�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN:
2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol.4, No.5 Mei 2019
ANALISIS
KELAYAKAN FINANSIAL INVESTASI PABRIK PENGOLAHAN PASTA BAWANG MERAH
Jaeroni Akhmad
Fakultas Pertanian Universitas Swadaya Gunung Jati (UNSWAGATI)
Cirebon.
E-mail: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
bertujuan menganalisis kelayakan finasial investasi pabrik pengolahan pasta
bawang merah PT. Sinergi Brebes Investasi (PT.SBI) dengan menggunakan kriteria
penilaian kelayakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback
Period (PP), Net Benefit/Cost Ratio dan Analisis Sensitifitas, serta
menganalisis seberapa besar nilai penjualan dan unit produksi pada Break Even
Point. Rumusan masalah penelitian yaitu: Bagaimanakah kelayakan investasi
pabrik pengolahan pasta bawang merah secara finansial? Bagaimanakah tingkat
sesitifitas kelayakan finansial investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah akibat
perubahan harga? Berapakah nilai penjualan dan volume produksi pabrik pengolahan
pasta bawang merah pada Break Event Point? Metode penelitian yang digunakan
yaitu metode deskriptif kuantitatif. Hasil analisis menggunakan Net Present
Value (NPV) menunjukkan investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah layak dijalankan
karena nilai NPV lebih besar dari 0, yaitu Rp.498.205.479. Hasil perhitungan
metode Internal Rate of Return (IRR) menunjukkan investasi layak dengan IRR sebesar
17.63%, lebih besar dari tingkat suku bunga komersial (14%). Hasil perhitungan
Net Benefit/Cost Ratio sebesar 1.11 menunjukkan investasi layak karena lebih
dari 1. Hasil analisis Payback Period diperoleh tingkat pengembaliaan investasi
lebih cepat dari target yaitu 4.71 tahun kurang dari waktu yang telah
ditentukan yaitu 5 tahun. Hasil analisis sensitifitas diperoleh gambaran investasi
pabrik pengolahan pasta bawang merah sensitif terhadap penurunan pendapatan sebesar
3%, peningkatan biaya variabel sebesar 4%, dan gabungan penurunan pendaptan
serta peningkatan biaya variabel sebesar 2%. Hasil perhitungan Break Event
Point selama umur 5 tahun mencapai rata-rata pada penjualan senilai
Rp1.930.305.773. atau produksi sebesar 128.687 kg pasta bawang merah.
Kata Kunci: Kelayakan Finansial, NPV, IRR, PP. Net
B/C Ratio, BEP.
Menurut SNI (3159:2013),
bawang merah (Allium ascalonicum L.) adalah umbi lapis tanaman bawang
yang terdiri dari siung-siung bertunas, utuh, segar dan bersih.� Bawang merah merupakan komoditas sayuran
penting dan bernilai ekonomis tinggi di Indonesia. Komoditas ini memiliki sifat
mudah rusak (perishable) dan musiman (seasonal) yang bergantung terhadap
iklim. Sifat musiman ini menyebabkan komoditas bawang merah berlimpah pada
musim panen menyebabkan harga jual merosot. Bawang merah banyak digemari oleh
masyarakat Indonesia, terutama sebagai bumbu penyedap masakan (Samadi dan
Bambang, 2005). Penggunaan bawang merah sebagai bumbu hanya diperlukan dalam
jumlah yang kecil, namun karena setiap masakan diberikan bawang merah, maka
bawang merah memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Sejalan dengan berubahnya gaya hidup masyarakat yang membutuhkan
kepraktisan dan waktu singkat dalam menyajikan makanan, maka kebutuhan akan
bumbu masak siap pakai pun meningkat, terutama bumbu dalam bentuk pasta.� Pasta bawang merah merupakan bahan pangan
beremulsi yang harus stabil komponen lemaknya dan tersebar merata serta tidak
menggumpal atau terkoagulasi (Indah, 2008).�
Pasta bawang merah umumnya dibuat masih dalam sekala yang kecil dan belum
dibuat secara komersial.� Sebagai upaya
meningkatkan nilai tambah bawang merah PT. Sarana Brebes Investasi (PT. SBI) yang
berlokasi di Desa Sidamulya, Kecamatan Wanasari, Kabupaten Brebes, Provinsi Jawa
Tengah pada tahun 2018 telah mendirikan pabrik pengolahan pasta bawang merah
dengan kapasitas yang cukup besar yaitu mampu mengolah 100 kg bawang merah
setiap jam atau 800 kg per hari. Pabrik tersebut berdiri atas inisiasi dari
Bank Indonesia untuk meningkatkan nilai tambah hasil produksi bawang merah
dengan mengolah bawang merah menjadi pasta. Mesin produksi bawang merah
merupakan bantuan dari Bank Indonesia pada tahun 2018, sementara gedung dan
sarana lain merupakan swadaya PT. SBI. Selama tahun 2018 pabrik masih dalam
tahap ujicoba operasi dan membutuhkan dana untuk modal kerja agar bisa
beroperasi secara berkesinambungan. �
Dana yang diharapkan bersumber dari lembaga keuangan dengan sukubunga
komersial. Layaknya sebuah pabrik yang baru didirikan perlu dilakukan analisis
kelayakan investasi, sehingga secara bisnis pabrik pengolahan pasta bawang
merah dapat beroperasi secara efisien ditinjau dari aspek finansial. �Metode Net Present Value (NPV), Internal
Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost Ratio dan Payback Period
(PP) dianggap mampu untuk menghasilkan keputusan layak tidaknya investasi
pabrik pengolahan pasta bawang merah dilakukan. Selain itu, mengingat pabrik
masih baru perlu ditetapkan strategi produksi dengan melihat seberapa Break
Event Point pabrik tersebut, dilihat dari nilai penjualan dan unit produksi
selama periode proyek.
Berdasarkan penjelasan dan latar belakang tersebut, muncul pertanyaan yang
menjadi dasar penelitian yaitu: Bagaimanakah kelayakan investasi pabrik
pengolahan pasta bawang merah secara finansial? Bagaimanakah tingkat
sesitifitas investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah akibat perubahan
harga? �Berapakah nilai dan unit produksi
pabrik pengolahan pasta bawang merah pada Break Event Point.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis kelayakan finasial investasi
pabrik pengolahan pasta bawang merah dengan menggunakan kriteria penilaian
kelayakan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR),
Payback Period (PP), Net Benefit/Cost Ratio dan Analisis
Sensitifitas, serta menganalisis seberapa besar nilai dan unit produksi pada Break
Even Point.
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjawab pertanyan kelayakan
finansial investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah deangn kapasitas
produksi yang sesuai, sehingga dapat menjadi acuan pendirian pabrik pasta
bawang merah di tempat lain.
Metode Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Pengambilan
data dilakukan dengan metode wawancara secara langsung maupun tidak langsung
dengan pimpinan dan karyawan karyawan serta stakeholder terkait. Selain itu dilakukan
observasi dengan pengamatan langsung meliputi pengamatan fisik dan proses
produksi. Data yang diperoleh terutama berupa data kapasitas produksi, biaya
investasi, biaya modal kerja, sumber dana investasi dan data keuangan lainnya yang
diformulasikan dan dianalisis tingkat kelayakannya.
Metode
analisis data yang dilakukan meliputi proyeksi Cashflow yang dilakukan
diskonto untuk menganalisis kelayakan investasi menggunakan kriteria penilaian Net
Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost
Ratio dan Payback Period (PP).�
Lebih jauh untuk melihat adanya dampak perubahan harga berupa kenaikan
biaya variabel dan penurunan hasil penjualan terhadap kelayakan investasi
dilakukan Analisis Sensitifitas. Selain itu dilakukan juga proyeksi laba rugi
untuk analisis profit margin dan tingkat Break Event Point (BEP)
investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah.�
Analisis kelayakan investasi
merupakan penelitian yang bertujuan untuk melihat sejauhmana inventasi layak
dijalankan atau tidak. Sebuah investasi dinyatakan layak untuk dijalankan
mendatangkan manfaat yang lebih besar bagi semua pihak dibandingkan dampak
negative yang ditimbulkan Menurut Sunyoto (2014). Studi kelayakan investasi adalah
penelitian yang menyangkut berbagai aspek meliputi aspek hukum, aspek keuangan,
aspek sosial ekonomi dan budaya, aspek pasar dan pemasaran, aspek perilaku
konsumen, aspek teknis dan teknologi, aspek sumber daya manusia dan organisasi,
dimana itu semua digunakan untuk dasar penelitian kelayakan investasi yang hasilnya
digunakan untuk mengambil keputusan apakah suatu investasi atau bisnis dapat
dikerjakan atau ditunda dan bahkan tidak dijalankan.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat
disimpulkan bahwa analisis kelayakan investasi atau bisnis merupakan segala
aktivitas yang menyangkut aspek-aspek penting sebagai dasar penelitian studi
kelayakan untuk mengambil keputusan layak atau tidak investasi atau bisnis
tersebut dibangun dan dioperasionalkan secara rutin dalam rangka pencapaian nilai
tambah dan keuntungan yang yang diharapkan.�
Secara kuantitatif kelayakan investasi atau bisnis tergambar dari aspek
finansial yang dianalisis, jika positif atau melebihi dari kriteria yang
diharapkan maka investasi dapat dijalankan.
Menurut Kasmir dan Jakfar (2012)
aspek finansial dilakukan dengan cara menganalisis tingkat kemampuan pemenuhan
kebutuhan permodalan dan ketentuan tingkat pengembalian investasi atau bisnis
yang sudah berjalan dapat dinyatakan layak jika mampu memenuhi kebutuhan
permodalan, baik dari modal sendiri maupun modal utang, serta mampu memenuhi
semua ketentuan kelayakan keuangan.
Menurut Umar (2007) aspek finansial
bertujuan untuk menganalisis aspek finansial studi kelayakan investasi atau bisnis
adalah untuk menentukan rencana investasi melalui perhitungan biaya dan manfaat
yang diharapkan, dengan membandingkan antara pengeluaran dan pendapatan,
seperti ketersediaan dana, biaya modal, kemampuan proyek untuk membayar kembali
dana tersebut dalam waktu yang telah ditentukan dan menilai apakah proyek akan
dapat berkembang.
Aspek finansial yang sering digunakan
untuk menganalisis kelayakan investasi yaitu kriteria penilaian Net Present
Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Net Benefit/Cost
Ratio dan Payback Period (PP). Aspek finansial lainnya yang digunakan
adalah analisis Break Event Point (BEP). Berikut penjelasan
masing-masing kriteria kelayakan finansial: ��
Menurut Suliyanto (2010) Metode Net
Present Value merupakan metode yang dilakukan dengan cara membandingkan
nilai sekarang dari aliran kas masuk bersih atau laba bersih (proceeds)
dengan nilai sekarang dari biaya pengeluaran suatu investasi (outlays).
Cara menghitung Net Present Value
(NPV) yaitu dengan cara prcoceeds pertahun yang telah di diskonto
dijumlahkan akan menemukan nilai present value proceed, present value proceed
dikurang dengan present value outlays yang akan mendapatkan nilai Net
Present Value. Menurut Suad (2007) Present Value menunjukan
berapa nilai uang pada saat ini untuk nilai tertentu dimasa yang akan datang.
Menurut Sunyoto (2014) Internal
Rate of Return (IRR) adalah besarnya tingkat pengembalian modal sendiri
yang dipergunakan menjalankan usaha. Jadi internal rate of return ini
mengukur pemanfaatan modal sendiri untuk menghasilkan laba. Besar internal
rate of return (IRR) lebih besar dari bunga yang diharapkan, berarti
investasi layak untuk dijalankan. Namun jika internal of return (IRR) kurang
dari bunga yang diharapkan berarti investasi tidak layak untuk diberi dijalankan.
Metode ini mendasarkan atas tingkat suku bunga yang akan menyebabkan nilai
ekivalen/investasi sama dengan nilai ekivalen penerimaan tingkat suku bunga ini
meyebabkan cashoutflow investasi sama dengan cashinflow. Misal
IRR yang dihasilkan oleh suatu proyek adalah 25% berarti proyek ini akan
menghasilkan keuntungan dengan tingkat bunga 25%. Perhitungan untuk mencari
nilai IRR dilakukan secara coba salah (trial and error), dengan cara mencobanya
berkali-kali dengan tingkat bunga yang berbeda sampai didapatkan nilai NPV=0.
Tingkat bunga yang menyebabkan NPV=0 inilah yang disebut IRR. Apabila internal
rate of return lebih besar dari rate of return yang ditentukan maka
investasi tersebut diterima, dan sebaliknya apabila internal rate of return
lebih kecil dibandingkan rate of return yang ditentukan maka investasi
itu akan ditolak.
Menurut Sunyoto (2014) internal
rate of return adalah besamya tingkat pengembalian modal sendiri yang
dipergunakan untuk menjalankan usaha.�
Jadi besarnya IRR lebih besar dari sukubunga yang ditetapkan (misalnya bunga
bank). Namun jika IRR kurang dari bunga yang ditetapkan bearti usaha tidak
layak untuk di laksanakan atau dijalankan. Menurut Suliyanto (2010) Payback
Period merupakan metode yang digunakan untuk menghitung lama periode yang
diperlukan untuk mengembalikan uang yang telah diinvestasikan dari aliran kas
masuk (proceeds) tahunan yang dihasilkan oleh proyek investasi tersebut.
Apabila procceds setiap tahunnya jumlahnya sama maka Payback Period
(PP) dari suatu investasi dapat dihitung dengan cara membagi jumlah investasi (outlays)
dengan proceeds tahunan. Kriteria kelayakan penerimaan investasi menggunakan
metode Payback Period adalah suatu investasi yang diusulkan dinyatakan
layak jika payback period lebih pendek dibandingkan periode payback maximum.
Sebaliknya, jika Payback Period suatu investasi lebih panjang dari priode
maximum maka investasi tersebut dinyatakan tidak layak.
Menurut Ibrahim (2009), Net
Benefit/Cost Ratio merupakan jumlah rasio yang diperoleh dari manfaat
bersih yang bernilai positif dengan manfaat bersih yang bernilai negatif di
dalam sebuah proyek.� Didalam penerapan
B/C Ratio, sebuah proyek atau kegiatan investasi bisa dikatakan layak untuk
dijalankan apabila dipeoleh nilai Net B/C lebih dari 1, sedangkan sebuah proyek
akan dikatakan tidak layak bila nilai�
B/C kurang dari 1.
Menurut Sunyoto (2014) metode Break
Event Point (BEP) atau titik pulang pokok (TPP) adalah keadaan usaha tidak
rugi dan juga tidak laba. Karena penerimaan total (total revenue = TR)
besarnya sama dengan biaya total (total cost= TC) atau break event
point (BEP) dicapai saat TR= TC. Dengan menghitung break event point,
dapat diketahui berapa minimum unit produk yang seharusnya dijual agar tidak
rugi. Menghitung break event point dengan cara jumlah biaya tetap dibagi
dengan harga jumlah per unit produk dikurang dengan biaya variabel per unit
produk.
Hasil dan Pembahasan
Asumsi dalam analisisis kelayakan finasial
investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah sebagaimana terangkum dalam
Tabel .1. �Asumsi ini diperoleh
berdasarkan informasi yang diperoleh dari pengusaha dan pustaka.
Tabel 1.
Asumsi untuk
Analisis Keuangan
No |
Asumsi |
Satuan |
Nilai/jumlah |
1 |
Periode
proyek |
Tahun |
5 |
2 |
Kapasitas
produksi |
kg/jam |
100 |
5 |
Sukubunga
pinjaman komersial per tahun |
% |
14 |
6 |
Proporsi
pinjaman |
% |
50 |
7 |
Jangka
waktu pinjaman |
Tahun |
2 |
Penentuan usia proyek selama 5 tahun
didasarkan atas pertimbangan investasi peralatan yang digunakan dalam proses
produksi rata-rata 5 tahun. Asumsi produksi sebanyak 100 kg/jam atau 800
kg/hari dicapai pada tahun ke-2 dan seterusnya, sementara pada tahun pertama
produksi sebesar 80% dari kapasitas maksimal.�
Asumsi lainnya terkait pinjaman, dapat dilakukan dengan sukubunga
komersial, yaitu 14%.� Sukubunga tersebut
akan menjadi dasar untuk melakukan diskon dalam perhitungan kelayakan finansial.
Biaya investasi yang dibutuhkan pada
tahap awal pabrik pengolahan pasta bawang merah ini meliputi tanah dan bangunan
serta prasarana angkutan dan peralatan, dengan total biaya sebesar Rp1.439.128.000.
Komponen terbesar biaya investasi adalah bangunan (39,61%) dan mesin produksi pengolah
pasta (24,32%).� Selengkapnya komponen
dan struktur biaya investasi sebagaima Tabel 2.
Tabel
2.�
Kompisisi
Biaya Investasi (Rp)
No |
Komponen Biaya |
Jumlah |
|
Biaya |
Persentase |
||
(Rp) |
|||
1 |
Tanah |
200.000.000 |
13.90% |
2 |
Bangunan |
570.000.000 |
39.61% |
3 |
Perizinan |
10.000.000 |
0.69% |
4 |
Unit Mesin Pengolahan Pasta |
350.000.000 |
24.32% |
5 |
Uniit Mesin / Peralatan Lanoratorium |
100.000.000 |
6.95% |
6 |
Instalasi listrik+perlengkapan |
60.728.000 |
4.22% |
7 |
Kendaraan |
120.000.000 |
8.34% |
8 |
Alat penunjang produksi |
||
a.Timbangan |
1.500.000 |
0.10% |
|
b. Wadah/box plastik bawang |
1.000.000 |
0.07% |
|
c. Pompa Air |
5.000.000 |
0.35% |
|
9 |
Perlengkapan kantor dan lainnya |
||
a. Perlengkapan kantor |
10.000.000 |
0.69% |
|
b. Komputer+printer |
10.000.000 |
0.69% |
|
c. Papan Nama |
500.000 |
0.03% |
|
d. Cap Merek dan Kode Produksi |
400.000 |
0.03% |
|
10 |
Biaya Ujicoba Produksi |
10.000.000 |
0.69% |
Jumlah |
1.439.128.000 |
100.00% |
Biaya
operasional pabrik pengolahan pasta bawang merah meliputi biaya tetap dan biaya
variabel. Total biaya operasional perbulan sebesar Rp220.295.500. Biaya
operasional tersebut terdiri dari biaya tetap Rp32.450.000 dan biaya variabel
Rp187.845.500 Selengkapnya rincian kebutuhan biaya tetap dan biaya variabel
ditampilkan pada Tabel 3.
Tabel
3.�
Komponen
Biaya Operasional (Rp)
No |
Keterangan |
Per Bulan |
Per Tahun |
|
1 |
Biaya Tetap |
32.450.000 |
389.400.000 |
|
2 |
Biaya Variabel |
187.845.500 |
2.254.146.000 |
|
3 |
Total Biaya Produksi |
220.295.500 |
2.643.546.000 |
Biaya
keperluan operasional pabrik pengolahan bawang merah paling tidak harus
dipenuhi untuk 1 bulan operasional pabrik, atau sebesar Rp220.295.500. Diproyeksikan
50% biaya tersebut diperoleh dari bank menggunakan sukubunga� komersial 14% dan sisanya dari dana sendiri.
Berdasarkan penjelasan sebelumnya, maka
total kebutuhan biaya untuk mendirikan pabrik pengolahan pasta bawang merah
adalah sebesar Rp1.549.275.750 yang terdiri dari Biaya investasi sebesar Rp1.439.128.000� dan�
Biaya operasional sebesar Rp 220.295.500, sebagaimana Tabel 4.�
Tabel 4.
Struktur dan Sumber Dana Pabrik Pengolahan Pasta
Bawang Merah
No |
Keterangan |
Porsi |
Rp |
|
1 |
Sumber dana Investasi |
1.439.128.000 |
||
a. Kredit |
||||
b. Dana sendiri |
100% |
1.439.128.000 |
||
2 |
Sumber dan Modal Kerja |
|
220.295.500 |
|
a. Kredit |
50% |
110.147.750 |
||
b. Dana sendiri |
50% |
110.147.750 |
||
3 |
Sumber dana Investasi dan Modal Kerja |
|
1.604.349.625 |
|
a. Kredit |
|
110.147.750 |
||
b. Dana sendiri |
|
1.549.275.750 |
Berdasarkan
kapasitas yang ada, produksi pasta bawang merah diproyeksikan pada tahun pertama
dengan kapasitas produksi 80% diperoleh pendapatan Rp1.852.200.000. Produksi
mencapai 100%� diproyeksikan mulai tahun
ke 2,3,4,5� dengan pendapatan mencapai Rp
3.087.000.000. per tahun. Proyeksi produksi dan pendapatan usaha serta harga
penjualan ditampilkan pada Tabel 5.
Tabel 5.
Proyeksi
Produksi dan Pendapatan
Waktu |
Volume Per Bulan |
Harga Jual |
Penjualan Per Bulan |
Penjualan Per Tahun |
|
Tahun 1 |
10.290 |
15.000 |
205.800.000 |
�
2.469.600.000 |
|
Tahun 2 |
17.150 |
15.000 |
257.250.000 |
� 3.087.000.000 |
|
Tahun 3 |
17.150 |
15.000 |
257.250.000 |
� 3.087.000.000 |
|
Tahun 4 |
17.150 |
15.000 |
�257.250.000 |
�� 3.087.000.000 |
|
Tahun 5 |
17.150 |
15.000 |
257.250.000 |
�3.087.000.000 |
|
Analisis
arus kas (cash flow) pabrik pengolahan pasta bawang merah dibagi menjadi arus
masuk (cash inflow) dan arus keluar (cash outflow).� Arus masuk diperoleh dari penjualan pasta
bawang merah selama satu tahun. Arus kas keluar meliputi biaya investasi, biaya
variabel, biaya tetap, termasuk angsuran pokok, angsuran bunga dan pajak
penghasilan. Arus kas secara ringkas dijelaskan pada Tabel 6 berikut:
Tabel 6.
Arus Kas Pabrik Penglahan Pasta Bawang Merah
Tahun |
Arus Kas Masuk |
ArusKas Keluar |
Arus Kas Bersih |
2018 (0) |
- |
�� 1.239.128.000
|
�- 1.239.128.000 |
2019 (1) |
����� 412.584.000
|
- |
��� ��412.584.000 |
2020 (2) |
������ 412.584.000
|
- |
����� 412.584.000
|
2021 (3) |
�� ����412.584.000 |
- |
����� 412.584.000
|
2022 (4) |
������ 412.584.000
|
- |
����� 412.584.000
|
2023 (5) |
��� 1.030.448.000
|
- |
�� 1.030.448.000
|
TOTAL |
|
|
� �1.441.656.000 |
Berdasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan interest 14% didapatkan Net
Present Value (NPV) bernilai positif yaitu sebesar Rp 498.205.479. yang artinya
investasi� pabrik pengolahan pasta bawang
merah layak untuk dilakukan.� Penjelasan
perhitungan NPV sebagaimana pada Tabel.7 berikut:
Tabel 7.
Perhitungan NPV Pabrik Penglahan Pasta Bawang Merah
�Tahun |
D.F 14% |
Net Cash Flow (Rp) |
PV Net Cash Flow (Rp) |
2018 (0) |
1,0000 |
�����
1.239.128.000) |
�(1.239.128.000) |
2019 (1) |
0,8772 |
���������
412.584.000 |
361.915.789 |
2020 (2) |
0,7695 |
���������
412.584.000 |
�317.469.991 |
2021 (3) |
0,6750 |
��������� 412.584.000
|
�278.482.448 |
2022 (4) |
0,5921 |
��������
412.584.000 |
�244.282.849 |
2023 (5) |
0,5194 |
�����
1.030.448.000 |
535.182.401 |
Present Value�
Inflow |
1.737.333.479 |
||
Present Value�
Outflow |
(1.239.128.000) |
||
Net Present Value � |
498.205.479 |
Berdasarkan hasil pengolahan data diperoleh nilai IRR sebesar 17.63%,
lebih besar dari suku bunga yang diharapkan yaitu 14%. Dengan demikian
investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah layak dilaksanakan.� Tabel 8 menggambaran arus kas pabrik
pengolahan pasta bawang merah dilihat dari nilai sekarang present value (PV)
yang didiskon �pada sukubunga 17% dan
18%.
Tabel 8.
Arus Kas Pabrik Penglahan Pasta Bawang Merah
Tahun |
Net Cash Flow (Rp) |
PV (Df 17%) |
PV (Df 18%) |
2018 (0) |
-Rp1,439,128,000 |
-Rp1,439,128,000 |
-Rp1,439,128,000 |
2019 (1) |
Rp252,187,200 |
Rp215,544,615 |
Rp213,717,966 |
2020 (2) |
Rp412,584,000 |
Rp301,398,203 |
Rp296,311,405 |
2021 (3) |
Rp412,584,000 |
Rp257,605,302 |
Rp251,111,360 |
2022 (4) |
Rp412,584,000 |
Rp220,175,472 |
Rp212,806,237 |
2023 (5) |
Rp1,030,448,000 |
Rp469,998,825 |
Rp450,418,318 |
Net Present Value |
Rp25,594,416 |
-Rp14,762,714 |
IRR merupakan sukubunga dimana NPV sama dengan 0.� Berdarkan tabel di atas, pada sukubunga (Df)
18% NPV masih negatif� sementara pada
sukubunga (DF) 17%� NPV bernilai positif,
dengan demikian IRR berada dikisaran 17% - 18%. �Untuk menghitung IRR dapat dilakukan sebagai
berikut:
IRR = 17% + (18%-17%) �x Rp 25,594,4167/( Rp 25,594,416+ Rp 14,762,714)
= 17,63%
Berdasarkan hasil perhitungan Benefit/Cost Ratio, diperoleh hasil sebesar
1,11 lebih besar dari 1 yang artinya investasi layak dijalankan. Perhitungan Net
Benefit/Cost Ratio dapat dijelaskan pada Tabel 9. sebagai berikut:
Tabel 9.
Perhitungan Net B/C Ratio Pabrik Penglahan Pasta
Bawang Merah
Tahun |
D.F 14% |
Net Cash Flow (Rp) |
PV Net Cash Flow (Rp) |
2018 (0) |
1,0000 |
�����
1.239.128.000) |
�(1.239.128.000) |
2019 (1) |
0,8772 |
���������
412.584.000 |
361.915.789 |
2020 (2) |
0,7695 |
���������
412.584.000 |
�317.469.991 |
2021 (3) |
0,6750 |
���������
412.584.000 |
�278.482.448 |
2022 (4) |
0,5921 |
��������
412.584.000 |
�244.282.849 |
2023 (5) |
0,5194 |
�����
1.030.448.000 |
535.182.401 |
Present Value�
Inflow |
1.737.333.479 |
||
Present Value�
Outflow |
(1.239.128.000) |
||
Net B/C Ratio (Present Value� Inflow/ - Present Value� Outflow) |
������������������� ���1.11 |
Berdasarkan pengolahan data di atas� diperoleh nilai payback period atau waktu yang diperlukan perusahaan untuk mengembalikan
modal investasi sebesar 4.71 tahun, hasil ini lebih pendek dari umur proyek yang
ditentukan, yaitu sebesar 5 tahun.
Berdasarkan penilaian investasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa analisis
kelayakan investasi ditinjau dari aspek finansial layak, usaha untuk dilaksanakan.
Analisis sensitivitas kelayakan investasi dilakukan untuk melihat
pengaruh perubahan biaya produksi dan pendapatan terhadap kelayakan investasi
karena adanya risiko dan ketidakpastian. Untuk mengurangi resiko tersebut maka
diperlukan analisis sensitivitas yang digunakan untuk menguji tingkat
sensitivitas proyek terhadap perubahan harga input maupun output. Analisis
sesitivitas dilakukan dengan menguji 3 skenario yaitu: 1) penurunan pendapatan,
2) kenaikan biaya variabel dan 3) gabungan penurunan pendapatan dan kenaikan
biaya variabel. Hasil analisis sensitivitas ke tiga sekenario tersebut sebagaimana
Table 10.
Tabel 10.
Analisis Sensitivitas Pabrik Pengolahan
Pasta Bawang Merah
Kriteria Kelayakan |
Skenario Analisis Sensitivitas |
||
Pendapatan Turun 3% |
Biaya Variabel Naik 4% |
Pend. Turun dan Biaya Variabel Naik 2% |
|
NPV (Rp) |
(144.183.729) |
(136.221.529) |
(190.484.339) |
IRR (%) |
10.61% |
10.80% |
9.51% |
Net B/C Ratio |
0.900 |
0.905 |
0.868 |
PBP (tahun) |
5.296 |
5.279 |
5.397 |
Skenario pendapatan
turun dimungkinkan karena adanya penurunan harga jual pasta bawang merah
sedangkan biaya dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan
pada pendapatan turun sebesar 3% menyebabkan NPV negatif (-144.183.729), IRR 10,61%
atau dibawah suku bunga komersil yang ditetapkan (14%), Net B/C Ratio kurang
dari satu (0,9) dan Payback Period melebihi �5 tahun umur proyek. Kondisi ini menyebabkan menjadi
tidak layak dilaksanakan. Dengan demikian investasi pabrik pengolahan pasta
bawang merah sensitive terhadap penurunan pendapatan sebesar 3%, karena dapat
mengakibatkan investasi menjadi tidak layak dilaksanakan.
Skenario biaya variabel naik
dimungkinkan karena adanya kenaikan harga bahan baku bawang merah sedangkan
pendapatan dianggap tetap/konstan. Hasil analisis sensitivitas menunjukkan pada
biaya variabel naik 4% menyebabkan NPV negatif (-136.221.529), IRR 10,80% atau
dibawah suku bunga komersil yang ditetapkan (14%), Net B/C Ratio kurang dari
satu (0.905) dan Payback Period melebihi�
5 tahun umur proyek.� Kondisi ini
menyebabkan investasi menjadi tidak layak dilaksanakan. Dengan demikian
investasi pabrik pengolahan pasta bawang merah sensitive terhadap peningkatan
pendapatan sebesar 4% sehingga investasi menjadi tidak layak.
Gabungan skenario pendapatan turun dan
biaya varibel meningkat dimungkinkan karena adanya penurunan harga jual pasta
bawang merah dan harga bawang merah meningkat. Hasil analisis sensitivitas
menunjukkan pada pendapatan turun bersamaan dengan biaya variabel meningkat
masing;masing sebesar 2% menyebabkan NPV negatif (-190.484.339), IRR 9,51% atau
dibawah suku bunga komersil yang ditetapkan (14%), Net B/C Ratio kurang dari
satu (0,868) dan Payback Period melebihi 5 tahun umur proyek, yang menyebabkan
investasi tidak layak dilaksanakan. Dengan demikian investasi pabrik pengolahan
pasta bawang merah sensitive terhadap penurunan pendapatan dan peningkatan
biaya variabel masing/masing sebesar 2% yang berdampak investasi tidak layak.
Hasil proyeksi
laba rugi usaha menunjukkan pabrik pengolahan pasta bawang merah selama periode
proyek menghasilkan laba (setelah pajak) rata rata sebesar sebesar
Rp253.039.197 dengan Nilai profit on sales rata rata mencapai 8.38% per tahun.
Proyeksi pendapatan dan laba rugi sebagaimana dijelaskan pada Tabel 11 berikut:
Tabel 11.
Proyeksi
Pendapatan dan Laba Rugi
Berdasarkan perhitungan BEP, pabrik pengolahan pasta bawang merah
memcapai� BPR rata rata per tahun selama
umur proyek sebesar� Rp1.915.778.302,
dengan volume produksi sebesar 127.719 kg/tahun atau sebesar 426 kg/per hari.� Penjelasan hasil perhitungan BEP sebagaimana
dijelaskan pada tabel 12.
Tabel 12.
Break Even Point
Kesimpulan
Berdasarkan
analisis��� kelayakan investasi, maka
investasi pebrik pengolahan pasta bawang merah layak dilaksanakan. Sebab
ditinjau dari perhitungan dan analisis aspek finansial menunjukkan hasil yang
positif. Hasil perhitungan, diketahui bahhwa pabrik pengolahan pasta bawang
merah PT. SBI selama umur proyek (5 tahun) mencapai menghasilkan laba bersih
yang positif dengan profit on sales yang semakin meningkat, dengan rata
rata profit onsales mencapat 8.38% per tahun.�
Hasil perhitugan kelayakan investasi menggunakan metode Net Present
Value dapat dinyatakan layak karena nilai NPV > 0, yaitu Rp 498.205.479.
Hasil dan perhitungan dengan menggunakan metode Payback
Period diperoleh tingkat pengembaliaan investasi lebih cepat dari target
yaitu 4,7 tahun, kurang dari waktu yang telah ditentukan yaitu 5 tahun umur
proyek. Hasil
dari perhitungan dengan menggunakan metode Internal Rate of Return
dinyatakan layak karena IRR (17,63%) lebih besar dibandingkat tingkat suku
bunga yang diharapkan (14%). Hasil perhitungan menggunakan metode Net Benefit/Cost
Ratio diperoleh nilai sebesar 1.12 dinyatakan layak arena lebih besar dari 1.
Dari hasil analisis sensitifitas diperoleh gambaran investasi pabrik pengolahan
pasta bawang merah PT. SBI sensitif terhadap penurunan penjualan/penjualan sebesar
3%, peningkatan biaya variabel sebesar 4%, dan gabungan penurunan pendaptan
serta peningkatan biaya variabel masing/masing sebesar 2%.
BLIBIOGRAFI
Badan
Standar Nasional. 2013. Bawang Merah SNI 3159-2013. Badan Standarisasi
Nasional, Indonesia.
Chairunisa.
2016. �Analisis Kelayakan Finansial Pembukaan Cabang Baru Usaha Amplang
"Bunda Mahakam� di Sangasanga Kutai Kartanegara�. Universitas Mulawarman
Samarinda
�
Indah,
Nanik. 2008. Pemanfaatan Ampas Bawang Putih Dalam Pembuatan Pasta Bawang Putih.
Institut Pertanian Bogor: Bogor.
Ibrahim,
H.M.Y. 2009. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Edisi Revisi Rineka Cipta
Putri,
Ni Putu Yunisa. 2013. �Analisis kelaykan investasi pembangunan ruko Aurelia
bengkuring PT. Bahtera Mitra Sejahtera Samarinda di Tinjau dari Aspek
Keuangan�. Universitas Mulawarman Samarinda.
Umar,
Husein, 2005. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Kasmir dan
Jakfar. 2012. Studi Kelayakan Bisnis. Jakarta: Prenadamedia Group.
Suliyanto, 2010. Teknik Proyeksi Bisnis: Teori dan Aplikasi dengan Microsoft Excel. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Sunyoto,
Danang, 2014. Studi Kelayakan Bisnis. Yogyakarta : CAPS.
Suad
Husnan, 2007. Studi Kelayakan Proyek. Yogyakarta: Unit Penerbit dan percetakan
(UPP) AMP YKPN.
Samadi,
B dan Bambang Cahyono. 2005. Bawang Merah, Intensifikasi Budidaya. Kanisius:
Yogyakarta.