Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

e-ISSN : 2548-1398

Vol. 4, No. 3 Maret 2019

 


ANALISIS HIDROLOGI UNTUK PERENCANAAN DAN PENANGGULANGAN BANJIR (STUDI KASUS SUNGAI CONDONG KABUPATEN CIREBON)

 

Heri Mulyono dan Bagas Ramadhan

Universitas Swadaya Gunung Jati (UGJ) Cirebon

Email: [email protected]

 

Abstrak

Daerah Aliran Sungai (DAS) Condong adalah salah satu daerah aliran sungai yang terletak di Gunung Jati Kabupaten Cirebon Jawa barat, dan melintasi 5 kecamatan yang ada di Cirebon. Sungai condong meluap dan menggenangi 5 kecamatan yang ada di Cirebon, penyebabnya adalah karena sungai ini tidak dapat menampung debit banjir yang ada dan banyaknya sedimentasi baik dihulu maupun dipertengahan sungai. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menemukan solusi dari bencana banjir yang terjadi pada Sungai Condong. Metode penelitian yang digunakan yaitu metode pengumpulan dan analisis data. Pengumpulan data primer dan sekunder adalah langkah awal dari penelitian ini. kemudian di analisis guna mendapatkan parameter untuk menentukan debit banjir dan metode pengendaliannya. Berdasarkan hasil analisis diperoleh debit banjir puncak HSS Nakayasu untuk periode ulang 25 tahun sebesar Q25 = 200,129 m3/det pada t = 1,94 jam, sedangkan kapasitas tampungan sungai condong sebesar Q = 188,409 m3/det, sehingga. dapat disimpulkan bahwa sungai condong berpotensi banjir. maka perlu di cari solusi untuk pengendalian banjir Sungai Condong, yaitu berupa normalisasi sungai, pembuatan tanggul dan pembuatan kolam retensi.

 

Kata Kunci : Hidrologi, banjir, Condong, Kolam retensi, Nakayasu.

 

Pendahuluan

Kabupaten Cirebon adalah salah satu bagian wilayah Provinsi Jawa Barat yang terletak di bagian timur dan merupakan batas sekaligus sebagai pintu gerbang Provinsi Jawa Barat.Kabupaten Cirebon merupakan salah satu daerah produsen beras yang terletak dijalur pantura.

Kabupaten Cirebon berada di daerah pesisir laut jawa. Letak geografis wilayah Kabupaten Cirebon berada pada posisi 630�-700� LS dan 10840�-10848� BT. Bagian utara merupakan dataran rendah, sedangkan bagian barat daya merupakan pegunungan. Untuk wilayah yang terletak sepanjang jalur pantura termasuk pada dataran rendah yang memiliki ketinggian antara 0-10 m dari permukaan air laut, sedangkan untuk wilayah pegunungan memiliki letak ketinggian antara 11-130 m dari permukaan air laut. Kabupaten Cirebon dilewati oleh 2 aliran sungai, yaitu DAS Cisanggarung dan DAS Cimanuk. Luas wilayah untuk DAS Cimanuk Cisanggarung yaitu � 7,711 km2, terdiri dari 4 sub wilayah sungai, salah satunya adalah sub wilayah Sungai Pantura � Cirebon � Indramayu dengan memiliki luas �1,820 km2 yang merupakan kumpulan sungai-sungai kecil.

Sungai utama yang terdapat pada sub wilayah Sungai Pantura � Cirebon � Indramayu salah satunya adalah Sungai Condong. Sungai Condong adalah sungai yang berada di daerah Gunung Jati Kabupaten Cirebon, sungai ini adalah salah satu sungai utama yang memiliki panjang, yaitu 17 km dan memiliki Luas Daerah Aliran Sungai 45 km2. Sungai ini merupakan salah satu sungai yang berfungsi untuk mengalirkan dan menampung besarnya air yang berasal dari berbagai anak sungai dihulu dan pertengah sungai yang kemudian dialirkan ke Laut Jawa. Sungai ini pun berfungsi sebagai tempat bersandarnya perahu - perahu kecil milik nelayan yang bermukim di sekitar Sungai Condong.

Sungai Condong sendiri merupakan sungai yang memiliki bentuk memanjang dengan bagian hulu dan pertengahan sungai yang melebar sedangkan dibagian hilir mengalami penyempitan. Bentuk sungai seperti ini menyebabkan konsentrasi aliran yang cukup panjang ditambah dengan banyaknya anak sungai dihulu dan pertengahan sungai menyebabkan besarnya aliran yang ada serta berpotensi mengalami banjir dibagian hilir. Pada tahun 2018 sungai condong mengalami bencana banjir diakibatkan oleh debit air yang datang dari hulu melebihi kapasitas tampungan sungai yang ada dan ditambah dengan intensitas curah hujan yang tinggi dan banyaknya sedimentasi sehingga sungai ini meluap dan menggenangi ribuan rumah di 5 kecamatan, yakni Kecamatan Kedawung, Plered, Panguragan, Kecamatan Plumbon� dan Kecamatan Gunung Jati, �terdapat 3 desa yang mengalami banjir terparah yaitu Desa Wanakaya, Desa Astana dan Desa Jatimerta, Kecamatan Gunung Jati, tinggi air yang menggenangi 3 desa ini mencapai 2 m lebih sehingga warga merasa takut dan khawatir dengan keadaan rumahnya yang terendam. Karena adanya kejadian ini para warga di 3 desa tersebut mengalami banyak kerugian material diakibatkan tidak sempat menyelematkan barang-barang yang ada dirumah masing-masing.

Adapun tujuan dari penelitian ini yaitu untuk menganalisis hidrolika pada Sungai Condong untuk mengetahui besar tampungan yang ada, analisis data curah hujan maksimum tahunan Sungai Condong dan menentukan cara penanganan dengan merencanakan pengendalian banjir pada sungai condong yang meluap, dengan cara melakukan perbaikan dan pengaturan alur � alur sungai dengan cara pembuatan tanggul, normalisasi sungai dan pembuatan kolam retensi banjir.

 

Metode Penelitian

Dalam penelitian ini, pengumpulan data yang ada dilakukan dengan teknik sebagai berikut :

1.      Observasi lapangan

Observasi adalah pengumpulan data dengan cara melakukan langsung pengamatan di lapangan. Tujuanya adalah agar mendapatkan gambaran sebagai pertimbangan untuk menentukan hasil dari pengamatan tersebut.

2.      Biografi

Biografi adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengumpulkan data melalui dokumen atau arsip terkait dengan penelitian.

3.      Wawancara

Teknik ini adalah dengan menanyakan langsung kepada narasumber yang bersangkutan yang berkaitan langsung dengan objek penelitian.

Metode analisis yang dipakai untuk mencari harga rata�rata� curah hujan maksimum pada suatu daerah yaitu menggunakan Metode Poligon Thiessen. Metode Poligon Thiessen ini berkaitan dengan perhitungan luasan DAS , perhitunganya menggunakan square methode (Metode Segi Empat). Metode yang digunakan untuk menentukan curah hujan rencana adalah dengan menggunakan metode E.J Gumbel.

 

Hasil dan Pembahasan

1.      Analisis Hidrologi

Analisis hidrologi bertujuan untuk mengetahui curah hujan rata-rata yang terjadi pada daerah tangkapan hujan yang berpengaruh pada besarnya debit Sungai Condong. Analisis dilakukan terhadap data hujan harian antara tahun 1999 sampai 2018 ( 20 tahun ) yang diperoleh dari stasiun pengukuran hujan di tiga lokasi, yaitu:

a.       Stasiun Cangkol

b.      Stasiun Cangkring

c.       Stasiun Sindang Jawa

Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan curah hujan maksimum harian setiap tahun. Kemudian analisis curah hujan maksimum dengan menggunakan metode thiessen, setelah itu ditinjau distribusi perhitungan curah hujan rencana yang sesuai dengan meninjau beberapa parameter statistik. Dilakukan uji keselarasan chi kuadrat. Selanjutnya menghitung debit banjir rencana menggunakan metode Der weduwen dan HSS Nakayasu, setelah itu menghitung intensitas hujan Metode Mononobe.

2.      Analisis curah hujan maksimum harian rata-rata daerah

Analisis curah hujan maksimum harian rata-rata daerah dilakukan dengan menggunakan metode thiessen. Cara ini memperhitungkan luas daerah yang diwakili oleh stasiun yang bersangkutan untuk digunakan sebagai koefisien dalam menghitung hujan maksimum harian rata-rata daerah, atau biasa disebut koefisien thiessen (c) .

Hasil perhitungan koefisien thiessendisajikan pada tabel 1.

Tabel 1

Luas Hasil Perhitungan Metode Poligon Thiessen

No Sta

Nama Stasiun

Luas DPA (km2)

Koefi. C

62

43

46

Cangkol

Cangkring

Sindang Jawa

3,75 km2

25 km2

16,25 km2

0,083

0,556

0,361

 

Luas total

45

1

 

Tabel 2

Perhitungan Curah Hujan Rata-Rata Harian Maksimum dengan Metode Thiessen

No

Tahun

Cangkol

Cangkring

Sindang Jawa

Rh Rencana

Sta. 62

Sta. 43

Sta. 46

C = 0,083

C= 0,556

C = 0,361

Ri

Ri.C

Ri

Ri.C

Ri

Ri.C

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

(mm)

1

1999

180

15

180

100,08

170

61,37

176,6275

2

2000

170

14

150

�83,4

165

59,565

157,2961

3

2001

155

13

140

77,84

150

54,15

145,0569

4

2002

130

11

120

66,72

155

55,955

133,6133

5

2003

89

8

90

50,04

130

46,93

104,4413

6

2004

165

14

117

65,052

120

43,32

122,3105

7

2005

90

8

125

69,5

79

28,519

105,6121

8

2006

107

9

114

63,384

100

36,1

108,5069

9

2007

100

9

82

45,592

100

36,1

90,11994

10

2008

60

5

167

92,852

90

32,49

130,3771

11

2009

60

5

113

62,828

86

31,046

98,91203

12

2010

100

9

143

79,508

100

36,1

124,0359

13

2011

105

9

188

104,528

83

29,963

143,3562

14

2012

120

10

72

40,032

35

12,635

62,84178

15

2013

77

7

113

62,828

70

25,27

94,59256

16

2014

75

6

68

37,808

116

41,876

85,97542

17

2015

80

7

68

37,808

116

41,876

86,40042

18

2016

152

13

120

66,72

76

27,436

107,0212

19

2017

120

10

130

72,28

87

31,407

113,8243

20

2018

216

18

100

55,6

183

66,063

139,8911

Σ RH

2330,813

Xr

116,5406

Sumber : Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk � Cisanggarung

 

3.      Analisis Distribusi Curah Hujan

Dari hasil perhitungan curah hujan rata-rata maksimum metode thiessen di atas perlu ditentukan kemungkinan terulangnya curah hujan harian maksimum guna menentukan debit banjir rencana. Untuk penentuan curah hujan yang akan dipakai dalam menghitung besarnya debit banjir rencana berdasarkan analisa distribusi curah hujan awalnya dengan pengukuran dispersi dilanjutkan dengan pengukuran dispersi logaritma dan pengujian kecocokan sebaran. Beberapa macam cara untuk mengukur dispersi diantaranya adalah :

1.      Standar deviasi (Sd)

Sd����� =

2.      Koefisien skewness (Cs)

Cs����� =

3.      Koefisien kurtosis (CK)

Ck���� =

4.      Koefisien variasi (Cv)

Cv���� =�

Perhitungan parameter statistik untuk menghitung Sd, Ck, dan Cs dapat dilihat pada tabel 3

Tabel 3

Parameter Statistik Untuk Menghitung Sd, Ck Dan Cs

No

Tahun

Rh Rencana

(Xi-X)

(Xi-X)�

(Xi-X)�

(Xi-X)

1

1999

176,63

60,087

3610,431

216939,477

13035212,570

2

2000

157,30

40,755

1661,008

67695,153

2758947,489

3

2001

145,06

28,516

813,178

23188,803

661258,265

4

2011

143,36

26,816

719,074

19282,360

517067,125

5

2018

139,89

23,350

545,246

12731,756

297292,809

6

2002

133,61

17,073

291,476

4976,276

84958,317

7

2008

130,38

13,837

191,449

2648,985

36652,696

8

2010

124,04

7,495

56,180

421,083

3156,142

9

2004

122,31

5,770

33,292

192,089

1108,333

10

2017

113,82

-2,716

7,378

-20,042

54,442

11

2006

108,51

-8,034

64,540

-518,497

4165,451

12

2016

107,02

-9,519

90,619

-862,640

8211,815

13

2005

105,61

-10,929

119,434

-1305,238

14264,376

14

2003

104,44

-12,099

146,393

-1771,260

21431,034

15

2009

98,91

-17,629

310,768

-5478,406

96576,688

16

2013

94,59

-21,948

481,718

-10572,792

232052,496

17

2007

90,12

-26,421

698,053

-18443,055

487278,393

18

2015

86,40

-30,140

908,433

-27380,386

825251,036

19

2014

85,98

-30,565

934,233

-28555,047

872791,493

20

2012

62,84

-53,699

2883,568

-154844,306

8314963,004

JUMLAH

2331

0,000

14566,471

98324,313

28272693,973

RERATA (X)

116,5

 

 

 

 

 

Hasil perhitungan dispersi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 4.4

Hasil Perhitungan Dispersi Statistik

Parameter

Nilai

Sd

27,69

CS

0,271

Ck

2,405

CV

0,237

Selanjutnya dilakukan pengukuran dispersi dengan logaritma. Dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 5

Pengukuran Dispersi Dengan Logaritma

Tahun

X

Log X

Logxi -Log Xrt

(Logxi -Log Xrt)�

(Logxi -Log Xrt)�

(Logxi -Log Xrt)

1999

176,63

2,25

0,19264

0,03711

0,00715

0,0013771

2000

157,30

2,20

0,14230

0,02025

0,00288

0,0004100

2001

145,06

2,16

0,10712

0,01147

0,00123

0,0001317

2011

143,36

2,16

0,10200

0,01040

0,00106

0,0001082

2018

139,89

2,15

0,09137

0,00835

0,00076

0,0000697

2002

133,61

2,13

0,07143

0,00510

0,00036

0,0000260

2008

130,38

2,12

0,06078

0,00369

0,00022

0,0000136

2010

124,04

2,09

0,03913

0,00153

0,00006

0,0000023

2004

122,31

2,09

0,03304

0,00109

0,00004

0,0000012

2017

113,82

2,06

0,00182

0,00000

0,00000

0,0000000

2006

108,51

2,04

-0,01896

0,00036

-0,00001

0,0000001

2016

107,02

2,03

-0,02495

0,00062

-0,00002

0,0000004

2005

105,61

2,02

-0,03071

0,00094

-0,00003

0,0000009

2003

104,44

2,02

-0,03555

0,00126

-0,00004

0,0000016

2009

98,91

2,00

-0,05917

0,00350

-0,00021

0,0000123

2013

94,59

1,98

-0,07856

0,00617

-0,00048

0,0000381

2007

90,12

1,95

-0,09960

0,00992

-0,00099

0,0000984

2015

86,40

1,94

-0,11790

0,01390

-0,00164

0,0001932

2014

85,98

1,93

-0,12005

0,01441

-0,00173

0,0002077

2012

62,84

1,80

-0,25617

0,06562

-0,01681

0,0043065

JUMLAH

2331

41,08

0,00000

0,21573

-0,00819

0,00700

RERATA Xrt

117

2,05

 

 

 

 

 

Hasil pengukuran dispersi dengan logaritma dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 6

Hasil Pengukuran Dispersi Logaritma

Parameter

Nilai

Sd

0,11

CS

0,395

Ck

3,175

CV

0,00091

 

Tabel 7

�Perbandingan Hasil Pengukuran Dispersi Dan Pengukuran Dispersi Logaritma

NO

DISPERSI

HASIL DISPERSI

PARAMETER STATISTIK

PARAMETER STATISTIK LOGARITMA

1

Sd

27,69

0,11

2

CS

0,270871733

0,3957932

3

CK

2,40511419

3,175855448

4

CV

0,23758716

0,000914316

Hasil uji distribusi dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 8

Hasil Uji Distribusi

JENIS DISTRIBUSI

SYARAT

PERHITUNGAN

KESIMPULAN

NORMAL

CS���� ̴ 0

CS = 0,270

TIDAK MEMENUHI

CK�� ̴ 3

CK = 2,405

GUMBEL

CS ≤ 1,1396

CS = 0,270

MEMENUHI

CK ≤ 5,4002

CK = 2,405

LOG PEARSON

CS ≠ 0

CS = 0,395

TIDAK MEMENUHI

LOG NORMAL

CS�� ̴ 3CV + (CV^2) = 3

CS = 0,395

TIDAK MEMENUHI

CK = 5,383

CK = 3,175

 

Dari hasil perhitungan diatas didapat Cs = 0,270 dan ck = 2,405 maka model distribusi yang digunakan adalah metode gumbel, karena hasil CS dan Ck dianggap paling mendekati parameter.

Perhitungan chi-kuadrat dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

Tabel 9

Hasil Perhitungan Chi � Kuadrat

NO

Probabilitas

Jumlah

Oi-Ei

(Oi-Ei)2

Oi

Ei

Ei

1

48,62 < x < 77,06

6

4

2

1

2

77,06 < x < 105,5

6

4

2

1

3

105,5 < x < 133,94

4

4

0

0

4

133,94 < x < 162,38

2

4

-2

1

5

162,38 < x < 190,82

2

4

-2

1

 

Jumlah

20

20

 

4

 

Chi-square hitung (Xh2)��������������������������������� =��������� 4

n������������������������������������������������������������������� =��������� 20

k������������������������������������������������������������������� = �������� 5

Derajat Kebebasan (DK)������������������������������ =��������� 3

DK = Derajat Signifikasi Alpha (%)��� = �������� 5 %

Chi � square kritis (Xh2cr)����������������������������� = �������� 7,815

Xh2< Xh2cr --------------------------------->���������� Hipotesa dapat diterima

 

Dari pengujian yang dilakukan dengan menggunakan metode chi square didapat bahwa (Xh2) = 4 , sedangkan (Xh2cr) = 7,815 dengan tingkat kepercayaan a = 5%. Karena (Xh2) < (Xh2 kritis) maka data dapat diterima.

Perhitungan curah hujan rencana dengan periode ulang tertentu dilakukan dengan metode gumbel.

Tabel 10

Analisis Periode Ulang Dengan Menggunakan Metode Gumbel

NO

TAHUN

X

m

n +1

ΣXr

X-Xr

(X-Xr)�

X�

M

(ΣX/n)

1

1999

176,63

1,00

21,00

116,54

60,09

3610,43

31197,28

2

2011

143,36

2,00

10,50

116,54

26,82

719,07

20551,00

3

2018

139,89

3,00

7,00

116,54

23,35

545,25

19569,53

4

2008

130,38

4,00

5,25

116,54

13,84

191,45

16998,20

5

2017

113,82

5,00

4,20

116,54

-2,72

7,38

12955,97

6

2010

124,04

6,00

3,50

116,54

7,50

56,18

15384,92

7

2006

108,51

7,00

3,00

116,54

-8,03

64,54

11773,76

8

2000

157,30

8,00

2,63

116,54

40,76

1661,01

24742,07

9

2016

107,02

9,00

2,33

116,54

-9,52

90,62

11453,55

10

2005

105,61

10,00

2,10

116,54

-10,93

119,43

11153,91

11

2004

122,31

11,00

1,91

116,54

5,77

33,29

14959,87

12

2009

98,91

12,00

1,75

116,54

-17,63

310,77

9783,59

13

2013

94,59

13,00

1,62

116,54

-21,95

481,72

8947,75

14

2003

104,44

14,00

1,50

116,54

-12,10

146,39

10907,99

15

2002

133,61

15,00

1,40

116,54

17,07

291,48

17852,52

16

2001

145,06

16,00

1,31

116,54

28,52

813,18

21041,51

17

2015

86,40

17,00

1,24

116,54

-30,14

908,43

7465,03

18

2007

90,12

18,00

1,17

116,54

-26,42

698,05

8121,60

19

2014

85,98

19,00

1,11

116,54

-30,57

934,23

7391,77

20

2012

62,84

20,00

1,05

116,54

-53,70

2883,57

3949,09

Σ X

 

2330

 

 

 

(X-Xr)�

14566,47

 

 

Perhitungan :

n= 20

���

�= �= 116

Xt������� =

 

Rumus metode gumbel :

 

 

Dimana :

Xr����� = curah hujan rencana dalam periode ulang n tahun

Sd����� = standar deviasi

Yt����� = reduce variate

Yn���� = reduce mean

Sn����� = reduce standard variation

Perhitungan curah hujan dengan metode gumbel :

Sd������� =���������

Xr������� = ��������

Dari tabel reduce standard deviation dan reduce mean, untuk n = 20 tahun adalah :

Sn������� = 1,0628 (dari tabel reduce standard deviation)

Yn������� = 0,5236 (dari tabel reduce mean)

Dari tabel reduce variate, didapat :

T��������� =��������� 2 tahun Yt������� ����������� =��������� 0,3665

T��������� =��������� 5 tahun Yt������� ����������� =��������� 1,4999

T��������� =��������� 10 tahun���������� Yt������� = �������� 2,2502

T��������� =��������� 25 tahun���������� Yt������� =��������� 3,1985

T��������� =��������� 50 tahun���������� Yt������� =��������� 3,9019

T��������� =��������� 100 tahun�������� Yt������� = �������� 4,6001

 


��������������������������� Xt��� = Xr+� (Yt-Yn)/Sn� x Sd

 

Maka didapat hasil :

Perhitungan curah hujan rencana :

R2���� = 116 + x 27,68���� = 112,447 mm

R5���� = 116 + �x 27,68��� = 141,975 mm

R10�� = 116 + x 27,68���� = 172,552 mm

R25�� = 116 + x 27,68���� = 200,228mm

R50�� = 116 + x 27,68���� = 204,553 mm

R100 = 116 + x 27,68���� = 222,743 mm

Tabel 11

Hasil Perhitungan Periode Ulang Curah Hujan Metode Gumbel

Periode

Ulang

Stasiun cangkring

R2

112,447

R5

141,975

R10

172,552

R25

200,228

R50

204,553

R100

222,743

 

4.      Perhitungan Debit Banjir Rencana

a.      Analisis Debit Banjir Rencana

Perhitungan analisis debit banjir rencana seharusnya menggunakan data debit dari sungai yang diteliti akan tetapi karena data debit yang dibutuhkan tidak tersedia, maka untuk melakukan analisis debit banjir akan menggunakan data curah hujan. analisis debit banjir rencana menggunakan Analisis Metode Weduwen dan Metode Hss Nakayasu. Sedangkan untuk analisis curah hujan jam-jaman menggunakan Metode Monobe.

b.      Metode Weduwen

Metode ini khusus digunakan untuk menghitung debit banjir dengan luas DAS < 100 Km2.

Rumus untuk metode weduwen adalah :

 


Qn���� = α x β x q x A

 

Dimana :

Qn���� = debit rencana (m3/det)

������ = koefisien run off

������ = koefisien reduksi

A������ = luas DPS

q������� = curah hujan

Tabel 12

Debit banjir rencana dengan metode weduwen

1)      Distribusi Hujan Jam � Jaman Metode Monobe

Karena tidak tersedianya data curah hujan jam-jaman pada lokasi rencana, maka untuk perhitungan distribusi hujan menggunakan rumus Monobe, kemudian untuk lamanya hujan terpusat di Indonesia berkisar 5-7 jam/hari.

�        Rata � rata hujan di awal

Rt����� =

�        Besarnya curah hujan ke � T :

RT���� = t x Rt � ( t � 1 ) x Rt

Dimana :

Rt����� =��������� intensitas hujan rata-rata

R24���� =��������� curah hujan dalam 1 hari (mm)

t�������� =��������� waktu konsentraasi (6 jam )

T������� =��������� waktu mulai hujan (jam)

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Tabel 13

Presentase distribusi hujan jam - jaman

 

Tabel 14

Curah hujan effektif sungai condong

2)      Debit Banjir Rencana (HSS Nakayasu)

Untuk mendapatkan debit banjir rencana, maka lengkung naik dan turun hidrograf dilakukan dalam tabel berikut :

Luas DPS ( A )�� = 45 km2

Panjang sungai���� = 17 km

Tabel 15

Parameter Lengkung Naik Dan Lengkung Turun Metode Nakayasu

Parameter

Satuan

Hasil

tg = 0,4 + 0,058 L

Jam

1,386

a = 0,47 + (A.L)0,25 / tg

 

4,134

tr = (0,5 - 1 tg)

Jam

0,693

Tp = tg + 0,8 tr

Jam

1,940

T0.3 = a . tg

Jam

5,729

0.5 x T0.3

Jam

2,865

1.5 x T0.3

Jam

8,594

Tp x T0.3

Jam

11,117

2,0 x T,

Jam

11,458

Tp x T,

Jam

11,117

Tp + T, + 1,5 x T,

Jam

16,263

 

 

 

m�/det

1,981

 

 

 

Tabel 16

Debit puncak hidograf Nakayasu

 

 

 

 

 

 

Tabel 17

Resume Perhitungan Debit Banjir Rencana

Metode Weduwen Dan HSS Nakayasu Untuk Sungai Condong

 

Kala

Ulang

Metode

Weduwen

Nakayasu

2

75,51152925

112,3913756

5

95,34046586

141,9047689

10

115,8738374

172,4666434

25

134,459302

200,1292527

50

137,3638705

204,4524131

100

149,5785976

222,6328153

 

�

5.      Perencanaan Kolam Retensi

a.      Data yang dibutuhkan :

-       Debit Rencana Banjir Q25 tahun HSS Nakayasu

-       Luas daerah genangan banjir lokasi penelitian

b.      Langkah Perhitungan kolam retensi :

1)      Menghitung luas daerah genangan lokasi penelitian.

2)      Menentukan debit banjir rencana Q25 tahun dari tabel perhitungan HSS Nakayasu.

3)      Mengitung volume air kolam retensi.

4)      Menentukan dimensi kolam retensi.

5)      Menentukan kapasitas pompa yang dibutuhkan.

6)      Membuat grafik antara volume air untuk kolam retensi dan kapasitas pompa.

Untuk melakukan perhitungan kolam retensi data yang dibutuhkan adalah data debit banjir HSS nakayasu dengan periode ulang Q25 tahun, dibawah ini adalah tabel resume perhitungan debit banjir HSS nakayasu :

a.       Perhitungan menggunakan bantuan square methode

-           Skala 1 : 60000 cm

Untuk luas 1 kotak memiliki nilai besaran :

0,6 km x 0,6 km = 0,36 km2

Setelah dilakukan perhitungan dengan melalui peta RBI yang sudah diperbesar ukuranya didapat hasil 62 kotak dari ke 3 desa yang diteliti.

Sehingga untuk luas daerah genangan sungai condong yaitu :

62 kotak x 0,36 km2 = 22,32 km2

b.      Debit banjir rencana Q25 tahun didapat dari tabel 4.27 diatas yaitu sebesar = 200,129 m3/det.

c.       Volume air genangan pada Daerah Wanakaya, Astana dan Kalisapu :

Vairgenangan �������� = Luas daerah genangan x curah hujan periode

����������������������������������� �� 25 tahun

Vairgenangan��������� = 22,32 km2 x 200,129 mm

����������������������������������� = 22320000 m2 x 0,200129 m

����������������������������������� = 4.466.879 m3

Untuk mengatasi air genangan yang sering terjadi akibat luapan Sungai Condong dan intensitas hujan yang ditinggi direncanakan polder, dengan melihat kondisi langsung dilapangan maka didapat data sebagai berikut :

Panjang (P) = 450 m, lebar (L) = 450 m dan kedalaman (H) = 15 m, sehingga dapat menampung volume air sebesar :

Vpolder�� = P x L x H

����������������������� = 450 m x 450 m x 15 m

����������������������� = 3.037.500 m3

Setelah dilakukan perhitungan ternyata kapasitas air yang dapat ditampung oleh polder hanya 3.037.500 m3< 4.466.879 m3, untuk membuang kelebihan air yang ada maka digunakan perhitungan kapasitas pompa. Pompa air ini dapat dihitung menggunakan rumus sebagai berikut :

Kapasitas pompa =

Dimana :

Vair genangan =����� volume air genangan pada desa

����������������������������������� wanakaya, astana dan kalisapu (m3)

Vrencanapolder = volume yang dapat ditampung oleh polder (m3)

(t)� ����� ���������= asumsi kinerja pompa dalam 1 hari

Jadi kapasitas pompa yang dibutuhkan dalam 1 hari adalah :

�        Kap. pompa t ( 1 hari ) ��������� =

����������������������������������������������������������� =

����������������������������������������������������������� = 16,54 m3/det

 

d.      Menentukan Kebutuhan Pompa

Diasumsikan kapasitas 1 pompa yang akan digunakan adalah 1,2 m3/det, maka untuk jumlah pompa yang harus digunakan dapat di cari dengan rumus berikut ini :

Kebutuhan pompa ��������� =

�������������������������������������� ����������� =

����������������������������������������������� ����������� = 13,78 buah pompa� � 14 buah pompa

��������� Maka jumlah pompa yang dibutuhkan untuk mengalirkan volume air genangan banjir sebesar 1.429.379 m3 dalam waktu 1 hari adalah 14 buah pompa dengan kapasitas 1,2 m3/detik.�

 

Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan, dapat di ambil beberapa kesimpulan antara lain :

1.      Sungai Condong sudah tidak bisa menampung debit banjir Q25, karena kapasitas sungai sudah tidak bisa menampung debit banjir sebesar Q25 = 200,129 m3/det.

2.      Hasil analisis perhitungan debit banjir rencana Metode HSS Nakayasu didapat puncak hidrograf yaitu Q25 = 200,129 m3/det dan kapasitas eksisting Sungai Condong Q = 188,904 m3/det, sehingga dapat disimpulkan Sungai Condong mengalami banjir dan harus dilakukan pembuatan tanggul dan normalisasi sungai. Debit tampungan Sungai Condong setelah dilakukan pembuatan tanggul Q = 394,281 m3/det dan setelah normalisasi Q = 335,947 m3/det sehingga Sungai Condong dapat menampung debit banjir sampai Q100 tahun.

3.      Metode pengendalian banjir pada Sungai Condong adalah dengan membuat kolam retensi dengan dimensi P = 450 m, L = 450 m dan H = 15 m ditambah dengan penggunaan pompa air sebanyak 14 buah dengan kapasitas 1,2 m3/det

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Setiawan, Didit. 2014. Analisis Pengembangan Sistem Pengendalian Banjir Sungai Pangkalan Kabupaten Indramayu. Fakultas Teknik Unswagati, Cirebon.

 

Astuti, Andina Fuji. 2017. Analisis Penanggulangan Banjir Sungai Kanci. Fakultas Teknik Unswagati, Cirebon.

 

Ardiansyah, Novan. 2017. Analisis Perencanaan dan Penanggulangan Banjir Studi Kasus Sungai Ciberes Kab. Cirebon. Fakultas Teknik Unswagati, Cirebon.

 

Andayani, Reni Dkk. 2017.Penanganan Banjir Dengan Kolam Retensi (Retarding Basin) di Kelurahan Gandus Kota Palembang. Fakultas Teknik Universitas Palembang, Palembang.

 

Balai Besar Wilayah Sungai Cimanuk � Cisanggarung, Data Curah Hujan Tahunan dan Peta.

 

UPTD Provinsi� Wilayah Sungai Cimanuk � Cisanggarung, Data Curah Hujan.diunduh 19 Mei 2018.

 

(Undang-Undang No. 7 Tahun 2004, Sumber Daya Air). Diunduh 19 Mei

2018.

 

Kamiana I Made. 2011. Teknik Perhitungan Debit Rencana Bangunan Air. Graha ilmu : Yogyakarta.

 

Permen PU No 63 Tahun 1993.Tentang Daerah Penguasaan Sungai.Diunduh tgl 20 Mei 2018.

 

(https://bebasbanjir2025.wordpress.com/04-konsep-konsep-DASar/mimpi-tentang-DAS-ciliwung/), diunduh 20 Mei 2018.

 

http://harirustianto.blogspot.co.id/2010/12/bagian-bagian-sungai.html),

diunduh 20 Mei 2018.

 

(www.hukumonline.com/peraturanpemerintahno.35tahun1991tentangsungai), diunduh 19 Mei 2018.