Syntax
Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 4, No.
3 �Maret 2019
ANALISIS
KINERJA SISTEM DAERAH IRIGASI BENDUNG CIKEUSIK CIKEUSIK KABUPATEN KUNINGAN
Hendra Kurniawan dan Iyep Inayatullah
Universitas
Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon
Email:
[email protected]
Abstrak
Untuk membantu proses Irigasi ini biasanya dibangun bendung. Dimana bendung
sendiri memiliki fungsi untuk mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan
memperlambat aliran sungai sehingga menjadikan sungai mudah dilalui. Daerah Irigasi Bendung Cikeusik
berlokasi di Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan. Areal layanan D.I Bendung Cikeusik adalah � 7.126 Ha pada tahun 2002/2003, telah mengalami
alih fungsi dan areal yang ada sekarang seluas 6.924 Ha mencakup 61 Desa dan 7
Kecamatan.Maksud dilakukannya Analisis Hidrologi Bendung Cikeusik yaitu untuk
memberikan gambaran serta solusi dalam permasalahan yang terjadi pada tingkat
jaringan irigasi, solusi untuk mengembalikan dan mengoptimalisasikan pada
fungsinya semula. Dari analisis didapat pada Daerah Irigasi Bendung
Cikeusik sedikit
mengalami kerusakan, kerusakan untuk kondisi bangunan mencapai rata � rata
33,89% dan untuk kondisi saluran irigasi mencapai rata�rata 0,87%. Kekurangan
tenaga Operasi dan pemeliharaan mencapai 20,32%, analisis pola tanam pada D.I
Bendung Cikeusik yaitu menggunakan padi-palawija debit yang tersedia pada D.I Bendung
Cikeusik sudah terpenuhi. Biaya Operasional dan pemeliharaan pada Bendung
Cikeusik dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami naik turun biaya, sehingga
dikatakan mengalami ketidakberhasilan.
Kata Kunci : Kinerja, Jaringan Irigasi,
Bangunan
Pendahuluan
Air adalah dasar dari
suatu kehidupan dan merupakan suatu unsur yang dibutuhkan dalam kehidupan
manusia. Keberadaan air tidak bisa dilepaskan begitu saja dari kehidupan
makhluk hidup di seluruh bumi ini. Air sebagai salah satu dari keempat unsur
alam memang� sangat diperlukan dan
bermanfaat besar, tidak hanya bagi manusia melainkan juga bagi hewan dan
tumbuhan.
Indonesia adalah Negara dengan iklim tropis yang memiliki dua musim yaitu musim kemarau dan penghujan. Pada musim kemarau jumlah air yang ada tentu tidak sebanyak seperti pada musim penghujan. Pada musim kemarau inilah pada lahan pertanian memerlukan air untuk tanaman, maka dibuat
suatu bendungan untuk menampung air, Pada musim penghujan air ditampung pada bendungan, agar tidak membanjiri lahan pertanian dan pemukiman.
Untuk membantu proses Irigasi ini
biasanya dibangun bendung. Dimana bendung sendiri memiliki fungsi untuk
mencegah banjir, mengukur debit sungai, dan memperlambat aliran sungai sehingga
menjadikan sungai mudah dilalui. Bendung mengizinkan air meluap melewati
bangunan di atasnya sehingga aliran air tetap ada dan dalam debit yang sama
bahkan sebelum sungai di bendung. Pembangunan Irigasi di indonesia bertujuan
untuk meningkatkan produksi pangan, sebagian besar petani Indonesia menanam
tanaman pangan. Dengan saluran Irigasi yang baik maka tanaman
9 9
pada lahan pertanian akan tumbuh dengan baik dan akan meningkatkan produksi
pangan di Indonesia.
Daerah Irigasi Bendung Cikeusik
berlokasi di Kecamatan Cidahu, Kabupaten
Kuningan. Areal layanan DI. Bendung Cikeusik adalah �
7.126 Ha pada tahun 2002/2003, telah mengalami alih fungsi dan areal yang ada
sekarang seluas 6.924 Ha mencakup 61 Desa dan 7 Kecamatan. Adapun yang
mempengaruhi Sistem Irigasi pada Daerah Irigasi Bendung Cikeusik antara
lain kerusakan sarana dan prasarana yang mengakibatkan pengaturan air Irigasi
tidak efektif dan efisien serta kurang seimbangnya antara debit yang tersedia
dengan debit yang di butuhkan.
Dengan adanya
permasalahan � permasalahan di atas, maka penulis tertarik untuk meneliti
permasalahan tersebut dan di tuangkan pada Proposal dengan judul �Analisis Kinerja Sistem Daerah Irigasi
Bendung Cikeusik Kabupaten
Kuningan������ Maksud
dilakukannya Analisis Kinerja Sistem Daerah Irigasi Bendung Cikeusik yaitu
untuk memberikan gambaran serta solusi dalam permasalahan yang terjadi pada
tingkat jaringan irigasi, solusi untuk mengembalikan dan mengoptimalisasikan
pada fungsinya semula. Adapun tujuan Untuk menganalisis kinerja jaringan
irigasi, untuk menganalisis debit
(ketersediaan, andalan, kebutuhan), untuk
menganalisis kinerja kelembagaan pada pengelolaan jaringan irigas dan untuk menganalisis angka kebutuhan operasi dan pemeliharaan dari
saluran primer, sekunder dan tersier
Metode
Penelitian
Metode yang digunakan
dalam penelitian ini adalah metode kualitatif bersifat deskriptif�induktif. Sifat penelitian deskriptif ini dimaksudkan untuk dapat memberikan uraian dan
penjelasan data dan informasi yang diperoleh selama penelitian, sedangkan
pendekatan induktif berdasarkan
proses bepikir / pengamatan di lapangan / fakta - fakta empirik.
Metode kualitatif
dengan pendekatan deskriptif-induktif,
dimana dalam pemecahan masalahnya menggambarkan subjek dan atau objek
penelitian berdasarkan fakta � fakta yang diperoleh selama penelitian dalam
kinerja sistem irigasi dan
usaha mengemukakan hubungan secara mendalam dari aspek � aspek yang diteliti.
Metodologi yang digunakan
dalam penulisan ini adalah sebagai berikut :
1. Mencari
data-data data primer dan data skunder (pada instansi serta dinas terkait) yang
diperlukan untuk melengkapi data yang dibutuhkan.
2. Studi
literatur sebagai tinjauan pustaka baik dari buku maupun media lain (internet).
3. Pengolahan
dan menganalisa data-data yang didapat. Pengambilan kesimpulan dan saran dari
hasil kajian.
Hasil
dan Penelitian
A.
Gambaran
Umum
Bendung Cikeusik
ini masuk wilayah Kecamatan Cidahu Kabupaten Kuningan Jawa Barat, Areal layanan
Daerah Irigasi Bendung Cikeusik adalah � 7.126 Ha pada tahun 2002/2003, telah
mengalami alih fungsi dan areal yang ada sekarang seluas 6.899 Ha mencakup 61
Desa dan 7 Kecamatan.
Daerah Irigasi Bendung Cikeusik
melayani 7 (tujuh) kemantren yaitu:
Tabel 1.1.
Nama-nama Kemantren Bendung Cikeusik.
No |
Nama
Kemantren |
Luas (Ha) |
1. |
Kemantren Waled
|
272 |
2. |
Kemantren Pabuaran
|
585 |
3. |
Kemantren Ciledug |
687 |
4. |
Kemantren Pabedilan |
1.820 |
5. |
Kemantren Losari |
1.589 |
6. |
Kemantren Babakan |
924 |
7. |
Kemantren
Gebang |
1.022 |
|
Jumlah |
6.899 |
Sumber :Dinas UPT PSDACikeusik
Kabupaten Cirebon.
Daerah Irigasi Bendung Cikeusik mempuyai 3 (tiga)
saluran Induk, 15 (lima belas) saluran skunder dan 3 (tiga) saluran suplesi
diantaranya:
Tabel 1.2.
Nama-nama saluran Bendung Cikeusik.
No |
Nama
Saluran |
PanjangSaluran
(m) |
1. |
Saluran Induk Maneungteung
Kepala |
10.350,50 |
2. |
Saluran Induk
Maneungteung Barat |
8.047 |
3. |
Saluran Induk
Maneungteung Timur |
7.163 |
4. |
Saluran Sekunder Roti |
1.765 |
5. |
Saluran Sekunder Surakatiga |
1.738 |
6. |
Saluran Sekunder Sumber
|
1.391 |
7. |
Saluran Sekunder Grogol |
1.556 |
8. |
Saluran Sekunder Blagedog |
1.548 |
9. |
Saluran Sekunder Playangan |
2.970 |
10. |
Saluran Sekunder
Jatiseeng |
2.854 |
11. |
Saluran Sekunder
Genggong |
1.229 |
12. |
Saluran Sekunder
Pabedilan |
7.596 |
13. |
Saluran Sekunder
Tersana |
1.183 |
14. |
Saluran Sekunder
Kebon Agung |
1.981 |
15. |
Saluran Sekunder
Astanalanggar |
12.672 |
16. |
Saluran Sekunder
Losari |
1.792 |
17. |
Saluran Sekunder
Tawangsari |
3.452 |
18. |
Saluran Sekunder
Panggang |
800 |
19. |
Saluran
Suplesi Roti |
1.288 |
20. |
Saluran
Suplesi Surakatiga |
1.223 |
21. |
Saluran
Suplesi Cangkuang |
863 |
Sumber
:Dinas UPT PSDA Cikeusik Kabupaten Cirebon.
Bangunan air yang ada pada Daerah Irigasi Bendung Cikeusik adalah :
Tabel 1.3.
Nama-nama bangunan air Bendung Cikeusik.
No |
Nama
Bangunan |
Banyaknya (Bh) |
1. |
BendungTetap |
1 |
2. |
Suplesi |
3 |
3. |
BangunanPengatur
: a. Bagi b. BagiSadap c. Sadap |
2 12 64 |
4. |
BangunanPelengkap
: a. Talang b. Shipon c. Gorong-gorong d. Jembatan e. Terjunan f.
Tangga Cucian g. Cross Drain |
3 3 0 43 0 57 0 |
Sumber :Dinas UPT PSDA Cikeusik
Kabupaten Cirebon.
B.
Kondisi Dan Fungsi Jaringan Irigasi
1.
Kondisi
dan Fungsi Bangunan Irigasi Bendung
Tabel 1.4.
Kondisi dan
Fungsi Bangunan Irigasi D.I. Cikeusik
Sumber :Dinas UPT PSDA Cikeusik Kabupaten Cirebon.
Catatan :
Mengacu
pada Permen PU No. 32 Tahun 2007 terdapat indikator nilai didalamnya sebagai
berikut :
1. Kondisi baik
jika tingkat kerusakan <10%, diperlukan pemeliharaan rutin.
2. Kondisi rusak ringan
jika tingkat kerusakan 10% - 20%, diperlukan pemeliharaan berkala.
3. Kondisi rusak sedang
jika tingkat kerusakan 20% - 40%, diperlukan perbaikan.
4.
52
Kondisi rusak
berat jika tingkat kerusakan� >40%, diperlukan perbaikan berat atau
pergantian.
5.
Kondisi dan fungsi Saluran Irigasi Cikeusik
Tabel 1.5
Kondisi dan Fungsi
Saluran Irigasi D.I. Cikeusik
Catatan :
Mengacu pada Permen PU No. 32 Tahun 2007 terdapat
indikator nilai didalamnya sebagai berikut :
1.
Kondisi
baik
jika tingkat kerusakan <10%, diperlukan pemeliharaan rutin.
2.
Kondisi
rusak ringan jika tingkat kerusakan 10% - 20%,
diperlukan pemeliharaan berkala.
3.
Kondisi
rusak sedang jika tingkat kerusakan 20% - 40%,
diperlukan perbaikan.
4.
53
Kondisi rusak
berat jika tingkat kerusakan� >40%, diperlukan perbaikan berat atau
pergantian.
Dari hasil
analisis diatas, dapat diketahui bahwa kondisi banguan
dan saluran pada Daerah Irigasi Bendung Cikeusik sedikit mengalami kerusakan, kerusakan untuk kondisi bangunan
mencapai rata � rata 33,89%.
Dan untuk
Kondisi saluran irigasi mencapai rata � rata 0,87%. Yang berdampak pada menurunya fungsi jaringan irigasi sehingga pelayanan air pada Daerah Irigasi Cikeusik menjadi kurang optimal. Perlu adanya perbaikan
atau pergantian alat-alat yang rusak, sedangkan untuk� kondisi
saluran� irigasi perlu adanya
pemeliharaan rutin dan berkala.
C.
Curah
Hujan Di Kali Luasan
Mula-mula dihitung kebutuhan air selama � bulanan
berdasarkan luas areal tanam dengan cara luas areal tanam dikalikan dengan
koefisien masing-masing jenis tanam selanjutnya untuk memperoleh kebutuhan air
pada pintu tersier angka itu dikalikan dengan faktor kehilangan di saluran
tersier yaitu 1,25. Kemudian untuk mendapatkan angka kebutuhan air pada pintu
sekunder, hasil perhitungan diatas dikalikan lagi dengan faktor kehilangan di
saluran sekunder yaitu 1,10. Akhirnya untuk mendapatkan angka kebutuhan air di
pintu pengambilan angka itu dikalikan dengan faktor kehilangan di saluran
primer sebesar 1,05.
1.
Kebutuhan Air Tersier����������������� = KAS x 1.25
2.
Kebutuhan Air Sekunder = KAS x 1.10
3.
Kebutuhan Air Primer������������������ = KAS x 1.05
D.
Analisis Angka
Kebutuhan Nyata Operasional dan Pemeliharaan Bendung Cikeusik
Tabel 4.24
Biaya Operasional dan Pemeliharaan Bendung Cikeusik
Gambar
4.2
Grafik Perbandingan Biaya Operasional dan Pemeliharaan
Bendung Cikeusik
Dari data diatas dapat
diketahui bahwa Biaya Operasional dan Pemeliharaan pada Bendung Cikeusik dari
tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 mengalami naik turun biaya, sehingga
dikatakan mengalami ketidakberhasilan.
Kesimpulan
Dari hasil analisis dan pembahasan,
maka dapat diambil beberapa kesimpulan yaitu:
1.
Dari hasil analisis diatas, dapat
diketahui bahwa kondisi banguan dan saluran pada Daerah Irigasi Bendung
Cikeusik sedikit mengalami kerusakan, kerusakan untuk kondisi bangunan mencapai
rata � rata 33,89%. Dan untuk kondisi saluran irigasi mencapai rata � rata
0,87%.
2.
Dari hasil analisis diatas diketahui
bahwa tenaga pengelola pada Daerah Irigasi Bendung Cikeusik tersedia 65 orang,
sedangkan yang dibutuhkan adalah 102 orang dengan prosentase kekurangan
mencapai 20,32%
3.
Hasil analisis pola tanam pada D.I
Bendung Cikeusik yaitu menggunakan padi-palawija debit yang tersedia pada D.I
Bendung Cikeusik sudah terpenuhi.
4.
Dari data diatas dapat diketahui bahwa
Biaya Operasional dan Pemeliharaan pada Bendung Cikeusik dari tahun 2010 sampai
dengan tahun 2012 mengalami naik turun biaya, sehingga dikatakan mengalami
ketidakberhasilan.
�����������������������������������������������������������
BLIBIOGRAFI
Aditia
Pribadi, Dehan. 2014. Analisis
Sistem Kinerja Daerah Irigasi Pada Daerah Irigasi Sungai Cipager Kabupaten
Cirebon. (Skripsi) Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Budhiono,R.M. 2011. Kajian Sistem
Jaringan Irigasi Rentang pada Saluran Induk Utara Kabupaten Indramayu. (Skripsi)
Universitas Swadaya Gunung Jati Cirebon.
Joni Alfian,
Ade. 2010. Evaluasi Operasi dan Pemeliharaan Bendung Cangkuang
Kecamatan Babakan Kabupaten Cirebon. (Skripsi) Universitas Swadaya Gunung
Jati Cirebon.
Mangkunegara,
ap. 2000. Evaluasi
Kinerja SDM. Jakarta.
Mawardi,
E dan Memed M. 2002. Desain Hidraulik
Bendung Tetap. Bandung: Alfabeta.
Murtiningrum.
2007.
Analisis Keseragaman Pemberian Air.
Unswagati. 2015 �Pedoman
Penulisan Skripsi�. Universitas Swadaya
Gunung Jati, Cirebon.
Purwanto. 2006. Metodologi
Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Gaung Persada Press.
Pusposutardji. 1985. Dampak
Lingkungan Terhadap Irigasi.
Sidharta. 1997.
Irigasi dan Bangunan Air.
Sudjarwadi. 1979. Pengantar Teknik Irigasi. Jakarta.
Sumaryanto
cs. 2006. Evaluasi Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi dan Upaya Perbaikannya. �Pusat Analisis Sosial Ekonomi dan Kebijakan
Pertanian Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian Departemen Pertanian.
Suyono,
Ir, Kensaku Takeda. 1976. Hidrologi untuk
Pengairan. PT. Pradnya Paramita. Jakarta.
Syarif . �2002.
Analisis Dampak O & P pasa Objek
Irigasi. Jakarta.\
Wahyudi.
1987. Definisi Irigasi. Institut
Pertanian Bogor.
Witmore,
John. 1997. Coaching
for Performance. Universitas of California .