Syntax Literate: Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849 e-ISSN: 2548-1398
Vol. 7, No. 09, September
2022
MENINGKATKAN LOYALITAS PASIEN: PERAN CUSTOMER EXPERIENCE MANAGEMENT (CEM) DALAM PELAYANAN DI RUMAH SAKIT
Mediani Retno Putri1*, Wahyu Sulistiadi2
1* Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
2 Departemen Administrasi dan Kebijakan Kesehatan,
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Indonesia
Email: [email protected]
Abstrak
Rumah sakit perlu memperhatikan kompetisi karena persaingan
yang semakin ketat di industrinya. Pelanggan tidak hanya menginginkan harga dan
layanan yang kompetitif, tetapi mereka juga menginginkan pengalaman yang
mengesankan. Diperlukan peningkatkan customer experience untuk memenuhi
kebutuhan unik pasien. Customer Experience Management (CEM) merupakan
salah satu aspek penting dalam manajemen rumah sakit, yang secara langsung
berdampak pada kepuasan pasien dan kualitas layanan kesehatan secara
keseluruhan yang selajutnya berdampak pada loyalitas pasien. Teori dan konsep
terkait Customer Experience Management (CEM) sudah banyak berkembang dan
penting diimplementasikan oleh rumah sakit saat ini. Namun sumber literatur
yang membahas CEM dalam industri kesehatan khususnya rumah sakit masih sangat
terbatas. Studi ini menggunakan metode studi literatur atau literature
review dimana peneliti mengumpulkan, mengevaluasi, dan mensintesis
informasi dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan topik kajian.
Strategi Customer Experience Management (CEM) di rumah sakit dapat
menciptakan pengalaman pasien yang menyenangkan, lingkungan yang lebih baik,
membangun hubungan jangka panjang dengan pasien, memberikan kemudahan bagi
pasien, dan memastikan bahwa setiap pasien merasa dihargai dan mendapatkan
perawatan yang berkualitas tinggi, dan selanjutnya dapat meningkatkan loyalitas
pasien kepada rumah sakit.
Kata Kunci: pengalaman pasien; manajemen pengalaman pelanggan; rumah sakit
Abstract
Hospitals need to
pay attention to the competition because of the increasingly fierce competition
in the industry. Customers not only want competitive prices and services, but they
also want a memorable experience. Improving the customer experience is
necessary to meet the unique needs of patients. Customer Experience Management
(CEM) is one of the important aspects of hospital management, which directly
impacts patient satisfaction and overall healthcare quality, which in turn
impacts patient loyalty. Theories and concepts related to Customer Experience
Management (CEM) have been widely developed and are important to be implemented
by hospitals today. However, literature sources that discuss CEM in the health
industry, especially hospitals, are still very limited. This study uses a
literature review method where researchers collect, evaluate, and synthesize information
from various literature sources relevant to the study topic. Customer
Experience Management (CEM) strategies in hospitals can create a pleasant
patient experience, a better environment, build long-term relationships with
patients, provide convenience for patients, and ensure that every patient feels
valued and gets high-quality care, and can further increase patient loyalty to
the hospital.
Keywords: patient experience; customer experience
management; hospital
Pendahuluan
Permintaan customer experience atau pengalaman
pelanggan yang luar biasa dalam berbagai industri termasuk industri rumah sakit
telah meningkat sebagai akibat dari revolusi digital (Shabrina,
2019). Menurut Organisasi
Kesehatan Dunia (World
Health Organization, 2016) pasien saat ini juga harus lebih aktif berpartisipasi dalam layanan
kesehatan, yang berarti lebih banyak layanan kesehatan yang berpusat pada
manusia (pasien) di institusi kesehatan, seperti rumah sakit. Pelanggan rumah
sakit, yaitu pasien dan keluarga pasien, memiliki akses lebih banyak terhadap
informasi, seperti perbandingan harga, sumber alternatif, ulasan yang dapat
diandalkan, dan sejumlah besar data lainnya dengan hanya melalui satu layar
saja (Stickdorn
et al., 2018). Melalui informasi yang mudah mereka dapatkan tersebut pasien mudah beralih
ke rumah sakit lain sesuai keinginan mereka. Rumah sakit perlu memperhatikan
kompetisi karena persaingan yang semakin ketat di industrinya. Pelanggan tidak
hanya menginginkan harga dan layanan yang kompetitif, tetapi mereka juga
menginginkan pengalaman yang mengesankan (Heineke
& Davis, 2007). Pandangan pasien adalah salah satu sumber informasi utama untuk
meningkatkan layanan kesehatan, mengidentifikasi masalah dan mengembangkan
rencana yang efektif bagi manajer layanan kesehatan (Arslan
Kurtuluş & Cengiz, 2022).
Konsep customer experience didasarkan pada konsep experential
marketing atau pemasaran berbasis pengalaman yang dikemukakan oleh Schmitt (1999). Experential marketing adalah topik pemasaran dengan
konten yang berbeda yang menyebabkan pengalaman yang berbeda di berbagai
sektor. Saat ini berbagai perusahaan di berbagai industri telah beralih dari
pemasaran tradisional yang mengedepankan fitur dan manfaat dari produk atau
layaan mereka menjadi pemasaran berbasis pengalaman atau experiential
marketing. Experiential marketing merupakan segala bentuk aktivitas
pemasaran yang berfokus pada pengalaman pelanggan dan menciptakan hubungan
dengan pelanggan.
Customer Experience Management (CEM) atau manajemen pengalaman pelanggan merupakan aspek
penting dalam industri rumah sakit, yang secara langsung berdampak pada
kepuasan pasien dan kualitas layanan kesehatan secara keseluruhan. Pengalaman
pasien sangat penting untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan dan
merupakan indikator penting dalam mengevaluasi sistem layanan kesehatan suatu
negara. (Senić
& Marinković, 2013). Berbagai penelitian telah menekankan pentingnya memenuhi kebutuhan
unik pasien dan memberikan pengalaman layanan rumah sakit yang positif (Kliot et
al., 2014). Meningkatkan customer experience adalah tentang bekerja sama dengan orang-orang yang menggunakan layanan untuk
membuat layanan yang diberikan menjadi lebih baik. Pengalaman pasien yang baik
akan berdampak terhadap loyalitas pasien �dan juga meningkatkan keutungan bagi rumah
sakit (Richter
& Muhlestein, 2017). Meningkatkan customer experience adalah tentang merancang
layanan yang memenuhi kebutuhan pasien dan membutuhkan komitmen untuk melakukan
hal ini secara berkelanjutan (NHS, 2013).
Teori dan konsep terkait Customer Experience Management
(CEM) sudah banyak berkembang dan penting diimplementasikan oleh bisnis saat
ini. Namun sumber literatur yang mengaitkannya dengan industri kesehatan
khususnya rumah sakit masih sangat terbatas. Oleh karena itu penulis akan membahas� Customer
Experience Management (CEM) menurut sudut pandang industri rumah sakit.
Metode Penelitian
Studi ini menggunakan metode studi literatur atau literature
review dimana peneliti mengumpulkan, mengevaluasi, dan mensintesis
informasi dari berbagai sumber literatur yang relevan dengan topik kajian.
Sumber literatur yang dikumpulkan seperti buku, jurnal nasional dan
internasional diakses secara online melalui database publikasi ilmiah antara
lain Google Scholar, ResearchGate, PubMed, ScienceDirect, SageJournals, Emerald
Insight dan Scopus.
Hasil dan Pembahasan
Experiential Marketing (Pemasaran Berbasis Pengalaman)
Experiential Marketing
merupakan pendekatan yang melihat pelanggan sebagai manusia yang rasional dan
emosional yang mementingkan pengalaman yang menyenangkan, berbeda dengan pemasaran
tradisional yang memandang pelanggan sebagai pengambil keputusan rasional yang
peduli dengan fitur dan manfaat fungsional. Menurut Schmitt (1999), perubahan arah pemasaran menjadi experiential
marketing ini merupakan hasil dari perkembangan yang simultan antara tiga
faktor dalam lingkungan bisnis yaitu kehadiran teknologi informasi yang pesat,
supremasi merek, dan kemudahan komunikasi serta akses hiburan. Experiential
marketing merupakan segala bentuk aktivitas pemasaran yang berfokus pada
pelanggan dan menciptakan hubungan dengan pelanggan. Berdasarkan pandangan ini,
produk/layanan, komunikasi, interaksi staf dengan pelanggan, hubungan dengan
pelanggan, acara/event, dan sejenisnya dapat menjadi bagian dari
pengalaman. Dengan menggunakan metode experiential marketing, perusahaan
khususnya dalam hal ini adalah rumah sakit dapat mempertahankan hubungan dengan
pasien yang sudah ada, menarik pasien potensial, dan akhirnya memiliki banyak pasien
yang loyal.
Menurut Schmitt (1999), terdapat 5
(lima) tipe experience yang disebut dengan Strategic Experience
Modules (SEMs) atau Modul Strategi Pengalaman, yaitu :
1.
Sense
(Panca Indera)
Jenis pengalaman ini diciptakan dengan
menggunakan panca indera: mata, telinga, lidah, kulit, dan hidung. Sense
marketing adalah cara untuk menyentuh emosi pelanggan melalui pengalaman
yang dapat mereka peroleh melalui produk dan layanan. Misalnya, ketika pasien datang ke rumah sakit, mata mereka melihat
desain layout yang menarik, hidung mereka mencium ruangan yang wangi,
dan telinga mereka mendengar musik yang
menenangkan.
2.
Feel (Perasaan)
Marketing berusaha mempengaruhi perasaan
dan emosi pelanggan dengan tujuan menciptakan pengalaman yang dimulai dari
suasana hati yang menyenangkan hingga emosi yang kuat seperti kesenangan dan
kebanggaan. Feel adalah perhatian kecil yang diberikan kepada pelanggan
dengan tujuan untuk menyentuh emosi pelanggan dengan kuat. Dalam strategi experiential
marketing, feel marketing
merupakan komponen yang sangat penting. Dengan layanan
dan servis yang baik, serta pelayan yang ramah. Rumah sakit harus mampu mempertimbangkan kondisi pasien dengan mempertimbangkan
perasaan pasien jika ingin mendapatkan kesan
yang kuat terhadap suatu layanan.
3.
Think (Pikiran)
Think marketing
mendorong pelanggan untuk berpikir kreatif, menilai, dan mengevaluasi suatu
merek atau persepsi pelanggan tentang merek tersebut sehingga dapat
mempengaruhi pemikiran pelanggan tentang perusahaan. Sebagai contoh sebuah rumah sakit menciptakangan
pengalaman yang dapat diingat pasien sebagai rumah sakit yang memiliki
pelayanan berkualitas dan nyaman namun dengan harga terjangkau. Beberapa cara untuk menerapkan think marketing adalah dengan
menciptakan kejutan, provokasi, dan memikat hati pelanggan.
4.
Act (Tindakan)
Act Marketing
adalah jenis pengalaman yang bertujuan untuk mempengaruhi perilaku, gaya hidup,
dan interaksi konsumen. Ini didedasin untuk menciptakan pengalaman konsumen
dalam hubungannya dengan tubuh manusia, gaya hidup, dan interaksi dengan orang
lain, yang berdampak positif pada loyalitas pelanggan.
5.
Relate (Hubungan)
Salah satu cara untuk membentuk atau menciptakan komunitas pelanggan
melalui komunikasi adalah relational marketing, yang merupakan jenis
pengalaman yang digunakan untuk memengaruhi pelanggan dan menggabungkan semua
elemen, sensasi, perasaan, pikiran, dan tindakan dengan tujuan menciptakan
persepsi positif bagi pelanggan. Relational marketing dapat berdampak
positif atau negatif terhadap loyalitas pelanggan. Jika berhasil menghubungkan
pelanggan dengan komunitas dan membuat mereka merasa diterima, itu akan meningkatkan loyalitas pelanggan. Sebaliknya, jika
tidak berhasil menghubungkan pelanggan dengan hal-hal di luar diri mereka, itu akan berdampak negatif terhadap loyalitas pelanggan.
Integrasi experiential marketing
ke dalam strategi pemasaran secara keseluruhan telah menjadi fokus utama,
menyoroti penciptaan pengalaman yang menyenangkan tidak hanya pada saat menggunakan
layanan tetapi juga sebelum dan sesudahnya. Evolusi pemasaran berdasarkan
pengalaman telah melihat pergeseran ke arah pendekatan yang lebih holistik dan
strategis, yang menggabungkan pemahaman yang lebih dalam tentang perilaku
pelanggan dan penciptaan hubungan emosional dengan merek (Larocca et
al., 2020).
Customer Experience
Customer experience atau
pengalaman pelanggan, dibentuk oleh interaksi antara penyedia layanan dan
pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung (Klaus
& Maklan, 2013). Pengalaman pelanggan biasanya digambarkan sebagai konsep yang luas dan
mencakup banyak aspek kognitif, emosional, perilaku, sensorik, spiritual,
sosial, dan fisik (Lemon
& Verhoef, 2016). Interaksi ini terjadi di setiap titik kontak pelanggan dan sepanjang
spektrum pengalaman pelanggan (De Keyser
et al., 2020). Menurut (Kavitha
& Haritha (2018), pengalaman pelanggan adalah pemahaman pelanggan tentang bagaimana
perusahaan memperlakukan mereka. (B.
Schmitt, 1999) juga mengatakan bahwa pengalaman pelanggan
adalah cara mengendalikan secara strategis semua pengalaman pelanggan dengan
perusahaan. Menurut Meyer &
Schwager (2007), pengalaman pelanggan adalah tanggapan pelanggan yang subjektif dan
internal yang berasal dari interaksi langsung atau tidak langsung dengan
perusahaan. Pengalaman pelanggan terdiri dari kombinasi berbagai elemen yang
dapat dikategorikan menjadi dimensi pengalaman pelanggan sebagai cara perusahaan melihat pengalaman pelanggan mereka. Menurut
definisi-definisi customer experience ini, perusahaan yang bersaing
untuk mencapai customer experience yang memuaskan harus mengatur semua
kontak dengan pelanggan, baik secara langsung maupun tidak langsung, selama proses pelayanan. Oleh karena itu, konstruk customer
experience harus bersifat holistik dan melibatkan respons kognitif,
afektif, emosional, sosial, dan fisik (perilaku) pelanggan. Mengelola customer
experience mungkin tidak sepenuhnya berada di bawah kendali perusahaan; hal
ini mungkin melibatkan unsur-unsur yang sulit dipengaruhi oleh perusahaan,
seperti pelanggan lain dalam lingkungan layanan (Harris
& Daunt, 2013).
����������������������� Lemke et al
(2011) menyatakan ada 8
(delapan) faktor yang mempengaruhi customer experience, yaitu:
1.
Accessibility (Aksesibilitas), yaitu kemudahan pelanggan dalam berinteraksi
dan mengakses produk atau layanan yang ditawarkan.
2.
Competence (Kompetensi), yaitu kemampuan yang dimiliki
perusahaan penyedia layanan atau produk.
3.
Customer
Recognition (Mengenali
pelanggan), yaitu perasaan pelanggan bahwa kehadirannya diketahui dan dikenali
oleh perusahaan penyedia layanan atau produk.
4.
Helpfullness (Membantu), yaitu perasaan pelanggan tentang
kemudahan baginya untuk memita bantuan.
5.
Personalization (Personalisasi), yaitu perasaan pelanggan bahwa
dirinya menerima perlakuan yang personal, yang membuat dirinya nyaman sebagai
individu.
6.
Problem
solving (Pemecahan
masalah), yaitu perasaan pelanggan bahwa permasalahannya dapat diselesaikan
oleh perusahaan penyedia layanan atau produk.
7.
Promise
fulfilment (Pemenuhan janji),
yaitu terpenuhinya janji yang ditawarkan oleh perusahaan penyedia layanan atau
produk.
6.
Value
for time (Nilai terhadap
waktu), yaitu perasaan pelanggan bahwa waktu yang dimilikinya dihargai oleh
perusahaan penyedia layana atau produk.
Kualitas customer experience dikonseptualisasikan
sebagai "penilaian yang dirasakan tentang keunggulan atau superioritas dari
pengalaman pelanggan"(Lemke et
al., 2011). Menciptakan nilai experience yang berkualitas tinggi merupakan
salah satu tujuan utama dari perusahaan di bidang jasa (Klaus
& Maklan, 2013; Verhoef et al., 2009). Experience dan layanan adalah dua aset yang saling
melengkapi dari sebuah organisasi karena customer experience yang baik
dapat dicapai dengan layanan yang baik pula (Dotzel et
al., 2013). Selain itu, pelanggan tidak hanya mempertimbangkan kualitas produk dan
layanan; mereka mengevaluasi seluruh kualitas pengalaman yang ditawarkan oleh
organisasi, sejalan dengan teori atribusi (Lemke et
al., 2011). Hal ini juga sejalan dengan penelitian kualitatif oleh NHS Institute
(2013) yang menyatakan
bahwa pasien sangat peduli dengan experience perawatan mereka, sama
halnya dengan efektivitas dan keamanan klinis. Orang-orang menghargai proses
yang efisien, mereka ingin merasa terinformasi, didukung dan didengarkan
sehingga mereka dapat membuat keputusan dan pilihan yang berarti tentang
perawatan mereka.
Customer Experience
Management (CEM)
Bisnis merupakan hal yang dinamis, bukan statis. Salah satu
kesalahan yang paling fatal dalam berbisnis adalah tidak melakukan perubahan
dan berhenti bertumbuh. Dalam upaya mempertahankan pelanggan yang sudah ada dan
menarik pelanggan baru diperlukan strategi Customer Experience Management
(CEM) untuk tetap bertahan (Mashingaidze,
2014). Customer
Experience Management (CEM) adalah pendekatan strategis yang berfokus pada
pemahaman dan peningkatan pengalaman pelanggan dengan perusahaan. Pendekatan
ini melibatkan pencarian , pengawasan, dan pengorganisasian setiap interaksi
antara pelanggan dan organisasi di sepanjang perjalanan pelanggan (Homburg et
al., 2017; Mashingaidze, 2014; Verhoef et al., 2009). Dengan memberikan pengalaman yang luar biasa, perusahaan
dapat memisahkan merek mereka dari pesaing, memberikan dampak positif pada
keuntungan mereka, dan menginspirasi momen-momen yang membuat pelanggan senang.
Schmitt, (2003) mempresentasikan Kerangka Kerja Customer
Experience Management (CEM), sebuah kerangka kerja berbasis proyek untuk
mengelola pengalaman. Kerangka kerja CEM yang asli terdiri dari lima langkah (satu
langkah analisis, satu langkah strategi dan tiga langkah implementasi) yang
dapat disederhanakan menjadi tiga, yaitu :
1.
Menganalisis
dunia experience pelanggan
2.
Membangun
platform experience
3.
Mengimplementasikan
experience yang telah dibangun
Penerapan CEM didasari oleh meningkatnya kompleksitas data
pelanggan dan meningkatnya ekspektasi pelanggan. Dengan mengintegrasikan sumber
data dan mendapatkan pandangan holistik tentang pelanggan, perusahaan dapat
melibatkan pelanggan dengan lebih baik, meningkatkan kepuasan, dan pada
akhirnya berdampak pada keuntungan mereka (Richter
& Muhlestein, 2017). CEM yang efektif lebih dari sekadar hubungan dengan pelanggan yang
bagus; CEM menciptakan skenario win-win untuk bisnis dan pelanggan, yang
mengarah pada pemahaman pelanggan yang lebih dalam, pengalaman yang
dipersonalisasi, dan peningkatan kepuasan.
Customer Experience Management adalah strategi penting bagi bisnis untuk membedakan diri
mereka, meningkatkan loyalitas pelanggan, dan pada akhirnya mendorong
pertumbuhan bisnis (Hong,
2016). Selain itu CEM
yang sukses akan meningkatkan persepsi nilai pelanggan, retensi yang lebih
tinggi, dan peningkatan ekuitas merek (Biedenbach
& Marell, 2010). Dengan memahami dan mengantisipasi kebutuhan pasien, rumah sakit dapat
mengembangkan solusi yang berfungsi dengan baik, efisien, dan hemat biaya untuk
memenuhi kebutuhan tersebut. Otomatisasi alur kerja untuk tugas-tugas yang
berulang berarti para profesional dibebaskan untuk memberikan perawatan yang
lebih baik dan penuh perhatian. CEM dapat meningkatkan loyalitas pelanggan,
membuat pasien lebih kecil kemungkinannya untuk beralih ke kompetitor. Dengan
berfokus pada pengalaman pelanggan, rumah sakit dapat mempertahankan pasien
saat ini, mengurangi praktik pemborosan untuk menghemat uang, dan membawa
pasien baru melalui rujukan. CEM juga dapat memberikan keunggulan kompetitif,
membedakan rumah sakit dari kantor lain dan memberikan keunggulan kompetitif
yang terukur juga (Hong,
2016).
Customer Experience
Management (CEM) Dalam Meningkatkan
Loyalitas Pasien Rumah Sakit
Customer Experience Management (CEM) dapat meningkatkan loyalitas pelanggan dengan
beberapa cara. Penelitian telah menunjukkan bahwa
pengalaman pelanggan memiliki hubungan positif langsung dengan loyalitas
pelanggan, karena layanan yang luar biasa dapat meningkatkan retensi dan
loyalitas pelanggan. Dengan menempatkan pelanggan sebagai inti dari bisnis dan
berusaha untuk melampaui harapan mereka di setiap titik kontak, CEM dapat
meningkatkan kepuasan pelanggan dan mendorong loyalitas terhadap merek, produk,
atau layanan (Deloitte,
2016). Selain itu,
CEM dapat membantu membangun kepercayaan pelanggan dengan menunjukkan nilai,
janji, dan keahlian, sehingga mengurangi ketidakpastian pelanggan dan
meningkatkan kepercayaan diri serta loyalitas mereka terhadap bisnis. Sejalan
dengan teori yang ada, penelitian oleh Worlu et
al. (2016) juga didapatkan hasil bahwa penerapan CEM yang efektif dapat
meningkatkan loyalitas pasien pada industri kesehatan.
Selain itu, memberikan pengalaman pelanggan yang luar biasa
melalui CEM dapat membedakan sebuah merek dari persaingan, yang mengarah pada
peningkatan loyalitas, gejolak yang lebih rendah, lebih banyak referensi,
promosi dari mulut ke mulut, dan pelanggan yang bernilai lebih tinggi (Deloitte,
2016; Hong, 2016). Dengan menginspirasi momen-momen yang menyenangkan pelanggan dan
memahami serta memenuhi kebutuhan pelanggan, CEM dapat secara signifikan
berdampak pada loyalitas pelanggan dan kesuksesan bisnis jangka panjang(Needham,
2012).
Kesimpulan
Salah satu strategi penting untuk memastikan kepuasan
pasien dan membangun hubungan yang baik antara rumah sakit dan pasien adalah Customer
Experience Management (CEM). Dengan menerapkan strategi ini, rumah sakit
dapat menciptakan pengalaman pasien yang menyenangkan, lingkungan yang lebih
baik, membangun hubungan jangka panjang dengan pasien, memberikan kemudahan
bagi pasien, dan memastikan bahwa setiap pasien merasa dihargai dan mendapatkan
perawatan yang berkualitas tinggi, dan selanjutnya dapat meningkatkan loyalitas
pasien kepada rumah sakit.
BIBLIOGRAFI
Arslan Kurtuluş, S., & Cengiz, E. (2022). Customer Experience in Healthcare: Literature Review. Istanbul Business Research, 0(0), 0�0. https://doi.org/10.26650/ibr.2021.51.867283
Biedenbach, G., & Marell, A. (2010). The impact of customer experience on brand equity in a business-to-business services setting. Journal of Brand Management, 17(6), 446�458. https://doi.org/10.1057/bm.2009.37
C. Harris, L., & Daunt, K. (2013). Managing customer misbehavior: Challenges and strategies. Journal of Services Marketing, 27(4), 281�293. https://doi.org/10.1108/08876041311330762
De Keyser, A., Verleye, K., Lemon, K. N., Keiningham, T. L., & Klaus, P. (2020). Moving the Customer Experience Field Forward: Introducing the Touchpoints, Context, Qualities (TCQ) Nomenclature. Journal of Service Research, 23(4), 433�455. https://doi.org/10.1177/1094670520928390
Deloitte. (2016). The value of patient experience Hospitals with better patient-reported experience perform better financially. Deloitte Development LLC.
Dotzel, T., Shankar, V., & Berry, L. L. (2013). Service Innovativeness and Firm Value. Journal of Marketing Research, 50(2), 259�276. https://doi.org/10.1509/jmr.10.0426
Heineke, J., & Davis, M. M. (2007). The emergence of service operations management as an academic discipline. Journal of Operations Management, 25(2), 364�374. https://doi.org/10.1016/j.jom.2006.11.003
Homburg, C., Jozić, D., & Kuehnl, C. (2017). Customer experience management: Toward implementing an evolving marketing concept. Journal of the Academy of Marketing Science, 45(3), 377�401. https://doi.org/10.1007/s11747-015-0460-7
Hong, T. (2016). Customer Experience as a competitive differentiator in Subscription Services � Thinking beyond the paywall. Helsinki Metropolia University.
Kavitha, S., & Haritha, P. (2018). A Study on Customer Experience and its Relationship with Repurchase Intention among Telecom Subscribers in Coimbatore District. International Journal of Management Studies, V(3(3)), 83. https://doi.org/10.18843/ijms/v5i3(3)/11
Klaus, P. �Phil,� & Maklan, S. (2013). Towards a Better Measure of Customer Experience. International Journal of Market Research, 55(2), 227�246. https://doi.org/10.2501/IJMR-2013-021
Kliot, M., Rolston, J., Treadway, J., Zygourakis, C., & Chang, S. (2014). What do hotels and hospitals have in common? How we can learn from the hotel industry to take better care of patients. Surgical Neurology International, 5(3), 49. https://doi.org/10.4103/2152-7806.128913
Larocca, M. T. G., Ladeira, R., Silva, �. L. L. D., & Mello, R. C. (2020). Experience marketing: A study of the conceptual aspects. Cadernos EBAPE.BR, 18(spe), 781�793. https://doi.org/10.1590/1679-395120190079x
Lemke, F., Clark, M., & Wilson, H. (2011). Customer experience quality: An exploration in business and consumer contexts using repertory grid technique. Journal of the Academy of Marketing Science, 39(6), 846�869. https://doi.org/10.1007/s11747-010-0219-0
Lemon, K. N., & Verhoef, P. C. (2016). Understanding Customer Experience Throughout the Customer Journey. Journal of Marketing, 80(6), 69�96. https://doi.org/10.1509/jm.15.0420
Mashingaidze, S. (2014). Customer experience management: New game strategy for competitiveness. Journal of Governance and Regulation, 3(3), 52�60. https://doi.org/10.22495/jgr_v3_i3_p6
Meyer, C., & Schwager, A. (2007). Understanding customer experience. Harvard Business Review, 85(2), 116�126, 157.
Needham, B. R. (2012). The truth about patient experience: What we can learn from other industries, and how three ps can improve health outcomes, strengthen brands, and delight customers. Journal of Healthcare Management / American College of Healthcare Executives, 57(4), 255�263.
NHS. (2013). The Patient Experience Book. NHS Institute for Innovation and Improvement.
Richter, J. P., & Muhlestein, D. B. (2017). Patient experience and hospital profitability: Is there a link? Health Care Management Review, 42(3), 247�257. https://doi.org/10.1097/HMR.0000000000000105
Schmitt. (2003). Customer Experience Management: A Revolutionary Approach to Connecting with Your Customer. John Wiley & Sons.
Schmitt, B. (1999). Experiential Marketing. Journal of Marketing Management, 15(1�3), 53�67. https://doi.org/10.1362/026725799784870496
Senić, V., & Marinković, V. (2013). Patient care, satisfaction and service quality in health care. International Journal of Consumer Studies, 37(3), 312�319. https://doi.org/10.1111/j.1470-6431.2012.01132.x
Shabrina, V. G. (2019). Pengaruh Revolusi Digital terhadap Pemasaran dan Perilaku Konsumen. Jurnal Pewarta Indonesia, 1(2). https://doi.org/10.25008/jpi.v1i2.16
Stickdorn, M., Hormess, M. E., Lawrence, A., & Schneider, J. (2018). This Is Service Design Doing. O�Reilly Media,Inc.
Verhoef, P. C., Lemon, K. N., Parasuraman, A., Roggeveen, A., Tsiros, M., & Schlesinger, L. A. (2009). Customer Experience Creation: Determinants, Dynamics and Management Strategies. Journal of Retailing, 85(1), 31�41. https://doi.org/10.1016/j.jretai.2008.11.001
World Health Organization. (2016). Report on the public consultation to inform development of the Framework on integrated people-centred health services (WHO/HIS/SDS/2016.4; p. 14).
Worlu, R., Kehinde, O. J., & Borishade, T. T. (2016). Effective
customer experience management in health-care sector of Nigeria: A conceptual
model. International Journal of Pharmaceutical and Healthcare Marketing,
10(4), 449�466. https://doi.org/10.1108/IJPHM-12-2015-0059
Copyright holder: Mediani Retno
Putri, Wahyu Sulistiadi (2022) |
First publication right: Syntax Literate:
Jurnal Ilmiah Indonesia |
This article is licensed under: |