Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 4, No. 3 Maret 2019
ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERENCANAAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR
(STUDI KASUS SUNGAI CONDONG KABUPATEN CIREBON)
Heri
Mulyono dan Bagas Ramadhan
Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Daerah
Aliran Sungai (DAS) Condong adalah salah satu daerah aliran sungai yang
terletak di Gunung Jati Kabupaten Cirebon Jawa barat, dan melintasi 5 kecamatan
yang ada di Cirebon. Sungai condong meluap dan menggenangi 5 kecamatan yang ada
di Cirebon, penyebabnya adalah karena sungai ini tidak dapat menampung debit
banjir yang ada dan banyaknya sedimentasi baik dihulu maupun dipertengahan
sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi dari bencana
banjir yang terjadi pada Sungai Condong. Metode penelitian yang digunakan yaitu
metode pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data primer dan sekunder
adalah langkah awal dari penelitian ini. kemudian di analisis guna mendapatkan
parameter untuk menentukan debit banjir dan metode pengendaliannya. Berdasarkan
hasil analisis diperoleh debit banjir puncak HSS Nakayasu untuk periode ulang
25 tahun sebesar Q25 = 200,129 m3/det pada t = 1,94 jam,
sedangkan kapasitas tampungan sungai condong sebesar Q = 188,409 m3/det,
sehingga. dapat disimpulkan bahwa sungai condong berpotensi banjir. maka perlu
di cari solusi untuk pengendalian banjir Sungai Condong, yaitu berupa
normalisasi sungai, pembuatan tanggul dan pembuatan kolam retensi.
Kata Kunci :
Hidrologi, banjir, Condong, Kolam retensi, Nakayasu.
Pendahuluan
Kabupaten Cirebon adalah salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa
Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu
gerbang Provinsi Jawa Barat.Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah
produsen beras yang terletak dijalur pantura.
Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir laut jawa. Letak
geografis wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi 6⁰30�-7⁰00� LS dan 108⁰40�-108⁰48� BT. Bagian utara merupakan dataran rendah, sedangkan bagian
barat daya merupakan pegunungan. Untuk wilayah yang terletak sepanjang jalur
pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0-10 m
dari permukaan air laut, sedangkan untuk wilayah pegunungan memiliki letak
ketinggian antara 11-130 m dari permukaan air laut. Kabupaten Cirebon dilewati
oleh 2 aliran sungai, yaitu DAS Cisanggarung dan DAS Cimanuk. Luas wilayah
untuk DAS Cimanuk Cisanggarung yaitu � 7,711 km2, terdiri dari 4 sub
wilayah sungai, salah satunya adalah sub wilayah Sungai Pantura � Cirebon � Indramayu
dengan memiliki luas �1,820 km2 yang merupakan kumpulan
sungai-sungai kecil.
Sungai utama yang terdapat pada sub wilayah Sungai Pantura �
Cirebon � Indramayu salah satunya adalah Sungai Condong. Sungai Condong adalah
sungai yang berada di daerah Gunung Jati Kabupaten Cirebon, sungai ini adalah
salah satu sungai utama yang memiliki panjang, yaitu 17 km dan memiliki Luas
Daerah Aliran Sungai 45 km2. Sungai ini merupakan salah satu sungai
yang berfungsi untuk mengalirkan dan menampung besarnya air yang berasal dari
berbagai anak sungai dihulu dan pertengah sungai yang kemudian dialirkan ke
Laut Jawa. Sungai ini pun berfungsi sebagai tempat bersandarnya perahu - perahu
kecil milik nelayan yang bermukim di sekitar Sungai Condong.
Sungai Condong sendiri merupakan sungai yang
memiliki bentuk memanjang dengan bagian hulu dan pertengahan sungai yang
melebar sedangkan dibagian hilir mengalami penyempitan. Bentuk sungai seperti ini menyebabkan konsentrasi aliran
yang cukup panjang ditambah dengan banyaknya anak sungai dihulu dan pertengahan
sungai menyebabkan besarnya aliran yang ada serta berpotensi mengalami banjir
dibagian hilir. Pada tahun 2018 sungai condong mengalami bencana banjir
diakibatkan oleh debit air yang datang dari hulu melebihi kapasitas tampungan
sungai yang ada dan ditambah dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan banyaknya
sedimentasi sehingga sungai ini meluap dan menggenangi ribuan rumah di 5
kecamatan, yakni Kecamatan Kedawung, Plered, Panguragan, Kecamatan Plumbon� dan Kecamatan Gunung Jati, �terdapat 3 desa yang mengalami banjir terparah
yaitu Desa Wanakaya, Desa Astana dan Desa Jatimerta, Kecamatan Gunung Jati,
tinggi air yang menggenangi 3 desa ini mencapai 2 m lebih sehingga warga merasa
takut dan khawatir dengan keadaan rumahnya yang terendam. Karena adanya kejadian ini para warga di 3 desa tersebut mengalami banyak
kerugian material diakibatkan tidak sempat menyelematkan barang-barang yang ada
dirumah masing-masing.
Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk
menganalisis
hidrolika pada Sungai Condong untuk mengetahui besar tampungan yang ada, analisis
data curah hujan maksimum tahunan Sungai Condong dan menentukan
cara penanganan dengan merencanakan pengendalian banjir pada sungai condong
yang meluap, dengan cara melakukan perbaikan dan pengaturan alur � alur sungai
dengan cara pembuatan tanggul, normalisasi sungai dan pembuatan kolam retensi
banjir.
Metode Penelitian
Dalam
penelitian ini, pengumpulan data yang ada dilakukan dengan teknik sebagai
berikut :
1.
Observasi
lapangan
Observasi adalah pengumpulan data
dengan cara melakukan langsung pengamatan di lapangan. Tujuanya adalah agar
mendapatkan gambaran sebagai pertimbangan untuk menentukan hasil dari
pengamatan tersebut.
2.
Biografi
Biografi adalah teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen atau arsip
terkait dengan penelitian.
3.
Wawancara
Teknik ini adalah dengan menanyakan
langsung kepada narasumber yang bersangkutan yang berkaitan langsung dengan
objek penelitian.
Metode analisis yang dipakai untuk mencari harga rata�rata� curah hujan maksimum pada suatu daerah yaitu
menggunakan Metode Poligon Thiessen.
Metode Poligon Thiessen ini berkaitan
dengan perhitungan luasan DAS , perhitunganya menggunakan square methode (Metode Segi Empat). Metode yang digunakan untuk
menentukan curah hujan rencana adalah dengan menggunakan metode E.J Gumbel.
Hasil dan Pembahasan
1. Analisis
Hidrologi
Analisis hidrologi bertujuan untuk
mengetahui curah hujan rata-rata yang terjadi pada daerah tangkapan hujan yang
berpengaruh pada besarnya debit Sungai Condong. Analisis dilakukan terhadap
data hujan harian antara tahun 1999 sampai 2018 ( 20 tahun ) yang diperoleh
dari stasiun pengukuran hujan di tiga lokasi, yaitu:
a.
Stasiun
Cangkol
b.
Stasiun
Cangkring
c.
Stasiun
Sindang Jawa
Hal
pertama yang dilakukan adalah menentukan curah hujan maksimum harian setiap
tahun. Kemudian analisis curah hujan maksimum dengan menggunakan metode thiessen, setelah itu ditinjau
distribusi perhitungan curah hujan rencana yang sesuai dengan meninjau beberapa
parameter statistik. Dilakukan uji
keselarasan chi kuadrat. Selanjutnya menghitung debit banjir rencana
menggunakan metode Der weduwen dan HSS Nakayasu, setelah itu menghitung
intensitas hujan Metode Mononobe.
2. Analisis
curah hujan maksimum harian rata-rata daerah
Analisis curah hujan maksimum harian
rata-rata daerah dilakukan dengan menggunakan metode thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh
stasiun yang bersangkutan untuk digunakan sebagai koefisien dalam menghitung
hujan maksimum harian rata-rata daerah, atau biasa disebut koefisien thiessen (c) .
Hasil perhitungan koefisien thiessendisajikan
pada tabel 1.
Tabel
1
Luas Hasil Perhitungan Metode Poligon Thiessen
No Sta |
Nama Stasiun |
Luas DPA (km2) |
Koefi. C |
62 43 46 |
Cangkol Cangkring Sindang Jawa |
3,75 km2 25 km2 16,25 km2 |
0,083 0,556 0,361 |
|
Luas total |
45 |
1 |
Tabel 2
Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Harian Maksimum dengan Metode Thiessen
No |
Tahun |
Cangkol |
Cangkring |
Sindang Jawa |
Rh Rencana |
|||
Sta. 62 |
Sta. 43 |
Sta. 46 |
||||||
C = 0,083 |
C= 0,556 |
C = 0,361 |
||||||
Ri |
Ri.C |
Ri |
Ri.C |
Ri |
Ri.C |
|||
(mm) |
(mm) |
(mm) |
(mm) |
(mm) |
(mm) |
|||
1 |
1999 |
180 |
15 |
180 |
100,08 |
170 |
61,37 |
176,6275 |
2 |
2000 |
170 |
14 |
150 |
�83,4 |
165 |
59,565 |
157,2961 |
3 |
2001 |
155 |
13 |
140 |
77,84 |
150 |
54,15 |
145,0569 |
4 |
2002 |
130 |
11 |
120 |
66,72 |
155 |
55,955 |
133,6133 |
5 |
2003 |
89 |
8 |
90 |
50,04 |
130 |
46,93 |
104,4413 |
6 |
2004 |
165 |
14 |
117 |
65,052 |
120 |
43,32 |
122,3105 |
7 |
2005 |
90 |
8 |
125 |
69,5 |
79 |
28,519 |
105,6121 |
8 |
2006 |
107 |
9 |
114 |
63,384 |
100 |
36,1 |
108,5069 |
9 |
2007 |
100 |
9 |
82 |
45,592 |
100 |
36,1 |
90,11994 |
10 |
2008 |
60 |
5 |
167 |
92,852 |
90 |
32,49 |
130,3771 |
11 |
2009 |
60 |
5 |
113 |
62,828 |
86 |
31,046 |
98,91203 |
12 |
2010 |
100 |
9 |
143 |
79,508 |
100 |
36,1 |
124,0359 |
13 |
2011 |
105 |
9 |
188 |
104,528 |
83 |
29,963 |
143,3562 |
14 |
2012 |
120 |
10 |
72 |
40,032 |
35 |
12,635 |
62,84178 |
15 |
2013 |
77 |
7 |
113 |
62,828 |
70 |
25,27 |
94,59256 |
16 |
2014 |
75 |
6 |
68 |
37,808 |
116 |
41,876 |
85,97542 |
17 |
2015 |
80 |
7 |
68 |
37,808 |
116 |
41,876 |
86,40042 |
18 |
2016 |
152 |
13 |
120 |
66,72 |
76 |
27,436 |
107,0212 |
19 |
2017 |
120 |
10 |
130 |
72,28 |
87 |
31,407 |
113,8243 |
20 |
2018 |
216 |
18 |
100 |
55,6 |
183 |
66,063 |
139,8911 |
Σ RH |
2330,813 |
|||||||
Xr |
116,5406 |
Sumber
: Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk � Cisanggarung
3. Analisis
Distribusi Curah Hujan
Dari hasil perhitungan curah hujan
rata-rata maksimum metode thiessen di
atas perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan harian maksimum guna
menentukan debit banjir rencana. Untuk penentuan curah hujan yang akan dipakai
dalam menghitung besarnya debit banjir rencana berdasarkan analisa distribusi
curah hujan awalnya dengan pengukuran dispersi dilanjutkan dengan pengukuran
dispersi logaritma dan pengujian kecocokan sebaran. Beberapa macam cara untuk
mengukur dispersi diantaranya adalah :
1.
Standar
deviasi (Sd)
Sd����� =
2.
Koefisien
skewness (Cs)
Cs����� =
3.
Koefisien
kurtosis (CK)
Ck���� =
4.
Koefisien
variasi (Cv)
Cv���� =�
Perhitungan parameter statistik
untuk menghitung Sd, Ck, dan Cs dapat dilihat pada tabel 3
Tabel 3
Parameter
Statistik Untuk Menghitung Sd, Ck Dan Cs
No |
Tahun |
Rh Rencana |
(Xi-X) |
(Xi-X)� |
(Xi-X)� |
(Xi-X)⁴ |
1 |
1999 |
176,63 |
60,087 |
3610,431 |
216939,477 |
13035212,570 |
2 |
2000 |
157,30 |
40,755 |
1661,008 |
67695,153 |
2758947,489 |
3 |
2001 |
145,06 |
28,516 |
813,178 |
23188,803 |
661258,265 |
4 |
2011 |
143,36 |
26,816 |
719,074 |
19282,360 |
517067,125 |
5 |
2018 |
139,89 |
23,350 |
545,246 |
12731,756 |
297292,809 |
6 |
2002 |
133,61 |
17,073 |
291,476 |
4976,276 |
84958,317 |
7 |
2008 |
130,38 |
13,837 |
191,449 |
2648,985 |
36652,696 |
8 |
2010 |
124,04 |
7,495 |
56,180 |
421,083 |
3156,142 |
9 |
2004 |
122,31 |
5,770 |
33,292 |
192,089 |
1108,333 |
10 |
2017 |
113,82 |
-2,716 |
7,378 |
-20,042 |
54,442 |
11 |
2006 |
108,51 |
-8,034 |
64,540 |
-518,497 |
4165,451 |
12 |
2016 |
107,02 |
-9,519 |
90,619 |
-862,640 |
8211,815 |
13 |
2005 |
105,61 |
-10,929 |
119,434 |
-1305,238 |
14264,376 |
14 |
2003 |
104,44 |
-12,099 |
146,393 |
-1771,260 |
21431,034 |
15 |
2009 |
98,91 |
-17,629 |
310,768 |
-5478,406 |
96576,688 |
16 |
2013 |
94,59 |
-21,948 |
481,718 |
-10572,792 |
232052,496 |
17 |
2007 |
90,12 |
-26,421 |
698,053 |
-18443,055 |
487278,393 |
18 |
2015 |
86,40 |
-30,140 |
908,433 |
-27380,386 |
825251,036 |
19 |
2014 |
85,98 |
-30,565 |
934,233 |
-28555,047 |
872791,493 |
20 |
2012 |
62,84 |
-53,699 |
2883,568 |
-154844,306 |
8314963,004 |
JUMLAH |
2331 |
0,000 |
14566,471 |
98324,313 |
28272693,973 |
|
RERATA (X) |
116,5 |
|
|
|
|
Hasil
perhitungan dispersi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel
4.4
Hasil Perhitungan Dispersi Statistik
Parameter |
Nilai |
Sd |
27,69 |
CS |
0,271 |
Ck |
2,405 |
CV |
0,237 |
Selanjutnya
dilakukan pengukuran dispersi dengan logaritma. Dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 5
Pengukuran Dispersi Dengan Logaritma
Tahun |
X |
Log X |
Logxi -Log Xrt |
(Logxi -Log Xrt)� |
(Logxi -Log Xrt)� |
(Logxi -Log Xrt)⁴ |
1999 |
176,63 |
2,25 |
0,19264 |
0,03711 |
0,00715 |
0,0013771 |
2000 |
157,30 |
2,20 |
0,14230 |
0,02025 |
0,00288 |
0,0004100 |
2001 |
145,06 |
2,16 |
0,10712 |
0,01147 |
0,00123 |
0,0001317 |
2011 |
143,36 |
2,16 |
0,10200 |
0,01040 |
0,00106 |
0,0001082 |
2018 |
139,89 |
2,15 |
0,09137 |
0,00835 |
0,00076 |
0,0000697 |
2002 |
133,61 |
2,13 |
0,07143 |
0,00510 |
0,00036 |
0,0000260 |
2008 |
130,38 |
2,12 |
0,06078 |
0,00369 |
0,00022 |
0,0000136 |
2010 |
124,04 |
2,09 |
0,03913 |
0,00153 |
0,00006 |
0,0000023 |
2004 |
122,31 |
2,09 |
0,03304 |
0,00109 |
0,00004 |
0,0000012 |
2017 |
113,82 |
2,06 |
0,00182 |
0,00000 |
0,00000 |
0,0000000 |
2006 |
108,51 |
2,04 |
-0,01896 |
0,00036 |
-0,00001 |
0,0000001 |
2016 |
107,02 |
2,03 |
-0,02495 |
0,00062 |
-0,00002 |
0,0000004 |
2005 |
105,61 |
2,02 |
-0,03071 |
0,00094 |
-0,00003 |
0,0000009 |
2003 |
104,44 |
2,02 |
-0,03555 |
0,00126 |
-0,00004 |
0,0000016 |
2009 |
98,91 |
2,00 |
-0,05917 |
0,00350 |
-0,00021 |
0,0000123 |
2013 |
94,59 |
1,98 |
-0,07856 |
0,00617 |
-0,00048 |
0,0000381 |
2007 |
90,12 |
1,95 |
-0,09960 |
0,00992 |
-0,00099 |
0,0000984 |
2015 |
86,40 |
1,94 |
-0,11790 |
0,01390 |
-0,00164 |
0,0001932 |
2014 |
85,98 |
1,93 |
-0,12005 |
0,01441 |
-0,00173 |
0,0002077 |
2012 |
62,84 |
1,80 |
-0,25617 |
0,06562 |
-0,01681 |
0,0043065 |
JUMLAH |
2331 |
41,08 |
0,00000 |
0,21573 |
-0,00819 |
0,00700 |
RERATA Xrt |
117 |
2,05 |
|
|
|
|
Hasil
pengukuran dispersi dengan logaritma dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 6
Hasil
Pengukuran Dispersi Logaritma
Parameter |
Nilai |
Sd |
0,11 |
CS |
0,395 |
Ck |
3,175 |
CV |
0,00091 |
Tabel 7
�Perbandingan Hasil Pengukuran Dispersi Dan
Pengukuran Dispersi Logaritma
NO |
DISPERSI |
HASIL DISPERSI |
|
PARAMETER STATISTIK |
PARAMETER STATISTIK LOGARITMA |
||
1 |
Sd |
27,69 |
0,11 |
2 |
CS |
0,270871733 |
0,3957932 |
3 |
CK |
2,40511419 |
3,175855448 |
4 |
CV |
0,23758716 |
0,000914316 |
Hasil uji
distribusi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 8
Hasil Uji Distribusi
JENIS DISTRIBUSI |
SYARAT |
PERHITUNGAN |
KESIMPULAN |
|
NORMAL |
CS���� ̴ 0 |
CS = 0,270 |
TIDAK MEMENUHI |
|
CK�� ̴ 3 |
CK = 2,405 |
|||
GUMBEL |
CS ≤ 1,1396 |
CS = 0,270 |
MEMENUHI |
|
CK ≤ 5,4002 |
CK = 2,405 |
|||
LOG PEARSON |
CS ≠ 0 |
CS = 0,395 |
TIDAK MEMENUHI |
|
LOG NORMAL |
CS�� ̴ 3CV + (CV^2) = 3 |
CS = 0,395 |
TIDAK MEMENUHI |
|
CK = 5,383 |
CK = 3,175 |
Dari
hasil perhitungan diatas didapat Cs = 0,270 dan ck = 2,405 maka model
distribusi yang digunakan adalah metode gumbel, karena hasil CS dan Ck dianggap
paling mendekati parameter.
Perhitungan
chi-kuadrat dapat dilihat pada tabel
dibawah ini :
Tabel 9
Hasil Perhitungan Chi �
Kuadrat
NO |
Probabilitas |
Jumlah |
Oi-Ei |
(Oi-Ei)2 |
|
Oi |
Ei |
Ei |
|||
1 |
48,62 < x < 77,06 |
6 |
4 |
2 |
1 |
2 |
77,06 < x < 105,5 |
6 |
4 |
2 |
1 |
3 |
105,5 < x < 133,94 |
4 |
4 |
0 |
0 |
4 |
133,94 < x < 162,38 |
2 |
4 |
-2 |
1 |
5 |
162,38 < x < 190,82 |
2 |
4 |
-2 |
1 |
|
Jumlah |
20 |
20 |
|
4 |
Chi-square hitung (Xh2)��������������������������������� =��������� 4
n������������������������������������������������������������������� =��������� 20
k������������������������������������������������������������������� =
�������� 5
Derajat Kebebasan (DK)������������������������������ =��������� 3
DK = Derajat Signifikasi Alpha (%)��� =
�������� 5 %
Chi � square kritis (Xh2cr)����������������������������� = �������� 7,815
Xh2< Xh2cr
--------------------------------->����������
Hipotesa dapat diterima
Dari pengujian yang dilakukan dengan
menggunakan metode chi square didapat
bahwa (Xh2) = 4 , sedangkan (Xh2cr) = 7,815 dengan
tingkat kepercayaan a = 5%. Karena (Xh2) < (Xh2 kritis)
maka data dapat diterima.
Perhitungan curah hujan rencana
dengan periode ulang tertentu dilakukan dengan metode gumbel.
Tabel 10
Analisis
Periode Ulang Dengan Menggunakan Metode Gumbel
NO |
TAHUN |
X |
m |
n +1 |
ΣXr |
X-Xr |
(X-Xr)� |
X� |
M |
(ΣX/n) |
|||||||
1 |
1999 |
176,63 |
1,00 |
21,00 |
116,54 |
60,09 |
3610,43 |
31197,28 |
2 |
2011 |
143,36 |
2,00 |
10,50 |
116,54 |
26,82 |
719,07 |
20551,00 |
3 |
2018 |
139,89 |
3,00 |
7,00 |
116,54 |
23,35 |
545,25 |
19569,53 |
4 |
2008 |
130,38 |
4,00 |
5,25 |
116,54 |
13,84 |
191,45 |
16998,20 |
5 |
2017 |
113,82 |
5,00 |
4,20 |
116,54 |
-2,72 |
7,38 |
12955,97 |
6 |
2010 |
124,04 |
6,00 |
3,50 |
116,54 |
7,50 |
56,18 |
15384,92 |
7 |
2006 |
108,51 |
7,00 |
3,00 |
116,54 |
-8,03 |
64,54 |
11773,76 |
8 |
2000 |
157,30 |
8,00 |
2,63 |
116,54 |
40,76 |
1661,01 |
24742,07 |
9 |
2016 |
107,02 |
9,00 |
2,33 |
116,54 |
-9,52 |
90,62 |
11453,55 |
10 |
2005 |
105,61 |
10,00 |
2,10 |
116,54 |
-10,93 |
119,43 |
11153,91 |
11 |
2004 |
122,31 |
11,00 |
1,91 |
116,54 |
5,77 |
33,29 |
14959,87 |
12 |
2009 |
98,91 |
12,00 |
1,75 |
116,54 |
-17,63 |
310,77 |
9783,59 |
13 |
2013 |
94,59 |
13,00 |
1,62 |
116,54 |
-21,95 |
481,72 |
8947,75 |
14 |
2003 |
104,44 |
14,00 |
1,50 |
116,54 |
-12,10 |
146,39 |
10907,99 |
15 |
2002 |
133,61 |
15,00 |
1,40 |
116,54 |
17,07 |
291,48 |
17852,52 |
16 |
2001 |
145,06 |
16,00 |
1,31 |
116,54 |
28,52 |
813,18 |
21041,51 |
17 |
2015 |
86,40 |
17,00 |
1,24 |
116,54 |
-30,14 |
908,43 |
7465,03 |
18 |
2007 |
90,12 |
18,00 |
1,17 |
116,54 |
-26,42 |
698,05 |
8121,60 |
19 |
2014 |
85,98 |
19,00 |
1,11 |
116,54 |
-30,57 |
934,23 |
7391,77 |
20 |
2012 |
62,84 |
20,00 |
1,05 |
116,54 |
-53,70 |
2883,57 |
3949,09 |
Σ X |
|
2330 |
|
|
|
(X-Xr)� |
14566,47 |
|
Perhitungan :
n= 20
Xt������� =
Dimana :
Xr����� = curah hujan rencana
dalam periode ulang n tahun
Sd����� = standar deviasi
Yt����� = reduce variate
Yn���� = reduce mean
Sn����� = reduce standard variation
Perhitungan
curah hujan dengan metode gumbel :
Sd������� =���������
Xr������� = ��������
Dari tabel reduce standard deviation dan reduce mean, untuk n = 20 tahun adalah :
Sn������� = 1,0628 (dari tabel
reduce standard deviation)
Yn������� = 0,5236 (dari tabel
reduce mean)
Dari tabel reduce variate,
didapat :
T��������� =��������� 2 tahun Yt������� ����������� =��������� 0,3665
T��������� =��������� 5 tahun Yt������� ����������� =��������� 1,4999
T��������� =��������� 10 tahun���������� Yt������� = �������� 2,2502
T��������� =��������� 25 tahun���������� Yt������� =��������� 3,1985
T��������� =��������� 50 tahun���������� Yt������� =��������� 3,9019
T��������� =��������� 100 tahun�������� Yt������� = �������� 4,6001
��������������������������� Xt��� = Xr+�
(Yt-Yn)/Sn� x Sd
Maka didapat hasil :
Perhitungan curah hujan rencana :
R2���� = 116 +
R5���� = 116 +
R10�� = 116 +
R25�� = 116 +
R50�� = 116 +
R100 = 116 +
Tabel 11
Hasil
Perhitungan Periode Ulang Curah Hujan Metode Gumbel
Periode Ulang |
Stasiun cangkring |
R2 |
112,447 |
R5 |
141,975 |
R10 |
172,552 |
R25 |
200,228 |
R50 |
204,553 |
R100 |
222,743 |
4. Perhitungan
Debit Banjir Rencana
a. Analisis
Debit Banjir Rencana
Perhitungan analisis debit banjir
rencana seharusnya menggunakan data debit dari sungai yang diteliti akan tetapi
karena data debit yang dibutuhkan tidak tersedia, maka untuk melakukan analisis
debit banjir akan menggunakan data curah hujan. analisis debit banjir rencana
menggunakan Analisis Metode Weduwen dan Metode Hss Nakayasu. Sedangkan untuk
analisis curah hujan jam-jaman menggunakan Metode Monobe.
b. Metode
Weduwen
Metode ini khusus digunakan untuk
menghitung debit banjir dengan luas DAS < 100 Km2.
Rumus untuk metode weduwen adalah :
Qn���� = α x β x q x
A
Dimana :
Qn���� = debit rencana
(m3/det)
������ = koefisien run
off
������ = koefisien
reduksi
A������ = luas DPS
q������� = curah hujan
Tabel 12
Debit banjir rencana dengan metode weduwen
1) Distribusi
Hujan Jam � Jaman Metode Monobe
Karena tidak tersedianya data curah hujan jam-jaman pada lokasi
rencana, maka untuk perhitungan distribusi hujan menggunakan rumus Monobe, kemudian untuk lamanya hujan
terpusat di Indonesia berkisar 5-7 jam/hari.
�
Rt����� =
�
RT���� = t x Rt � ( t � 1 ) x
Rt
Dimana :
Rt����� =��������� intensitas hujan rata-rata
R24���� =��������� curah hujan dalam 1 hari (mm)
t�������� =��������� waktu konsentraasi (6 jam )
T������� =��������� waktu mulai hujan (jam)
Tabel 13
Presentase distribusi hujan jam - jaman
Tabel 14
Curah hujan effektif sungai condong
2) Debit
Banjir Rencana (HSS Nakayasu)
Untuk mendapatkan debit banjir rencana, maka lengkung naik dan
turun hidrograf dilakukan dalam tabel berikut :
Luas DPS ( A )�� = 45 km2
Panjang sungai���� = 17 km
Tabel 15
Parameter Lengkung Naik Dan Lengkung Turun Metode Nakayasu
Parameter |
Satuan |
Hasil |
|
tg = 0,4 + 0,058 L |
Jam |
1,386 |
|
a = 0,47 + (A.L)0,25
/ tg |
|
4,134 |
|
tr = (0,5 - 1 tg) |
Jam |
0,693 |
|
Tp = tg + 0,8 tr |
Jam |
1,940 |
|
T0.3 = a .
tg |
Jam |
5,729 |
|
0.5 x T0.3 |
Jam |
2,865 |
|
1.5 x T0.3 |
Jam |
8,594 |
|
Tp x T0.3 |
Jam |
11,117 |
|
2,0 x T₀,₃ |
Jam |
11,458 |
|
Tp x T₀,₃ |
Jam |
11,117 |
|
Tp + T₀,₃ + 1,5 x T₀,₃ |
Jam |
16,263 |
|
|
|
|
|
m�/det |
1,981 |
||
|
Tabel 16
Debit puncak hidograf Nakayasu
Tabel 17
Resume Perhitungan Debit Banjir Rencana
Metode Weduwen Dan HSS Nakayasu Untuk Sungai Condong
Kala Ulang |
Metode |
|
Weduwen |
Nakayasu |
|
2 |
75,51152925 |
112,3913756 |
5 |
95,34046586 |
141,9047689 |
10 |
115,8738374 |
172,4666434 |
25 |
134,459302 |
200,1292527 |
50 |
137,3638705 |
204,4524131 |
100 |
149,5785976 |
222,6328153 |
�
5. Perencanaan
Kolam Retensi
a. Data
yang dibutuhkan :
- Debit Rencana Banjir Q25 tahun HSS Nakayasu
- Luas daerah genangan banjir lokasi penelitian
b. Langkah
Perhitungan kolam retensi :
1)
Menghitung
luas daerah genangan lokasi penelitian.
2)
Menentukan
debit banjir rencana Q25 tahun dari tabel perhitungan HSS Nakayasu.
3)
Mengitung
volume air kolam retensi.
4)
Menentukan
dimensi kolam retensi.
5)
Menentukan
kapasitas pompa yang dibutuhkan.
6)
Membuat
grafik antara volume air untuk kolam retensi dan kapasitas pompa.
Untuk melakukan perhitungan kolam
retensi data yang dibutuhkan adalah data debit banjir HSS nakayasu dengan periode ulang Q25 tahun, dibawah ini adalah
tabel resume perhitungan debit banjir HSS nakayasu :
a.
Perhitungan
menggunakan bantuan square methode
-
Skala
1 : 60000 cm
Untuk luas 1 kotak memiliki nilai besaran :
0,6 km x 0,6 km = 0,36 km2
Setelah dilakukan perhitungan dengan melalui peta RBI yang sudah
diperbesar ukuranya didapat hasil 62 kotak dari ke 3 desa yang diteliti.
Sehingga untuk luas daerah genangan sungai condong yaitu :
62 kotak x 0,36 km2 = 22,32 km2
b.
Debit
banjir rencana Q25 tahun didapat dari tabel 4.27 diatas yaitu sebesar = 200,129
m3/det.
c.
Volume
air genangan pada Daerah Wanakaya, Astana dan Kalisapu :
Vairgenangan
�������� = Luas daerah genangan x
curah hujan periode
����������������������������������� �� 25 tahun
Vairgenangan��������� = 22,32 km2 x 200,129 mm
����������������������������������� = 22320000 m2
x 0,200129 m
����������������������������������� = 4.466.879
m3
Untuk mengatasi air genangan yang
sering terjadi akibat luapan Sungai Condong dan intensitas hujan yang ditinggi
direncanakan polder, dengan melihat kondisi langsung dilapangan maka didapat
data sebagai berikut :
Panjang
(P) = 450 m, lebar (L) = 450 m dan kedalaman (H) = 15 m, sehingga dapat
menampung volume air sebesar :
Vpolder�� = P x L x
H
����������������������� = 450
m x 450 m x 15 m
����������������������� =
3.037.500 m3
Setelah dilakukan perhitungan ternyata kapasitas air yang dapat
ditampung oleh polder hanya 3.037.500 m3< 4.466.879 m3,
untuk membuang kelebihan air yang ada maka digunakan perhitungan kapasitas
pompa. Pompa air ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :
Kapasitas pompa =
Dimana :
Vair genangan =����� volume
air genangan pada desa
����������������������������������� wanakaya,
astana dan kalisapu (m3)
Vrencanapolder = volume yang dapat ditampung oleh polder
(m3)
(t)�
����� ���������= asumsi kinerja pompa dalam 1 hari
Jadi kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam 1 hari adalah :
�
Kap.
pompa t ( 1 hari ) ��������� =
����������������������������������������������������������� =
����������������������������������������������������������� =
16,54 m3/det
d.
Menentukan
Kebutuhan Pompa
Diasumsikan kapasitas 1 pompa yang
akan digunakan adalah 1,2 m3/det, maka untuk jumlah pompa yang harus
digunakan dapat di cari dengan rumus berikut ini :
Kebutuhan pompa ��������� =
�������������������������������������� ����������� =
����������������������������������������������� ����������� = 13,78 buah pompa� � 14 buah pompa
��������� Maka jumlah pompa yang dibutuhkan
untuk mengalirkan volume air genangan banjir sebesar 1.429.379 m3
dalam waktu 1 hari adalah 14 buah pompa dengan kapasitas 1,2 m3/detik.�
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat di ambil
beberapa kesimpulan antara lain :
1.
Sungai
Condong sudah tidak bisa menampung debit banjir Q25, karena
kapasitas sungai sudah tidak bisa menampung debit banjir sebesar Q25 = 200,129
m3/det.
2.
Hasil
analisis perhitungan debit banjir rencana Metode HSS Nakayasu didapat puncak hidrograf yaitu Q25 = 200,129 m3/det
dan kapasitas eksisting Sungai Condong Q = 188,904 m3/det, sehingga
dapat disimpulkan Sungai Condong mengalami banjir dan harus dilakukan pembuatan
tanggul dan normalisasi sungai. Debit tampungan Sungai Condong setelah
dilakukan pembuatan tanggul Q = 394,281 m3/det dan setelah
normalisasi Q = 335,947 m3/det sehingga Sungai Condong dapat
menampung debit banjir sampai Q100 tahun.
3.
Metode
pengendalian banjir pada Sungai Condong adalah dengan membuat kolam retensi
dengan dimensi P = 450 m, L = 450 m dan H = 15 m ditambah dengan penggunaan
pompa air sebanyak 14 buah dengan kapasitas 1,2 m3/det
BIBLIOGRAFI
Setiawan,
Didit. 2014. Analisis Pengembangan Sistem
Pengendalian Banjir Sungai Pangkalan Kabupaten Indramayu. Fakultas Teknik
Unswagati, Cirebon.
Astuti, Andina
Fuji. 2017. Analisis Penanggulangan
Banjir Sungai Kanci. Fakultas Teknik Unswagati, Cirebon.
Ardiansyah,
Novan. 2017. Analisis Perencanaan dan
Penanggulangan Banjir Studi Kasus Sungai Ciberes Kab. Cirebon. Fakultas
Teknik Unswagati, Cirebon.
Andayani, Reni
Dkk. 2017.Penanganan Banjir Dengan Kolam
Retensi (Retarding Basin) di Kelurahan Gandus Kota Palembang. Fakultas
Teknik Universitas Palembang, Palembang.
Balai Besar
Wilayah Sungai Cimanuk � Cisanggarung, Data
Curah Hujan Tahunan dan Peta.
UPTD
Provinsi� Wilayah Sungai Cimanuk �
Cisanggarung, Data Curah Hujan.diunduh
19 Mei 2018.
(Undang-Undang
No. 7 Tahun 2004, Sumber Daya Air).
Diunduh 19 Mei
2018.
Kamiana I Made. 2011. Teknik
Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha ilmu : Yogyakarta.
Permen PU No 63 Tahun 1993.Tentang
Daerah Penguasaan Sungai.Diunduh tgl 20 Mei 2018.
(https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-DASar/mimpi-tentang-DAS-ciliwung/), diunduh 20 Mei 2018.
http://harirustianto.blogspot.co.id/2010/12/bagian-bagian-sungai.html),
diunduh 20 Mei 2018.
(www.hukumonline.com/peraturanpemerintahno.35tahun1991tentangsungai), diunduh 19 Mei 2018.