�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
������
e-ISSN : 2548-1398
������
Vol.4, No.5 Mei 2019
PROBABILITAS
PENGGUNA MODA BUS DAN KERETA API PADA RUTE CIREBON
JAKARTA PASCA PEMBANGUNAN TOL CIPALI DENGAN PENDEKATAN MODEL LOGIT BINER
Aryati Indah Kusumastuti
Fakultas Teknik
Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI) Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan
menganalisis probabilitas pengguna Tol Cipali
dan angkutan kereta api pada
rute Cirebon Jakarta.
Penelitian dilakukan melalui survei terhadap 100 responden pengguna angkutan
umum Kereta api dan angkutan umum Bus baik yang melewati jalur Tol Cipali
maupun jalur pantura. Survei dilakukan pada penumpang di terminal dan stasiun
Kereta Api di Kota Cirebon yang berasal dari Cirebon dengan tujuan Jakarta. Hasil
penelitian menemukan bahwa atrubus biaya dan waktu tunggu menjadi variabel
prediktor pemilihan moda, sedangkan �atribut
waktu tempuh dan kenyamanan tidak berbeda signifikan antara moda bus dan kereta
api. Hal ini dapat disebabkan� pengaruh
Tol Cipali. Keberadaan Tol Cipali mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan
kenyamanan pengguna bus melalui Tol, sehingga waktu tempuh dan kenyamanan tidak
berbeda signifikan antara moda bus dan kereta api. Hasil penelitian ini
memberikan implikasi bahwa kereta api perlu meningkatkan frekuensi perjalanan
untuk mengurangi waktu tunggu penumpang, sehingga pengguna tidak beralih ke pelayanan
bus terutama yang melewati tol Cipali.
Kata
Kunci: Pemilihan
Moda Angkutan, Tol, �Bus-Kereta Api,
Model Logit Biner
Pendahuluan
Jalan Tol
Cikampek-Palimanan (Tol Cipali) merupakan jalan tol terpanjang di Indonesia.
Jalan Tol Cipali merupakan
bagian dari Jalan Tol Trans Jawa yang menghubungkan Purwakarta, Subang,
Majalengka, Cirebon, dan Indramayu sepanjang � 116,4 km. Jalan Tol ini
merupakan
alternatif untuk menyediakan sistem transportasi yang efisien untuk mendukung
pertumbuhan ekonomi nasional. Jalan Tol ini
memfasilitasi
pergerakan lalu lintas dan barang serta penduduk dari Jawa ke Sumatera dan
dukungan fungsi jaringan jalan eksternal dari wilayah utara untuk mengakomodasi
pergerakan barang dan jasa di seluruh provinsi, serta untuk mendukung
pengembangan kota di Provinsi Jawa Barat. Jalan Tol Cipali memberikan andil yang
signifikan dalam memperlancar arus pergerakan orang, barang, dan jasa, memicu
pertumbuhan ekonomi (Robert,
2015).
Jalan Tol Cipali
yang mulai beroperasi pada tahun 2015 dapat mempengaruhi pola perilaku
masyarakat dalam menggunaan moda transportasi jalan raya dan kereta api. Keberadaan
Jalan Tol akan memberikan
manfaat bagi
pengguna yaitu memberikan
keuntungan berupa penghematan waktu dan Biaya Operasi Kendaraan
(BOK) dibanding apabila melewati
jalan non tol (BPJT,
2006). Pengguna
sarana transportasi dapat
menghemat waktu sangat
banyak untuk perjalanan Jakarta-Cirebon yang biasanya
di tempuh dengan waktu 7 jam lewat Pantura menjadi hanya 3-4 jam lewat Cipali. Namun demikian Jalur
Tol Cipali masih mempunyai risiko kemacetan terutama pada libur panjang. Tol
Jakarta-Cikampek yang menjadi hulu dari Cipali tak hanya dilintasi oleh para
pengendara yang ingin ke Cirebon dan Jawa Tengah, melainkan juga para
pengendara yang pergi ke Jawa Barat bagian selatan. Namun demikian,
Keberadaan
Tol Cipali akan merubah
peta kompetisi yang membuat pengguna jalan dapat memilih
menggunakan moda kereta api atau
menggunakan moda angkutan jalan raya yang melalui rute Tol Cipali.� Berdasarkan hal tersebut akan dilakukan studi terhadap probabilitas pemilihan jalan Tol dan
angkutan kereta api sebagai sarana
dalam melakukan perjalanan. Dengan mengetahui perilaku perjalanan yang mempengaruhi probabilitas pemilihan moda, maka akan
dapat� dilakukan upaya perbaikan dan peningkatan� pelayanan bagi pengguna moda
yang bersangkutan.
����������� Tujuan dari penelitian ini secara umum adalah
untuk mengetahui dan menganalisis probabilitas pengguna Tol Cipali dan
angkutan kereta api pada
rute Cirebon Jakarta. Tujuan
secara khusus dari penelitian ini adalah (1)� menentukan model yang dapat menjelaskan probabilitas pelaku perjalanan dalam menggunakan Jalan Tol Cipali
dan angkutan kereta api pada
rute Cirebon Jakarta. (2)
mengetahui perubahan probabilitas �pelaku perjalanan dalam menggunakan Tol Cipali atau
angkutan kereta api apabila dilakukan
perubahan terhadap faktor-faktor yang mempengaruhinya.�
Metode Penelitian
Desain
penelitian dikembangkan untuk memahami perilaku pengguna angkutan umum Jalan
raya menggunakan moda Bus dan pengguna angkutan umum jalan rel menggunakan moda
Kereta Api Pasca operasional Tol Cipali. Survei dilaksanakan pada bulan Oktober
2018. Pengambilan data dalam penelitian dilakukan
melalui Survei terhadap pengguna angkutan umum jurusan
Cirebon menuju Jakarta. Populasi sasaran
ditentukan untuk mengontrol variabel penelitian seperti karakteristik biaya
operasional kendaraan (BOK) yang berbeda, variasi sumber dan tujuan pergerakan
dan segmen pengguna, Responden penelitian adalah pengguna angkutan umum yang
pernah menggunakan keduanya yaitu Bus dan Kereta Api di jurusan dari Cirebon
menuju Jakarta, sehingga responden mempunyai pengalaman dalam menilai kedua
moda tersebut. Pengguna adalah pengguna angkutan umum Jalan raya Bus dan Kereta
Api baik non ekonomi.
Jumlah populasi
tidak diketahui dengan pasti, sehingga ukuran sampel adalah 100 sampel yang
merupakan jumlah sampel minimum untuk penelitian survei (Sevilla et al., 1993).
Penjaringan sampel dilakukan dilakukan di terminal bus dan stasisun kereta api
di Kabupaten Cirebon. Penentuan sampel melalui accidental sampling, yaitu pengguna angkutan umum yang tidak
sengaja ditemui di lokasi penelitian. Pengumpulan data dilakukan dengan
peneliti dibantu oleh mahasiswa Teknik Sipil Unswagati Cirebon. Pengambilan
sampel berhenti jika telah memenuhi jumlah sampel yang diharapkan yaitu 100
sampel.
Analisis model
pemilihan moda angkutan (Bus dan Kereta Api) menggunakan analisis regresi Logit
Biner (Binary Logistic). Adapun
bentuk persamaan model pengaruh
atribut terhadap probabilitas pemilihan moda adalah sebagai
berikut:
Dimana:
P(KA) = probabilitas pemilihan moda kereta api,
P(B) = probabilitas pemilihan moda Bus,
X� = atribut,
α= kontanta, β = slope.
Persamaan (1)
diatas hanya menganalisis pengaruh satu atribut terhadap keputusan pengguna
(analisis parsial). Analisis determinan memasukkan beberapa atribut untuk
memprediksi probabilitas pemilihan moda. Berbasis Teori Rational Choice, pengguna memilih salah
satu mima angkutan berdasarkan cost-benefit
(Utilitas). �Namun demikian, atribut
biaya (COST) merupakan fungsi
identitas (seiring) dengan manfaat, sehingga�
model penelitian memisahkan antara fungsi biaya (persamaan 2) dengan
fungsi utilitas terhadap pemilihan moda (persamaan 3)� sebagai berikut.
Variabel
penelitian terdiri dari variabel endogen dan variabel eksogen. Variabel endogen
adalah keputusan pengguna dalam memilih moda angkutan (P(KA); 1= Kereta Api, 0= Bus)
atau probabilitas pemilihan moda Bus (P(B)). Variabel eksogen
terdiri dari: Biaya (COST) dan
Utilitas pemilihan moda angkutan. Biaya diukur dari perefereni responden
terhadap biaya yang dikeluarkan untuk menggunakan kedua moda tersebut (x 1000 Rupiah). Biaya termasuk biaya
akses ke moda dan sampe ke tujuan akhir. Utilitas pemilihan moda angkutan
terdiri dari: (1) Waktu Tempuh (TE)
(jam), (2) Waktu Tunggu (TU) (menit),
(3) Kenyamanan (COMFORT). Kenyamanan
diukur dari skala kualitatif (skala 1-4: tidak nyaman-nyaman), selanjutnya
dibandingkan antara preferensi kenyamanan menggunakan kedua moda tersebut.
Variabel kontrol adalah: (1) variabel kelas pengguna (D1) (1=non ekonomi, 0=
ekonomi), (2) variabel jalut tol (D2) (1= bus melalui tol, 2= bus tanpa melalui
tol).� Atribut biaya perjalanan, waktu
tempuh perjalanan, waktu tunggu keberangkatan merupakan atribut yang digunakan
oleh banyak penelitian (Oktaviani dan Saputra. 2015. Sjafruddin et. al. 2008.
Fithra et al. 2014) sebagai atribut untuk prediktor permilihan moda angkutan.
Penelitian ini menambahkan atribut kenyamanan. Pengujian model fit dengan menggunakan Cox & Snell R Square, Nagelkerke R
Square dan Hosmer and Lemeshow Test.
�
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Berdasarkan
hasil survei yang dilakukan kepada 100 orang, dapat diketahui karakteristik
pengguna kereta api dan bus dari Cirebon yang menuju Jakarta. Sebagian besar
tujuan perjalanan untuk bisnis atau bekerja (61%), berlibur atau belanja (24%)
dan keluarga (11%). Pengguna angkutan umum lebih banyak pria (63 %) dibanding
wanita, sudah menikah (61%), dengan umut responden sebagian besar umut
produktif yaitu 31-50 tahun (51%) dan 20 � 30 tahun (31%).
Sebagian besar
pekerjaan responden adalah karyawan swasta (44%) dan wiraswasta (12%), buruh
(10%) dan PNS (7%).� Pendidikan terakhir
dari 100 responden yang paling banyak adalah sarjana/atau pasca sarjana (39%),
selanjutnya adalah lulusan diploma (18%), SMA (25%). Rata-rata penghasilan
perbulan adalah diatas Rp 2 juta, yang terdiri dari pengguna yang
berpenghasilan antara Rp. Rp. 2.000.001,� Rp. 5.000.000,- (18%), Rp.
5.000.001,00 s/d Rp. 10.000.000,00 (25%) dan Rp. 10.000.000,00 yaitu sebanyak
3%.
Tabel
1. Profil Responden
Profil Responden |
Persen (%) |
1. Tujuan Perjalanan |
|
� Bisnis Bekerja |
55 |
� Pendidikan |
2 |
� Berlibur Belanja |
21 |
� Keluarga |
10 |
� Berobat |
2 |
Jumlah |
100 |
2. Jenis Kelamin |
|
�
Wanita |
37 |
�
Pria |
63 |
Jumlah |
100 |
3. Umur |
|
�
<20 tahun |
9 |
�
20-30 tahun |
31 |
�
31-50 tahun |
51 |
�
> 50 tahun |
9 |
Jumlah |
100 |
4. Pendidikan |
|
�
SD |
8 |
�
SLTP |
10 |
�
SLTA |
25 |
�
Akademi/ Diploma |
18 |
�
Sarjana/Pasca Sarjana |
39 |
Jumlah |
100 |
5. Status Perkawinan |
|
�
Belum Menikah |
39 |
�
Sudah Menikah |
61 |
Jumlah |
100 |
6. Pekerjaan |
|
�
belum bekerja |
4 |
�
petani |
2 |
�
Karyawan/Swasta |
44 |
�
PNS |
7 |
�
Wiraswasta, pedagang |
12 |
�
buruh |
10 |
Jumlah |
100 |
7. Pendapatan Perbulan |
|
�
< Rp. 1.000.000,- |
14 |
�
Rp. 1.000.000 � Rp. 2.000.000,- |
12 |
�
Rp. 2.000.000,� Rp. 2.000.000,- |
18 |
�
Rp. 5.000.000,� Rp. 10.000.000,- |
26 |
�
> Rp. 10.000.000,- |
25 |
Jumlah |
100 |
��
���Sumber: diolah dari data survei
(2019)
Analisis Model fit juga dapat dipakai untuk
menganalisis nilai Hosmer and Lemeshow's
Goodness of fit. �Hasil estimasi seluruh variabel dengan teknik
enter untuk model ke-1 (Fungsi biaya)
memperoleh nilai Hosmer-Lemeshow
(p) = 0,940 > 0,05) sehingga model
dikatakan fit (data empiris sama dengan model atau model dikatakan fit atau dapat diterima). Koefisien
determinasi menggunakan nilai Cox dan
Snell's R Square karena fungsu biaya
menggunakan regresi sederhana. Nilai Cox dan
Snell's R Square = 0,625 berarti
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen sebesar 62,5%.
Hasil estimasi seluruh variabel dengan teknik enter untuk model ke-2 (Fungsi Utilitas) memperoleh nilai
Hosmer-Lemeshow (p) = 0,849 > 0,05) yang menunjukkan model dikatakan fit (data
empiris sama dengan model atau model dikatakan fit atau dapat diterima). Nilai Nagelkerke
R square dapat diinterpretasikan seperti nilai R2 pada multiple regression. Nilai Nagelkerke's R = 0,627 menunjukkan
variabilitas variabel dependen yang dapat dijelaskan oleh variabilitas variabel
independen sebesar 62,7%.�
Tabel
2. Rangkuman Persamaan Logit Biner
|
Model ke-1 |
Model ke-2 |
||||
α,b |
Exp |
ρ |
α,b |
Exp |
ρ |
|
Constant |
-9.388 |
0.000 |
0.000 |
-4.532 |
0.011 |
0.298 |
Biaya |
0.084 |
1.088 |
0.000 |
|
|
|
Waktu Tempuh |
|
-0.437 |
0.646 |
0.635 |
||
Waktu Tunggu |
|
0.134 |
1.144 |
0.009 |
||
Nyaman |
|
|
|
0.594 |
1.811 |
0.683 |
|
|
|
||||
Cox & Snell R Square |
0.625 |
|
0.470 |
|
||
Nagelkerke R Square |
0.835 |
|
0.627 |
|
||
Hosmer-Lemeshow� test (p) |
0.940 |
|
|
0.849 |
|
|
Model keputusan pengguna
menggunakan Bus dan Kereta Api adalah sebagai berikut:
Hasil pengujian hipotesis melalui wald
test, atribut biaya dan waktu tunggu menjadi
atribut determinan terhadap probabilitas pemilihan moda angkutan bus dan
angkutan kereta api, namun atribut waktu tempuh dan kenyamanan tidak berbeda
signifikan antara moda bus dan kereta api. Hal ini dapat disebabkan� pengaruh Tol Cipali. Keberadaan Tol Cipali
mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan kenyamanan pengguna bus melalui Tol,
sehingga waktu tempuh dan kenyamanan tidak berbeda signifikan antara moda bus
dan kereta api. Atribut waktu tempuh (TE) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api (Nilai
signifikansi
wald-test (p) = 0.635 > 0,05). Atribut kenyamanan
angkutan (COMFORT) tidak berpengaruh signifikan
terhadap pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api (Nilai
signifikansi
wald-test (p) = 0.683 > 0,05). Atribut
biaya berpengaruh signifikan terhadap pemilihan moda angkutan bus dan angkutan
kereta api (Nilai signifikansi wald-test
(p)
= 0.000 < 0,05). Faktor biaya (COST) mempunyai koefisien regresi (Exp) sebesar 1.088, artinya peningkatan biaya
sebesar Rp 1000 akan meningkatkan probabilitas pengguna Kereta Api sebesar
1.088 (x) dan sebaliknya penurunan biaya sebesar Rp 1000 akan meningkatkan
probabilitas pengguna Bus sebesar 1.088 (x). Pengguna kereta api mempunyai
pengeluaran biaya sebesar� 1.088 (x)
lebih tinggi dibandingkan pengguna bus pada rute yang yang sama yaitu Cirebon
Jakarta. Hasil simulasi� pengaruh atribut
biaya terhadap probabilitas pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api
dapat disajikan dalam Gambar 1. Semakin besar biaya yang dikeluarkan pengguna
untuk angkutan umum maka probabilitas dalam memilih kereta
api akan semakin
besar. Model
ini mengasumsikan variabel
lainnya bersifat tetap sedangkan yang berubah hanya biaya.
Gambar
1. Grafik Pemilihan moda dengan
model logit Biaya terhadap Probabilitas Pemilihan Moda
Atribut waktu
tunggu (TU) berpengaruh signifikan terhadap
pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api (Nilai
signifikansi
wald-test (p) = 0.000 < 0,05). Faktor waktu tunggu (TU) mempunyai koefisien regresi (Exp) sebesar 1.144, artinya peningkatan waktu
tunggu keberangkatan sebesar 1 menit akan meningkatkan probabilitas pengguna
Kereta Api sebesar 1.144 (x) dan sebaliknya penurunan waktu tunggu
keberangkatan sebesar Rp 1000 akan meningkatkan probabilitas pengguna Bus
sebesar 1.144 (x). Pengguna kereta api mempunyai waktu tunggu sebesar� 1.144 (x) lebih tinggi dibandingkan pengguna
bus pada rute yang yang sama yaitu Cirebon-Jakarta.
Hasil
simulasi� pengaruh waktu tunggu terhadap
probabilitas pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api dapat
disajikan dalam Gambar 2.� Grafik pemilihan moda (Gambar 2) merupakan hubungan antara Waktu
Tunggu dengan probabilitas. Grafik ini
menunjukkan bahwa pengguna
angkutan kereta Api mempunyai waktu tunggu lebih besar
dibandingkan bus. Semakin besar waktu tunggu pengguna untuk angkutan maka
probabilitas dalam memilih kereta api akan semakin
besar. Model
ini mengasumsikan variabel
lainnya bersifat tetap sedangkan yang berubah hanya biaya.
Gambar
2. Grafik pemilihan moda dengan model logit Waktu
Tunggu terhadap Probabilitas Pemilihan Moda
Hasil pengujian model logit biner, diperoleh hasil bahwa
atribut biaya dan waktu tunggu menjadi atribut determinan terhadap probabilitas
pemilihan moda angkutan bus dan angkutan kereta api, namun atribut waktu tempuh
dan kenyamanan tidak berbeda signifikan antara moda bus dan kereta api. Hal ini
dapat disebabkan� pengaruh Tol Cipali. Jalan
Tol Cipali mengurangi jarak tempuh sekitar 40 kilometer dan diprediksi memotong
waktu tempuh 1,5 sampai dengan 2 jam dibandingkan melewati Jalur Pantai Utara
Jawa (Pandu, 2015). Keberadaan Tol Cipali mengurangi waktu tempuh dan
meningkatkan kenyamanan pengguna bus melalui Tol, sehingga waktu tempuh dan
kenyamanan tidak berbeda signifikan antara moda bus dan kereta api. Jalan tol Cipali
sebagai jalan bebas
hambatan ekan melakukan penghematan waktu tempuh
perjalanan (Robert,
2015). Sebelum
ada Jalan Tol Cipali,
angkutan bus selalu mempunyai waktu tempuh lebih lama dengan kereta api karena masih harus menggunakan jalur Pantura. Sedangkan
jalur Pantura sendiri sering terdapat kerusakan dan perbaikan.
Waktu tunggu
berpengaruh signifikan terhadap probabilitas penggunaan moda bus dan kereta api
rute Cirebon-Jakarta. Jadwal keberangkatan
menjadi pertimbangan pengguna yang mempengaruhi penggunaan bus dan angkutan
kereta api.
Dari segi kapasitas, moda kereta api lebih efisien dalam hal
memindahkan manusia dan barang dibandingkan
moda bus, akan tetapi dari segi
mobilitas moda bus dapat bergerak kapan saja, sedangkan
moda kereta api di batasi oleh
jadwal keberangkatan. Apabila
dihitung dari frekuensi, kereta yang
melintas di Cirebon itu bisa hampir satu jam sekali. Namun demikian,
kereta-kereta tersebut
bukan tujuan Cirebon melainkan hanya berhenti di Cirebon, sehingga kemungkinan calon
penumpang kehabisan tiket
sangatlah besar.
Atribut Kenyamanan
tidak berpengaruh signifikan terhadap probabilitas penggunaan moda bus dan kereta
api rute Cirebon-Jakarta. Objek penelitian adalah bus dan kereta api non
ekonomi, sehingga kenyamanan moda dapat dianggap respon hampir sama. Tol Cipali
juga mengurangi risiko macet, sehingga mengurangi waktu tempuh dan meningkatkan
kenyamanan. Salah satu kelebihan kereta api terhadap moda jalan raya adalah
peluang rendah terhadap potensi kemacetan yang disebabkan oleh jumlah pengguna
jalan yang lebih besar dari kapasitas jalan. Potensi
kemacetan jalur kereta api
hanya dapat disebabkan oleh kemacetan mesin kendaraan. Jalan Tol ini
Cipali
memberikan konstribusi mengurangi potensi macet dengan menaikkan
daya tampung di Jalan Pantura dari 30.000-40.000 kendaraan jadi 70.000-80.000
unit per hari (Robert,
2015). Jalan
Tol ini Cipali juga dapat
mengurangi potensi kemacetan yang disebabkan seperti oleh persimpangan
jalan, pasar, dan pusat keramaian
lainnya. Namun, demikian, Jalan tol belum dapat
menjamin kemacetan terutama yang disebabkan hari-hari libur dan pertumbuhan kendaraan pada masa-masa akan
datang. Sementara ketera api
lebih memberikan solusi dari segi
kapasitas melalui penambahan gerbong.
�Ditinjau dari kenyamanan, sarana
yang digunakan oleh objek atau pelaku perjalanan khususnya pelaku perjalanan
dari Kota Cirebon ke Kota Jakarta harus memiliki standar, baik dalam segi
kualitas maupun kuantitas. Adapun standar dari
sarana tersebut adalah aman, cepat,
lancar, nyaman, ekonomis dan terjamin
kesediaannya. Perkembangan transportasi
menggunakan jalan rel bermula dari
dikembangkannya usaha untuk meningkatkan pelayanan transportasi yang meliputi antara lain kuantitas pengangkutan,
kecepatan perjalanan, dan keawetan sarana-prasaranaya.
Pada umumnya, moda kereta api yang menggunakan jalan rel sangat
sesuai untuk angkutan jarak jauh dan sedang.
Akan tetapi dengan terdapatnya saingan terutama dari angkutan
jalan raya, dapat menyebabkan menurunnya peran angkutan kereta api. Namun
demikian, kereta api masih
dapat menduduki tempat yang penting mengingat kapasitas angkutnya yang cukup besar.
Kesimpulan
Hasil penelitian
menemukan bahwa atribut biaya dan waktu tunggu menjadi variabel prediktor
pemilihan moda bus dan kereta api non ekonomi jurusan Cirebon Jakarta. Keberadaan
jalan Tol Cipali berhasil meningkatkan waktu-tempuh dan kenyamanan pengguna,
sehingga atribut waktu tempuh dan kenyamanan tidak berpengaruh signifikan. Peningkatan
biaya sebesar Rp1.000,00 akan meningkatkan probabilitas pengguna Kereta Api
sebesar 1.088 (x) dan sebaliknya penurunan biaya sebesar Rp1.000,00 akan
meningkatkan probabilitas pengguna Bus sebesar 1.088 (x). Peningkatan waktu
tunggu keberangkatan sebesar� 1menit akan
meningkatkan probabilitas pengguna Kereta Api sebesar 1.144 (x) dan sebaliknya
penurunan waktu tunggu keberangkatan sebesar Rp1.000,00 akan meningkatkan
probabilitas pengguna Bus sebesar 1.144 (x). Hasil penelitian ini memberikan
implikasi bahwa manajemen kereta api perlu meningkatkan intensitas
keberangkatan untuk mengurangi wakru tunggu, sehingga pengguna kereta api tidak
beralih ke moda bus.
Penelitian ini
mempunyai beberapa keterbatasan. Pertama, desain crosssectional, sehingga
penelitian ini tidak dapat mengontrol variabel waktu, seperti hari-hari libur. Pada
hari-hari libur risiko kemacetan di Jalan Tol berpotensi meningkat, sedangkan
Jalur Kereta api tetap bebas hambatan, sehingga faktor waktu tempuh dapat
berpengaruh signifikan. Kedua, nilai koefisien determinasi (Cox & Snell R Square dan Nagelkerke R Square) dibawah 0.8
menunjukkan faktor lain masih dapat dimasukkan dalam model, seperti:� risiko macet, hari libur dan normal, Keterlambatan
(Menit), Akses ke Moda Angkutan/Terminal/Stasiun (Menit), sehingga menjadi
agenda penelitian ke depan. Ketiga, perbandingan antara moda angkutan umum dan
pribadi juga belum dibahas.
BLIBIOGRAFI
Badan
Pengatur Jalan Tol (BPJT). 2006. Peluang Investasi Jalan Tol. Jakarta: BPJT.
Cochran, W. G and Cox, G. M.
1957. Experimental
Design. Second edition. New York: John
Wiley and sons. NY (New York).
Fithra,
H., Burhanuddin, Fauzan,� Lizar, C.A.
2014. Analisa Probabilitas Pemilihan Moda
Transportasi Antara Sepeda Motor Dengan Angkutan Umum Di Kota Lhokseumawe. Teras Jurnal, Vol. 4. No. 1. Maret 51-60.
http://nasional.tempo.co/read/news/2015/06/28/058679035/jalan-tol-cipali-lancar-sekali-ini-tarifnya
Oktaviani,
Saputra, A.Y. 2015 Alternatif Pemilihan
Moda Transportasi Umum (Studi Kasus: Bus Dan Kereta Api Trayek Kota Padangkota
Pariaman). Annual Civil Engineering
Seminar. Pekanbaru.� 360-367 ISBN:
978-979-792-636-6
Pandu. 2015. Jalan Tol Cipali Lancar Sekali
Ini Tarifnya. Diakses 25-10-2016�
Permain, D and
Swanson. 1991. Stated Preference Techniques : A Guide to
Practice. London:
Steer Devices and Hque
Consulting Group.
PP No. 15 Tahun 2005 tentang Jalan Tol
Robert,
P.S. 2015. Manfaat Tol Cipali Tol Vs
Kereta Api.
Diakses 25-10-2016 di http://www.kompasiana.com/robertpsiregar/manfaat-tol-cipali-tol-vs-kereta-api_55cafc0bf07a61cd06b9181c
Sevilla, C.G, Ochave, J.A, Punsalan, T.G, Regala, B.P dan Uriarte, G,G. 1994.� Metode Penelitian. Penerjemah: Alimuddin
Tuwu dan lamsyah. Jakarta: UI Press.
Sjafruddin
A., Wirahadikusumah, R.D., Haryoyudanto A, Amalia, N., 2008. Model Pemilihan Moda Atas Pelayanan Monorel
Jakarta Berdasarkan Data Stated Preference (SP). Jurnal Transportasi Vol. 8 No. 2 , 151-164
Tamin, O.Z., 2000, Perencanaan dan Pemodelan Transportasi, Penerbit ITB
Undang-undang Republik Indonesia No.38 tahun
2004 tentang Jalan.