������ Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
������
e-ISSN : 2548-1398
������
Vol. 4, No. 4 April 2019
�
PENILAIAN
JARINGAN IRIGASI DENGAN CARA WALKTROUGHT
DAN MENGHITUNG BESARNYA KEBUTUHAN BIAYA PENGELOLAAN IRIGASI PADA DAERAH IRIGASI
(DI) WADASANOM KAB. BREBES
Yulia Feriska
Universitas
Muhadi Setiabudi (UMUS) Brebes
Email:
[email protected]
Abstrak
Kabupaten Brebes memiliki slogan �Brebes Berhias� yang ��merupakan��
singkatan bersih, hijau, indah, aman,� dan sehat,�
dimana secara �geografis� terletak�
diantara garis� 6�45��7�21� LS Dan 108�41�-109�1� Bujur Timur. Sedangkan secara��� administratif Kabupaten Brebes �merupakan�
salah �satu� kabupaten��
di Provinsi Jawa Tengah� yang� terletak�
di� sebelah barat dan
berbatasan�� dengan�� Provinsi�
Jawa Barat. Pemerintah Kabupaten Brebes memberikan perhatian besar
terhadap kegiatan operasi dan pemeliharaan serta rehabilitasi di daerah irigasi
yang menjadi kewenangannya sebab menyadari akan dampak yang ditimbulkan
kurangnya biaya pengelolaan irigasi yaitu menurunnya� kinerja�
irigasi. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan data kondisi
terkini aset irigasi dari suatu Daerah Irigasi yaitu untuk mendapatkan data
jumlah, dimensi,jenis,kondisi dan fungsi seluruh aset irigasi serta data
ketersediaan air,nilai aset, dan areal pelayanan pada daerah irigasi Wadasanom
dengan cara penelesuruan jaringan irigasi (walktrough) dan menentukan faktor
apa saja yang memberikan pengaruh terhadap fungsi layanan irigasi dalam rangka
keberlanjutan sistem irigasi, dan juga mendapatkan data jumlah, spesifikasi,
kondisi dan fungsi pendukung pengelolaan jaringan irigasi dengan dilengkapi
dokumen perhitungan AKNPI (Angka Kebutuhan Nyata Pengelolaan Irigasi) yang
meliputi perhitungan kebutuhan biaya operasi, pemeliharaan rutin, pemeliharaan
berkala, rehabilitasi dan peningkatan jaringan irigasi.
Kata
kunci
: Daerah Irigasi, Data Aset Irigasi,
Biaya Operasi dan
Pemeliharaan
Pendahuluan
�� Pengelolaan irigasi merupakan kegiatan yang
sangat penting dalam menunjang produksi pertanian dan ketahanan pangan
nasional. Oleh karena itu, sistem irigasi perlu dikelola dengan baik dan
dikembangkan sesuai dengan amanat Undang-Undang No. 11 tahun 1974 tentang
Pengairan yang telah diberlakukan kembali setelah adanya putusan Mahkamah
Konstitusi tentang pembatalan UU No 7 tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air
beserta perangkat hukum yang ada di bawahnya.
Pemerintah
Kabupaten Brebes memberikan perhatian besar terhadap kegiatan operasi dan
pemeliharaan serta rehabilitasi di daerah irigasi yang menjadi kewenangannya
sebab menyadari akan dampak yang ditimbulkan kurangnya biaya pengelolaan
irigasi yaitu menurunnya� kinerja� irigasi,�
yang berakibat diantaranya : (i) berkurangnya efisiensi dan efektifitas
penggunaan air irigasi sehingga pelayanan air irigasi menjadi terganggu, (ii)
Penurunan produksi pertanian sebab input-input pertanian akan responsif jika
air irigasinya terpenuhi dengan baik, (iii) Menimbulkan konflik� antar petani maupun� petani�
dengan pemerintah.
Tujuan
dari penelitian ini adalah mengetahui kondisi terkini jaringan irigasi di
Daerah Irigasi Wadasanom dengan cara penelusuran jaringan irigasi (walktrough)
dan membandingkannya dengan parameter pada Permen PU No. 32 Tahun 2007 sehingga
diketahui indeks kinerja jaringan irigasi�
serta menentukan faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap fungsi
layanan daerah irigasi.
Metode
Penelitian
Banyak dari berbagai
ahli menjelaskan pengertian metode penelitian, namun� secara umum metode dijelaskan merupakan suatu kegiatan
ilmiah yang berhubungan dengan cara
atau strategi kerja yang sistematis dalam memahami suatu objek penelitian,
yang merupakan
upaya dalam menemukan jawaban dan dipertanggung jawabkan secara ilmiah (Rosady ,2003).
Menurut (M.Iqbal Hasan,2002) dijelaskan
bahwa Jenis jenis metode penelitian terkait dengan jenis penelitiannya sendiri
sebagai berikut :
1.
Metode Historis
2.
Metode Diskripsi
3.
Metode Korelasional
4.
Metode Eksperimental
5.
Metode Kuasi
Eksperimental
Dalam
penelitian ini penulis menggunakan Metode Diskriptif yaitu dengan cara
mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk kemudian diolah dan mendapatkan
kesimpulan ilmiah dari data di lapangan.
1. Lokasi Penelitian
Daerah
Irigasi (DI)���������������� :� Wadasanom
Luas Area ����������������������������� :� 40 Ha
Desa�������������������������������������� : Langkap
���������������������������������������������� , Bumiayu
Panjang saluran sekunder����� :�
500 m
������������������������������������������������������������ Panjang
saluran tersier���������� :� 716 m
2. Sumber Data
���� Cahya
Surya (wordpress.com, 2010) menjelaskan bahwa berdasarkan sumbernya, �data
penelitian dapat dikelompokkan dalam dua jenis data yaitu data
primer dan data
sekunder.
�
Data
Primer :�
Dalam
penelitian ini data primer diperoleh dari
-�� Survey langsung di lapangan
-�� Foto atau dokumentasi lapangan
�
Data
Sekunder
Dalam
penelitian ini data sekunder diperoleh dari instansi atau unit pelaksana teknis
wilayah terkait dengan data yang ada relevansi nya dengan masalah yang dibahas,
antara lain jumlah dan jenis jaringan irigasi yang diteliti, dan data teknis
pada Daerah Irigasi Wadasanom.
3.
Pengumpulan
data lapangan dengan cara penelusuran jaringan irigasi
(walktrough)
Menurut
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum No. 32/PRT/M/2007, Penelusuran jaringan atau
biasa disebut walktrough adalah kegiatan pemeriksaan bersama dengan P3A dari
hulu sampai ke hilir untuk mengamati kondisi dan fungsi jaringan irigasi. Pelaksanaan penelusuran
jaringan irigasi dilapangan dilaksanakan sebagia berikut :
(1)
Penelusuran dimulai
dari bangunan utama bendung
(2)
Penelusuran dilakukan
dari hulu saluran pembawa ke arah hilir;
(3)
Penelusuran dilakukan
di saluran primer/induk sampai selesai terlebih dahulu, setelah itu dilanjutkan
ke saluran sekunder baru ke sekunder;
(4)
Penelusuran saluran
sekunder dilakukan dari bangunan bagi yang ada di bagian paling hulu dari
saluran sekuder sampai selesai baru berpindah ke saluran sekunder berikutnya
yang berpangkal pada bangunan bagi yang lebih ke hilir
(5)
Penelusuran saluran
dilakukan ruas demi ruas. Yang dimaksud dengan ruas saluran adalah saluran yang
membentang dari bangunan bagi atau sadap di hulu sampai dengan bangunan sadap
di hilirnya.
(6)
Penelusuran bangunan
dilakukan bangunan demi bangunan yang terdapat pada ruas saluran yang
bersangkutan baik bangunan utama (bangunan yang mengatur debit) maupun bangunan
pelengkap (bangunan yang tidak mengatur debit). Pencatatan dilakukan tidak
hanya untuk data statis seperti dimensi, namun juga mengenai kondisi dan fungsi
dari bangunan tersebut.
(7)
Penelusuran dilakukan
dengan berjalan kaki di jalan inspeksi saluran
(8)
�Pengambilan
titik GPS dilakukan pada setiap bangunan, sehingga setiap bangunan akan
terdigitasi, selain itu juga dilaksanakan tracking pada saluran sehingga jalur
saluran juga sudah masuk kedalam peta digital.
4. Penilaian indikator
kinerja jaringan irigasi berdasarkan Permen PU No. 32 Tahun 2007
Penilaian
kinerja irigasi berdasarkan Permen No.32/2007 tentang Pedoman Operasi dan
Pemeliharaan Jaringan Irigasi merupakan penjumlahan dari parameter penilaian
yang meliputi
1)
Prasarana Fisik meliputi bangunan utama, saluran dan bangunan pembawa, saluran
dan bangunan pembuang, jalan inspeksi, kantor, perumahan, gudang dan rumah jaga
untuk kepala Unit Pelaksana Teknis Dinas Sumber Daya Air (UPTD SDA) dan
juru/mantri pengairan.
2)
Produktivitas tanaman tahun sebelumnya, meliputi ketersediaan dan kebutuhan air,
realisasi tanam, intensitas tanam dan produktifitas padi.
3) Sarana Penunjang, meliputi peralatan Operasi dan Pemeliharaan (OP); alat transportasi untuk kepala UPTD, juru/mantri, Petugas Pintu Air (PPA) dan Petugas Operasi Bendung (POB); alat komunikasi untuk kepala UPTD; dan perlengkapan kantor.
4) Organisasi personalia, meliputi struktur organisasi personalia, jumlah dan pemahaman personalia terhadap OP.
5) Dokumentasi, meliputi buku data Daerah Irigasi data dinding dalam kantor, skema jaringan dan bangunan.
6) Kondisi kelembagaan P3A, meliputi status badan hukum P3A/GP3A.
5. Penentuan
faktor-faktor yang mempengaruhi
fungsi layanan irigasi
Untuk menentukan faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja jaringan irigasi Wadasanom ini maka di lakukan survey selanjutnya dengan cara kuisioner yang melibatkan unsur responden dari Dinas PSDAPR Kabupaten Brebes sebanyak 20 orang, tenaga lapangan irigasi 10 orang dan Petani Pemakai Air sebanyak 15 orang.
Gay (1976), menyatakan bahwa untuk penelitian bentuk deskriptif jumlah sampel yang digunakan minimal 30 subyek. �Karena jumlah responden sedikit (45 orang) maka penelitian dilakukan dengan cara sensus.
Adapun beberapa variabel yang diperkirakan mempengaruhi kinerja jaringan irigasi diantaranya adalah :
��� Variabel bangunan irigasi
��� Variabel pelaksanaan pembagian air di bangunan sadap
��� Variabel antisipasi kehilangan air
��� Variabel sedimentasi pada jaringan irigasi
��� Variabel sumber daya manusia
��� Variabel manajemen pengelolaan air
Hasil dan Pembahasan
1.
Penilaian
kondisi daerah irigasi dengan penelusuran jaringan irigasi (walktrough)
Diperoleh
kondisi terkini/eksisting daerah irigasi yang meliputi :
1)
Bendung (B.WdA.0)
Terjadi ambrol di kolam
olak bendung dan sayap bendung sebelah kiri putus.
Sket eksisting bendung������������������������������� sket usulan
perbaikan bendung
Biaya untuk
rehabilitasi membutuhkan biaya sebesar Rp 5.973.634,00
2)
Affour, pelimpah
samping (B.WdA.1a)
Kondisi affour masih
alami sedangkan pelimpah kanan rusak, terletak di HM 0+19, menyebabkan fungsi
nya berkurang. Oleh karena itu perlu segera di bangun pelimpah permanen dari
pasangan batu, dan perbaikan bangunan yang rusak.
Sket eksisting
affour�����������������������������������
sket usulan peningkatan
Dari hasil di lapangan
perlu dibuatkan saluran pembagi (affour) permanen dari pasangan batu. Biaya
yang diperlukan untuk pembuatan affour ini adalah sebesar Rp 6.817.610,00
3)
Gorong-gorong (B.WdA.1b
dan B.WdA.1c)
Kondisi gorong-gorong
di saluran Wadasanom masih baik, masih berfungsi baik. Gorong-gorong ini
terbuat dari pasangan batu dan terletak di HM 1+17 (B.WdA.1b) dan di HM 4+25
(B.WdA.1c)
4)
Corongan (Cr.WdA.1 dan
Cr.WdA.2)
Saluran Wadasanom
mempuyai dua corongan yaitu Cr.WdA.1 terletak di HM 6+25� dan Cr.WdA.2 terletak di HM 7+16.�
�������������������� Sket eksisting����������������������������������� sket usulan
peningkatan
�������������������� Sket eksisting����������������������������������� sket usulan
peningkatan
Bangunan
corongan di Daerah Irigasi Wadasanom ini masih alami, karena letak saluran
irigasi sejajar dengan area persawahan.
Berdasarkan
penelusuran di lapangan, diperoleh volume untuk pembuatan corongan permanen
sebesar 1,92 m3 (galian tanah), 4,40
m3 (pasangan batu), 12,60 m2 (plesteran), sehingga total
biaya yang diperlukan Rp 4.755.494,00 untuk masing-masing corongan.
5)
Saluran Wadasanom
Pada Daerah Irigasi
Wadasanom saluran sepanjang 716 m masih berupa saluran tanah, karena nya perlu
di bangunan saluran permanen untuk memperlancar aliran air sampai ke petak
sawah.
������������� Sket eksisting������������������������������������������ sket
usulan perbaikan
Dari penelusuran
dilapangan diperoleh volume untuk pekerjaan saluran adalah 726,24 m2
dengan biaya sebesar Rp 779.084.356,00
6)
Sedimen pada saluran
Wadasanom
Pada kasus yang terjadi
di Daerah irigasi Wadasanom ini adalah banyaknya sedimen yang merata sepanjang
saluran kurang lebih 716 m dengan ketebalan antara 10-15 cm. Dengan adanya
sedimentasi akan membuat penampang saluran berkurang sehingga akan berpengaruh
pada banyaknya debit yang harus dialirkan di saluran sekunder.
Diperoleh volume
sedimen 94,5 m3 dengan biaya pemeliharaan sebesar Rp 7.066.000,00
2.
Penilaian
kinerja jaringan irigasi berdasarkan Permen PU No.32 tahun 2007
Penilaian
kinerja irigasi berdasarkan Permen PU No.32/2007 melalui observasi lapangan,
tes dan wawancara tersaji dalam Tabel 4.1
Tabel
4.2 Rekapitulasi Penilaian Kinerja Sistem Irigasi berdasarkan metode Permen PU
No.32/2007
Parameter |
Nilai
Maksimal (%) |
Nilai
Eksisting (%) |
Prasarana Fisik |
� 45.00 |
25,80 |
Produktivitas Tanam |
� 15.00 |
12,50 |
Sarana Penunjang |
� 10.00 |
� 8,00 |
Organisasi Personalia |
� 15.00 |
11,50 |
Dokumentasi |
��� 5.00 |
� 2,50 |
Perkumpulan Petani Pemakai Air (P3A) |
� 10.00 |
� 6,00 |
Total |
100.00 |
66,30 |
Total
rekapitulasi penilaian kinerja sistem irigasi berdasarkan Permen PU No. 32
Tahun 2007 menunjukkan nilai indeks kinerja sebesar 66,30%.� Berdasarkan klasifikasi, maka kinerja� sistem irigasi Wadasanom berada pada
klasifikasi kinerja kurang dan perlu perhatian.
3.
Penentuan
faktor / variabel yang mempengaruhi fungsi layanan daerah irigasi
Pengujian
fungsi layanan atau kinerja jaringan irigasi pada Daerah Irigasi Wadasanom
sebelumnya telah dilakukan dengan metode penelusuran jaringan (walktrough)
dimana diperoleh hasil bahwa sebagian besar kondisi jaringan irigasi masih
berupa saluran alami. Hal ini menjadi penyebab tidak berfungsinya saluran
Wadasanom secara maksimal dalam menciptakan pengelolaan irigasi yang
berkelanjutan, dibuktikan dengan analisa berdasarkan Permen PU No.32 Tahun 2007
yang menyebutkan bahwa nilai indeks kinerja jaringan irigasi Wadasanom memiliki
nilai 66,30% yang artinya jaringan irigasi memiliki kinerja yang kurang dan
perlu perhatian.
Berdasarkan hasil
wawancara/kuisioner di lapangan diperoleh
1)
Uji
validitas
Tabel 4.3 Hasil uji validitas variabel bebas
No |
Variabel |
r hitung |
r tabel |
Keterangan |
X1 |
Variabel
bangunan irigasi |
0,511 |
0,294 |
valid |
X2 |
Variabel
pelaksanaan pembagian air di bangunan sadap |
0,444 |
0,294 |
valid |
X3 |
Variabel
antisipasi kehilangan air |
0,652 |
0,294 |
valid |
X4 |
Variabel
sedimentasi pada jaringan irigasi |
0,507 |
0,294 |
valid |
X5 |
Variabel
sumber daya manusia |
0,792 |
0,294 |
valid |
X6 |
Variabel
manajemen pengelolaa air irigasi |
0,627 |
0,294 |
valid |
Sumber
: lampiran, 2018
Dari
tabel dapat disimpulkan bahwa semua variabel yang diperkirakan mempengaruhi
fungsi layanan daerah irigasi memiliki nilai r hitung (0,444-0,792) lebih besar
dari nilai r tabel (0,294), yang berarti semua variabel valid atau memberikan
nilai yang signifikan.
2)
Uji
realibilitas
Tabel 4.4 Hasil uji realibilitas variabel
bebas
No |
Variabel |
Cronbach�s Alpha |
r tabel |
Keterangan |
X1 |
Variabel
bangunan irigasi |
0,626 |
0,294 |
valid |
X2 |
Variabel
pelaksanaan pembagian air di bangunan sadap |
0,295 |
0,294 |
valid |
X3 |
Variabel
antisipasi kehilangan air |
0,749 |
0,294 |
valid |
X4 |
Variabel
sedimentasi pada jaringan irigasi |
0,393 |
0,294 |
valid |
X5 |
Variabel
sumber daya manusia |
0,900 |
0,294 |
valid |
X6 |
Variabel
manajemen pengelolaa air irigasi |
0,651 |
0,294 |
valid |
Sumber
: lampiran, 2018
Berdasarkan tabel
reliabilitas di atas, diperoleh nilai Cronbach�s Alpha berkisar antara
0,295-0,900 lebih besar dari r hitung (0,294). Dengan demikian bisa dikatakan bahwa
semua variabel dalam penelitian ini adalah reliabel.
3)
Uji
Hipotesa dengan regresi linier
Hasil analisi regresi
linier berganda secara ringkas disajikan pada tabel berikut ini.
Tabel 4.5 Hasil estimasi regresi linier berganda
No |
Keterangan |
Koefisien |
1 |
Konstanta |
9,164 |
2 |
Variabel
bangunan irigasi (x1) |
0,871 |
3 |
Variabel
pelaksanaan pembagian air di bangunan sadap (x2) |
0,373 |
4 |
Variabel
antisipasi kehilangan air (x3) |
0,673 |
5 |
Variabel
sedimentasi pada jaringan irigasi (x4) |
0,630 |
6 |
Variabel
sumber daya manusia (x5) |
0,685 |
7 |
Variabel
manajemen pengelolaan air (x6) |
0,633 |
Sumber
:� lampiran, 2018
Berdasarkan nilai
koefisien masing-masing variabel dapat dibuat model regresi linier berganda
sebagai berikut :
Y = 9,164+
0,871X₁ +0,373X₂ + 0,673X3 + 0,630X4 +0,685X5 + 0,633X6
Dari semua variabel
bisa dikatakan variabel bangunan irigasi (X1= 0,871) mempunyai pengaruh yang
besar terhadap fungsi layanan irigasi.
4)
Uji
F
Uji serentak
dimaksudkan untuk mengetahui pengaruh serentak semua variabel bebas
(independent variable) terhadap kemajuan pembangunan.
Tabel 4.6 Hasil Uji F
ANOVAb |
||||||
Model |
Sum of Squares |
df |
Mean Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
20.398 |
6 |
3.400 |
7.984 |
.000a |
Residual |
16.180 |
38 |
.426 |
|
|
|
Total |
36.578 |
44 |
|
|
|
|
a. Predictors: (Constant), x6, x3, x2, x5, x4, x1 |
||||||
b.
Dependent Variable: Y |
Pada
tabel terlihat nilai Signifikansi dari hasil uji F adalah 0,000 kurang dari
0,05 dan nilai F (7,984) lebih besar dari F tabel (2,31). Hal ini berarti semua
variabel bebas berpengaruh terhadap fungsi layanan daerah irigasi.
5)
Uji
T
Uji parsial digunakan
untuk mengetahui pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap fungsi layanan
daerah irigasi. Hasil uji keberartian koefisien regresi semua variabel
disajikan dalam tabel di bawah ini.
Tabel 4.7 hasil uji T
Coefficientsa |
||||||
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
t |
Sig. |
||
B |
Std. Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
9.164 |
1.866 |
|
4.911 |
.000 |
x1 |
.871 |
.227 |
.477 |
3.840 |
.000 |
|
x2 |
.373 |
.228 |
.195 |
1.636 |
.110 |
|
x3 |
.673 |
.195 |
.405 |
3.446 |
.001 |
|
x4 |
.630 |
.288 |
.267 |
2.186 |
.035 |
|
x5 |
.685 |
.230 |
.358 |
2.973 |
.005 |
|
x6 |
.633 |
.215 |
.340 |
2.938 |
.006 |
|
a.
Dependent Variable: Y |
Dengan
N adalah 45 dan variabel bebas 6, diperoleh nilai T tabel 1,680. Sehingga dari
tabel hasil uji T, dapat diambil kesimpulan bahwa semua variabel bebas memiliki
t (2,186-3,840) lebih besar dari T tabel (1,680) kecuali variabel x2 (nilai t
adalah 1,636) yang berarti sebagian besar variabel mempunyai pengaruh yang
signifikan terhadap fungsi pelayanan daerah irigasi.
6)
Uji
koefisien Determinasi (R square)
Tabel 4.8 Koefisien
Determinasi
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std. Error of the
Estimate |
1 |
.747a |
.558 |
.688 |
0.653 |
a. Predictors: (Constant), x6, x4, x1, x2, x5, x3 |
||||
b.
Dependent Variable: Y |
����������
���������� Dari
tabel diperoleh nilai R2 adalah 0,845 hal ini menunjukkan 68,8% analisa
penurunan layanan daerah irigasi dapat dijelaskan oleh variabel bebas yang
meliputi variabel bangunan irigasi, variabel antisipasi kehilangan air,
sedimentasi pada jaringan irigasi, dan manajemen pengelolaan air, sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar contoh.
Kesimpulan
Berdasarkan
analisa di Lapangan, diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
1. Berdasarkan
Permen PU No. 32 Tahun 2007 menunjukkan nilai indeks kinerja sebesar
67,80%.� Berdasarkan klasifikasi, maka
kinerja� sistem irigasi Wadasanom berada
pada klasifikasi kinerja kurang dan perlu perhatian. Hal ini disebabkan karena
kondisi Daerah Irigasi yang masih sederhana, yaitu tidak adanya bangunan
ukur,saluran masih berupa saluran tanah/alami.
2. Dari
hasil uji kuisioner di lapangan terdapat beberapa variabel yang mempengaruhi
penurunan fungsi layanan irigasi yaitu variabel bangunan irigasi (0,871),
pelaksanaan pembagian air di bangunan sadap (0,373), antisipasi kehilangan air
(0,673), sedimentasi pada jaringan irigasi (0,630), sumber daya manusia (0,685)
dan manajemen pengelolaan air (0,633). Berdasarkan besarnya nilai koefisien
regresi maka variabel yang paling berpengaruh terhadap penurunan fungsi layanan
irigasi adalah variabel bangunan irigasi
3. Berdasarkan
hasil penelusuran di lapangan (walktrough) digambarkan kondisi lapangan sebagai
berikut :
a.
Kondisi bendung ada
sedikit kerusakan di lantai olak dan sayap bagian hilir, yaitu ambrol sepanjang
2,5 m
b.
Di sepanjang saluran
banyak terdapat sedimen dengan tinggi sedimen berkisar 10 � 15 cm.
c.
Pada Daerah Irigasi
Wadasanom ini ada beberapa kerusakan yang masuk ke dalam kategori peningkatan,
diantaranya :
- Pelimpah
samping (affour), pada dinding sebelah kanan rusak sepanjang 0,8 m dan sebelah
kiri masih alami sehingga perlu dibangun affour permanen dari pasangan batu dan
memerlukan biaya sebesar Rp 6.817.610,-
- Saluran
sepanjang 716 m masih berupa saluran alami, untuk itu perlu dibangun saluran
permanen dari pasangan batu, dan memerlukan biaya sebesat Rp 779.084.356,-
- Corongan
masih berupa saluran alami, karena itu perlu dibangun bangunan permanen,
terletak di HM 6+25 dan HM 7+16 , memerlukan biaya untuk masing-masing corongan
sebesar Rp 4.755.494,-
4.
Secara Garis Besar
biaya untuk Operasi dan Pemeliharaan Daerah Irigasi Wadasanom� adalah sebagai berikut :
a.��� Biaya operasi yang dibutuhkan adalah Rp
14.566.667,-
b.��� Biaya pemeliharaan rutin yang dibutuhkan
adalah Rp 16.344.000,- dan pemeliharaan berkala adalah Rp 11.879.000,-
c.��� Biaya rehabilitasi yang dibutuhkan adalah Rp
5.973.634,-
d.��� Biaya peningkatan yang dibutuhkan adalah Rp
879.569.614,-
BIBLIOGRAFI
Anonim.
2007. Peraturan Menteri
Pekerjaan Umum No. 30/PRT/M/2007 tentang Pedoman Pengembangan Pengelolaan
Sistem Irigasi Partisipatif, Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta.
Anonim.
2015.
Kabupaten Brebes
Dalam Angka, Badan Pusat Statistik Kabupaten
Brebes.
Cahaya Surya. http://C Suryana. Wordpress.com / 2010
/ 03 /25 / data � dan � jenis � data penelitian � di akses 12 maret
2018
Direktorat Jendral Sumber Daya Air,Panduan Pengolah
Data Sumber Daya Air � Pengelolaan Aset Irigasi.
Direktorat Jendral Sumber Daya Air, 2008, Modul
Pelatihan Inventarisasi Aset.
Ery Suryo Kusumo, RR Rintis Hadiani, Sobriyah. 2013. Jurnal Teknik Sipil, Kinerja dan Angka Kebutuhan Nyata Operasi
dan Pemeliharaan Jaringan Irigasi Tambak Desa Tluwuk Kabupaten Pati.
Universitas Sebelas Maret.
Gay. L.R.
1976. Educational
Reasearch. Columbus Publishing Comapany, Ohio: Charles E. Merril
Keputusan Menteri (Kepmen) Dalam Negeri Nomor 22
Tahun 2003 tentang Pedoman Pengaturan
Wewenang, Tugas dan Tanggung Jawab Lembaga Pengelola Irigasi Propinsi dan
Kabupaten/Kota.
Hasan,� M.�
Iqbal. 2002. Pokok-pokok� Materi�
Metodologi� Penelitian� dan�
Aplikasinya. Ghalia� Indonesia,: Bogor.
Mulyadi,dkk. 2014. �Jurnal Teknik Sipil: Penilaian Kinerja Irigasi berdasarkan Pendekatan Permen PU No.32/2007
dan Metode Mascote dengan Evaluasi Rapid Apraisal Prosedure (RAP) di Daerah
Irigasi Barugbug-Jawa Barat, Institut Teknologi Bandung.
Peraturan Pemerintah Nomor 77 Tahun 2001 tentang Irigasi, sebagai Pengganti Peraturan
Pemerintah Nomor 23 tahun 1982.
Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 2006 tentang Irigasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 32/PRT/M/2007
tentang Pedoman Operasi dan Pemeliharaan
Irigasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 13/PRT/M/2012
tentang Pedoman Pengelolaan Aset Irigasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 08/PRT/M/2015
tentang Penetapan Garis Sempadan Irigasi.
Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 12/PRT/M/2015
tentang Eksploitasi dan Pemeliharaan
Irigasi.
Ruslan, Rosadi. 2003. Metode Penelitian: Public Relations dan Komunikasi. Jakarta: PT
RajaGrafindo Persada
Santoso. 2000. Buku
Latihan SPSS: Statistik Parametrik, Jakarta, Elex
Media Komputindo.