������
Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol. 4, No. 3 Maret 2019
�
STRATEGI PEMASARAN DI ERA DISRUPTION
Tiara Muthiarsih
Universitas
Swadaya Gunung Jati (UGJ) �Cirebon�
Email: [email protected]
Abstrak
Disruption
�mengubah
banyak hal menjadi sedemikian rupa, sehingga cara-cara bisnis lama menjadi
ketinggalan zaman. Dua puluh tahun sudah beralalu sejak Indonesia memulai
reformasi. Sejak itu kita pun mulai bicara tentang pentingnya kewirausahaan.
Para pegawai yang hilang pekerjaan pada krisis 1998, juga kaum muda yang tidak
bisa mendapatkan pekerjaan pun pada masa transisi, mulai beralih dengan berwirausaha. Adapun pilihannya ialah menjadi para pelaku
UMKM atau UKM. Bidang usaha
tersebut seperti pertanian, peternakan, Kuliner, kerajinan,
ekonomi kreatif, dan bidang pariwisata.
Bidang-bidang inilah yang sekarang
sedang banyak dikenal oleh masyarakat.
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif
deskriptif. Penelitian deskriptif merupakan jenis penelitian yang berupaya untuk mendeskripsikan satu kondisi atau
keadaan sesuai apaadanya dilapangan. Namun dalam penelitian ini dibatasi kajian
yang dibahas adalah hanya sekitar penjelasan
tentang fakta-fakta yang ada dan tidak menggunanakan hipotesa. Media� sosial merupakan alat atau� instrumen marketing yang sangat ampuh untuk memasarkan produk di era disruption
�seperti sekarang ini. karena media
sosial memiliki keunggulan yaitu (1) Personal Touch Pemasaran media sosial
memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan nada dan memberikan perhatian
kepada perusahaan. Ini mengarah pada interaksi dua arah antara perusahaan dan
pelanggan mereka. Penjangkauan pelanggan ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
konten dan produk apa yang sebenarnya diinginkan dan akan diminati pembeli.
Melalui pemasaran media sosial yang dipersonalisasi, perusahaan juga dapat
menciptakan basis layanan pelanggan yang kuat. Media sosial memungkinkan ada
respons langsung terhadap masalah apa pun yang mungkin dimiliki pelanggan.
Bahkan jika tidak ada masalah, itu adalah cara bagi perusahaan untuk
berkomunikasi dengan pelanggan secara instan, (2) connect, media sosial memiliki
keunggulan konektivitas tanpa batas, kapanpun dimanapun orang-orang bisa
mengaksesnya, (3) like and Share, produk-produk yang memiliki minat konsumen
yang banyak akan secara otomatis akan dibagikan kepada rekan-rekan sesama
pengguna media sosial, respon ini menjadi keuntungan bagi perusahaan dalam memasarkan
produknya ke konsumen.
Kata Kunci: Pemasaran, Disruption , Media Sosial
Pendahuluan
Perubahan zaman yang tak terduga membuat seluruh perusahaan harus
berfikir keras agar perusahaannya mampu melewati perubahan itu. Selain itu
perubahan juga memiliki dampak yang cukup besar dan memantik respon dari
seluruh kalangan agar selalu mengupdate strategi yang digunakan.
Perubahan yang terjadi pada saat ini adalah yang pertama, teknologi, khususnya infokom,
telah mengubah dunia tempat kita berpijak. Teknologi membuat segala produk
menjadi jasa. Jasa yang serba digital membentuk market palce baru. Platform
baru dengan masyarakat yang sama sekali berbeda. Kedua, seiring dengan perjalanannya muncul generasi baru yang
kemudian mendukung adanya gerakan ini, lambat laun telah tumbuh dan berkembang
sebagai kekuatan mayoritas untuk membangun peradaban baru yang mengarah kepada
masa depan yang dinilai lebih menjanjikan. Ketiga,
pergerakan kecepatan dan perkembangan teknologi yang begitu luar biasa yang lahir dari microprocessor
dengan kapasitas ganda setiap 24 bulan menyebabkan teknologi bergerak lebih
cepat menuntut manusia berfikir dan bertindak lebih cepat lagi. Manusia
dituntut untuk berfikir eksposional, bukan linear. Manusia dituntut untuk
merespon cepat tanpa keterikatan pada waktu dan tempat. Keempat, sejalan dengan disrupted
society, muncullah disruptive leader yang dengan kesadaran
penuh menciptakan perubahan dan kemajuan melalui cara-cara baru. Kelima, bukan cuma teknologi yang
tumbuh, tetapi juga cara mengekplorasi kemenangan. Dan keenam, Gelombang teknologi sudah memasuki generasi ketiga yaitu Internet of Things, yaitu sebuah konsep
internet untuk memperluas jaringan manfaat dari konektivitas internet itu
sendiri secara sistemik. Era Disruption �ini telah merubah
banyak hal hingga sedemikian rupa, oleh sebab
itu cara bisnis lama yang masih konvensional akan tergantikan dan terlindas oleh cara-cara bisnis zaman sekarang. Dua puluh tahun sudah beralalu sejak Indonesia
memulai reformasi. Sejak itu kita pun mulai bicara tentang pentingnya
kewirausahaan. Para pegawai yang hilang pekerjaan pada krisis 1998, juga kaum
muda yang tidak bisa mendapatkan pekerjaan pun pada masa transisi, mulai
beralih ke wirausaha. Pilihannya adalah menjadi pelaku UMKM atau UKM. Kuliner
pertanian, peternakan, kerajinan, ekonomi kreatif, pariwisata dan perdagangan
adalah bidang-bidang yang paling populer membangun usaha ini.
Seiring berjalannya waktu, hampir semua
kementerian tiba-tiba tampil sebagai pembina kewirausahaan. Namun, saat
pemerintah turun tangan, sebenarnya kaum muda sudah mulai beralih. Mereka tak
lagi menjadi pelaku UMKM, melainkan membangun start-up UMKM dan start-up jelas
jelas merupakan dua makhluk yang berbeda. Namun tampaknya kebijakan pemerintah
dan para pembina yang memegang dana CSR belum paham betul dimana letak
perbedaan diantara keduanya.
Usaha mikro dan kecil sudah jelas ukurannya kecil.
Ambisinya juga tidak besa. Jumlah pegawainya 3-5 orang dari waktu ke waktu
tetap sekitar itu saja. Namun jumlah usaha seperti ini banyak sekali. Munculnya
start-up membuat para pelaku usaha berfikir lebih keras agar usahanya dapat
bertahan di era disruption �ini. berbagai macam cara harus dilakukan agar
usahanya terus berkembang.
Metode Penelitian�����������������������������������������������������������������
Metode
yang dipakai dalam penelitian strategi pemasaran diera disruption �ini adalah
menggunakan motode kualitatif yang bersifat deskriptif. Penelitian yang
bersifat deskriptif adalah penelitian yang berupaya mengungkapkan suatu masalah
dan keadaan sebagaimana adanya. Untuk itu peneliti dibatasi hanya mengungkapkan
fakta-fakta dan tidak menggunakan hipotesa.
Hasil dan Pembahasan�
Nokia menjadi saksi hidup sebagai perusahaan
yang gagal dalam melakukan persaingan dengan perusahaan yang lain. Persaingan diera
disruption �ini kita harus mencermati lawan-lawan yang
terlihat. Bagi cristensen, disruption �adalah inovasi yang awalnya ditujukan untuk
menciptakan pasar yang benar-benar baru atau pasar lama tapi pada kelompok low-end, disruption �akan memperbaiki kualitas produk atau jasanya
lalu berlajan-lahan menggerus pasar yang ada di atas untuk turun menjadi
pelangan mereka. Mereka yang menciptakan pasar baru benar-benar memulainya
dengan produk atau jasa dari sebelumnya tidak ada. Daging beku (yang dulu
daging sapi segar atau perdagangan sapi dalam bentuk hewan hidup), pengiriman
barang dengan kontainer standar, e-mail, kamera digital, mesin fotokopi dan
seterusnya adalah para pencipta pasar baru. �Pada saat wawancara dengan Blommberg pada tahun
2007 Christensen menyebutkan bahwa Apple, bukanlah produk disruption �namun saat ini
Christensen mengakui Apple merupakan disruptive
inovation sejak apple khususnya Iphone menggunakan app yang dikembangkan
oleh jejaring pemasok dan menghasilkan konsumen maupun produsen. Sejak saat itu
Iphone telah merubah menjadi sebuah kekuatan jejaring, mata rantainya taklagi
linear, tetapi platform. Model bisnis yang harus diperhatikan pada era disruption �ini adalah :
1.
Persaingan abad ini ditandai bukan lagi antara
produk dalam industri yang sejenis, melainkan antara model bisnis dalam
industri yang batas-batasnya semakin kabur
2.
Model bisnis merepolusi industri, membuat cara
yang ditempuh incumbent menjadi
semakin rumit, tetapi inti dari model bisnis adalah bagaimana pelaku usaha
mendapatkan uang dari kegiatan usahanya dengan cara-cara baru.
3.
Pengusaha yang cerdik bukanlah pengusaha yang
bersih keras dengan model bisnis lamanya. Seorang pengusaha perlu mempertanyakan
kembali fundamental usahanya: apakah kita masih harus menjual apa yang
semata-mata kita hasilkan saja, ataukah kita juga bisa memperluasnya?
4.
Model bisnis juga mencerminkan siapa yang
memegang kendali perusahaan : apakah generasi tua yang merupakan imigran dalam
dunia teknologi (hanya menjadi pemakai atau pengguna) atau generasi Milenial (mereka
yang berusia 18-32 tahun)? model bisnis kreatif berkesan memenuhi syarat SDM 30
under 30, yang artinya terdapat 30%
SDM dari generasi milennials yang paham tentang generasi mereka (dibawah usia
30 tahun).
Ada banyak cara untuk mengembangkan model
bisnis. Namun, yang paling penting dari semua itu adalah� memahami �penderitaan� konsumen. Konsumen
sering kali menderita karena pilihan terbatas, harga kurang terjangkau, produk
sering hilang, features berlebihan
yang harus tetap dibayar meski tidak semua dibutuhkan, kurang simpel, kemasan
terlalu berlebihan, lama menunggu dan seterusnya. Jadi pertama-tama kita perlu
memahami apa yang disebut pain (penderitaan)
dan gain (manfaat yang dicar). Itulah
yang harus ditemukan. Dari situ barulah kita mendesain model bisnis yang
dilengkapi dengan sumber-sumber pendapatan baru beberapa contoh bisnis model
yang sudah diterapkan pada era disruption
1.
Subscription� Model
Model bisnis dimana pelanggan harus membayar
secara berkala untuk mengakses produk atau layanannya .
2.
Free Model
Model
bisnis dimana menawarkan produk atau jasa kepada konsumen secara gratis dengan
maksud untuk mencoba produk seningga akhirnya konsumen akan melakukan pembelian.
3.
Freemium Model
Model bisnis yang bekerja dengan menawarkan layanan mendasar secara
cuma-cuma, dan mengenakan biaya premium hanya untuk fitur khusus atau lanjutan.
Kata "freemium" merupakan gabungan lebur yang dibuat dengan
mengombinasikan dua aspek dari model
bisnis ini, yaitu "free"
dan "premium
4.
Market
Place Models
Model
bisnis ini memfasilitasi berbagai pihak selayaknya anda membangun sebuah pasar
untuk menjadi tempat berinteraksi antara berbagai penjual dengan pembelinya.
Anda menyediakan tempat, dan penjual datang. Anda memasarkan mall atau pasar anda, lalu pembeli ikut
datang. Semakin lengkap orang yang berdagang disana, akan semakin besar value�nya bagi pedagang lain dan bagi
konsumen. Mereka akan mencari apa saja disana, tergantung segmen yang anda
bangun, mulai dari barang bekas hingga barang baru, dari partai kecil sampai
grosir dan dari pasokan lokal hingga global.
Dari berbagai bisnis tersebut bisa kita terapkan untuk
membuat bisnis pada era disruption �ini. Untuk memasarkan produknya para
perusahaan banyak sekali melakukan upaya diantaranya adalah :
1.
Iklan
Besar
Para
perusahaan memasarkan produknya dengan cara memasang iklan di Televisi, koran,
bilboard, radio dan lainnya.
2.
Even
Besar
Para
perusahaan membuat suatu event besar seperti konser musik mengundang para artis
terkenal untuk datang menghadiri acara tersebut yang disisipkan promosi produk
dari perusahaan tersebut.
3.
Discount
Perusahaan
memakai strategi diskon untuk menarik para pengunjung.
Namun cara diatas masih memerlukan biaya yang sangat mahal
sehingga kas operasional perusahaan menipis. Diera disruption �ini banyak
perubahan yang harus di perhatikan oleh para perusahaan seperi munculnya media
sosial. Fenomena ini disebut Sosial
Commerce. Perusahaan dapat memanfaatkan media sosial untuk memasarkan
produknya hingga mencakup beberapa negara, karena gaya hidup manusia sekarang
tidak jauh dari media sosial. Menurut kajian yang telah dilakukan oleh
perusahaan asal Ingris We Are Social,
yang bekerja sama dengan Hootsuite, bahwasanya
orang Indonesia� rata-rata menghabiskan 3
jam 23 menit sehari untuk mengakses media sosial dan laporan berjudul "Essential Insights Into Internet, Social
Media, Mobile, and E-Commerce Use Around The World" yang diterbitkan pada
akhir Januari 2018, dari total populasi penduduk Indonesia sebanyak 265,4 juta
jiwa, pengguna aktif media sosialnya mencapai 130 juta �penduduk dengan penetrasi 49%.
Sebanyak 120 juta penduduk Indonesia menggunakan perangkat mobile, seperti smartphone atau tablet untuk mengakses media sosial, dengan penetrasi
45%. Dalam sepekan, kegiatan di media sosial �melalui smartphone
mencapai 37%. Berdasarkan
aplikasi yang paling banyak diunduh, perusahaan media sosial di bawah Mark
Zuckerberg mendominasi di tiga teratas. Secara berurutan dari posisi pertama adalah
WhatsApp, Facebook, Instagram, dan baru diikuti media sosial buatan Korea
Selatan, Line. Berdasarkan rata-rata trafik situs per bulan, Facebook menjadi
media sosial paling banyak dikunjungi dengan capaian lebih dari 1 miliar juta
pengunjung perbulan. Rata-rata pengunjung Facebook menghabiskan waktu 12 menit
27 detik untuk mengakses jejaring sosial tersebut. Pengguna Facebook didominasi golongan usia 18-24 tahun
dengan presentase 20,4 persennya adalah wanita dan 24,2 persennya adalah pria.
Sementara total pengguna aktif Instagram bulanan di Indonesia mencapai 53 juta
dengan presentase 49 persen wanita dan 51 persen adalah pria.
Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa media sosial
menjadi suatu alat marketing yang sangat ampuh untuk memasarkan produk di era disruption �ini. karena media sosial memiliki keunggulan
yaitu :
1.
Personal
Touch
Pemasaran
media sosial memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan nada dan memberikan
perhatian kepada perusahaan. Ini mengarah pada interaksi dua arah antara
perusahaan dan pelanggan mereka. Penjangkauan pelanggan ini dapat dimanfaatkan
untuk melihat konten dan produk apa yang sebenarnya diinginkan dan akan
diminati pembeli. Melalui pemasaran media sosial yang dipersonalisasi,
perusahaan juga dapat menciptakan basis layanan pelanggan yang kuat. Media
sosial memungkinkan ada respons langsung terhadap masalah apa pun yang mungkin
dimiliki pelanggan. Bahkan jika tidak ada masalah, itu adalah cara bagi
perusahaan untuk berkomunikasi dengan pelanggan secara instan
2.
Connect
Media
sosial memiliki keunggulan konektivitas tanpa batas, kapanpun dimanapun
orang-orang bisa mengaksesnya
3.
Like
and Share
Produk-produk
yang memiliki minat konsumen yang banyak akan secara otomatis akan dibagikan
kepada rekan-rekan sesama pengguna media sosial, respon ini menjadi keuntungan
bagi perusahaan dalam memasarkan produknya ke konsumen
Kesimpulan
Perusahaan
harus mampu mencermati perkembangan zaman dengan cara mengikutinya dan membuang
cara-cara lama ke cara yang baru, harus cepat merespon keinginan konsumen dan
berorientasi kepada kebutuhan konsumen. Media sosial adalah cara yang tepat
sebagai media promosi pada era ini karena memiliki keunggulan (1) Personal
Touch, pemasaran media sosial
memungkinkan perusahaan untuk mengembangkan nada dan memberikan perhatian
kepada perusahaan. Ini mengarah pada interaksi dua arah antara perusahaan dan
pelanggan mereka. Penjangkauan pelanggan ini dapat dimanfaatkan untuk melihat
konten dan produk apa yang sebenarnya diinginkan dan akan diminati pembeli. Melalui
pemasaran media sosial yang dipersonalisasi, perusahaan juga dapat menciptakan
basis layanan pelanggan yang kuat. Media sosial memungkinkan ada respons
langsung terhadap masalah apa pun yang mungkin dimiliki pelanggan. Bahkan jika
tidak ada masalah, itu adalah cara bagi perusahaan untuk berkomunikasi dengan
pelanggan secara instan, (2) Connect,
media sosial memiliki keunggulan konektivitas tanpa batas, kapanpun dimanapun
orang-orang bisa mengaksesnya dan like
and Share, produk-produk yang memiliki minat konsumen yang banyak akan
secara otomatis akan dibagikan kepada rekan-rekan sesama pengguna media sosial,
respon ini menjadi keuntungan bagi perusahaan dalam memasarkan produknya ke
konsumen.
BIBLIOGRAFI
Christensen, Clayton, M., Horn, Micheal. 2008. Disrupting Class: How Disruptive Innovation Will Change The Way Teh
World Learns. New York : McGraw-Hill
Clapp, Sarah L. C. 2011. The Beginnings of Subscription Publication in the Seventeenth
Century", Modern Philology.� Chicago: The University of Chicago Press.
Moleong, j, Lexy. 2006. Metodologi Penelitian Kualitatif.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Rhenald Kasali. 2017. Disruption
. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.
https://money.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal.disruption ..
https://tekno.kompas.com/read/2018/03/01/10340027/riset-ungkap-pola-pemakaian-medsos-orang-indonesia