������ Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

������ e-ISSN : 2548-1398

������ Vol.4, No. 3 Maret 2019

PERSEPSI KLIEN, KELUARGA, TENAGA PROFESIONAL DAN PENGAMBIL KEBIJAKAN TENTANG RECOVERY PADA KLIEN SKIZOFRENIA DI KECAMATAN HARJAMUKTI KOTA CIREBON

 

Endah Sari Purbaningsih

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Mahardika Cirebon

Email: e[email protected]

 

Abstrak

Klien Skizofrenia dalam proses recovery perlu mendapatkan dukungan keluarga dan tenaga kesehatan serta pengambil kebijakan dalam proses recovery yang mereka jalani. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi klien, keluarga, dan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif komparatif yang melibatkan 30 klien, 30 keluarga, 42 tenaga profesional, dan 38 pengambil kebijakan sebagai responden. Analisis yang dilakukan adalah analisis univariat dengan distribusi frekuensi, analisis bivariat dengan menggunakan t-test independent dan uji multivariat dengan menggunakan uji MANOVA. Hasil penelitian menunjukan bahwa sebagian besar klien, keluarga, tenaga profesional dan pengambil kebijakan mempunyai persepsi negatif terhadap recovery. Analisis bivariat didapatkan ada perbedaan persepsi klien dengan keluarga, klien dengan tenaga profesional, klien dengan pengambil kebijakan, keluarga dengan pengambil kebijakan dan tenaga profesional dengan pengambil kebijakan (p value <0,05), dan tidak ada perbedaan persepsi keluarga dengan persepsi tenaga profesional (p value>0,05). Persepsi yang paling berbeda pada kelompok pengambil kebijakan (MD =0,678; p<0,05). Perbedaan persepsimasing-masing subyek dipengaruhi oleh pengalaman. Klien sebagai survivor mengalami langsung recovery tersebut, sehingga klien lebih mempunyai persepsi lebih baik, namun klien tetap membutuhkan dukungan dari keluarga dan semua pihak terkait untuk memaksimalkan 10 karakteristik recovery, sedangkan pengambil kebijakan tidak berpengalaman langsung dalam merawat klien Skizofrenia . Persepsi yang paling berbeda adalah kelompok pengambil kebijakan. Saran : perlu desiminasi tentang proses recoverykepada klien dan keluarga melalui sosialisasi, tenaga profesional melalui workshop, bimbingan tehnik dan pengambil kebijakan melalui advokasi, workshop atau pertemuan lintas sektor lainnya.

 

Kata Kunci: Keluarga, Klien, PengambilKebijakan, Persepsi Recovery, Tenaga Profesional

 

 

 

 

 

Pendahuluan

Angka kejadian seumur hidup Skizofrenia di dunia beragam antara 4 per mil hingga 1,4% (Lewis et al. 2001). Dalam studi pustaka disebutkan bahwa terdapat gambaran terhadap Prevalensi Skizofrenia adalah sebesar 1%dari jumlah penduduk dunia (APA, 2010).Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013 melaporkan prevalensi gangguan jiwa berat pada penduduk Indonesia 1,7 per mil. Dibandingkan dengan hasil Riskesdas tahun 2003, gangguan mental emosional (depresi dan ansietas) yaitu sebanyak 11,6% dari jumlah total penduduk (sekitar 24.708.000 jiwa), sedangkan untuk gangguan jiwa berat mencapai 0,46% dari total jumlah penduduk (1.065.000 jiwa) (Riskesdas 2007). Angka ini mengalami peningkatan yang signifikan. Di Jawa Barat gangguan jiwa berat (Skizofrenia ) yaitu sebanyak 1,6 per mil termasuk 10 provinsi yang mempunyai kasus gangguan jiwa berat (Skizofrenia ) yang tertinggi di Indonesia(Depkes, 2014).��

Recovery merupakan perjalanan penyembuhan dan transformasi yang memungkinkan seseorang dengan masalah kesehatan mental untuk menjalani hidup yang berarti dalam komunitas dan keluarganya.Pada proses recovery diantara semua pihak harus mempunyai persepsi yang sama. Seperti antara klien dengan keluarganya, tenaga profesional maupun dengan pengambil kebijakan tentang konsep recovery.��Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Roger, et al (2013), klien dalam proses recoverynya mempunyai persepsi bahwa dukungan keluarga, teman sebaya sangat penting, untuk itu mereka harus mempunyai persepsi yang sama tentang recovery, dan klien percaya bahwa recovery dapat dikatakan berhasil jika klien tuntas dalam menjalani terapi dan memiliki pekerjaan tetap.

Berdasarkan hasil studi pendahuluan dapat tergambar bahwa proses recovery pada klien Skizofrenia belum berjalan. Stigma masyarakat yang muncul dapat memperburuk kondisi klien dengan gangguan mental, seperti yang diungkapkan oleh Longden (2010) dalam Suryani (2014) bahwa stigma dapat berlangsung secara turun temurun dengan berbagai macam opini yang muncul bahwa orang�orang dengan gangguan jiwa tidak dapat melakukan apapun, mendapat sikap penolakan dari masyarakat, penyakit seumur hidup yang harus konsumsi obat setiap hari selama hidupnya.

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui perbedaan persepsi klien, keluarga dan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

 

Metode Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalahsurvey sedangkanmetodenya adalah kuantitatif analitik dan rancangan studi perbandingan (comparative), merupakan jenis penelitian yang bersifat untuk membedakanantara variabel yang masih samatetapi untuk sampel yang lebih dari satu (Sugiyono, 2013).

Analisis data pada peneltiian ini meliputi Analisis univariat dengan pengkategorian persepsi positif dan persepsi negatif menggunakan nilai mean karena data berdistribusi normal setelah membagi nilai Skewness dengan SE Skewness yaitu 0,147/0.427 hasilnya < 2. Persepsi positif jika skewness >2, dan persepsi negatif jika skewness < 2. Analisis bivariat bertujuan untuk melihat perbedaan persepsi antara klien Skizofrenia , keluarga klien, tenaga profesional dan pengambil kebijakan tentang recovery di kecamatan Harjamukti Kota Cirebon. Pengujian perbedaan persepsi ini dilakukan dengan uji t independent. Untuk melakukan analisis tersebut, skala ordinal (parametrik) pada variabel ditransformasikan terlebih dahulu ke data interval (non parametrik) dengan menggunakan Methode Succesivve interval (MSI) (Riduwan & Kuncoro, 2007). Analisis multivariat dalam penelitian ini menggunakan Multivarat Analisys OfVariance (MANOVA). Untuk melihat kelompok yang paling berbeda dilanjutkan dengan menggunakan uji pairwise comparison.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Persepsi Klien Tentang Tentang Recovery Pada Klien Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 1 Distribusi frekuensi Persepsi klien tentang recovery (n=30)

NO

Persepsi Klien Tentang Recovery

N

%

1

Persepsi Negatif

17

56,7

2

Persepsi Positif

13

43,3

Lebih dari setengahnya responden mempunyai persepsi yang negatif tentang Recovery (56,7%) dari jumlah total 30 responden, dan terdapat 13 responden (43,3%)yang mempunyai persepsi positif tentang recovery.

Tabel 2 Distribusi frekuensi Persepsi klien berdasarkan sub variabel tentang recovery (n=30)

NO

Persepsi Klien Tentang Recovery

Negatif

Positif

 

n

%

N

%

1

Self determination

16

53,3

14

46,7

2

Individualized and person centered

20

66,7

10

23,8

3

Empowerment

20

66,7

10

23,8

4

Holistic

7

23,3

23

76,7

5

Non Linier

10

33,3

20

66,7

6

Strenghts base

8

26,7

22

73,3

7

Peer Support

3

10,0

27

90,0

8

Respect

9

30,0

21

70,0

9

Responsibility

9

30,0

21

70,0

10

Hope

5

16,7

25

83,3

11

Moratorium

6

20,0

24

80,0

12

Awareness

6

20,0

24

80,0

13

Preparation

8

26,7

22

73,3

14

Re building

11

36,7

19

63,3

15

Growth

11

36,7

19

63,3

 

Sebagian besar dari responden mempersepsikan secara negatif 2 dari 10 karakteristik dan tahapan recovery yaituindividualized and person centered dan empowerment (66,7%) dari 30 responden. Setengah dari responden mempersepsikan self determinationsecara negatif (53,3% ) dari 30 responden.

2.      Persepsi keluarga tentang recovery pada klienSkizofrenia Kecamatan Harjamukti di Kota Cirebon.

Tabel 3 Distribusi Frekuensi Persepsi Keluarga Klien Tentang recovery (n=30)

NO

Persepsi Keluarga Klien Tentang Recovery

N

%

1

PersepsiNegatif

16

53,3

2

PersepsiPositif

14

46,7

Lebih dari setengahnya responden mempunyai persepsi yang negatif tentang Recovery (53,3%) dari jumlah total 30 responden, dan terdapat 14 responden (46,7%)yang mempunyai persepsi positif tentang recovery.

Tabel 4 Distribusi frekuensi Persepsi Keluarga berdasarkan sub variabel tentang recovery (n=30)

 

NO

Persepsi Klien Tentang Recovery

Negatif

Positif

n

%

n

%

1

Self determination

3

10,0

27

90,0

2

Individualized and person centered

2

6,7

28

93,3

3

Empowerment

2

6,7

28

93,3

4

Holistic

19

63,3

11

26,2

5

Non Linier

20

66,7

10

33,3

6

Strenghts base

18

60,0

12

40,0

7

Peer Support

23

76,7

7

23,3

8

Respect

11

36,7

19

63,3

9

Responsibility

24

80,0

6

20,0

10

Hope

18

60,0

12

40,0

11

Moratorium

25

83,3

5

16,7

12

Awareness

20

66,7

10

33,3

13

Preparaiom

19

63,3

11

26,2

14

Re building

21

70,0

9

30,0

15

Growth

22

73,3

8

26,7

 

Sebagian besar dari respondenmempersepsikan secara negatifkarakteristik dan tahapan recovery

3.      Persepsi tenaga profesionaltentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

Tabel 5 Distribusi Frekuensi Persepsi Tenaga Profesional Tentang recovery (n=42)

NO

Persepsi Tenaga profesi Tentang Recovery

n

%

1

PersepsiNegatif

22

52,4

2

Persepsi Positif

20

47,6

Lebih dari setengahnya responden mempunyai persepsi yang negatif tentang Recovery (52,4%) dari jumlah total 42 responden, dan terdapat 20 responden (47,6%)yang mempunyai persepsipositif tentang recovery.

Tabel 7 Distribusi frekuensi Persepsi tenaga profesional berdasarkan sub variabel tentang recovery (n=42)

NO

Persepsi Klien Tentang Recovery

Negatif

Positif

n

%

n

%

1

Self determination

29

69,0

13

31,0

2

Individualized and person centered

2

4,8

40

95,2

3

Empowerment

8

19,0

34

81,0

4

Holistic

11

26,2

31

73,8

5

Non Linier

5

11,9

37

88,1

6

Strenghts base

1

2,4

41

97,6

7

Peer Support

3

7,1

39

92,9

8

Respect

24

57,1

18

42,9

9

Responsibility

31

73,8

11

26,2

10

Hope

19

45,2

23

54,8

11

Moratorium

26

61,9

16

38,1

12

Awareness

26

61,9

16

38,1

13

Preparation

35

83,3

7

16,7

14

Re building

26

61,9

16

38,1

15

Growth

22

52,4

20

47,6

 

 

 

Sebagian besar dari respondenmempersepsikan secara negatifkarakteristik dan tahapan recovery .

4.      Persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

Tabel 8 Distribusi Frekuensi Persepsi Pengambil kebijakan Tentang recovery (n=38)

NO

Persepsi pengambl kebijakan Tentang Recovery

n

%

1

PersepsiNegatif

24

63,2

2

PersepsiPositif

14

36,8

Lebih dari setengahnya responden mempunyai persepsi yang negatif tentang Recovery (63,3%) dari jumlah total 38 responden, dan terdapat 14 responden (36,8%)yang mempunyai persepsipositif tentang recovery.

Tabel 9 Distribusi frekuensi Persepsi Pengambil Kebijakan berdasarkan sub variabel tentang recovery (n=38)

NO

Persepsi Pengambil Kebijakan Tentang Recovery

Negatif

Positif

n

%

n

%

1

Self determination

20

52,6

18

47,4

2

Individualized and person centered

22

57,9

16

42,1

3

Empowerment

22

57,9

16

42,1

4

Holistic

10

26,3

28

73,7

5

Non Linier

29

76,3

9

23,7

6

Strenghts base

22

57,9

16

42,1

7

Peer Support

12

31,6

26

68,4

8

Respect

23

60,5

15

39,5

9

Responsibility

7

18,4

31

81,6

10

Hope

3

7,9

35

92,1

11

Moratorium

17

44,7

21

55,3

12

Awareness

7

18,4

31

81,6

13

Preparation

23

60,5

15

39,5

14

Re building

8

21,1

30

78,9

15

Growth

13

34,2

25

65,8

 

Sebagian besar dari respondenmempersepsikan secara negatifkarakteristik dan tahapan recovery

5.      Perbedaan persepsi klien dengan keluarga tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 10 Distribusi Rata-Rata Persepsi Keluarga Tentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Klien

Persepsi Klien

Mean

SD

SE

p value

n

Negatif

2,33

0,14

0,34

0,001

17

Positif

2,59

0,24

0,66

 

13

Ada perbedaanyang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi keluarga tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

6.      Perbedaan persepsiklien dengan tenaga profesional tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 11. Distribusi Rata-Rata Persepsi Tenaga Profesional Tentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Klien

Persepsi Klien

Mean

SD

SE

p value

n

Negatif

2,39

0,26

0,06

0,016

17

Positif

2,87

0,59

0,16

 

13

Ada perbedaanyang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

7.      Perbedaan persepsi klien dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 12. Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil Kebijakan Tentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Klien

Persepsi Klien

Mean

SD

SE

p value

n

Negatif

2,30

0,33

0,08

0,000

17

Positif

3,02

0,36

0,10

 

13

Ada perbedaanyang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

8.      Perbedaan persepsi keluarga dengan tenaga profesional tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 13 Distribusi Rata-Rata Persepsi Tenaga ProfesionalTentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Keluarga

Persepsi Keluarga

Mean

SD

SE

p value

n

Negatif

2,53

0,53

0,13

0,432

16

Positif

2,68

0,45

0,12

 

14

 

Tidak ada perbedaanyang signifikan antara persepsi keluarga klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

9.      Perbedaan persepsi keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 14. Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil KebijakanTentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Keluarga

Persepsi Keluarga

Mean

SD

SE

p value

N

Negatif

2,39

0,38

0,095

0,008

16

Positif

2,86

0,50

0,13

 

14

Ada perbedaan yang signifikan antara persepsi keluarga dengan persepsipengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

10.  Perbedaan persepsi tenaga profesional dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 15 Distribusi Rata-Rata Persepsi Pengambil KebijakanTentang Recovery Dibandingkan Dengan Persepsi Tenaga Profesional

Persepsi��

Mean

SD

SE

p value

N

Negatif

2,22

0,17

0,037

0,000

21

Positif

3,04

0,27

0,061

 

17

Ada perbedaanyang signifikan antara persepsi tenaga profesional dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon.

11.  Perbedaan persepsi klien, keluarga, tenaga profesional danpengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Tabel 16. Distribusi perbedaanrata-rata persepsi klien,keluarga tenaga profesidan pengambil kebijakan tentang recovery

Dependent variable

Sig.

Partial eta squared

Persepsi klien

 

.119

.085

Persepsi kel klien

 

.077

.107

Persepsi pengambil kebijakan

 

.000

.433

Persepsi tenaga profesi

 

.004

.266

Uji lanjutan dengan menggunakan tekhnik Pairwise Comparisons (benferoni) menunjukan bahwayang paling berbeda pada keempat kelompokyang diteliti adalah kelompok pengambil kebijakan (MD =0,678; p < 0,05).

12.  Persepsi Klien tentang Recovery Pada Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Persepsi merupakan hasil dari dari sebuah proses, bagaimana dalam membedakan antara stimulus dan bagaimana cara menginterpretasikan dari beberapa stimulus yang diterima (Clifford, 2011). Berdasarkan pengalaman klien selama menderita Skizofrenia hingga akhirnya memasuki proses recovery, terjadi beberapa pembelajaran dalam hidupnya yang berpengaruh besar terhadap persepsi yang dimilikinya akan recovery dan masa depan.

Recovery seperti yang dikatakan oleh Anthony (1993) merupakan suatu bentuk pemulihan yang sangat pribadi, proses unik untuk mengubah tingkah laku, nilai-nilai, perasaan,tujuan, keterampilan dan atau peran seseorang. Seperti yang terdapat pada hasil penelitian yang menunjukkan bahwa lebih dari setengahnya (56,7%) responden memiliki persepsi negatif terutama pada beberapa karakteristik dari recovery seperti Individualized and person centered dan Empowerment. Karakteristik tersebut merupakan karakteristik dari proses recovery yang harus dimiliki oleh klien. Individualized and person centered merupakan suatu proses recovery yang bersifat individu dan berpusat pada diri sendiri.

Secara keseluruhan dari proses recovery, klien juga menyadari bahwa semuanya bersifat non linier, yaitu dalam recoverynya klien akan mengalami fase dimana akan terjadi suatu kemunduran. Namun dari setiap kemunduran yang dialaminya akan menjadikan sebuah pengalaman hingga dapat menjadi suatu perubahan positif, klien dapat mengidentifikasi gejala kekambuhannya dan juga cara mengatasinya.

Hasil penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Pearson.,et.al (2008) menjelaskan hal dalam recovery, 8 partisipan dengan schizophrenia mengatakan bahwa recovery dapat dikatakan tercapai jika mereka berhenti dalam pengobatan, mengontrol dan mengendalikan diri, memiliki pekerjaan, mandiri. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah mendapatkan dukungan dari keluarga dan teman-teman.

13.  Persepsi Keluarga Tentang Recovery Pada Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Persepsi negatif yang dimiliki oleh keluarga tentang recovery pada klien dengan Skizofrenia dapat menjadi faktor penghambat klien dalam proses recoverynya. Hasil penelitian menunjukkan lebih dari setengahnya responden (53,3%) memiliki persepsi negatif. Seperti terlihat pada hasil penelitian ini dimana keluarga memiliki persepsi yang negatif dengan prosentasi yang tinggi tentang hope. Ketika keluarga sudah tidak mempunyai harapan (hope). Harapan sebuah aspek penting dalam proses recovery. Recovery akanmustahil jika tanpa berharap, karena harapan akan dapat mempertahankan klien maupun keluarga untuk bermotivasi dan harapan merupakan suatu pendukung dalam mempertahankan hidup.

Keluarga yang mempunyai persepsi negatif tentang proses recovery yang meliputi holistic, strenght base, non linier dan empowerment dapat terjadi karena persepsi yang negatif terhadap harapan yang dimiliki keluarga tersebut, sehingga dapat menjadi sebuah kemungkinan bahwa proses recovery bukanlah sebuah proses yang non linier, karena keluarga tidak menginginkan klien mengalami kekambuhan sehingga keluarga berasumsi klien tidak akan pernah bisa sembuh, seperti yang diungkapkan oleh Davidson et.al, (2009) danShepherd, (2009) sebagian orang berpendapat recovery berarti �Sembuh dari sakit�.

14.  Persepsi Tenaga Profesional tentang Recovery Pada Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Pada hasil penelitian ini menunjukkan lebih dari setengahnya responden (52,4%) memiliki persepsi negatif. Persepsi negatif yang ditunjukkan terhadap karakteristik proses recovery seperti tentang self determination, respect, responsibility, dan hope. Peran tenaga profesional terhadap klien Skizofrenia bukan hanya sekedar cure, tetapi harus berperan serta dalamproses recovery denganmelibatkan klien untuk bertanggung jawab terhadap diri sendiri dalam proses pemulihannya. Harapan (hope) juga harus diberikan oleh tenaga profesional kepada klien sebagai motivator utama dalam proses recoverynya.

Persepsi negatif juga terdapat dalam 5 tahapan recovery yaitu moratorium,awareness, preparation, rebuilding, growth merupakan tahap akhir dari recovery.

Berdasarkan tingkatpendidikan yang melatarbelakangi tenaga profesional tersebut, mereka memberikan persepsi yang positif juga pada proses recovery tentang non linier, dimana mereka memahami bahwa pada klien dengan Skizofrenia terdapat gejala sisa, dengan keadaan suatu saat klien tersebut akan mengalami kemunduran, namun dari kemunduran tersebut klien akan mengalami pergerakan maju menuju ke arah yang lebih baik.

Perawat dan petugas kesehatan lainnya memainkan peran penting dalam mempromosikan recovery klien Skizofrenia. Untuk itu mereka harus mengembangkan pengetahuan, sikap dan keerampilannya untuk lebih memberikan perawatan dengan berorientasi pada recovery (Chetta, Curtis, Deane. 2009).

15.  Persepsi Pengambil KebijakanTentang Recovery Pada Skizofrenia Di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Kebijakan merupakan sebuah prinsip atau pedoman untuk melakukan tindakan yang dipilih untuk mengarahkan pengambilan keputusan. Pengambil kebijakan merupakan suatu proses kognitif yang tidak tergesa-gesa tediri dari rangkaiann tahapan yang dapat dianalisa, diperhalus dan dipadukan untuk menghasilkan ketepan serta ketelitian dalam menyelesaikan masalah dan memulai tindakan (Gullies, 2006).

Persepsi negatif (63,2%) yang dimiliki oleh pengambil kebijakan tentang proses recovery pada klien Skizofrenia lebih dari setengahnya dari 10 karakteristik recovery dan 5 tahapan recovery, diantaranya adalah self determination, individualized and person centered, empowerment, non linier, stenght base, respect, moratorium, preparation, growth. Persepsi negatif terhadap karakteristik tersebut memunculkan pendapat bahwa pengambil kebijakan yang sebagian besar adalah Ketua RW (Rukun Warga) belum mengenali atau memahami proses recovery pada klien Skizofrenia. Bahkan cenderung masih terdapat stigma. Drapalsky, et.al (2013) menggambarkan bahwa stigma pada seorang gangguan jiwa yang serius (Skizofrenia) dapat menyebabkan klien tersebut menjadi seeorang dengan harga diri rendah, self efficacy rendah, sehingga upaya recovery pun menjadi terhambat.

Beberapa kebijakan dalam proses recovery dapat dilakukan melalui berbagai pendekatan seperti melalui edukasi, keterlibatan klien/keluarga, selanjutnya adalah consumer run service, yaitu satu bentuk ideologi gerakan konsumen, manajemen pencegahan kekambuhan, dan terakhir pengurangan stigma, karena bagi banyak klien stigma ini diinternalisasi dan memberikan kontribusi untuk proses melemahkan menjadi �Klien sakit jiwa� (Deegan, 1990).

16.  Perbedaan persepsi klien dengan keluarga tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata keluarga yang mempunyai persepsi negatif adalah 2,33 dankeluarga dengan persepsi positif adalah 2,59 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,001 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan keluarga tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Perbedaan persepsi antara klien dengan keluarga terletak dimana keluarga belum mempunyai harapan yang besar terhadap klien akan recovery klien. Karena keluarga berpendapat sembuh yang dimaksud adalah sembuh tanpa ada kambuh setelah minum obat dari petugas kesehatan. Perbedaan persepsiklien dengan tenaga profesional tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata tenaga profesionalyang mempunyai persepsi negatif adalah 2,39 dantenaga profesional dengan persepsi positif adalah 2,87 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,016 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan tenagaprofesional tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Perbedaan antara persepsi klien dengan tenaga profesional terjadi oleh karena adanya dukungan yang diberikan oleh tenaga profesional. Persepsi negatif yang ditunjukkan oleh tenaga profesional terhadap klien pada karakteristik respect, responsibility dan hope, menyiratkan adanya sikap pesimis terhadap recovery pada klien Skizofrenia. Karena jika tenaga profesional tidak memberikan harapan kepada klien bahwa klien dapat pulih dan menjadi seorang survivor maka klien tidak akan merasakan energi positif yang diberikan oleh tenaga profesional sebagai pemberi pelayanan kesehatan.

17.  Perbedaan persepsi klien denganpengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata pengambil kebijakanyang mempunyai persepsi negatif adalah 2,30 danpengambil kebijakan dengan persepsi positif adalah 3,02 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,000 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan persepsi antara klien dengan pengambil kebijakantentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Persepsi yang berbeda antara klien dengan pengambil kebijakan, banyak disebabkan oleh beberapa faktor yang berperan dari persepsi. Seperti adanya objek yang diamati, alat indera (reseptor) dan adanya perhatian, perhatian merupakan langkah awal sebagai suatu persiapan dalam suatu persepsi, tanpa adanya perhatian maka persespsi tidak akan terbentuk (Walgito, 2002).

Perbedaan persepsi yang terdapat antara klien dengan pengambil kebijakan berdasarkan hasil penelitian adalah terlihat pada karakteristik recovery dan tahapan recovery seperti non linier, strenght base, respect, dan preparation. Pada kondisi perbedaan persepsi ini sepertipada karakteristik non linier, menimbulkan asumsi bahwa klien dengan Skizofrenia tidak akan bisa sembuh atau normal kembali. Untuk karakteristik respect dengan persepsi negatif pada pengambil kebijakan menimbulkan asumsi bahwa pengambil kebijakan memandang sebelah mata pada klien dengan Skizofrenia. Sedangkan persepsi negatif pada karakteristik recoverystrenght base dan tahapan recovery pada tahap preparation mengindikasikan bahwa pengambil kebijakan tidak mendukung pada proses recovery klien Skizofrenia. Strenght base adalah membangun kekuatan klien dalam memulai hidup baru dengan menggunakan kekuatan yang dimiliki klien. Preparation merupakan tahapan recovery, dimana klien memulai recoverynya dengan memutuskan untuk bekerja sesuai dengan kemampuan, rehabilitasi, berinteraksi dengan orang lain (Andresen, Caputi & Oades, 2006).

18.  Perbedaan persepsi keluarga dengan tenaga profesional tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata tenaga profesionalberdasarkan persepsi negatif keluarga adalah 2,53 dantenaga profesional berdasarkan persepsi positif keluarga adalah 2,68 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,016 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi klien dengan persepsi tenaga profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, yaitu terdapat perbedaan persepsi antara keluarga dengan tenaga profesional tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Perbedaan persepsi antara keluarga dengan tenaga profesional adalah terletak dimana keluarga lebih menekankan pada pengobatan yang diupayakan keluarga dengan membawa klien ke sarana pelayanan kesehatan adalah mempunyai hasil berupa kesembuhan yaitu sembuh tanpa mengalami relaps. Karena kondisinya ternyata tidak sesuai dengan harapan, keluarga akhirnya merasa lelah, merasa sia-sia dengan pengorbanan yang dilakukan baik uang, waktu. Persepsi negatif keluarga tersebut berdampak pada persepsi tenaga profesional yang memandang bahwa klien tidak bisa mempunyai tanggung jawab pada diri sendiri (responsibility), tidak menghargai klien seperti yang lainnya, stigma bahwa klien adalah orang dengan cacat mental.

Perbedaan ini akan mempunyai dampak pada klien. Karena pada proses recovery dibutuhkan adanya dukungan, baik dari keluarga, teman-teman, masyarakat, dan tenaga kesehatan. Seperti yang diungkapkan oleh Behan & Helen (2010) bahwa persepsi dan sikap negatif dari masyarakat, keluarga, tenaga profesional dapat berpengaruh pada proses recovery, persepsi dan sikap yang negatif disebabkan karena kurangnya pengetahuan dan pemahaman tentang proses recovery.Proses recovery dikatakan oleh Noiseux, Ricard (2010) bahwa recovery adalah sebuah proses yang melibatkan intrinsik, terutama kemajuan non linier yang diperoleh dari peran klien dibantu oleh keluarga, tenaga profesional untuk membangun kembali rasa percaya dirinya, meningkatkan kesejahteraan pada semua tingkatan biopsikososial.

19.  Perbedaan persepsi keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata pengambil kebijakanberdasarkan persepsi negatif keluarga adalah 2,39 danpengambil kebijakan berdasarkan persepsi positif keluarga adalah 2,86 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,008 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi keluarga dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, terdapat perbedaan persepsi antara keluarga dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Perbedaan persepsi yang terjadi antara keluarga dengan pengambil kebijakan adalah pada karakteristik dan tahapan recovery. Keluarga memiliki persepsi negatif pada karakteristik dan tahapan recovery seperti holistic, strenght base, non linier, hope, peer support, responsibility, moratorium, awareness, preparation, rebuilding, growth. Persepsi negatif tersebut terjadi karena hampir seluruhnya keluarga klien memiliki latar belakang pendidikan kurang. Selama peneliti berkomunikasi dengan keluarga, hanyakurang dari separuhnya (40%) keluarga memiliki Hope (harapan) yang tinggi untuk kesembuhan klien, dengan asumsi harapan keluarga adalah klien dapat sembuh total, tidak ada relaps, bukan bersifat non linier. Namun pada kenyataannya klien tersebut suatu saat terjadi relaps.

Persepsi negatif tentang recovery pada klien Skizofrenia dari pengambil kebijakan adalah terdapat pada karakteristik dan tahapan recovery tentang self determination, individualized and person centered, empowerment, non linier, strenght base, respect, preparation. Persepsi negatif timbul dapat disebabkan oleh karena kurangnya pengetahuan serta pemahaman dari pengambil kebijakan tentang proses recovery.

Perbedaan persepsi antara keluarga dengan pengambil kebijakan adalah terletak dimana keluarga lebih menekankan pada klien harus mandiri dengan kemampuan yang ada pada diri klien sehingga tidak menimbulkan beban yang lebih besar lagi bagi keluarga, dan keluarga juga melindungi hak-hak klien dari diskriminasi, membangun rasa percaya diri klien dalam komunitas (respect). Sedangkan pengambil kebijakan lebih menekankan pada hope dan holistic. Bahwa untuk mencapai recoverynya klien harus mempunyai harapan yang tinggi dan juga melalui terapi yang holistik, klien juga harus bertanggungjawab pada recoverynya. Karena klien dengan Skizofrenia atau gangguan jiwa dapat menjadi beban bagi pemerintah.

20.  Perbedaan persepsi tenaga profesional dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Rerata berdasarkan pengambil kebijakan persepsi negatif tenaga profesionaladalah 2,22 danberdasarkan pengambil kebijakan persepsi positif�� tenaga profesional adalah 3,04 dengan hasil uji statistik diperolehnilai p value = 0,000 yang berartiterdapat perbedaan yang signifikan antara persepsi�� tenaga profesional dengan persepsi pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia. Sehingga mendukung hipotesis dalam penelitian ini, terdapat perbedaan persepsi antara tenaga profesional dengan pengambil kebijakan tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon diterima.

Perbedaan persepsi antara tenaga profesional dengan pengambil kebijakan adalah terletak dimana pengambil kebijakan menganggap bahwa klien Skizofrenia tidak akan pernah bisa sembuh, orang yang tidak dapat berbuat apa-apa, tetapi pengambil kebijakan mempunyai harapan untuk klien Skizofrenia tersebut untuk bisa sembuh jika mau klien tersebut mau berobat. Sedangkantenaga profesional memandang klien tidak mempunyai tanggung jawab atas kesembuhan/recoverynya, karena tidak adanya dukungan dari keluarga maupun pengambil kebijakan.

Persepsi sebuah sebuah proses secara aktif setiap individu dalammengelompokkan dan memberikan makna atas informasi yang diperoleh menjadi sinyal neural yang sangat berarti. Karena persepsi dapat mendukung��� seseorang dalam bersikap. Perbedaan persepsi antara tenaga profesional dan pengambil kebijakan menimbulkan dampak hambatan dalam proses recovery. Karena banyak program terkait usaha kesehatan jiwa masyarakat yang tidak berjalan akibat dari tidak adanya dukungan dari pengambil kebijakan (pemerintah).

21.  Perbedaan persepsi klien, keluarga, tenaga profesional danpengambil kebijakan tentang recovery pada klienSkizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon

Hasil penelitian menunjukkan dari keempat kelompok, pengambil kebijakan merupakan kelompok yang paling berbeda dengan Mean Difference (MD) =0,678; P <0,05. Kelompok kedua yang berbeda adalah tenaga profesional dengan MD =0,528; P<0,05.

Persepsi tentang recovery dipengaruhi oleh faktor psikologis dan faktor yang paling penting adalah faktor ekspektansi dari penerima informasi itu sendiri yang memberikan perceptual set atau mental set yang dipengaruhi oleh beberapa hal, yaitu ketersediaan informasi sebelumnya,; kebutuhan dan pengalaman masa lalu. Faktor pikologis lain yang berpengaruh dalam persepsi adalah emosi. Emosi akan mempengaruhi seseorang dalam menerima dan mengolah pesan. Selanjutnya adalah impresi, yaitu stimulus yang menonjol akan lebih mempengaruhi persepsi seseorang. Sepertiklien yang mempunyai hope yang ada dalam dirinya untuk dapat bisa pulih, karakteristik recovery yang non linier. Faktor yang terakhir adalah konteks. Dalam konteks yang terkait adalah sosial, budaya, lingkungan. Dalam hal ini konteks adalah sebagai dasar bagaimana seseorang menentukan figure tersebut dipandang. Adakalanya pada satu figure yang sama, tetapi dalam dasar yang berbeda maka akan menimbulkan persepsi yang berbeda pula (Rakhmat, 2007).

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat diperoleh kesimpulan bahwa sebagian besar dari seluruh kelompok mempunyai persepsi negatif tentang recovery pada klien Skizofrenia. Persepsi negatif pada kelompok klien terdapat pada karakteristik self determination, individualized and person centered dan empowerment. Persepsi negatif pada kelompok keluarga terdapat pada holistic, non linier, strenght base, peer support, responsibility dan hope. Persepsi negatif pada kelompok tenaga profesional terdapat pada karakteristik self determination, respect, responsibility, dan 5 tahapan recovery. Persepsi negatif pada kelompok pengambil kebijakanterdiri dari karakteristik self determination, individualized and person centered, empowerment, non linier, strenght base, respect.

Perbedaan persepsi tentang recovery pada klien Skizofrenia di Kecamatan Harjamukti Kota Cirebon ditemukan pada kelompok klien dengan keluarga (p value=0,001), klien dengan tenaga profesional (p value=0,016), klien dengan pengambil kebijakan (p value=0,000), keluarga dengan pengambil kebijakan (p value=0,008) dan tenaga profesional dengan pengambil kebijakan (p=0,000), dan tidak ada perbedaan persepsi keluarga dengan persepsi tenaga profesional (p value=0,432). Persepsi yangpaling berbeda adalah terdapat pada kelompok pengambil kebijakan (MD =0,678; p < 0,05).


 

BIBLIOGRAFI

 

American Psychological Association. 2010. Publication Manual of the American Psychological. Washington;DC. American Psychological Association.

 

Alan, Bellack S. 2006. Scientific and Consumer Models of Recovery in Schizophrenia: Concordance, Conrast, and Implications. Schizophrenia Bulletin Vol. 32 no. 3.pp. 432-442,2006. Doi:10.1093/schbul/sbj044 Advance Access Publication on February 3, 2006.

 

Andresen R, Oades L, Caputi P. 2003.The Experience Of Recovery From Schizophrenia: towards an empirically validated stage mode.

 

Anthony William, A S. 1993. Recovery From Mental Illness: The Guiding Vision of the Mental health Service System in the 1990s. Reprinted from Psychososial Rehabilitation Journal, 1993, 16(4), 11-23.

 

Badan Litbangkes. 2013. Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta http://www.litbang.depkes.go.id/sites/download/rkd2013/Laporan_Riskesdas2013.PDF diakses tanggal 19 Maret 2015.

 

Chetta, Jannete Curtis, FrankDeane. 2009. Nurse�s Perceptions and Practises Regarding Recovery From Schizophrenia: A Descriptive Qualitative Study. Journalof Health Science Volume 3 No.1 : January-June 2009.��

 

Deegan, P. E. 1990. How Recovery Begins. Presented at the Eighth Annual Education Conference of the Alliance for the Mentally Ill of New York State, Binghamton, New York.

 

Noiseux, Corin, Tribbble.,et al. 2010.The Process of Recovery of People with Mental Illness: the Perspectives of Patients, Family Members and Care Providers:Part 1. Open Access Research Article. BMC Health Serv Res. 2010 Jun 11;10:161. doi: 10.1186/1472-6963-10-161

 

Pearson.,Lam.,Law.,Chiu.,Chen EY. 2008. What Does recovery From Schizophrenia? Perception of Long Term Patients. IntJ Soc Psychiatry. 2008;Mar;54(2):118-30.

 

Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat. 2014. Profil Kesehatan Jawa Barat Tahun 2014. Dinas Kesehatan PropinsiJawa Barat. Bandung. http://diskes.jabarprov.go.id/index.php/subMenu/408 diakses tanggal 14 Februari 2015

 

Riduwan, Kuncoro. 2007. Rumus dan Data dalam Analisis Statistika. Bandung. Alfabeta.

 

Roger M.K.,Veronica P.,MayLam.,Lam,C.W., Chiu Cindy P.Y.,Chen,E.Y.H. 2013. What Does Recovery From Schizophrenia Mean? Perceptions of Long-Term Patients .

Shepherd G.,Boardman J., Slade,M. 2010. Policy Making Recovery a Reality. Sainsbury Centre for Mental Health.

 

Substance abuse and mental health sservices administration 2011-2014 (SAMHSA 2011-2014). Leading Change a Plan for SAMHSA�s Role and Actions 2011-2014 SupportPub.No (SMA) 11-4629. http://www.samhsa.gov/recovery diakses tanggal 10 Februari 2015

 

Sugiyono. 2013.Statistika Untuk Penelitian. Bandung: Alfabet.

 

Stuart,G.W. 2009. Principle and Practise of Psychiatric Nursing. Tenth Edition. Elsevier Mosby.

 

Suryani. 2014.Client Centered in Recovery: trend Dalam Pelayanan Kesehatan Jiwa. Proceeding Seminar Nasional dan Workshop Pendekatan Keperawatan Holistik Berbasis Bukti Untuk Menjawab Tantangan Kesehatan Jiwa Terkini. Bandung. Universitas Padjadjaran. diakses tanggal 10 Februari 2015.

 

Unumeri Godwin Ogheneochuko. 2009. Perception and Conflict.National Open University Of Nigeria.

 

U.S. Department of Health and Human Services (USDHHS). National Consensus Statement and Mental Health Recovery. Rockville,MD.2006.USDHHS, SAMSHA, CMHS.