Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol. 4, No. 4 April 2019
�
KEMAMPUAN
SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH PADA KONSEP STOIKIOMETRI LARUTAN DENGAN
MENGGUNAKAN DIAGRAM SUBMIKROSKOPIK MODEL PEMBELAJARAN MORE (MODEL, OBSERVE, REFLECT, DAN EXPLAIN)
Irma
Rahmawati
Universitas
Islam Negeri Sunan Gunung Djati
Email: [email protected]
Abstrak
Stoikiometri larutan merupakan konsep yang
sulit dipelajari karena terdiri dari konsep-konsep yang abstrak, terutama
tantangan dalam menafsirkan simbol-simbol dalam reaksi kimia. Siswa sering mengalami
kesulitan dalam mentransfer pemahaman mereka dari tingkat makroskopis ke
representasi submikroskopiknya. Salah satu upaya untuk dapat memvisualisasikan
konsep stoikiometri larutan ini adalah dengan menggunakan diagram submikroskopik,
dimana siswa akan di fokuskan pada penilaian dengan instruksi untuk
menggambarkan representasi dasar submikroskopik tingkat materi, termasuk atom,
molekul dan partikel dari representasi reaktan dan produk. Penelitian ini
bertujuan untuk memberikan gambaran tentang bagaimana penerapan pembelajaran,
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dan tanggapannya terhadap penggunaan diagram
submikroskopik model MORE (Model, Observe, Reflect dan Explain) pada konsep
stoikiometri larutan. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian kelas.
Proses penerapan pembelajaran dianalisis dari hasil lembar kerja siswa.
Kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dijaring melalui tes uraian yang
terdiri dari 6 butir soal memuat indikator-indikator dalam memecahkan masalah
stoikiometri larutan, sedangkan respons siswa terhadap pembelajaran dijaring
melalui angket. Subjek penelitian merupakan siswa kelas XI IPA 1 SMAN 24
Bandung tahun ajaran 2011/2012. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pada
penerapan pembelajaran ini siswa memperoleh hasil pencapaian yang baik dengan
rata-rata keseluruhan sebesar 77%. Pada
tahap model siswa memiliki pencapaian sebesar 65% dengan interpretasi cukup,
tahap observe sebesar 82% berinterpretasi sangat baik, tahap reflect sebesar
79% berinterpretasi baik dan tahap explain sebesar 83% dengan interpretasi
sangat baik. Kemampuan memecahkan masalah siswa termasuk dalam kategori baik
yaitu sebesar 75,97%. Siswa memberikan tanggapan yang positif dan telah memilih
diagram submikroskopik sebagai cara yang paling menyenangkan, paling dipahami,
paling mudah cara penulisannya, dan menjadi cara penyelesaian yang paling dipilih
untuk memecahkan masalah stoikiometri larutan maupun pada konsep lainnya.
Kata kunci: Kemampuan
Memecahkan Masalah, Stoikiometri Larutan, Diagram Submikroskopik, MORE (Model,
Observe, Reflect, Explain)
Pendahuluan
Kozma
dan Waldrip (dalam Farida et al.,
2010) menyatakan bahwa kemampuan�
memecahkan� masalah� merupakan�
salah� satu� kemampuan�
berfikir tingkat tinggi yang
menggunakan kompetensi representasi. Menurut Goldin (Mudzakkir, 2006:19)
representasi adalah suatu konfigurasi (bentuk atau susunan) yang dapat
menggambarkan, mewakili atau melambangkan sesuatu dalam satu cara. Tiga tingkat
representasi (Johnstone dalam Davidowitz. B et
al., 2010:154) yaitu makroskopik, submikroskopik dan simbolik memberikan
kerangka yang berguna untuk memahami dan mengajar kimia.
Berdasarkan
studi pendahuluan di SMA Negeri 24 Bandung, bahwa salah satu konsep yang
dipandang banyak menimbulkan kesulitan dalam memecahkan permasalahan kimia
yaitu pada konsep stoikiometri larutan. Stoikiometri larutan disajikan di
tingkat sekolah menengah dan diberikan di kelas XI, dengan kompetensi dasar
menghitung banyaknya pereaksi dan hasil reaksi dalam larutan elektrolit dari
hasil titrasi asam dan basa. Dalam pokok bahasan ini, banyak sekali konsep, perhitungan,
serta penerapannya dalam kehidupan, sehingga dalam instrumen evaluasinya, dapat
digunakan soal-soal berbasis masalah yang lazim terjadi dalam kehidupan nyata
(Fathurrahman, 2011:3).
Menurut
Herron dan Ben-zvi (dalam Davidowitz et
al., 2010:156) sebuah pemahaman yang menyeluruh dalam stoikiometri larutan
memerlukan kemampuan algoritma (hitungan), karena koefisien stoikiometri
mewakili lebih dari sebuah metode matematika sederhana untuk menyeimbangkan
persamaan. Stoikiometri larutan berperan sebagai topik dalam ilmu kimia yang
melibatkan pemecahan masalah dimana siswa mengingat jumlah suatu zat dalam
reaksi kimia dan menghitung jumlah zat lain yang diperlukan untuk bereaksi
sepenuhnya dengan substansi yang diberikan, atau jumlah zat yang dihasilkan
dalam reaksi kimia (Okanlawon, 2008:11).
Okanlawon
(2008:12) menyatakan bahwa masalah-masalah stoikiometri larutan membutuhkan
banyak rangkaian langkah yang menggunakan pengetahuan konseptual terorganisir.
Peserta didik yang cara belajarnya hanya menghafal konsep sering mengalami
kegagalan dalam pengembangan integrasi pengetahuan yang diperlukan untuk
memecahkan masalah stoikiometri larutan yang kompleks.
Kegagalan
ini juga disebabkan oleh siswa yang tidak bisa menghubungkan aspek maksroskopik
ke aspek submikroskopiknya (Kelly dan Jones dalam Davidowitz et al., 2010:155).
Berdasarkan
studi pendahuluan dan kompetensi dasar tersebut, tampak jelas perlunya upaya
yang cermat untuk mengetahui kemampuan memecahkan masalah pada konsep
stoikiometri larutan, karena dapat mempengaruhi kebermaknaan pengetahuan siswa
selanjutnya. Salah satu upaya yang dapat membantu siswa memvisualisasikan dan
memecahkan masalah pada konsep stoikiometri larutan ini adalah dengan
menggunakan diagram submikroskopik kimia. Alat deskriptif seperti ini digunakan
untuk mewakili informasi kimia termasuk representasi dari molekul, atom,
sub-atom partikel yang dapat digambarkan sebagai atom tunggal, partikel atau
kumpulan partikel (Davidowitz et al.,
2010:154).
Tahap
pembelajaran yang digunakannya pun harus bisa mendorong siswa secara
eksplisit untuk membuat hubungan
antara pengamatan makroskopik
dan pemahaman dari perilaku partikel
pada tingkat molekul. Menurut Tien (dalam Mattox et al., 2010:622), dengan menggunakan desain pembelajaran MORE (Model, Observe, Reflect, Explain) siswa akan membawa pemahaman awal dari sebuah sistem ke laboratorium
(Model), melakukan percobaan untuk menguji model (Observe), mempertimbangkan
implikasi dari pengamatan (Reflect),
dan menggunakannya untuk menyempurnakan ide-ide awal (Explain).
Berdasarkan
latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian tentang
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah pada konsep stoikiometri larutan
dengan menggunakan diagram submikroskopik model pembelajaran MORE (Model, Observe, Reflect, Explain).
Metode Penelitian
Secara
umum berlangsungnya penelitian ini menggunakan metode penelitian kelas, karena
penelitian ini diajukan untuk menggambarkan pemahaman mendalam mengenai keadaan
kelas, dengan jalan mengumpulkan data, mengolah data dan menginterpretasikan
data sehingga diperoleh suatu kesimpulan yang akan memperbaiki pembelajaran
disuatu kelas, seperti yang telah dijelaskan oleh Ruseffendi (2002).
Penelitian
ini difokuskan pada kemampuan memecahkan masalah siswa dengan menggunakan
diagram submikroskopik dalam pembelajaran stoikiometri larutan, penerapan
pembelajaran diagram submikroskopik dengan menggunakan tahapan pembelajaran
MORE (model, observe, reflect, dan explain), serta tanggapan siswa terhadap
pembelajaran ini.
Subyek
dalam penelitian ini adalah siswa kelas XI IPA 1 di SMA Negeri 24 Bandung tahun
ajaran 2011-2012 berjumlah 40 orang yang belum pernah menggunakan diagram
submikroskopik pada saat pembelajarannya, sedangkan uji coba soal dilaksanakan
pada siswa kelas XI IPA 2 di SMA Negeri 24 Bandung berjumlah 41 orang.
Prosedur
atau tahap penelitian terdiri dari tahap perencanaan, pengumpulan data dan
analisis data yang akan menghasilkan kesimpulan, sesuai dengan metode
penelitian yang digunakan dan permasalahan yang diteliti.
Hasil dan Pembahasan
1.
Analisis
Data Penerapan Pembelajaran dengan Menggunakan Diagram Submikroskopik Model
MORE (Model, Observe, Reflect dan Explain)
Hasil
observasi kegiatan guru dan siswa dianalisis untuk mengetahui keadaan realitas
pencapaian aktivitas guru dan siswa selama proses pembelajaran yang menggunakan
diagram submikroskopik model MORE ini.
a. Tahap
Model (Membuat Model Awal)
Pembelajaran pada tahap model ini mengharuskan siswa menggambarkan diagram submikroskopik
hasil reaksi dalam larutan dan menkonversikan diagram submikroskopik kedalam
persamaan kimia dengan benar. Langkah ini bertujuan untuk mengetahui pemahaman
awal siswa tentang perubahan yang terjadi di dalam larutan. Berikut ini
disajikan tabel data rangkuman hasil analisis LKS tahap model beserta interpretasinya.
Tabel 1. Persentase Nilai LKS Tahap Model
Kelompok |
Rerata
Skor |
Nilai
(%) |
Interpretasi |
Tinggi |
8,75 |
73 |
Baik |
Sedang |
7,68 |
64 |
Cukup |
Rendah |
6,90 |
58 |
Cukup |
Rata-rata |
7,78 |
65 |
Cukup |
Berdasarkan
data Tabel 1, dapat dilihat bahwa persentase nilai dan interpretasi kelompok
tinggi adalah 73% (Baik), kelompok sedang sebesar 64% (Cukup) dan kelompok
rendah sebesar 58% (Cukup), maka persentase nilai rata-rata dari ketiga
kelompok tersebut adalah 65% dengan interpretasi cukup. Secara
visual,� persentase nilai LKS pada tahap model dapat dilihat dalam bentuk grafik
pada Gambar berikut.
Gambar 1 Persentase Nilai LKS Tahap Model
Hasil
observasi kegiatan guru pada tahap model
berfungsi untuk mengetahui pencapaian aktivitas yang dilakukan guru dalam
membimbing siswa menemukan model awal tentang
perubahan yang terjadi di dalam larutan. Berikut ini disajikan tabel data
rangkuman hasil analisis format observasi kegiatan guru pada tahap model beserta interpretasinya.
b. Tahap
Observe (Mengamati)
Siswa diminta untuk melakukan percobaan dan mencatat
hasil percobaan stoikiometri larutan pada tahap ini. Siswa akan menguji model
awal yang dibuat pada tahap Model
berdasarkan hasil observasinya.
Percobaan yang dilakukan diantaranya reaksi asam-basa antara larutan NaOH
dengan HCl, reaksi pengendapan antara larutan Pb(NO3)2 dengan
KI dan reaksi pembentukan gas antara logam Mg dengan larutan HCl.
c. Tahap
Reflect (Merefleksikan)
Siswa diminta untuk merefleksikan hasil pengamatan pada
tahap observe dengan permasalahan
stoikiometri larutan pada tahap ini. Siswa akan diminta membuat model perbaikan
berdasarkan hasil observasinya.
d. Tahap
Explain (Menjelaskan)
Siswa diminta untuk menjelaskan
mengapa model hasil perbaikan berbeda dari model awal dan mendiskusikan
bagaimana pengamatan baik mendukung gagasan awal atau memimpin untuk merevisi
model. Berikut ini disajikan tabel data rangkuman hasil analisis LKS tahap explain beserta interpretasinya.
Tabel 2. Persentase Nilai LKS Tahap Explain
Kelompok |
Rerata
Skor |
Nilai
(%) |
Interpretasi |
Tinggi |
5,63 |
94 |
Sangat
Baik |
Sedang |
5,05 |
84 |
Sangat
Baik |
Rendah |
4,20 |
70 |
Baik |
Rata-rata |
4,96 |
83 |
Sangat Baik |
1.
Analisis
Data Kemampuan Siswa dalam Memecahkan Masalah dengan Menggunakan Diagram
Submikroskopik Model MORE (Model,
Observe, Reflect dan Explain)
Indikator pencapaian kemampuan
memecahkan masalah siswa yang akan dianalisis diantaranya memprediksi hasil
reaksi yang mungkin dari diagram submikroskopik, menkonversi diagram
submikroskopik ke dalam persamaan kimia, membandingkan hasil observasi dengan
diagram submikroskopik, menggambarkan diagram submikroskopik hasil reaksi dan
menggunakan diagram submikroskopik dan algoritma untuk memecahkan masalah pada
konsep stoikiometri larutan.
2.
Memprediksi
Hasil Reaksi yang Mungkin dari Diagram Submikroskopik
Kemampuan
untuk memprediksi hasil reaksi yang mungkin dari diagram submikroskopik
ditunjukkan oleh butir soal tes tulis nomor 2. Tabel 3 dibawah ini merupakan
hasil persentase rata-rata yang diperoleh masing-masing kelompok siswa pada
indikator memprediksi hasil reaksi yang mungkin dari diagram submikroskopik.
Tabel 3.
Persentase Kemampuan Memprediksi Hasil Reaksi yang Mungkin dari Diagram
Submikroskopik
Kelompok |
Rerata Skor |
Nilai (%) |
Interpretasi |
Tinggi |
1,75 |
88 |
Sangat Baik |
Sedang |
1,50 |
75 |
Baik |
Rendah |
1,30 |
65 |
Cukup |
Rata-rata |
1,52 |
76 |
Baik |
Rata-rata
persentase skor dari seluruh siswa untuk langkah memprediksi hasil reaksi yang
mungkin dari diagram submikroskopik adalah 76% dengan kategori baik. Hasil
persentase kelompok tinggi adalah 88% (Sangat Baik), kelompok sedang sebesar
75% (Baik) dan kelompok rendah sebesar 65% (Cukup). Persentase nilai tes tulis
pada indikator memprediksi hasil reaksi yang mungkin dari diagram
submikroskopik dapat dilihat secara visual dalam bentuk grafik pada Gambar 3.1.
Gambar 2 Persentase
Kemampuan Memprediksi Hasil Reaksi yang Mungkin
dari Diagram Submikroskopik
a)
Menkonversi
Diagram Submikroskopik ke dalam Persamaan Kimia
Kemampuan untuk menkonversi diagram
submikroskopik ke dalam persamaan kimia ditunjukkan oleh butir soal tes tulis
nomor 1, 2, 4, 5, dan 6. Setiap nomor memiliki skor maksimal yang berbeda.
Tabel 4. dibawah ini merupakan hasil persentase rata-rata yang diperoleh
masing-masing kelompok siswa pada indikator menkonversi diagram submikroskopik
ke dalam persamaan kimia.
Tabel 4. Persentase Kemampuan Menkonversi
Diagram Submikroskopik ke Persamaan Kimia
Kelompok |
Rerata Skor |
Nilai (%) |
Interpretasi |
Tinggi |
11,63 |
83 |
Sangat Baik |
Sedang |
10,00 |
71 |
Baik |
Rendah |
7,50 |
54 |
Kurang |
Rata-rata |
9,71 |
69 |
Baik |
H
Hasil persentase
kelompok tinggi adalah 83% (Sangat Baik), kelompok sedang sebesar 71% (Baik)
dan kelompok rendah sebesar 54% (Kurang). Rata-rata persentase skor dari
seluruh siswa untuk langkah menkonversi diagram submikroskopik ke dalam
persamaan kimia adalah 70% dengan kategori baik.. Persentase nilai tes tulis
pada indikator menkonversi diagram submikroskopik ke dalam persamaan kimia
dapat dilihat secara visual dalam bentuk grafik pada Gambar berikut
Gambar 3. Persentase Kemampuan Menkonversi
Diagram Submikroskopik Ke Dalam Persamaan Kimia
b)
Membandingkan
Hasil Observasi dengan Diagram Submikroskopik
Kemampuan
untuk membandingkan hasil observasi dengan diagram submikroskopik ditunjukkan
oleh butir soal tes tulis nomor 3. Tabel 5 dibawah ini merupakan hasil
persentase rata-rata yang diperoleh masing-masing kelompok siswa pada indikator
membandingkan hasil observasi dengan diagram submikroskopik.
Tabel 5. Persentase Kemampuan Membandingkan
Hasil Observasi Dengan Diagram Submikroskopik
Kelompok |
Rerata
Skor |
Nilai
(%) |
Interpretasi |
Tinggi |
3,38 |
84 |
Sangat
Baik |
Sedang |
2,55 |
64 |
Cukup |
Rendah |
1,80 |
45 |
Kurang |
Rata-rata |
2,57 |
64 |
Cukup |
�Hasil
persentase kelompok tinggi adalah 84% (Sangat Baik), kelompok sedang sebesar
64% (Baik) dan kelompok rendah sebesar 45% (Kurang). Rata-rata persentase skor
dari seluruh siswa untuk langkah membandingkan hasil observasi dengan diagram
submikroskopik adalah 64% dengan kategori Cukup. Persentase nilai tes tulis
pada indikator membandingkan hasil observasi dengan diagram submikroskopik
dapat dilihat secara visual dalam bentuk grafik pada Gambar 5.1.
Gambar 5.1 Persentase
Kemampuan Membandingkan Hasil Observasi Dengan
Diagram
Submikroskopik
c)
Menggambarkan
Diagram Submikroskopik Hasil Reaksi
Kemampuan
untuk menggambarkan diagram submikroskopik hasil reaksi ditunjukkan oleh butir
soal tes tulis nomor 5. Tabel 6 dibawah ini merupakan hasil persentase
rata-rata yang diperoleh masing-masing kelompok siswa pada indikator
menggambarkan diagram submikroskopik hasil reaksi.
Tabel 6. Persentase Kemampuan Menggambarkan Diagram
Submikroskopik Hasil Reaksi
Kelompok |
Rerata
Skor |
Nilai
(%) |
Interpretasi |
Tinggi |
3,50 |
88 |
Sangat
Baik |
Sedang |
3,14 |
78 |
Baik |
Rendah |
3,10 |
78 |
Baik |
Rata-rata |
3,25 |
81 |
Sangat Baik |
Hasil
persentase kelompok tinggi adalah 88% (Sangat Baik), kelompok sedang sebesar
78% (Baik) dan kelompok rendah sebesar 78% (Baik). Rata-rata persentase skor
dari seluruh siswa untuk langkah menggambarkan diagram submikroskopik hasil
reaksi adalah 81% dengan kategori sangat baik. Persentase nilai tes tulis pada
indikator menggambarkan diagram submikroskopik hasil reaksi dapat dilihat
secara visual dalam bentuk grafik pada Gambar berikut:
Gambar 4.
Persentase Kemampuan Menggambarkan
Diagram Submikroskopik Hasil Reaksi
d)
Menggunakan
Diagram Submikroskopik dan Algoritma untuk Memecahkan Masalah pada Konsep
Stoikiometri Larutan
Kemampuan
untuk menggunakan diagram submikroskopik dan algoritma untuk memecahkan masalah
pada konsep stoikiometri larutan ditunjukkan oleh butir soal tes tulis nomor 4,
5, dan 6. Setiap nomor memiliki skor maksimal yang berbeda. Tabel 7 dibawah ini
merupakan hasil persentase rata-rata yang diperoleh masing-masing kelompok
siswa pada indikator ini.
Tabel 7. Persentase Kemampuan Menggunakan Diagram Submikroskopik Dan
Algoritma Untuk Memecahkan Masalah Pada Konsep Stoikiometri Larutan
Kelompok |
Rerata
Skor |
Nilai
(%) |
Interpretasi |
Tinggi |
11,38 |
95 |
Sangat
Baik |
Sedang |
10,05 |
84 |
Sangat
Baik |
Rendah |
9,50 |
79 |
Baik |
Rata-rata |
10,31 |
86 |
Sangat Baik |
Hasil
persentase kelompok tinggi adalah 95% (Sangat Baik), kelompok sedang sebesar
84% (Sangat Baik) dan kelompok rendah sebesar 79% (Baik). Rata-rata persentase
skor dari seluruh siswa untuk indikator ini adalah 86% dengan kategori sangat
baik.
Gambar 5. Persentase Kemampuan Menggunakan
Diagram Submikroskopik dan Algoritma
Untuk Memecahkan Masalah Pada Konsep Stoikiometri Larutan
Persentase nilai
tes tulis pada indikator ini dapat dilihat secara visual dalam bentuk grafik
pada Gambar 5
diatas. Berdasarkan pemaparan data hasil tes kemampuan memecahkan masalah untuk
setiap indikatornya diatas, rangkuman hasil pencapaian kemampuan memecahkan
masalah siswa pada konsep stoikiometri larutan dengan menggunakan diagram
submikroskopik model MORE (Model,
Observe, Reflect, dan Explain)
dapat dilihat pada Tabel 8 berikut.
Tabel 8. Kemampuan
Siswa dalam Memecahkan Masalah dengan Menggunakan Diagram Submikroskopik Model
MORE
No |
Indikator |
Kelompok |
Nilai
(%) |
Inter- pretasi |
||
Tinggi |
Sedang |
Rendah |
||||
1 |
Memprediksi
hasil reaksi yang mungkin dari diagram submikroskopik. |
88 |
75 |
65 |
76 |
Baik |
2 |
Menkonversi
diagram submikroskopik ke dalam persamaan kimia. |
83 |
71 |
54 |
69 |
Baik |
3 |
Membandingkan
hasil observasi dengan diagram submikroskopik. |
84 |
64 |
45 |
64 |
Cukup |
4 |
Menggambarkan
diagram submikroskopik hasil reaksi. |
88 |
78 |
78 |
81 |
Sangat
Baik |
5 |
Menggunakan
diagram submikroskopik dan algoritma untuk memecahkan masalah pada konsep
stoikiometri larutan. |
95 |
84 |
79 |
86 |
Sangat
Baik |
Rata-rata
Keseluruhan |
88 |
76 |
64 |
76 |
Baik |
|
KKM |
72 |
72 |
72 |
72 |
|
|
Ketercapaian
KKM |
YA |
YA |
BELUM |
YA |
Berdasarkan
Tabel 8, dapat diketahui bahwa persentase rata-rata pencapaian kemampuan
memecahkan masalah siswa pada konsep stoikiometri larutan dengan menggunakan
diagram submikroskopik model MORE (Model,
Observe, Reflect, dan Explain)
adalah 76% yang memiliki interpretasi baik.
Indikator
yang paling tinggi nilai persentasinya adalah indikator menggunakan diagram
submikroskopik dan algoritma untuk memecahkan masalah pada konsep stoikiometri
larutan sebesar 86%, sedangkan indikator yang memiliki persentase yang paling
rendah adalah membandingkan hasil observasi dengan diagram submikroskopik yaitu
sebesar 64%.
Jika
dilihat dari kedudukan kelompoknya, kelompok tinggi memiliki rata-rata
pencapaian 88% (Sangat Baik), kelompok sedang 76% (Baik) dan kelompok rendah
64% (Cukup).
Gambar
6. Indikator Kemampuan
Memecahkan Masalah
Keterangan:
1 =� Memprediksi hasil reaksi yang mungkin dari
diagram submikroskopik.
2 =� Menkonversi diagram submikroskopik ke dalam
persamaan kimia.
3 =� Membandingkan hasil observasi dengan diagram
submikroskopik.
4 =� Menggambarkan diagram submikroskopik hasil
reaksi.
5 =� Menggunakan diagram submikroskopik dan
algoritma untuk memecahkan masalah pada konsep stoikiometri larutan.
Rata-rata keseluruhan pencapaian
kemampuan siswa dalam memecahkan masalah dengan menggunakan diagram
submikroskopik model MORE dari hasil analisis tes tulis adalah 76% dengan
interpretasi baik. Data selengkapnya bisa dilihat di Lampiran B.8. Rangkuman
pencapaian kemampuan siswa dalam memecahkan masalah secara visual dapat dilihat
dalam bentuk grafik pada Gambar 6
diatas.
3.
Analisis
Data Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran dengan Menggunakan Diagram
Submikroskopik Model MORE (Model,
Observe, Reflect dan Explain)
Tanggapan
siswa terhadap pembelajaran dengan menggunakan diagram submikroskopik model
MORE (Model, Observe, Reflect dan Observe) bisa dijaring dengan
menggunakan hasil analisis angket. Angket terdiri dari 8 pertanyaan dengan
pilihan jawaban (preferensi) Ya, Tidak, Konvensional dan Diagram
Submikroskopik. Hasil yang diperoleh kemudian dijumlahkan atau dikelompokkan
sesuai dengan butir soal angket. Data hasil angket dikonversikan kedalam
presentase sehingga akan didapatkan rata-rata nilai yang menjadi acuan dalam
cara menginterpretasikan data (kategori tinggi dan rendah).
Tabel 9. Data
Angket Tanggapan
Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan Menggunakan Diagram Submikroskopik Model
MORE
No |
Aspek Survei |
Preferensi |
Rating |
Nilai (%) |
Rata-Rata Nilai |
Kategori |
1 |
Penyelesaian masalah dengan cara konvensional
membutuhkan waktu yang lama. |
Ya |
32 |
80 |
2,00 |
T |
Tidak |
8 |
20 |
0,50 |
R |
||
2 |
Penyelesaian masalah dengan diagram
submikroskopik (DS) lebih cepat. |
Ya |
24 |
60 |
1,50 |
T |
Tidak |
16 |
40 |
1,00 |
R |
||
3 |
Cara paling mudah dalam penyelesaian. |
Konvensional |
12 |
30 |
0,75 |
R |
DS |
28 |
70 |
1,75 |
T |
||
4 |
Cara paling menyenangkan dalam penyelesaian. |
Konvensional |
7 |
18 |
0,44 |
R |
DS |
33 |
83 |
2,06 |
T |
||
5 |
Cara paling dipahami dalam penyelesaian. |
Konvensional |
14 |
35 |
0,88 |
R |
DS |
26 |
65 |
1,63 |
T |
||
6 |
Cara penulisan paling mudah dalam
penyelesaian. |
Konvensional |
15 |
38 |
0,94 |
R |
DS |
25 |
63 |
1,56 |
T |
||
7 |
Cara penyelesaian yang lebih dipilih. |
Konvensional |
16 |
40 |
1,00 |
R |
DS |
24 |
60 |
1,50 |
T |
||
8 |
Cara penyelesaian lebih dipilih untuk
pembelajaran lainnya. |
Konvensional |
12 |
30 |
0,75 |
R |
DS |
28 |
70 |
1,75 |
T |
||
Rata-Rata Keseluruhan |
1,25 |
T |
Berdasarkan Tabel 9 diatas, dapat dilihat bahwa rata-rata keseluruhan
dari data angket adalah 1,25. Nilai ini digunakan untuk menentukan kategori
tanggapan siswa, kategori tinggi (T) adalah nilai yang memiliki rata-rata lebih
besar dari 1,25 dan kategori rendah (R) adalah nilai yang memiliki rata-rata
lebih kecil dari 1,25.
Hasil persentase dengan menggunakan
diagram submikroskopik antara lain, tanggapan siswa mengenai waktu yang dibutuhkan untuk
menyelesaikan permasalahan stoikiometri larutan jika menggunakan cara
konvensional itu lama adalah 80%. Sebanyak 60% siswa merespon positif terhadap
pertanyaan angket nomor 2, yaitu mengenai penyelesaian permasalahan
stoikiometri larutan dengan diagram submikroskopik lebih cepat dari cara
konvensional. Respon siswa terhadap pertanyaan angket mengenai cara yang paling
mudah dalam menyelesaikan permasalahan stoikiometri larutan, sebanyak 70% siswa
lebih memilih diagram submikroskopik.
Cara penyelesaian permasalahan stoikiometri yang paling menyenangkan
yaitu sebanyak 83% siswa memilih diagram submikroskopik. Tanggapan siswa
mengenai cara yang paling dipahami dalam penyelesaian permasalahan stoikiometri
larutan, sebanyak 65% siswa memilih diagram submikroskopik.
Sebanyak 63% siswa memilih
diagram submikroskopik sebagai cara yang paling mudah dalam hal penulisan
jawabannya. Respon posistif siswa terhadap diagram submikroskopik sebagai cara
penyelesaian yang lebih dipilih untuk digunakan dalam menyelesaikan
permasalahan stoikiometri adalah sebanyak 60% siswa. Sebanyak 70% siswa lebih
memilih diagram submikroskopik agar digunakan untuk pembelajaran lainnya.
Gambar 9.1 Data Angket Tanggapan Siswa Terhadap Pembelajaran Dengan
Menggunakan Diagram Submikroskopik Model MORE
Keterangan :
1=
Penyelesaian
masalah dengan cara konvensional membutuhkan waktu yang lama.
2=
Penyelesaian
masalah dengan diagram submikroskopik lebih cepat.
3=
Cara paling mudah
dalam penyelesaian.
4=
Cara paling
menyenangkan dalam penyelesaian.
5=
Cara paling
dipahami dalam penyelesaian.
6=
Cara penulisan
paling mudah dalam penyelesaian.
7=
Cara penyelesaian
yang lebih dipilih.
8=
Cara penyelesaian
lebih dipilih untuk pembelajaran lainnya.
Rangkuman
persentase rata-rata keseluruhan tanggapan siswa terhadap pembelajarandengan menggunakan diagram submikroskopik
model MORE dapat dilihat secara visual dalam bentuk grafik pada Gambar 9
diatas.
Berdasarkan
analisis data lembar kerja siswa, hasil pencapaian penerapan pembelajaran
diagram submikroskopik model MORE pada Tabel 4.12, diperoleh beberapa temuan
diantaranya tahap pembelajaran yang paling rendah persentasenya adalah tahap model dengan rata-rata 65%, sedangkan
tahap explain memiliki hasil
pencapaian paling tinggi yaitu 83%. Tahap observe
dan reflect memiliki persentase
berturut-turut sebesar 82% dan 79%. Temuan ini sangat menarik sekali untuk
dibahas dan dikaji sebab ataupun faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran
siswa dalam proses memecahkan masalah dengan menggunakan kerangka berfikir
MORE.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan yang telah dikemukakan pada bab sebelumnya,
maka dapat ditarik kesimpulan bahwa :
a)
Penerapan diagram
submikroskopik model MORE (Model,
Observe, Reflect, dan Explain)
pada proses pembelajaran untuk memecahkan permasalahan konsep stoikiometri
larutan memperoleh hasil pencapaian yang baik dengan rata-rata keseluruhan
sebesar 77%. Pada tahap model siswa
memiliki pencapaian sebesar 65% dengan interpretasi cukup, tahap observe sebesar 82% berinterpretasi
sangat baik, tahap reflect sebesar
79% berinterpretasi baik dan tahap explain
sebesar 83% dengan interpretasi sangat baik. Aktivitas guru dan siswa pada
saat penerapan pembelajaran ini sangat tinggi jika dibandingkan dengan
pembelajaran konvensional biasa yaitu dengan persentasi sebesar 88%.
b)
Kemampuan memecahkan
masalah siswa pada konsep stoikiometri larutan dengan menggunakan diagram
submikroskopik model MORE (Model,
Observe, Reflect, dan Explain)
memperoleh hasil pencapaian yang baik dengan rata-rata keseluruhan sebesar 76%.
Ketercapaian KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) pada kelompok tinggi sebesar 88%
dan kelompok sedang sebesar 76%, sedangkan untuk siswa kelompok rendah (64%)
belum mencapai KKM yang ditentukan.
c)
Siswa memberikan
tanggapan yang positif terhadap penggunaan diagram submikroskopik model MORE (Model, Observe, Reflect, dan Explain) pada konsep stoikiometri
larutan. Siswa telah memilih diagram submikroskopik sebagai cara yang paling
menyenangkan, paling dipahami, paling mudah cara penulisannya, dan menjadi cara
penyelesaian yang paling dipilih untuk memecahkan masalah stoikiometri larutan
maupun pada konsep lainnya.�
BLIBIOGRAFI
Aprianti,
Tery. 2011. Pengembangan Tes Pada
Pembelajaran Problem Solving Materi Kelarutan dan Hasil Kali Kelarutan. [Online].
Tersedia: http://
repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=6757.
[Diakses 3 Januari 2012].
Arifin,
M., Sudja, W., Ismail, A., Ham, M., & Wahyu,W. 2000. Common Text Book
Strategi Belajar Mengajar Kimia. JICA:
Bandung
.
Arikunto,
Suharsimi. 2010. Prosedur
Penelitian.
Rineka Cipta: Jakarta.
_______.1990. Manajemen Penelitian. Rineka
Cipta: Jakarta.
_______.2008. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Bumi
Aksara: Jakarta.
Bodner,
G.M., dan Domin, D.S. 2000. Mental Models: The Role of Representations in
Problem Solving in Chemistry. University
Chemistry Education. 4, (1), 24-30.
Carillo,
L., Lee, C., dan Rickey, D. 2005.
Enhaching Science Teaching by Doing A Framework to Guide Chemistry Students�
Thinking In The Laboratory. The Science
Teacher. 11, 60-64.
Chang,
Raymond. 2008. General Chemistry: The
Essential Consepts (Fifth Ed.). New York: Mc. Graw-Hill.
_______.
2005. Kimia Dasar: Konsep-Konsep Inti,
Jilid 1 (Ed. Ketiga). Terjemahan oleh M.A Martoprawiro, dkk. Erlangga: Jakarta.
Cheng,
M. & Gilbert, J.K. 2009. Towards a Better Utilization of
Diagrams in Research into the Use of Representative Levels in Chemical
Education. Models and Modelling in
Science Education. Springer. 55-73.
Chittleborough,
G. D., Treagust, D. F., & Mocerino, M. 2002. Constraints to The Development
of First Year University Chemistry Students' Mental Models of Chemical
Phenomena. Teaching and Learning Forum:
Focusing on the Student. 1-7.Dahar, R. W. (1998) Teori-teori Belajar.
Jakarta: Erlangga.
Davidowitz,
B., Chittleborough, G., & Murray, E. 2010. Student-Generated Submicro
Diagrams : A Useful Tool For Teaching and Learning Chemical Equations and
Stoichiometry. Chem.Educ.Res.Pract. 11,
154-164.
Dogru,
Mustafa. 2008. The Application of Problem Solved Method on Science Teacher
Trainess on The Solution of The Environmental Problem. Journal of Environmental Science Education. 1, 9-18.
Farida,
I., Liliasari, H, Dwi., W., & Sopandi, W. 2010. Representational Competence�s Profile of Pre-Service Chemistry Teachers
in Chemical Problem Solving. [Online]. Tersedia: http://faridach.wordpress.com/
2010/11/01. [Diakses
9 Juni 2011].
Fathurrahman,
Muhammad. 2011. Pengembangan Tes Keterampilan Problem Solving Siswa Sma RSBI Pada Pokok
Bahasan Stoikiometri Larutan. [Online]. Tersedia: http://repository.upi.edu/skripsiview.php?no_skripsi=66 86. [Diakses 3 Januari 2012].
Hidayat,
A. & Machali, I. 2010. Pengelolaan
Pendidikan. Bandung: Pustaka Educa.
Joan,
J., dan Sanjose, V. 2007. Representations in Problem Solving in Science:
Direction for Practice. Asia-Pacific
Forum on Science Learning and Teaching. 8, (2), 1-17.
Kern, A.L., Wood, N.B., Roehrig,
G.H., dan Nyachwaya, J. 2010. A qualitative Report of The Ways High School
Chemistry Student Attempt to Represent a Chemical Reaction at The Atomic/
Molecular Level. Chem.Educ.Res.Pract. 11, 165-172.
Mattox,
A.C., Reisner, B.A. dan Rickey.D. (2006). What Happens When Chemical Compounds
Are Added To Water? An Introduction To The Model-Observe-Reflect-Explain (MORE)
Thinking Frame. Journal of Chemical
Education. 83, (4), 622-624.
Mayer,
Richard. 1998. Cognitive, Metacognitive, and Motivational Aspect of Problem
Solving. Intructional Science. 26, 49-63.
McGraw-Hill. 2003. Dictionary of Chemistry. United States:
McGraw-Hill Companies.
Mudzakkir,
Hera.S. 2006.
Strategi Pembelajaran
�Think-Talk-Write� untuk Meningkatkan Kemampuan Representasi Matematik Beragam
Siswa SMP.
Tesis pada Program Pasca Sarjana UPI Bandung: Tidak dipublikasikan.
Naah,
B.M., dan Sanger, M.J.2012. Student Misconseption in Writing Balanced Equations
for Dissolving Ionic Compounds in Water. Chem.Educ.Res.Pract.
13, 186-194.
Okanlawon,
Ayoade.E. 2008. The Modified GRASS
Model: An Alternate Path to Solve Complex Stoichiometric Problems. Journal Of Turkish Science Education. 5,
(2), 11-25.
Ruseffendi, H.E.T. 2002. Penelitian Kelas. Educare. 1, (2). Tersedia: http:// educare.e-fkipunla.net. [Diakses 24 Juni 2012].
Sanger,
Michael.J. 2005. Evaluating Students� Conceptual Understanding of Balanced
Equations and Stoichiometric Ratios Using Particulate Drawing. Journal of Chemical Education. 82, (1),
131-134.
Silberberg, Martin S.
2009. Chemistry: The Molecular Nature of
Matter and Change, Ed Fifth. New York: McGraw-Hill
Companies.
Suyanti, Retno Dwi. 2010. Strategi Pembelajaran Kimia. Graha Ilmu: Yogyakarta.
Syaodih, Nana S. Dkk.
2006. Pengendalian Mutu Pendidikan
Sekolah menengah: Konsep, Prinsip, dan Instrumen . Refika Aditama: Bandung.
Tien, L.T., Teichert,
M.A., dan Rickey, D. 2007. Effectiveness of a MORE Laboratory Module in
Prompting Students to Revise Their Molecular Level Ideas about Solution. Journal of Chemical Education. 84, (1),
175-181.
Yunita. 2011. Memahami Kimia
Melalui Diagram (AnOrganik). Insan Mandiri: Bandung.
_______. 2011. Alternatif
Stategi Mengajar (ASM). Insan Mandiri: Bandung.
_______. 2011. Asam
Basa. Insan Mandiri: Bandung.
Zumdahl, S.S., dan
Zumdahl, S.A. 2007. Chemistry (Seventh
Ed.). Houghton
Mifflin Company: New
York.