengan orang lain
(Andresen, Caputi & Oades, 2006).
18.
Perbedaan persepsi keluarga dengan tenaga profesional tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata tenaga profesional� berdasarkan persepsi negatif keluarga adalah
2,53 dan� tenaga profesional berdasarkan
persepsi positif keluarga adalah 2,68 dengan hasil uji statistik diperoleh� nilai p
value = 0,016 yang berarti� terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi tenaga
profesional tentang recovery pada
klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini,
yaitu terdapat perbedaan persepsi antara keluarga dengan tenaga profesional
tentang recovery pada klien Skizofrenia
di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Perbedaan persepsi antara keluarga
dengan tenaga profesional adalah terletak dimana keluarga lebih menekankan pada
pengobatan yang diupayakan keluarga dengan membawa klien ke sarana pelayanan
kesehatan adalah mempunyai hasil berupa kesembuhan yaitu sembuh tanpa mengalami
relaps. Karena kondisinya ternyata
tidak sesuai dengan harapan, keluarga akhirnya merasa lelah, merasa sia-sia
dengan pengorbanan yang dilakukan baik uang, waktu. Persepsi negatif keluarga
tersebut berdampak pada persepsi tenaga profesional yang memandang bahwa klien
tidak bisa mempunyai tanggung jawab pada diri sendiri (responsibility), tidak menghargai klien seperti yang lainnya,
stigma bahwa klien adalah orang dengan cacat mental.
Perbedaan ini akan mempunyai dampak
pada klien. Karena pada proses recovery dibutuhkan
adanya dukungan,
baik dari keluarga, teman-teman, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Seperti yang
diungkapkan oleh Behan & Helen (2010) bahwa persepsi dan sikap negatif dari
masyarakat, keluarga, tenaga profesional dapat berpengaruh pada proses recovery, persepsi dan sikap yang
negatif disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang proses recovery.� Proses recovery
dikatakan oleh Noiseux, Ricard (2010) bahwa recovery adalah sebuah proses yang melibatkan intrinsik, terutama
kemajuan non linier yang diperoleh
dari peran klien dibantu oleh keluarga, tenaga profesional untuk membangun
kembali rasa percaya dirinya, meningkatkan kesejahteraan pada semua tingkatan
biopsikososial.
19.
Perbedaan persepsi keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata pengambil kebijakan� berdasarkan persepsi negatif keluarga adalah
2,39 dan� pengambil kebijakan berdasarkan
persepsi positif keluarga adalah 2,86 dengan hasil uji statistik diperoleh� nilai p
value = 0,008 yang berarti� terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi keluarga dengan persepsi pengambil
kebijakan tentang recovery pada
klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini,
terdapat perbedaan persepsi antara keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Perbedaan persepsi yang terjadi
antara keluarga dengan pengambil kebijakan adalah pada karakteristik dan
tahapan recovery. Keluarga memiliki
persepsi negatif pada karakteristik dan tahapan recovery seperti holistic,
strenght base, non linier, hope, peer support, responsibility, moratorium,
awareness, preparation, rebuilding, growth. Persepsi negatif tersebut
terjadi karena hampir seluruhnya keluarga klien memiliki latar belakang
pendidikan kurang. Selama peneliti berkomunikasi dengan keluarga, hanya� kurang dari separuhnya (40%) keluarga
memiliki Hope (harapan) yang tinggi
untuk kesembuhan klien, dengan asumsi harapan keluarga adalah klien dapat
sembuh total, tidak ada relaps, bukan bersifat non linier. Namun pada kenyataannya klien tersebut suatu saat
terjadi relaps.
Persepsi negatif tentang recovery pada klien Skizofrenia �dari pengambil kebijakan adalah terdapat pada
karakteristik dan tahapan recovery tentang
self determination, individualized and
person centered, empowerment, non linier, strenght base, respect, preparation. Persepsi
negatif timbul dapat disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan serta
pemahaman dari pengambil kebijakan tentang proses recovery.
Perbedaan persepsi antara keluarga
dengan pengambil kebijakan adalah terletak dimana keluarga lebih menekankan
pada klien harus mandiri dengan kemampuan yang ada pada diri klien sehingga
tidak menimbulkan beban yang lebih besar lagi bagi keluarga, dan keluarga juga
melindungi hak-hak klien dari diskriminasi, membangun rasa percaya diri klien
dalam komunitas (respect). Sedangkan
pengambil kebijakan lebih menekankan pada hope
dan holistic. Bahwa untuk mencapai recoverynya klien harus mempunyai
harapan yang tinggi dan juga melalui terapi yang holistik, klien juga harus
bertanggungjawab pada recoverynya.
Karena klien dengan Skizofrenia atau gangguan jiwa dapat menjadi beban
bagi pemerintah.
20.
Perbedaan persepsi tenaga
profesional dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia
�di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Rerata berdasarkan pengambil
kebijakan persepsi negatif tenaga profesional� adalah
2,22 dan� berdasarkan pengambil kebijakan
persepsi positif�� tenaga profesional
adalah 3,04 dengan hasil uji statistik diperoleh� nilai p
value = 0,000 yang berarti� terdapat
perbedaan yang signifikan antara persepsi��
tenaga profesional dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia.
Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, terdapat perbedaan persepsi
antara tenaga profesional
dengan pengambil kebijakan tentang recovery
pada klien Skizofrenia �di
Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.
Perbedaan persepsi antara tenaga
profesional dengan pengambil
kebijakan adalah terletak dimana pengambil kebijakan menganggap bahwa klien Skizofrenia
�tidak akan pernah bisa sembuh, orang
yang tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi pengambil kebijakan mempunyai harapan
untuk klien Skizofrenia �tersebut
untuk bisa sembuh jika mau klien tersebut mau berobat. Sedangkan� tenaga profesional memandang klien tidak
mempunyai tanggung jawab atas kesembuhan/recoverynya,
karena tidak adanya dukungan dari keluarga maupun pengambil kebijakan.
Persepsi sebuah sebuah proses secara
aktif setiap individu dalam�
mengelompokkan dan memberikan makna atas informasi yang diperoleh menjadi sinyal
neural yang sangat berarti. Karena persepsi dapat mendukung��� seseorang dalam bersikap. Perbedaan
persepsi antara tenaga profesional dan pengambil kebijakan menimbulkan dampak
hambatan dalam proses recovery. Karena
banyak program terkait usaha kesehatan jiwa masyarakat yang tidak berjalan
akibat dari tidak adanya dukungan dari pengambil kebijakan (pemerintah).
21.
Perbedaan persepsi klien, keluarga, tenaga profesional dan� pengambil kebijakan tentang recovery pada klien� Skizofrenia �di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
Hasil penelitian menunjukkan dari
keempat kelompok, pengambil kebijakan merupakan kelompok yang paling berbeda
dengan Mean Difference (MD) =0,678; P
<0,05. Kelompok kedua yang berbeda adalah tenaga profesional dengan MD
=0,528; P<0,05.
Persepsi tentang recovery dipengaruhi oleh faktor
psikologis dan faktor yang paling penting adalah faktor ekspektansi dari
penerima informasi itu sendiri yang memberikan perceptual set atau mental
set yang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ketersediaan informasi sebelumnya,;
kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Faktor pikologis lain yang berpengaruh
dalam persepsi adalah emosi. Emosi akan mempengaruhi seseorang dalam menerima
dan mengolah pesan. Selanjutnya adalah impresi, yaitu stimulus yang menonjol
akan lebih mempengaruhi persepsi seseorang. Seperti� klien yang mempunyai hope yang ada dalam dirinya untuk dapat bisa pulih, karakteristik recovery yang non linier. Faktor yang terakhir adalah konteks. Dalam konteks yang
terkait adalah sosial, budaya, lingkungan. Dalam hal ini konteks adalah sebagai
dasar bagaimana seseorang menentukan figure
tersebut dipandang. Adakalanya pada satu figure
yang sama, tetapi dalam dasar yang berbeda maka akan menimbulkan persepsi yang
berbeda pula (Rakhmat, 2007).
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebagian
besar dari seluruh kelompok mempunyai persepsi negatif tentang recovery pada klien Skizofrenia.
Persepsi negatif pada kelompok klien terdapat pada karakteristik self determination, individualized and
person centered dan empowerment.
Persepsi negatif pada kelompok keluarga terdapat pada holistic, non linier, strenght base, peer support, responsibility
dan hope. Persepsi negatif pada
kelompok tenaga profesional terdapat pada karakteristik self determination, respect, responsibility, dan 5 tahapan
recovery. Persepsi negatif pada kelompok pengambil kebijakan� terdiri dari karakteristik self determination, individualized and
person centered, empowerment, non linier, strenght base, respect.
�Perbedaan persepsi tentang recovery
pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon
ditemukan pada kelompok klien dengan keluarga (p value=0,001), klien dengan tenaga profesional (p value=0,016), klien dengan pengambil
kebijakan (p value=0,000), keluarga
dengan pengambil kebijakan (p value=0,008)
dan tenaga profesional dengan pengambil kebijakan (p=0,000), dan tidak ada perbedaan persepsi keluarga dengan persepsi
tenaga profesional (p value=0,432).
Persepsi yangpaling berbeda adalah terdapat pada kelompok pengambil kebijakan (MD =0,678; p < 0,05).
BIBLIOGRAFI
American Psychological Association. 2010. Publication Manual of the American Psychological. Washington;DC.
American Psychological Association.
Alan, Bellack S. 2006.
Scientific and Consumer Models of
Recovery in Schizophrenia: Concordance, Conrast, and Implications.
Schizophrenia Bulletin Vol. 32 no. 3.pp. 432-442,2006.
Doi:10.1093/schbul/sbj044 Advance Access Publication on February 3, 2006.
Andresen R, Oades L, Caputi P. 2003.� The
Experience Of Recovery From Schizophrenia: towards an empirically validated
stage mode.
Anthony William, A S. 1993. Recovery
From Mental Illness: The Guiding Vision of the Mental health Service System in
the 1990s. Reprinted from Psychososial Rehabilitation Journal, 1993, 16(4),
11-23.
Badan Litbangkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF
diakses tanggal 19 Maret 2015.
Chetta, Jannete Curtis, FrankDeane. 2009. Nurse�s Perceptions and Practises Regarding Recovery From
Schizophrenia: A Descriptive Qualitative Study. Journalof Health Science
Volume 3 No.1 : January-June 2009.��
Deegan, P. E. 1990. How Recovery Begins. Presented at the
Eighth Annual Education Conference of the Alliance for the Mentally Ill of New
York State, Binghamton, New York.
Noiseux, Corin, Tribbble.,et al. 2010.� The
Process of Recovery of People with Mental Illness: the Perspectives of
Patients, Family Members and Care Providers:Part 1. Open Access Research
Article. BMC Health Serv Res.
2010 Jun 11;10:161. doi: 10.1186/1472-6963-10-161�
Pearson.,Lam.,Law.,Chiu.,Chen EY. 2008. What Does recovery From Schizophrenia? Perception of Long Term Patients.
IntJ Soc Psychiatry. 2008;Mar;54(2):118-30.
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2014. Profil Kesehatan Jawa
Barat Tahun 2014. Dinas Kesehatan Propinsi�
Jawa Barat. Bandung. http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/408
diakses tanggal 14 Februari 2015
Riduwan, Kuncoro. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika.
Bandung. Alfabeta.
Roger M.K.,Veronica P.,MayLam.,Lam,C.W., Chiu Cindy P.Y.,Chen,E.Y.H.
2013. What Does Recovery From
Schizophrenia Mean? Perceptions of Long-Term Patients .
Shepherd G.,Boardman J., Slade,M. 2010. Policy Making Recovery a Reality. Sainsbury Centre for Mental Health.
Substance abuse and
mental health sservices administration 2011-2014 (SAMHSA 2011-2014). Leading
Change a Plan for SAMHSA�s Role and Actions 2011-2014 SupportPub.No (SMA)
11-4629. http://www.samhsa.gov/recovery
diakses tanggal 10 Februari 2015
Sugiyono. 2013.� Statistika
Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.
Stuart,G.W. 2009. Principle
and Practise of Psychiatric Nursing. Tenth Edition. Elsevier Mosby.
Suryani. 2014.� Client Centered in Recovery: trend Dalam
Pelayanan Kesehatan Jiwa. Proceeding Seminar Nasional dan Workshop Pendekatan
Keperawatan Holistik Berbasis Bukti Untuk Menjawab Tantangan Kesehatan Jiwa
Terkini. Bandung. Universitas Padjadjaran. diakses tanggal 10 Februari 2015.
Unumeri Godwin Ogheneochuko. 2009. Perception and Conflict.� National Open University Of Nigeria. �
U.S. Department of Health and Human Services (USDHHS). National Consensus Statement and Mental
Health Recovery. Rockville,MD.2006.�
USDHHS, SAMSHA, CMHS.