Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, Special Issue No. 1, Januari 2022
�������������������������������� ��������
ANALISA KEBUTUHAN PEMBELAJARAN ONLINE DAN KORELASINYA TERHADAP KETERAMPILAN DASAR ESP MAHASISWA
Wini Fitrina Sofyan, Eti Wati
STIKes YPIB Majalengka, Indonesia
Email:� [email protected], [email protected]
Abstrak
Pembelajaran ESP (English for Specific Purposes) dimasa pandemic Covid 19 berubah secara signifikan menjadi pebelajaran secara online. Hal ini berdampak linear terhadap kondisi mahasiswa dan kebutuhan mahasiswa. Analisa kebutuhan sangat diperlukan untuk mengetahui kondisi mahasiswa agar pebelajaran online berjalan efektif dan tujuan pembelajaran dapat tercapai. Penelitian kuantitatif ini bertujuan mengetahui pengaruh kondisi pembelajaran online terhadap empat keterampilan dasar ESP (Reading, Listening, Writing, dan Speaking skill) mahasiswa Keperawatan di sebuah sekolah tinggi kesehatan di Majalengka Jawa Barat, Indonesia. Dengan responden sebanyak 85 mahasiswa tingkat III (67 wanita and 18 pria), penelitian ini menggunakan Correlation Product Moment untuk analisis data. Hasil penelitian ini adalah rhitung > ftabel dengan demikian kebutuhan pembelajaran online berkorelasi dengan keterampilan dasar ESP mahasiswa keperawatan di kota Majalengka. Analisa kebutuhan mahasiswa penting dilakukan bagi seluruh instansi pendidikan dan dilaksanakan secara berkala untuk mendapat gambaran kebutuhan mahasiswa agar tujuan pembelajaran tercapai.
Kata Kunci: analisa kebutuhan; pembelajaran online; esp; keterampilan dasar bahasa
Abstract
ESP (English for Specific Purposes) learning during the Covid 19 pandemic changed significantly into online learning. This has a linear impact on student conditions and student needs. Needs analysis is very necessary to determine the condition of students so that online learning runs effectively and learning objectives can be achieved. This quantitative study aims to determine the effect of online learning conditions on four basic ESP skills (Reading, Listening, Writing, and Speaking skills) of Nursing students at a health high school in Majalengka, West Java, Indonesia. With 85 third-level students (67 women and 18 men) as respondents, this study used Correlation Product Moment for data analysis. The results of this study are rcount > ftable, thus the need for online learning is correlated with the basic ESP skills of nursing students in the city of Majalengka. Analysis of student needs is important for all educational institutions and is carried out periodically to get an overview of student needs so that learning objectives are achieved.
Keywords: needs analysis; online learning; esp; basic language skills
Received: 2021-12-10; Accepted: 2021-12-25; Published: 2022-01-13
Pendahuluan
Kemampuan bahasa Inggris negera Indonesia masih rendah, menurut EP EFI, indeks kemampuan berbahasa Inggris orang Indonesia berada di level rendah (low level). Sementara menurut hasil survey Programme for International Students Assesment (PISA) tahun 2018 kemampuan literasi Indonesia berada dalam peringkat 72 dari 77 negara dan berada kuadran low performance (Kemendikbud, 2019; (Kompas.com, 2020). Hal ini berpengaruh terhadap kualitas output lulusan universitas-universitas di Indoneisa dan sulit bersaing dengan negara lain. Disamping itu, untuk medapatkan profesi tertentu diperlukan syarat keterampilan bahasa Inggris yang baik, seperti TOEFL dan IELTs, namun banyak lulusan mengalami kesulitan dalam mencapai skor target. Belum tuntas masalah tersebut, Covid-19 berdampak besar terhadap sistem pendidikan di Indonesia. Pembelajaran jarak jauh memiliki kekekurangan dan kebelihannya sendiri yang berdampak pada kondisi dan kebutuhan mahasiswa.
Faktor utama yang berpengaruh terhadap kulaitas literasi bahasa Inggris di Indonesia adalah sarana dan prasarana pembelajaran yang kurang menunjang, namun sebuah faktor yang sering diabaikan adalah keberagaman kebutuhan mahasiswa. Sehingga silabus yang dijalankan tidak memenuhi kebutuhan mahasiswa yang berakibat ketidaktercapaian tujuan pembelajaran, skor bahasa Inggris kurang, skill literasi rendah dan menurunkan daya saing. Kondisi, kebutuhan dan keadaan setiap individu mahasiswa akan selalu berbeda, maka diperlukan sebuah analisis kebutuhan untuk mengetahui keadaan mahasiwa yang faktual agar dapat menentukan pembelajaran yang tepat dan efektif.
Belum ada data pasti berapa skor rata-rata kemampuan bahasa Inggris Kabupaten Majalengka, namun kondisi Kabupaten Majalengka yang merupakan kota kecil, dengan karakteristinya adalah kurangnya kesadaran mempelajari Bahasa Inggris dan kurangnya fasilitas pembelajaran bahasa Inggris terutama fasilitas pembelajran jarak jauh yang sesuai dengan karakter dan kebutuhan pelajarnya.
Studi kebutuhan mahasiswa sudah menjadi topik utama selama dua dekade terakhir. Richard (2002) menyatakan sangat penting mengidentifikasi dan menganalisis kebutuhan pelajar karena mereka tidak selalu tampak (Richards, Richards, & Renandya, 2002); Porcher 1977 dalam (Brindley, 1989). Sehingga analisis kebutuhan pelajar sangat penting dilakukan agar bisa mendapat gambaran kebutuhan secara tepat, menurut Rossett 1982 dalam (Brown, 1995) kebutuhan itu bisa berupa permasalahan, sikap kemampuan dan prioritas. Kemudian Rosset menjabarkannya sebagai: a) Permasalahan: dilihat dari bagaimana latar belakang keluarga, tingkat sosial ekonomi dan kondisi sistem dukungan keluarga, kondisi tersebut sangat berpengaruh terhadap kebutuhan pelajar. (Harmer, 2008) menambahkan bahwa latar belakang dan lingkungan mempengaruhi kebutuhan ekstrinsik pelajar. b) Sikap kemampuan: Bagaimana kondisi pembelajaran mempengaruhi keyakinan atau sudut pandang dan tingkat profisiensi pelajar, hal ini sangat mempengaruhi motivasi intrinsik pelajar. c) Prioritas: Adalah apa yang mereka inginkan atau harapkan dari pembelajaran di kelas, seperti pendekatan pengajaran, strategi, kinerja, media yang digunakan, dan lain-lain. Pengelompokan tiga kebutuhan tersebut menjadi landasan dasar studi untuk mengetahui bagaimana gambaran kebutuhan mahasiswa dan pengaruhnya terhadap kemampuan bahasa Inggris (ESP) mahasiswa dalam empat keterampilan dasar yakni membaca, menyimak, menulis dan berbicara.
(Brindley, 1989) menyatakan kebutuhan mahasiswa mengacu pada keinginan, preferensi, tuntutan, harapan, motivasi, kekurangan, kendala, dan persyaratan. Sementara (Richards et al., 2002) menekankan kebutuhan sebagai �kekurangan linguistik� yang mendefinisikan perbedaan antara apa yang �mampu dilakukan� oleh mahasiswa dan apa yang �harus mampu dilakukan� oleh mahasiswa. Adapun dalam pelaksanaannya analisis kebutuhan dapat dilakukan sebelum, selama dan setelah perkuliahan (Richards et al., 2002). Ketiga waktu pelaksanaan tersebut memiliki fungsi masing-masing yaitu untuk mengetahui profil demografi, mengetahui permasalahan mahasiswa yang spesifik, dan menggambarkan kesenjangan antara keadaan mahasiswa dan harapan kebutuhan pemangku kepentingan. (Linse, 1993); (Richards et al., 2002). Dalam pembelajaran online, analisa kebutuhan menjadi jauh lebih mendesak, karena kondisi kebutuhan, keinginan, hambatan dan motivasi mahasiswa yang berubah drastis, sementara ekspektasi pemangku kepentingan terhadap ESP tetap.
Menurut (Aliakbari & Boghayeri, 2014) dalam studi mereka tentang kursus ESP di perguruan tinggi jurusan arsitektur, Iran, mereka menemukan bahwa terdapat ketidaksesuaian antara tuntutan pemangku kepentingan dengan desain silabus penbelajaran bahasa Inggris dalam disiplin ilmu arsitektur. Mereka menemukan ketidakpuasan mahasiswa dan para lulusan karena tidak sepenuhnya memfasilitasi kebutuhan mereka. Hasil studi ini menunjukkan bahwa lulusan mengkritik ketidaksesuaian antara keterampilan Bahasa Inggris yang telah diajarkan dengan keterampilan Bahasa Inggris dalam situasi nyata dunia kerja. Sementara siswa mengeluh tentang buku teks dan topik yang tidak relevan serta lamanya durasi pembejalaran. Oleh karena itu, mereka sepakat bahwa merevisi program pembejalaran sangat diperlukan untuk memfasilitasi program pembelajaran ESP yang lebih efektif bagi mahasiswa arsitektur di perguruan tinggi Iran.
Pembelajaran online secara harfiah adalah sebuah pembelajaran yang aktivitasnya dilakukan jarak jauh melalui koneksi internet. Berdasarkan (Allen & Seaman, 2008), pembelajaran online adalah pembelajaran yang sebagian besar atau semua kontennya berbentuk digital, disampaikan secara jarak jauh, dan melakukan tatap muka kurang dari dua puluh persen. Pembelajaran jarak jauh megkodisikan siswa untuk �tinggal di rumah� yang mendorong mereka untuk melakukan penyesuaian kebiasaan belajar baru. Pembelajaran online ini menimbulkan tantangan tersendiri, seperti keharusan melek teknologi dan pengadaan saran prasarana penunjangnya (Tran et al., 2020). Menurut Lear dkk (2010) pembelajaran online mengubah pola interaksi antara mahasiswa-dosen-konten dan mereformasi keterikatan mahasiswa dengan mereka. Pembelajaran online ini menempatkan siswa dalam rasa komunitas yang berbeda dan cara yang berbeda tentang bagaimana mereka terlibat dengan materi yang disajikan. Dalam suatu kegiatan pembelajaran, keterlibatan siswa sangat penting karena meningkatkan kepuasan, meningkatkan motivasi belajar, mengurangi rasa keterasingan, dan memperluas kinerja mahasiswa dalam pembelajaran online (Martin & Bolliger, 2018).
Pembelajaran online berpengaruh terhadap sikap mahasiswa. Untuk hasil belajar yang baik, sikap mahasiswa harus bersifat positif terhadap pembelajaran tersebut.� Sementara, sikap positif dapat dibentuk oleh banyak faktor.� Salah satu factor adalah kesipan belajar, sejalan dengan (Herguner, Son, Herguner Son, & Donmez, 2020) yang menyatakan kesiapan belajar memiliki dampak yang kuat dan bermakna terhadap belajar jarak jauh. Faktor lain adalah pembelajaran online merubah perspektif mahasiswa, efek ini dapat dipengaruhi oleh banyak variabel seperti norma subjektif, kemudahan yang dirasakan dan kebermanfaatan yang dirasakan sehingga ada keinginan untuk menggunakan sistem e-learning (Al-Okaily, Alqudah, Matar, Lutfi, & Taamneh, 2020). Faktor lain yaitu untuk menciptakan dampak yang baik pada pola pikir mahasiswa adalah penting untuk menciptakan persepsi positif, dalam penelitian (Chen, Dobinson, & Kent, 2020) menyatakan pembelajaran online harus memiliki media yang menarik, real time untuk pertukaran umpan balik, pengetahuan berbagi dan membangun komunitas virtual. Lebih lanjut, (Chen et al., 2020) menemukan sebuah fenomena bahwa meski layanan virtual ini mengakomodasi �kehadiran� dosen, beberapa mahasiswa lebih memilih untuk tidak berpartisipasi lebih dalam yaitu dengan tidak menunjukkan wajah atau tidak ikut berbicara.
Banyak perguruan tinggi di Indonesia yang telah melakukan pembelajaran online dan melakukan analisis kebutuhan, sebagaimana penelitian (Maulana & Lintangsari, 2021) di Universitas Brawijaya menyatakan bahwa penggunaan platform LMS sangat efektif, memenuhi harapan mahasiswa, dan juga bermanfaat bagi mengelola pembelajaran virtual. Kemudian penelitian (Surani & Hamidah, 2020) di Universitas Bina Bangsa, menegaskan motivasi dan persepsi mahasiswa bahwa sebagian besar mahasiswa bersedia mengikuti pembelajaran online dan mereka memandang bahwa pembelajaran online memberikan manfaat. Lebih lanjut mereka menyarankan agar pelaksanaan pembelajaran online perlu direncanakan, dilaksanakan dan dievaluasi dengan baik untuk meminimalisir masalah.
ESP atau English for Specific Purposes adalah sebuah disiplin ilmu Bahasa Inggris terapan dengan upaya untuk memenuhi kebutuhan kelompok mahasiswa tertentu, menggunakan metodologi dan bahan dari disiplin ilmu tertentu yang dipusatkan, dan berfokus pada bahasa (tata bahasa, leksis, register), genre, wacana dan keterampilan yang berhubungan dengan disiplin ilmu tersebut (Dudley-Evans, St John, & Saint John, 1998). Kemudian, ia juga mengemukakan tiga variable ESP yaitu harus terkait dengan disiplin ilmu tertentu, menggunakan metodologi yang berbeda dari yang digunakan dalam Bahasa Inggris Umum (General English), dan ditujukan untuk pembelajaran siswa menengah atas hingga lanjutan.
ESP dalam keperawatan menekankan pada keterampilan dasar bahasa (basic language skill) yang mencakup reseptif dan produktif skil. keterampilan mendengar, membaca, menulis dan berbicara berfokus pada register dan terminologi tersendiri. ESP dalam keperawatan disadarkan pada empat pendekatan utama Bahasa Inggris di tempat kerja (Hinkel, 2005) yakni: analisis tekstual wacana, sosiolinguistik interaksional, pragmatik, dan etnografi. Keempat pendekatan tersebut harus mencakup kesesuaian aturan percakapan kolokial yang natural, kesesuaian aturan genre tulisan, perbedaan gaya komunikasi, pola sosial, interaksi budaya, nilai-nilai, keyakinan, dan pola asumsi yang ada dalam masyarakat tersebut.
(Nurakhir, 2018) menginvestigasi kebutuhan ESP mahasiswa keperawatan di Semarang. Hasilnya mengungkapkan bahwa mahasiswa mempersepsikan bahasa Inggris sangat penting untuk studi akademis dan karir. Mahasiswa ingin keterampilan bahasa Inggris dasar (English basic skills), terutama berbicara (Speaking skill), lebih ditekankan dalam pembelajaran karena keterampilan tersebut adalah yang paling penting untuk dikuasai. Mereka mempersepsikan kosakata yang terbatas dan tata bahasa yang buruk adalah dua masalah yang paling berdampak pada kesulitan belajar. Para mahasiswa ingin menguasai bukan hanya bahasa Inggris khusus keperawatan (ESP) tetapi juga bahasa Inggris umum (Common English).
Dari uraian di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kebutuhan nyata dalam pembelajaran online mahasiswa yang mendasar untuk kemudian dicari korelasi antara keadaan kebutuhan tersebut dengan kondisi kemampuan berbahasa Inggris mahasiswa yang dirumuskan ke dalam pertanyaan penelitian berikut:� Apakah kebutuhan pembelajaran online mahasiswa berkorelasi dengan keterampilan dasar ESP mahasiswa keperawatan di kota Majalengka?
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan studi kuantitatif dengan metode korelasi yang melibatkan mahasiswa keperawatan di salah satu institusi kesehatan di Kabupaten Majalengka, Jawa Barat, sebagai populasinya. Adapun sampel penelitian ini adalah 85 mahasiswa tingkat III program sarjana ilmu keperawatan yang terdiri dari 67 perempuan dan 18 laki-laki.
Instrumen penelitian ini adalah kuesioner yang diadaptasi dari Li dan (Richards et al., 2002) dalam (Richards et al., 2002). Kuesioner berupa skala Likert yang memiliki dua varibel bebas yaitu: pertama adalah 1-5 item dalam menanyakan situasi saat ini, seperti fasilitas perangkat dan ketersediaan koneksi internet dan prior knowledge. Kedua adalah 6-10 item dalam menemukan kesulitan belajar. Selanjutnya, 4 item disusun untuk mengetahui variable terikat yakni hasil belajar keterampilan dasar ESP mahasiswa. Skala Likert tetap digunakan untuk mengukur hasil belajar mahasiswa (keterampilan membaca, mendengarkan, menulis dan berbicara). (Skala Likert = 1 kurang, 2 = Cukup, 3 = baik , 4 = sangat baik).
Kuesioner disebarkan pada mahasiswa tingkat III pada awal semester dengan mengunakan aplikasi google form, sementara data hasil belajar berupa keterampilan dasar ESP mahasiswa dilakukan satu bulan setelah penyebaran kuisioner dengan mengumpulkan sumber sekunder berupa data ulangan harian, tugas dan kuis. Data dinalisis menggunakan korelasi ganda product moment Pearson. Untuk mencari korelasi antara kedua variabel, terdapat dua hipotesis yakni Ho: kebutuhan pembelajaran online berkorelasi dengan keterampilan dasar ESP mahasiswa keperawatan di kota Majalengka. Dan Ha: kebutuhan pembelajaran online tidak berkorelasi dengan keterampilan dasar ESP mahasiswa keperawatan di kota Majalengka. Dengan derajat kebebasan adalah 0.05, dengan syarat jika rhitung > Ftabel maka Ho diterima dan jika rhitung < Ftabel maka Ho ditolak.
Hasil dan Pembahasan
A. Hasil Penelitian
Tabel 1
Ketersediaan koneksi internet dan prior knowledge ESP
|
Item |
Rata-rata |
Skor total X1 |
1 |
Membaca |
2.68 |
228 |
2 |
Mendengarkan |
2.67 |
206 |
3 |
Menulis |
2.66 |
226 |
4 |
Berbicara |
2.42 |
227 |
Tabel 2
Kesulitan belajar ESP Online
|
Item |
Rata-rata |
Skor total X2 |
1 |
Membaca |
2.53 |
214 |
2 |
Mendengarkan |
2.49 |
226 |
3 |
Menulis |
2.48 |
218 |
4 |
Berbicara |
1.91 |
224 |
Tabel 3
Hasil Belajar ESP Mahasiswa
|
Item |
Rata-rata |
Skor total Y |
1 |
Membaca |
3.12 |
265 |
2 |
Mendengarkan |
2.95 |
251 |
3 |
Menulis |
2.28 |
194 |
4 |
Berbicara |
1.98 |
168 |
Dari data tabel 1 didapatkan bahwa keadan mahasiswa terhadap ketersedian sarana dan fasilitas pembelajaran online dan pengetahuan awal (prior knowledge) dari ESP mahsiswa adalah cukup rendah. Dengan nilai rata-rata item 1 dibawah 3 yakni 2.68 menunjukan bahwa sarana dan fasilitas pembelajaran online dan pengetahuan awal mayoritas mahasiswa masih kurang dalam pembelajaran membaca. Item ke 2 menujukan nilai rata-rata 2.67 memiliki makna bahwa mayoritas mahasiswa masih kurang dalam pembelajaran mendengarkan. Item ke 3 memiliki nilai rata-rata 2.66 yakni pembelajaran menulis. Item ke 4 memiliki nilai rata-rata 2.42 yakni pembelajaran berbicara dan item ini menjadi yang terkecil nilainya.
Lebih lanjut, dari sub item pada kuisioner menunjukkan bahwa fasilitas yang dimiliki mahasiswa sangat mendukung sebanyak 13 mahasiswa, mereka memiliki fasilitas tertentu berupa gadget yang memadai seperti laptop atau notebook dan telepon genggam, koneksi internet yang kuat, dan saldo yang cukup untuk kebutuhan sehari-hari. Selanjutnya yang cukup mendukung sebanyak 20 mahasiswa, dalam hal ini mahasiswa memiliki laptop atau notebook, handphone, terkadang mengalami gangguan internet, dan saldo yang cukup untuk koneksi internetnya. Yang tidak mendukung sebanyak 52 mahasiswa mereka berurusan dengan koneksi internet yang tidak stabil, fasilitas yang mereka miliki hanyalah ponsel dan juga koneksi internet yang cukup seimbang. Terakhir, untungnya kelompok yang sangat tidak mendukung adalah nol. Sementara itu, rata-rata pengetahuan awal ESP mahasiswa ada pada kategori dasar (bawah) atau basic (lower) mahasiswa kurang menguasai kosakata khusus, register keperawatan, idiom khusus, kurang menguasai tata bahasa, kurang mahir mengucapkan kata atau kalimat serta kurang memahami topik medis yang disajikan.
Tabel 2 menunjukan hasil dari kesulitan belajar, didapatkan bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi. Ditemukan bahwa banyak mahasiswa menganggap beberapa aspek pembelajaran ESP online bermasalah. Hasil item 1 menunjukan nilai rata-rata 2.53 bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan membaca. Item 2 menunjukan nilai rata-rata 2.49 mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan mendengar. Item 3 bernilai rata-rata 2.48 yakni mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan menulis. Item 4 menunjukan nilai rata-rata 2. 1.91 yang merupakan nilai terkecil bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan berbicara.
Sub item dalam kuesioner menunjukkan bahwa terapat 10 mahasiswa memandang belajar ESP melalui online adalah mudah. Mereka berasumsi bahwa belajar ESP online lebih mudah daripada secara tradisional. Mereka menganggap bahwa mempelajari materi ESP secara online (kosa kata, pengucapan, struktur/tata bahasa dan empat keterampilan dasar: membaca, mendengar, menulis, berbicara) lebih mudah dipelajari. Metode pembelajaran online lebih menarik sehingga meningkatkan mood belajar mereka dan tidak ada gangguan signifikan yang mengurangi fokus seperti yang ditemukan di ruang kelas konvensional. Selanjutnya 18 mahasiswa memandang belajar ESP online adalah cukup mudah. 13 mahasiswa berasumsi belajar ESP online sulit. Terakhir, 44 mahasiswa menilai bahwa belajar ESP secara online sangat sulit dilakukan.
Mereka memandang teknik pembelajaran online lebih monotone, berpusat pada guru dan dimonopoli oleh mahasiswa tertentu sehingga mayoritas mahasiswa menjadi pasif dan terabaikan. Selain itu ada beberapa alasan yang mengurangi kemauan belajar online, seperti rasa malas mempersiapkan diri untuk siap belajar, karena memandang belajar online bisa dilakukan sambil berbaring di tempat tidur. Selain itu, terdapat gangguan dari lingkungan (faktor ekstrinsik) seperti diganggu oleh saudara kandung dan diperintahkan melakukan pekerjaan rumah oleh orang tua menjadi kendala nyata dalam pembelajaran online.
Tabel 3 menunjukan nilai variable hasil belajar mahasiswa terhadap ESP dengan kondisi kebutuhan yang telah diketahui pada Tabel 1 dan 2 hasilnya adalah item 1 memiliki nilai rata-rata 3.12, menunjukan keterampilan membaca mahasiswa cukup tinggi dan merupakan nilai tertinggi.� Item 2 memiliki nilai rata-rata 2.92, menunjukan keterampilan menyimak mahasiswa cukup rendah. Item 3 memiliki nilai rata-rata 2.28, menunjukan keterampilan menulis mahasiswa cukup rendah. Item 4 memiliki nilai rata-rata 1.98, menunjukan keterampilan berbicara mahasiswa rendah, serta nilai ini merupakan nilai terendah dari semua keterampilan.
B. Pembahasan
Dari penemuan hasil tabel 1, variable ketersediaan koneksi internet dan prior knowledge ESP menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan lebih banyak dukungan dalam memfasilitasi jaringan internet dan perangkat pembelajaran ESP online. Hasil temuan yang menunjukan keadan mahasiswa terhadap ketersedian sarana dan fasilitas pembelajaran online dan pengetahuan awal ESP mahasiswa cukup rendah. Sarana dan fasilitas pembelajaran online dan pengetahuan awal mahasiswa memiliki rata-rata nilai dibawah 3 yakni 2.68 menunjukan bahwa mereka memiliki hambatan eksternal untuk fasilitas membaca dan masih kurang dalam keterampilan membaca. Pada item ke 2, keterampilan mendengarkan menujukan nilai rata-rata 2.67 memiliki makna bahwa mahasiswa masih kurang dalam fasilitas untuk keterampilan mendengarkan dan masih kurang dalam keterampilan mendengarkan. Selanjutnya, pada bagian keterampilan menulis, memiliki nilai rata-rata 2.66 yakni memberikan gambaran bahwa mahasiswa masih kurang dalam fasilitas untuk kebiatan menulis dan masih kurang dalam keterampilan menulis. Terakhir, item ke 4, keterampilan berbicara yang memiliki nilai rata-rata 2.42 menunjukan bahwa fasilitas dalam pembelajaran keterampilan berbicara masih kurang dan keterampilan berbicara mahasiswa pun masih kurang.
Tabel 2 menunjukan hasil kesulitan belajar, didapatkan bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi. Kemudian ditemukan bahwa banyak mahasiswa menganggap beberapa aspek pembelajaran ESP online memiliki tantangan tersendiri. Hasil item 1 menunjukan nilai rata-rata 2.53 bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan membaca. Item 2 menunjukan nilai rata-rata 2.49 mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan mendengar. Item 3 bernilai rata-rata 2.48 yakni mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan menulis. Item 4 menunjukan nilai rata-rata 2. 1.91 yang merupakan nilai terkecil bahwa mahasiswa memiliki kesulitan belajar yang cukup tinggi dalam keterampilan berbicara. Hasil tersebut dipengaruhi oleh banyak factor salah satunya adalah kesiapan dan kemampuan beradaptasi mahasiswa.
Selanjutnya, kedua variable bebas dalam Tabel 1 dan 2 dikorelasikan dengan variable terikat yakni Tabel 3 menggunakan korelasi ganda product moment Pearson. Dua variable bebas yang telah dicari sebelumnya yakni ketersediaan koneksi internet dan prior knowledge ESP (X1) dan kesulitan belajar (X2) serta variable terikat yaitu hasil belajar ESP mahasiswa (Y). Nilai rhitung = 8.49 dan nilai ftabel = 3.11 sehingga rhitung > ftabel. Dengan demikian kebutuhan pembelajaran online berkorelasi dengan keterampilan dasar ESP mahasiswa keperawatan di kota Majalengka.
Hasil perhitungan di atas sejalan dengan teori yang dikemukakan oleh banyak ahli. Faktor ekstrinsik yang dikemukakan Rosset dalam (Brown, 1995) dan (Harmer, 2008) yakni permasalahan yang timbul dari lingkungan yakni kondisi system dukungan keluarga adalah factor ekstrinsik yang sangat mempengaruhi kebutuhan mahasiswa. Dukungan lanjutan dikemukakan oleh beberapa ahli yakni fasilitas pembelajaran berpengaruh terhadap kinerja mahasiswa selama pembelajaran dan berpengaruh signifikan terhadap hasil belajar dan mereka dihadapkan pada permasalahan teknologi pada saat yang bersamaan (Tran et al., 2020); (Warner, Meeker, & Eells, 1949); (Miller & Salkind, 2002); (Hogan, 2005); (Lareau & Conley, 2008). Keterkaitan antara kondisi sosial ekonomi keluarga dari mahasiswa itu sendiri sebenarnya menjadi hal yang mendasar untuk dianalisis, sebagaimana (Ornstein, Levine, & Gutek, 2011) menyatakan bahwa keluarga merupakan agen terpenting dari sebuah pendidikan, dimana lingkungan rumah adalah pendidikan pertama yang membentuk karakter.
Pola lingkungan rumah akan sangat berpengaruh terhadap domain utama kemampuan anak yakni: 1) pengetahuan (prior-knowledge) dan pemahaman, 2) keterampilan kognitif dan verbal, dan 3) nilai dan sikap. Ketiga domain tersebut adalah modal awal anak dan domain tersebut sangat menentukan karakteristik kebutuhan mahasiswa pada masa sekarang. Hasil dari situasi kebutuhan mahasiswa saat ini menunjukkan bahwa mereka membutuhkan lebih banyak dukungan untuk memfasilitasi jaringan internet dan perangkat pembelajaran online. Oleh karena itu, pihak sekolah, dosen, keluarga dan stakeholder perlu memperhatikan kebutuhan perangkat pembelajaran online mahasiswa.
Dari temuan ini, menunjukkan bahwa banyak mahasiswa sangat perlu mengembangkan prior knowledge ESP berupa empat keterampilan dasar mereka. Dosen bahasa Inggris perlu mengelola materi ESP yang sesuai, bahan, kompleksitas topik dan tingkat kesulitan materi. Mereka juga perlu mengelola strategi pembelajaran ESP online yang tepat dalam mentransfer materi-materi tersebut. (Greene, Costa, Robertson, Pan, & Deekens, 2010) menyatakan bahwa pengetahuan awal dan kecerdasan berhubungan dengan pembelajaran mandiri dan kinerja dalam lingkungan pembelajaran hypermedia. Disamping itu, Li dan Richard (1995) menyatakan bahwa pengetahuan awal sangat penting untuk dianalisis oleh dosen dalam mengetahui kondisi internal mahasiswa. Dari kedua pernytaan tersebut disimpulkan bahwa menganalisa pengetahuan awal atau prior knowledge sangat oenting dan akan sangat bermanfaat dalam memetakan kondisi dan memecahkan masalah pembelajaran online.
Tabel ke 2 menunjukan variable kesulitan belajar online mahasiswa menggambarkan bahwa banyak dari mereka membutuhkan bantuan dalam beredaptasi sistem pembelajaran baru. Karena pembelajaran jarak jauh menempatkan mereka dalam kebiasaan yang berebda dan perilaku yang baru seperti jam belajar, persiapan pembelajaran, strategi pembelajaran, dan berdampak pada hasil belajar (Hsiao et al., 2019); (Tran et al., 2020); (Raza, Qazi, Khan, & Salam, 2021). Mahasiswa juga dihadapkan dengan tantangan baru dalam pembelajaran ESP online ini, yakni kesiapan belajar. Ilustrasi kesipan belajar di kelas tradisional, mahasiswa sudah memfokuskan diri jauh sebelum pembelajaran berlangsung, seperti bangun pagi, mandi, menyiapkan jadwal, menyiapkan dan menyetrika pakaian, sarapan dan berangkat ke sekolah. Tanpa disadari, rangkaian kegiatan tersebut mebentuk niat dan memfokuskan tujuan.
Bertolak belakang dengan pembelajarn tradisional, pembelajaran online mayoritasnya kurang ada kesipan, dengan asumsi �tidak akan keluar rumah�, mereka tidak mempersiapkan apapun, bahkan banyak mahasiswa baru bangun tidur bertepatan dengan masuk kelas online.� Oleh karena itu, niat dan focus kurang terbentuk dan tidak terfokus ke tujuan belajar. Dengan demikian, pembelajaran online mengubah sikap dan pandangan mahasiswa sehingga dosen harus memperhatikan masalah ini dan mengarahkan mahasiswa untuk membentuk sikap positif dalam pembelajaran ESP online. Hal ini sejalan dengan teori Herguner dalam pendapatnya tentang sikap dalam pembelajran jarak jauh yakni sikap positif dapat dibentuk oleh kesiapan belajar, dan kesiapan tersebut berkorelasi dengan sikap belajar jarak jauh (Herguner et al., 2020).
Selanjutnya, kesulitan belajar online juga disebabkan oleh perspektif. Pespektif mahasiswa dapat dipengaruhi oleh beberapa variabel seperti norma subjektif, persepsi kemudahan penggunaan, dan manfaat yang dirasakan pada niat siswa untuk menggunakan sistem e-learning (Al-Okaily et al., 2020). Mahasiswa yang menganggap bahwa pembelajaran ESP online efektif adalah mereka yang telah mampu beradaptasi dengan pembelajaran jarak jauh. Namun, banyak mahasiswa yang masih kesulitan beradaptasi dengan pola baru ini, sehingga banyak yang memilih untuk tidak berpartisipasi dengan tidak menunjukkan wajahnya atau tidak mengaktifkan firut suara. Kondisi serupa terjadi dalam temuan (Chen et al., 2020) bahwa mahasiswa dapat melakukan pertukaran umpan balik, berbagi pengetahuan, dan membangun komunitas virtual tetapi mereka menolak untuk menyalakan kamera dan suaranya. Oleh karena itu, mahasiswa secara eksplisit membutuhkan dorongan kuat untuk meningkatkan persepsi positif mereka dalam pengaturan kelas online.
Pembelajaran ESP secara online adalah solusi yang tepat di masa pandemi Covid-19, dimana pembelajaran tradisional tidak mungkin untuk dilaksanakan. Namun dalam pelaksanaannya, perlu memperhatikan banyak hal, karena pembelajaran online memiliki karakteristik kelebihan dan kekurangan tersendiri yang merubah kondisi kebutuhan mahasiswa. Kondisi ini kemudian berpengaruh terhadap kebutuhan mahasiswa dalam hal sikap, persepsi, perilaku dan motivasi mahasiwa terhadap proses pembelajaran. Dimana hal tersebut sangat berkorelasi terhadap hasil belajar. Lebih jauh, sekolah tinggi kesehatan memiliki standar tertentu dalam menetapkan hasil belajar mahasiswa yang disesuaikan dengan standar stakeholder dan dunia kerja terutama syarat keterampilan bahasa Inggris yang baik, seperti TOEFL dan IELTs.
Jika mahasiswa tidak mampu memenuhi standar hasil pencapaian belajar tersebut dikhawatirkan akan berdampak negatif seperti kuranya daya saing dan berdampak negatif pula terhadap lemabaga sekolah tinggi Kesehatan yang bersangkutan. Sehingga, dosen, pihak sekolah, keluarga dan lingkungan perlu mengambil tindakan nyata, salah satunya adalah menganalisa kebutuhan mahasiswa, setelah ditemukan kondisinya maka diharapkan focus terhadap solusi yang efektif. Terakhir, dengan melakukan analisis kebutuhan mahasiswa, diharapkan kemampuan bahasa Inggris mahasiswa Indonesia yang berada dikuadran low performance menurut EP EFI dan PISA Kemendikbud, 2019; (Kompas.com, 2020) dapat ditingkatkan dan mampu berada dikuadran high performance dalam literasi Bahasa.
Kesimpulan
Al-Okaily, Manaf, Alqudah, Hamza, Matar, Ali, Lutfi, Abdalwali, & Taamneh, Abdallah. (2020). Dataset on the Acceptance of e-learning System among Universities Students� under the COVID-19 Pandemic Conditions. Data in Brief, 32, 106176. Google Scholar
Aliakbari, Mohammad, & Boghayeri, Mahnaz. (2014). A needs analysis approach to ESP design in Iranian context. Procedia-Social and Behavioral Sciences, 98, 175�181. Google Scholar
Allen, I. Elaine, & Seaman, Jeff. (2008). Staying the course: Online education in the United States, 2008. ERIC. Google Scholar
Brindley, Geoff. (1989). Assessing Achievement In The Learner-Centred Curriculum (Vol. 5). Nceltr. Google Scholar
Brown, James Dean. (1995). The elements of language curriculum: A systematic approach to program development. ERIC. Google Scholar
Chen, Julian ChengChiang, Dobinson, Toni, & Kent, Sarah. (2020). Students� Perspectives on the Impact of Blackboard Collaborate on Open University Australia (OUA) Online Learning. Journal of Educators Online, 17(1), n1. Google Scholar
Dudley-Evans, Tony, St John, Maggie Jo, & Saint John, Maggie Jo. (1998). Developments in English for specific purposes: A multi-disciplinary approach. Cambridge university press. Google Scholar
Greene, Jeffrey Alan, Costa, Lara Jeane, Robertson, Jane, Pan, Yi, & Deekens, Victor M. (2010). Exploring relations among college students� prior knowledge, implicit theories of intelligence, and self-regulated learning in a hypermedia environment. Computers & Education, 55(3), 1027�1043. Google Scholar
Harmer, Jeremy. (2008). How to teach English. ELT Journal, 62(3), 313�316. Google Scholar
Herguner, G�lten, Son, Saltuk Bugra, Herguner Son, Sinem, & Donmez, Ahmet. (2020). The Effect of Online Learning Attitudes of University Students on Their Online Learning Readiness. Turkish Online Journal of Educational Technology-TOJET, 19(4), 102�110. Google Scholar
Hinkel, Eli. (2005). Handbook of research in second language teaching and learning. L. Erlbaum Associates. Google Scholar
Hogan, Richard. (2005). Was Wright Wrong? High‐Class Jobs and the Professional Earnings Advantage. Social Science Quarterly, 86(3), 645�663. Google Scholar
Hsiao, Chia Chang, Huang, Jeff C. H., Huang, Anna Y. Q., Lu, Owen H. T., Yin, C. J., & Yang, Stephen J. H. (2019). Exploring the effects of online learning behaviors on short-term and long-term learning outcomes in flipped classrooms. Interactive Learning Environments, 27(8), 1160�1177. Google Scholar
Kompas.com. (2020). Nilai PISA Siswa Indonesia. Retrieved from Kompas website: https://edukasi.kompas.com/read/2020/04/05/154418571/nilai-pisa-siswa-indonesia-rendah-nadiem-siapkan-5-strategi-ini. Google Scholar
Lareau, Annette, & Conley, Dalton. (2008). Social class: How does it work? Russell Sage Foundation. Google Scholar
Linse, C. .. (1993). Assessing students� needs (pp. 35�48). pp. 35�48. Google Scholar
Martin, Florence, & Bolliger, Doris U. (2018). Engagement matters: Student perceptions on the importance of engagement strategies in the online learning environment. Online Learning, 22(1), 205�222. Google Scholar
Maulana, Nausa Revy, & Lintangsari, Alies Poetri. (2021). The Use Of Moodle In English Language Learning During The Pandemic: The Students Voice. The Journal Of English Literacy Education: The Teaching And Learning Of English As A Foreign Language, 8(1), 27�41. Google Scholar
Miller, Delbert C., & Salkind, Neil J. (2002). Handbook of research design and social measurement. Sage. Google Scholar
Nurakhir, Asih. (2018). Exploring ESP needs of undergraduate nursing students in a university in Indonesia. Advances in Social Sciences Research Journal, 5(7). Google Scholar
Ornstein, A. C., Levine, D. U., & Gutek, G. L. (2011). With Vocke, De (2011). Foundations Of Education. Google Scholar
Raza, Syed A., Qazi, Wasim, Khan, Komal Akram, & Salam, Javeria. (2021). Social isolation and acceptance of the learning management system (LMS) in the time of COVID-19 pandemic: an expansion of the UTAUT model. Journal of Educational Computing Research, 59(2), 183�208. Google Scholar
Richards, Jack Croft, Richards, Jack C., & Renandya, Willy A. (2002). Methodology in language teaching: An anthology of current practice. Cambridge university press. Google Scholar
Surani, Dewi, & Hamidah, Hamidah. (2020). Students perceptions in online class learning during the Covid-19 pandemic. International Journal on Advanced Science, Education, and Religion, 3(3), 83�95. Google Scholar
Tran, Trung, Hoang, Anh Duc, Nguyen, Yen Chi, Nguyen, Linh Chi, Ta, Ngoc Thuy, Pham, Quang Hong, Pham, Chung Xuan, Le, Quynh Anh, Dinh, Viet Hung, & Nguyen, Tien Trung. (2020). Toward sustainable learning during school suspension: Socioeconomic, occupational aspirations, and learning behavior of vietnamese students during COVID-19. Sustainability, 12(10), 4195. Google Scholar
Warner, W. Lloyd, Meeker, Marchia, & Eells, Kenneth. (1949). Social class in America; a manual of procedure for the measurement of social status. Google Scholar
Copyright holder: Wini Fitrina Sofyan, Eti Wati (2022)
|
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia
|
This article is licensed under: |