Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 4, No. 3 �Maret 2019
GAMBARAN� KEPATUHAN PELAKSANAAN CUCI TANGAN SEBAGAI
TINDAKAN PENCEGAHAN INFEKSI PADA TENAGA MEDIS DI PUSKESMAS WATUBELAH KABUPATEN CIREBON
Iis
Sekolah
Tinggi Ilmu Kesehatan (STIKes) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Cuci tangan merupakan salah satu langkah yang
paling penting untuk mengurangi penularan mikroorganisme dan mencegah infeksi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis
di Puskesmas Watu Belah. �Penelitian ini
menggunakan Desain Deskriptif. Teknik samplingnya adalah teknik accidental sampling, sampel sebanyak
15 responden yaitu tenaga medis yang kebetulan ada� selama dilakukan penelitian yang dilakukan
pada bulan Juli tahun 2009. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan
lembar observasi (pengamatan). Hasil penelitian kepatuhan pelaksanaan cuci
tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi: Patuh 9 orang (60%) dan tidak patuh
6 orang (40%). Tentang pelaksanaan cuci tangan: Patuh 8 orang (53,3%) dan tidak
patuh 7 orang (46,7%), tentang teknik cuci tangan: Patuh 5 orang (33,3%) dan
tidak patuh 10 orang (66,7%), tentang sarana cuci tangan: Patuh 13 orang
(86,7%) dan tidak patuh 2 orang (13,3%). Berdasarkan hasil penelitian maka
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada
tenaga medis sebesar 9 orang (60%) kepatuhannya masih dianggap rendah maka
perlu ditekankan kembali tentang pentingnya pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi.���
Kata Kunci :
Kepatuhan, Cuci Tangan, Tenaga Medis.
Pendahuluan
Masyarakat yang
menerima pelayanan medis dan kesehatan baik di rumah sakit atau klinik,
dihadapkan kepada resiko terinfeksi kecuali kalau dilakukan kewaspadaaan untuk
mencegah terjadinya infeksi. Selain itu petugas kesehatan yang melayani mereka
dan staf pendukung (seperti staf rumah tangga, pembuang sampah dan staf
laboratorium), semuanya dihadapkan resiko. Infeksi rumah sakit (nosokomial) dan infeksi dari pekerjaan
merupakan masalah yang penting diseluruh dunia dan terus meningkat. Umpamanya
tingkat infeksi nosokomial berkisar
dari serendah 1% dibeberapa negara di Eropa dan Amerika sampai lebih dari 40%
di Asia, Amerika latin dan Afrika Sub. Sahara.
Infeksi dan
sepsis masih merupakan salah satu penyebab utama kematian dan kesakitan di
rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya di Indonesia. Angka yang
dihimpun dari SDKI (Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia) tahun 2003
menunjukkan sekitar 15.000 ibu meninggal karena melahirkan setiap tahun atau
1279 setiap bulan atau 172 setiap pekan atau 23 ibu setiap hari atau 2 ibu
meninggal setiap jam. Faktor medis yang menjadi penyebab langsung kematian ibu
adalah perdarahan 42 %, eklamsi 32 %, keguguran (abortus) 11%, infeksi 10%, partus lama 9% dan penyebab lain 15%.
Dari studi
pendahuluan Angka Kematian Ibu (AKI) di Kabupaten Cirebon tahun 2008 dari bulan
Januari�Desember sebanyak 65 orang, perdarahan 16 orang (24,6%), eklamsia 13 orang (20%), infeksi 3 orang
(4,6%) dan faktor lain 33 orang (50,8%).
Berdasarkan data
kunjungan ke Puskesmas Watubelah Tahun 2009 penulis mendapatkan bahwa masih
rendahnya kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi
dan terdapat 30 tenaga medis diantaranya: Dokter 3 orang, Bidan 7 orang,
Perawat 14 orang, Apoteker 2 orang, Ahli gizi 1 orang, bagian Laboratorium 1
orang dan umum 2 orang. Berdasarkan uraian tersebut, maka penulis tertarik
untuk mengadakan penelitian tentang �Gambaran Kepatuhan pelaksanaan Cuci Tangan
Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi pada Tenaga Medis di Puskesmas Watubelah
Kabupaten Cirebon Tahun 2009�.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah
metode deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan dengan tujuan membuat
gambaran tentang suatu keadaan secara obyektif. Pada penelitian ini metode deskriptif
digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan apa yang sedang dihadapi
pada situasi sekarang. Penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah
pengumpulan data, analisa data, membuat kesimpulan dan laporan.
Hasil dan Pembahasan
A.
Hasil
Penelitian
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada 15
orang responden yaitu tenaga medis yang ada selama dilakukan penelitian di
Puskesmas Watubelah Kabupaten Cirebon tahun 2009. Hasil penelitian ini
berdasarkan variabel gambaran kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis di Puskesmas Watubelah Kabupaten
Cirebon tahun 2009, dapat dilihat pada diagram sebagai berikut:
Diagram
Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi Pada
Tenaga Medis di Puskesmas Watubelah Kabupaten Cirebon Tahun 2009
Berdasarkan diagram diatas dapat dilihat bahwa
responden yang patuh dalam pelaksanaan cuci tangan adalah 9 orang (60%) dan
responden yang tidak patuh dalam pelaksanaan cuci tangan adalah 6 orang (40%).
Dari hasil penelitian tentang gambaran
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis, dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat Dari Pelaksanaan
Cuci Tangan Sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Tenaga Medis Di Puskesmas
Watubelah Kabupaten Cirebon
Tahun
2009
No |
Kategori |
Frekuensi |
Prosentase |
1. 2. |
Patuh Tidak patuh |
8 7 |
53,3
% 46,7
% |
Jumlah |
15 |
100
% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi diketahui bahwa responden yang patuh dalam
pelaksanaan cuci tangan sebesar 8 orang (53,2%) dan responden yang tidak patuh
dalam pelaksanaan cuci tangan sebesar 7 orang (46,7%).
Dari hasil penelitian tentang gambaran
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari teknik cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis, dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel
Distribusi Frekuensi Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat dari Teknik Cuci
Tangan sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi pada
Tenaga
Medis di Puskesmas Watubelah Kabupaten Cirebon
Tahun
2009
No |
Kategori |
Frekuensi |
Prosentase |
1. 2. |
Patuh Tidak patuh |
5 10 |
33,3
% 66,7
% |
Jumlah |
15 |
100
% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari teknik cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis di Puskesmas Watubelah Kabupaten
Cirebon tahun 2009 diketahui bahwa responden yang patuh dalam teknik cuci
tangan sebesar 5 orang (33,3 %) dan responden yang tidak patuh dalam teknik
cuci tangan adalah 10 orang (66,7 %).
Dari hasil penelitian tentang gambaran
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari sarana cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis, dapat dilihat pada tabel berikut
:
Tabel Distribusi
Frekuensi Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat dari Sarana Cuci Tangan sebagai
Tindakan Pencegahan Infeksi pada
Tenaga
Medis di Puskesmas Watubelah Kabupaten Cirebon
Tahun
2009
No |
Kategori |
Frekuensi |
Prosentase |
1. 2. |
Patuh Tidak patuh |
13 2 |
86,7
% 13,3
% |
Jumlah |
15 |
100
% |
Berdasarkan tabel diatas menunjukkan bahwa
kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari sarana cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi diketahui bahwa responden yang patuh terhadap
tersedianya sarana cuci tangan sebesar 13 orang (86,7%) dan yang tidak patuh
dalam tersedianya sarana cuci tangan sebesar 2 orang (13,3%).
B. Pembahasan
1.
Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat dari
Pelaksanaan Cuci Tangan sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi pada Tenaga Medis
di Puskesmas Watubelah.
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan dilihat dari pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi pada tenaga medis yang didapat pada 15 responden 8 orang
yang patuh (53,3%).
Pelaksanaan cuci tangan adalah kegiatan
mencuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi yang merupakan tindakan yang
harus diterapkan dalam asepk asuhan untuk ibu, bayi baru lahir, keluarga,
penolong persalinan dan tenaga kesehatan lainnya dengan mengurangi infeksi
karena bakteri, virus dan jamur. Pelaksanaan ini diantaranya meliputi melakukan
cuci tangan sebelum melakukan tindakan atau memeriksa pasien, melakukan cuci
tangan setelah melakukan tindakan atau memeriksa pasien, melakukan cuci tangan
menggunakan sabun antiseptik.
Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan dilihat dari pelaksanaan tergolong masih rendah karena
kurangnya kesadaran tentang pentingnya cuci tangan sebagai tindakan pencegahan
infeksi.
Dari hasil penelitian mengenai
pelaksanaan� cuci tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi dilihat dari pelaksanaan diharapkan tenaga medis bisa lebih
meningkatkan lagi tentang pentingnya kesadaran pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi.
2.
Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat dari
Teknik Cuci Tangan sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi pada Tenaga Medis di
Puskesmas Watubelah
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan dilihat dari teknik cuci tangan sebagai tindakan
pencegahan infeksi pada tenaga medis yang didapat pada 15 responden 10 orang
yang tidak patuh (66,7%).
Teknik adalah salah satu langkah atau cara
dalam melakukan cuci tangan dengan prosedur 7 langkah dan mempunyai makna
tersendiri diantaranya yaitu basahi kedua telapak tangan kanan dan kiri di air
mengalir memakai sabun (untuk membersihkan telapak tangan), gosok masing-masing
punggung tangan bergantian (untuk membersihkan punggung tangan), jari-jemari
saling masuk untuk membersihkan sela-sela jari (untuk membersihkan sela-sela
jari), gosokkan ujung jari (buku-buku) dengan mengatupkan jari tangan kanan
terus gosokkan ke telapak tangan kiri bergantian (untuk membersihkan ujung
jari), gosok dan putar ibu jari secara bergantian (untuk membersihkan ibu
jari), gosokkan ujung kuku pada telapak tangan secara bergantian (untuk
membersihkan ujung kuku) dan menggosok kedua pergelangan tangan dengan cara
diputar dengan telapak tangan bergantian setelah itu bilas dengan air mengalir
dan keringkan (untuk membersihkan pergelangan tangan).
Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan pelaksanaan
cuci tangan dilihat dari teknik cuci tangan tergolong masih rendah karena
adanya keraguan berkenaan efektifitas cuci tangan untuk mencegah infeksi.
Dari hasil penelitian mengenai kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi diharapkan tenaga
medis bisa menerapkan lagi tentang teknik cuci tangan yang dianjurkan karena
setiap langkah mempunyai makna tersendiri.
3.
Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Dilihat dari
Sarana Cuci Tangan sebagai Tindakan Pencegahan Infeksi pada Tenaga Medis di
Puskesmas Watubelah
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis
yang didapat pada 15 responden 13 orang yang patuh (86,7%).
Sarana adalah segala sesuatu yang bisa digunakan
sebagai alat/tempat untuk melakukan cuci tangan seperti wastafel, air mengalir,
sabun antiseptik dan handuk kering.
Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan dilihat dari sarana sudah tergolong baik karena sudah
tersedianya sarana cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi.
4.
Kepatuhan Pelaksanaan Cuci Tangan Sebagai
Tindakan Pencegahan Infeksi Pada Tenaga Medis di Puskesmas Watu Belah
Berdasarkan hasil penelitian bahwa kepatuhan
pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis
yang didapat pada 15 responden, 9 orang yang patuh (60%).
Pada dasarnya kebersihan dan kesehatan tangan
yang baik dapat mencegah penularan mikroorganisme dan mengurangi infeksi nosokomial. Walaupun demikian, masalah
yang timbul terus menerus adalah kepatuhan para petugas kesehatan untuk
menjalankan praktik cuci tangan yang dianjurkan, misalnya di US tingkat
kepatuhan cuci tangan diantara para petugas kesehatan mempunyai kisaran dari
25% hingga 50%. Alasan utama yang diberikan ketika tidak cuci tangan adalah
kurangnya waktu, terbatasnya akses atau air mengalir dan wastafel, tindakan
cuci tangan yang acapkali dilakukan mengiritasi kedua tangan dan keraguan
berkenaan efektifitas cuci tangan untuk mencegah infeksi.
Hal ini menunjukkan bahwa kepatuhan cuci
tangan dilihat dari pelaksanaan tergolong masih rendah karena tindakkan cuci
tangan yang dianggap mengiritasi kedua tangan dan keraguan berkenaan dengan
efektivitas cuci tangan untuk mencegah infeksi.
Dari hasil penelitian mengenai kepatuhan cuci
tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi diharapkan tenaga medis bisa lebih
meningkatkan lagi kepatuhan tentang pelaksanaan cuci tangan.
Kesimpulan
Dari
hasil penelitian yang dilakukan pada 15 responden yang dilakukan melalui lembar
observasi didapat data sebagai berikut :
1.
Kepatuhan pelaksanaan cuci tangan sebagai
tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis di Puskesmas Watu Belah sebanyak
9 orang (60%) kepatuhan tergolong masih rendah.
2.
Kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari
pelaksanaan cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis
sebanyak 53,3% pelaksanaan tergolong masih rendah.
3.
Kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari
teknik cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis yang
tidak patuh sebanyak 66,7%, kepatuhan teknik cuci tangan ini tergolong masih
rendah.
4.
Kepatuhan pelaksanaan cuci tangan dilihat dari
sarana cuci tangan sebagai tindakan pencegahan infeksi pada tenaga medis
sebanyak 86,7%, sarana cuci tangan tergolong sudah baik.
BLIBIOGRAFI
Arikunto, Suharsimi. 2002. Prosedur Penelitian. Edisi V.
Cetakan Kedua Belas. Jakarta : Rineka Cipta.
_______________. 2006. Prosedur Penelitian Suatu
Pendokumentasian Praktek. Edisi V.Jakarta : Balai Pustaka.
Asuhan Persalinan Normal. 2007.
Asuhan Persalinan Normal. 2008.
Data Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon Tahun 2008.
Depdiknas. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Edisi Ketiga Balai
Pustaka.
Depkes RI. 2008. www.google.com.
Kamisa. 1997. Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Kartika
Surabaya.
Pelatihan Klinik Asuhan Persalinan Normal.2008.
Prawirohardjo, Sarwono. 2002. Buku Panduan Praktis Pelayanan
Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.
____________________. 2004. Buku Panduan
Pencegahan Infeksi. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo.
Notoatmodjo, Soekidjo. 2002. Metodologi Pendidikan Kesehatan.
Jakarta : Rineka Cipta
SDKI, 2003. www. google.com.
UUD No. 23. 1992 Tentang Kesehatan.
Wirartha, Made. 2006. Metodologi
Penelitian Sosial Ekonomi. Jakarta : Penerbit Andi.