� Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia p�ISSN:
2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol. 4, No. 5 Mei 2019
KONSEP
PENDIDIKAN NASIONAL DALAM
PERSPEKTIF H.O.S TJOKROAMINOTO
DAN RELEVANSINYA DALAM PENDIDIKAN ISLAM
Muamar
Universitas Muhadi Setia Budi (UMUS) Brebes
Email: [email protected]
Abstrak
Penelitian ini
dilatarbelakangi karena pendidikan yang ada sekarang ini secara umum telah
meninggalkan rasa nasionalisme dalam pengertian subtansinya. Secara kognitif
mereka belajar tentang nasionalis dan berfikir secara nasionalis tetapi pada
kurang sekali menggambarkan rasa cinta tanah air, seperti korupsi di berbagai
level dan tempat, lebih menghargai karya-karya orang asing dari pada negara
sendiri, tidak ada rasa kebangsaan terhadap Negara Indonesia bahkan sampai
menjual asset-aset Negara Indonesia, untuk kepentingan pribadi. Berdasarkan
permasalahan di atas, maka pokok masalah yang perlu dijawab dalam pertanyaan
ini adalah 1) Bagaimana konsep pendidikan nasional yang digagas H.O.S
Tjokroaminoto baik dari dasar dan� tujuan? 2) Bagaimana relevansi anatara
konsep pendidikan nasional H.O.S Tjokroaminoto dengan pendidikan islam?. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
konsep pendidikan nasional yang digagas oleh H.O.S Tjokroaminoto baik dari
dasar dan tujuan pendidikan dan untuk mengetahui konsep pendidikan� H.O.S Tjokroaminoto mengenai pendidikan
nasional dan relevansinya dalam pendidikan islam. Nasionalisme mempunyai kaitan dengan
pendidikan, karena pendidikan mempunyai andil yang besar dalam menumbuhkan
sikap nasionalisme dan patriotism, akhrinya dapat memunculkan sikap yang berani
untuk mempertahannkan tanah air, walaupun nanti akan
mengorbankan jiwa, raga dan hartaa. Pendidikan islam
harus mengikuti arah, pendidikan nasional, begitu juga pendidikan nasional
harus mendukung program kerja pendidikan islam. Jadi antara pendidikan nasional
dan pendidikan islam harus seimbang anatara keduannya,
karena untuk mensukseskan bangsa Indonesia, dengan mempunyai generasi yang berbakat
dan memegang teguh agama. Jenis penelitian ini adalah penelitian kepustakaan (library
research) atau bersifat tekstual, yang bertumpu pada pemahaman teks yang ada
hubungannya dengan masalah yang diteliti.Maka untuk menpoang tercapainya hasil
yang maksimal, dengan pendekatan filosopfi (philosophical approach) dan
pendekatan budaya (cultural approach). Hasil dari penelitian ini dapat
diuraiakan pendidikan nasional yang menurut H.O.S Tjokroaminoto mendidik
generasi bangsa agar mempunyai agar mempunyai rasa cinta tanah air dengan
dilandasi dengan nilai-nilai agama.Adapun implikasi dari pendidikan nasional
adalah perlawanan dari perlawan pada penjajah, wujud konkritnya nasionalisme
adalah perlawanan pada penjajah. Sedangkan relevansi nasional H.O.S
Tjokroaminoto pada konteks sekarang adalah merupakan perlawanan dari
kemiskinan, kebodohan dan ketidakadilan. Wujudnasionalisme saat ini adalah mengatasi maslah-maslah ekonomi,
politik maupun pendidikan agar dapat lebih maju dan relevansi dengan pendidikan
islam, pendidikan islam yang tidak ada dikotomi dalam
ilmu, dengan kata lain ilmu agama dan ilmu umum harus seimbang.
Kata Kunci: Pendidikan, Nasionalisme, Pendidikan islam
Pendahuluan
Sejak permulaan abad XXI, bangsa Indonesia mengalami berbagai
kiris. Krisis yang
melanda bangsa Indonesia dalam bidang ekonomi, politik, keagamaan maupun dalam
bidang pendidikan. Krisis multidimensional ini menandakan
bahwa sebagai bangsa Indonesia sudah terseret ke dalam arus globalisasi.
Arus globalisasi menuntut bangsa Indonesia untuk mempersiapkan bangsa yang
cerdas, yang hanya dapat terwujud melalui proses pendidikan. Dengan kata lain, bangsa Indonesia harus dapat meningkatkan sumber daya
manusia.
Dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia, pendidikan memegang
peranan yang sangat penting.
Sumber daya manusia yang sesuai dengan pembangunan bangsa hanya akan lahir dari system pendidikan yang berdasarkan dengan
filosofi bangsa itu sendiri. Dalam kaitan dengan pengembangan
sumber daya manusia yang berkualitas, pembangunan sistem pendidikan tidak
dianggap sebagai sistem tersendiri, tetapi merupakan bagian dari sistem yang
lebih luas, yaitu pembangunan nasional.
Secara keseluruhan, pendidikan adalah usaha untuk mengembangkan dan
memperkuat pribadi seseorang. Tujuan utama seseorang dalam hidupnya sesuai dengan tujuan
pendidikan, yaitu aktualisasi dan realisasi kebebasan. Dengan kata lain, cita-cita pendidikan adalah untuk mencapai kualitas
kehidupan tertinggi, baik dari segi pengetahuan, kekuatan, kebaikan,
kreatifitas dan kesempurnaan.
Menurut
Tilaar (1998:30). Pendidikan sebagai sebagian dari usaha
untuk meningkatkan taraf kesejateraan hidup, manusia adalah bagian dari
pembangunan nasional. Menghadapi perubahan-perubahan besar era reformasi
serta proses globalisasi yang juga mempengaruhi kehidupan kita, diperlukan
suatu visi dan rencana pendidikan yang lebih terarah. Adapun visi
dan rencana yang lebih terarah tersebut harus mengacu pada visi dan rencana
strategis dalam tujuan pendidikan nasional.
Rumusan tujuan pendidikan nasional mengandung sebagian besar
karakteristik manusia yang ingin dihasilkan melalui pendidikan yang berkenaan
dengan aspek nilai dan sikap.
Rumusan tujuan pendidikan nasional, menurut undang-undang pendidikan nasional
(2003:20), adalah untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi
manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia,
sehat, berilmu, cakap, keratif, mandiri dan menjadi warga Negara yang
demokratis serta tanggung jawab.
Wardiman (2002:267), menegaskan bahwa rincian karakteristik manusia
inonesia yang berkualitas tersebut mencerminkan kehendak bangsa Indonesia untuk
mencapai manusia Indonesia yang berkualitas terutama dalam bidang pendidikan,
baik jalur sekolah, madrasah atau pesantren, maupun luar sekolah.
Pendidikan sebagai sebuah upaya menghantarkan anak didik
untuk mencapai kedewasaan dan kematangan berpikir merupakan kewajiban dan
tanggung jawab seluruh elemen yang ada. Artinya pendidikan bukanlah hanya merupakan
tanggung jawab lembaga sekolah, melainkan lebih luas lagi pendidikan adalah
tanggung jawab bagi stake holder
pendidikan. Diharapkan dari kerja sama dan saling
berkesinambungan antara seluruh factor dan elemen pendidikan ini, akan
terwujudnya cita-cita pendidikan nasional.
Pendidikan tidak hanya sekedar mentransfer ilmu, tetapi juga
pembentukan budaya. Menurut
Azyumardi Azra (200:14), pendidikan nasional dalam hal pembentukan budaya
adalah pembentukan karakter dan watak. Pendidikan dalam hal pembentukan
karakter dana watak ini sangat krusial karena secara
tidak langsung, menentukan karakteristik suatu bangsa.
Pendidikan baik secara teoritis maupon secara praktis
tidak lepas dari kebudayaan.Pendidikan tidak terjadi didalam vakum tetapi
terjadi didalam masyarakat yang berbudaya.Oleh sebeb itu pendidikan dan
kebudayaan merupakan satu kesatuan. Kebudayaan
itu dinamis dan terus berkembang, dan perkembangan budaya itu terjadi karena
adanya proses pendidikan. Proses pendidikan bukan hanya merupakan proses
mentransformasi kebudayaan, tetapi juga mengembangkan bahkan dapat mematikan
kebudayaan itu sendiri. H. A.R. Tilaar (2000:49-50), mengatakan sebagai proses transformasi,
proses pendidikan tidak hanya mentransformasi nilai dari satu generasi kepada
generasi lain, tetapi tetapi juga membentuk pribadi yang kreatif yang menjadi
penggerak serta pengembang dari jaringan kebudayaan dimana ia
hidup.
Apabila
dikatakan hakikat krisis kehidupan masyarakat dan bangsa Indonesia sebagai
krisis kebudayaan yang berarti pula sebagai krisis pendidikan, maka diperlukan
suatu rangkaian pradigma baru sistem pendidikan nasional dalam kehidupan
nasional.Pendidikan nasionalis/kebangsaan di Indonesia telah lama diberikan,
terlebih pada masa perjuangan membuat kemerdekaan.Salah satunya adalah
pendidikan nasionalnya H.O.S Tjokroaminoto.
�Dalam azas-azas islam itu adalah azas yang menuju
demokratis dan sosialis (yang berdasarkan islam) dan azas-azas itu juga menuju
maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan negri tumpah darah, maka kalau kita
kaum muslimin mendirikan sekolah-sekolah kita sendiri, tak bolah tidak
pengejaran yang telah diberikan di dalamnya haruslah pelajaran yang mengandung
pendidikan untuk menjadi muslim yang sejati dan bersifat nasional dalam arti
kata menuju maksud akan mencapai cita-cita kemerdekaan umat.� (Amelz,tt:166).
Dengan
adanya dorongan akan pentingnya pendidikan agama, maka
timbulah lembaga-lembaga pendidikan keagamaan yang berupa madrasah dan
pesantren. Dalam perkembangan selanjutnya, timpul pula
pendidikan umum yang berdasarkan keagamaan, di smping diberikan mata pejaran
agama juga diajarkan mata pelajaran umum dan kejujuran.
Munculnya
gerakan pembaharu islam dan pendidikan barat, program
belajar mengajarnya yang lebih terkoordinir dalam masalah kurikulum dan
sistematis, pengaruh ini dipicu oleh kepedulian terhadap pendidikan sehingga
keharusan memperbaruhi sistem pendidikan islam menjadi tujuan yang menguntungkan.
Pendidikan pada madrasah, pondok pesantren serta lembaga
pendidikan yang berbasis agama.
Sebelum penjajahan Belanda, bumi Nusantara telah dikenal di duni
sebagai pusat-pusat pendidikan, pengajaran dan pengembangan ilmu pengetahuan,
terlebih pada masa kerajaan Hindu dan Budha. Perkembangan selanjutnya pendidikan dipengaruhi oleh ajaran agama islam.
Pada
masa perkembangan kerajaan Islam, pendidikan di Indonesia berkembang pesat dari
pada masa-masa sebelumnya, dengan tujuan meluaskan ajaran islam.
Dimulai pada abad ke 13 ketika terjadi kontak perdagangan antara pedagang di
daerah Gujarat, India dengan pedagang Indonesia yang ada di Gujarat telah
memeluk islam. Selain berdagang mereka merupakan juga
menyebarkan ajaran agama Islam.
Sejak
Belanda menerapkan politik etis, di samping lembaga-lembaga pendidikan Islam,
(madrasah, pesantren dan lembaga pendidikan yang berdasarkan keagamaan
), muncul juga lembaga pendidikan yang menyelenggarakan sekolah-sekolah
yang berorientasi membangun semangat kebangsaan, demi kepentingan nasional.
Dengan meningkatkan sekolah yang menggunakan sistem nasional, pendidikan kita
telah kehilangan waktunya sebagai sesuatu kekeuatan kultural.Tak mengherankan
bila pada priode ini lahir tokoh-tokoh nasional, seperti Dr. Sutomo, Bung Karno,
Bung Hata dan sebagainya. (Mukhtamar Bukhori,2001:7).
Dengan
melihat kondisi pendidikan nasional sebagaimana tersebut di atas, maka H.O.S.
Tjokroamonito, sebagai salah satu pakar pendidikan yang turut memikirkan
kelangsungan hidup bangsa Indonesia, menegaskan arti pentingnya pendidikan bagi
kelangsungan hidup bangsa Indonesia.
Pendidikan nasional H.O.S Tjokroaminoto adalah mendidik generasi
muda agar mempunyai rasa cinta tanah air.
Adapun tujuan yang diharapkan dari pendidikan nasionalisme itu sendiri adalah
melawan penjajah, karena penjajah akan menghalangi
seluruh potensi bangsa yang seharusnya dapat berkembang dengan baik. Oleh karena wujud konkrit nasionalismenya adalah perlawanan
terhadap penjajah Belanda.
Sesuai
yang diharapkan H.O.S Tjokroaminoto, bahwa pendidikan nasionalisme/kebangsaan
di samping adanya seorang figur yang membela bangsa Indonesia, yang segala
ucpan dan perbuatan demi kepentingan bangsa tetapi juga harus ditanamkan adanya
rasa permusuhan bersama, yaitu untuk melawan pemerintah colonial.
Pendidikan yang ada sekarang ini secara umum telah meninggalkan
rasa nasionalisme dalam pengertian substansinya.Secara kognitif mereka belajar
tentang nasionali dan berfikir secara nasionalis tetapi pada hakikatnya mereka
tidak taat pada asas nasionalis.
Terbukti out put pendidikan kurang
sekali menggambarkan rasa cinta tanah air, seperti korupsi diberbagai level dan
tempat, leih menghargai karya-karya orang asing dari pada Negara sendiri, tidak
ada rasa kebangsaan terhadap bangsa Indonesia banhkan sampe menjual aset-aset
Negara Indonesia untuk kepentingan pribadi.
Melihat
kenyataan di atas, maka nilai nasionalisme yang perlu ditransfer dari H.O.S
Tjokroaminoto pada saat ini adalah semangat nasionalis yang membangun bangsa
dan menjungjung tinggi nilai bangsa dalam pengertian total dan di smaping
teori-teori maupun aplikasi.
Selain tujuan pendidikan nasional, terdapat juga tujuan pendidikan
yang hendak mewujudkan masyarakat madani, yakni manusia seutuhnya. Mudzafar Akhwan (1997:36), mengatakan bahwa pendidikan islam dalam orientasinya bercita-cita hendak turut membentuk
manusia yang anggun secara intelektual, kaya dalam amal dan anggun dalam moral.
Pendidikan
islam hendaknya terus mengupayakan perwujudan
masyarakat madani bagi bangsa Indonesia. Masyarakat madani
tersebut menurut Abuddin Nata (2001:180), masyrakat yang menjungjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan sperti nilai keadilan, kebersamaan, kesederajatan,
kemitraan dan kejujuran, yang pada saat ini memudar.
Dari pemikiran di atas, Nampak bahwa H.O.S Tjokroaminoto
merupakan salah satu tokoh pendidikan dengan memiliki wawasan yang luas melalui
pendidikan.Salah satunya dengan kosenp pendidikan nasionalnya, yang mempunyai
keinginan mewujudkan agama dan bangsa melalui pendidikan.
Ada beberapa penelitian yang mengungkap H.O.S
Tjokroaminoto, antara lain Muhammad Nasruddin (2001:87), hasil penelitian
tersebut mengatakan bahwa pendidikan yang diharapkan oleh H.O.S Tjokroaminoto
adalah tidak boleh meimisahkan antara pendidikan agama dan pendidikan umum serta
memupuk rasa nasionalis. Idealnya
dalam sebuah pendidikan harus ditanamkan rasa cinta tanah air.Nasionalisme yang
diharapkan adalah nasionalis religious, strategi mengembangkan pendidikan harus
melihat pada lembaga, metode pengajaran.
Penelitian tersebut hanya menjabarkan pemikiran H.O.S
Tjokroaminoto tentang pendidikan, dalam penelitian tersebut tidak mengarah pada
konsep pendidikan nasionalnya H.O.S Tjokroaminito, tetpai hanya menjelaskan
pemikirannya dalam pendidikan.Sedangkan penelitian ini ingin mengetahui konsep
pendidikan nasionalnya H.O.S Tjokroamonoto. Oleh karena itu, ada hal yang
menarik untuk diteliti dan ditelusuri, yaitu�
mengenai konsep H.O.S Tjokroaminoto tentang pendidikan nasional, baik
melalui buku-buku atau tulisan-tulisan karya monumental, kemudian
menganalisisnya dengan titik tekan pada landasan pemikiran serta faktor-faktor
yang melatabelakangi munculnya konsep pendidikan nasional tersebut.
Metode Penelitian
Setiap penelitain,
termasuk dididalamnya terdapat metode penelitian yang digunakan. Hal ini terjadi karena metode
merupakan suatu instrument penting agar suatu penelitian terlaksana dengan
rasional dan terarah, sehingga tercapai hasil maksimal. Dalam penyusun penelitian
ini digunakan berbagai metode, yaitu sebagai berikut:
H.O.S
Tjokroaminoto adalah tokoh nasionalis yang memperjuangkan Islam melalui
pendidikan dan di anggap berbahaya bagi penjajah.Karena sangat ingin memajukan
bangsa Indonesia melalui pendidikan khsusnya Isalam.
H.O.S
Tjokroaminoto juga dapat disejajarkan dengan tokoh pendidikan seperti Ahmad
Dahlan pendiri Muhamdiyah dan KH Hasyim As�ary pendiri NU.Para tokoh tersebut
mempunyai karakter dalam mengembangkan pendidikan, bagitu juga dengan H.O.S
Tjokroaminoto.
Sebagai
tokoh pendidikan yang sangat mengharumkan nama bangsa melalui pendidikan, maka
hal itu pulala yang melatar belakangi penulis untuk mengkaji, karena H.O.S
Tjokroaminoto mempunyai jiwa nasional terutama ingin memajukan bangsa dalam
konsep pendidikan nasional. Konsep pendidikan
nasional tersebut akan sangat bagus apabila diterapkan
pada masa sekarang ini. Adapun konsep tersebut nantinya akan
direlevansikan dengan keonsep pendidikan Islam.
Jenis penelitian ini
adalah kepustakaan (library research) atau bersifat tekstual, yang
bertumpu pada pemahaman teks yang ada hubungan masalah yang diteliti.Maka untuk
menopang tercapainya hasil yang maksimal, ddigunakan pendekataan filosofis (philiosopical
approach) dan pendekatan budaya (cuktural approach) (Anton Baker dan
Ahmad Zubir 1990:35). Penggunaan pendidikan
filosofis terhadap gagasan, lalu dikonstruk secara mendalam sehingga diperoleh
gambaran seluas-luasnya dari alur pemikirannya.Sedangkan pendekatan budaya
digunakan untuk meneliti gagasan, ide-ide, dan komsep-konsep dari H.O.S
Tjokroaminoto tentang pendidikan. Dalam menjawab pokok permasalahan yang
dirumuskan, digunakan data dan literatus� primer serta sekunder.
Sifat penelitian ini
bersifat deskriptif analitik dalam pengertian tidak sekedar menyimpulkan dan
menyusun data, tetapi meliputi analisis dan interpretasi.
Mengingat jenis
penelitian dalam menyusun penelitian ini adalah penelitian kepustakaan, maka
dalam pengumpulan data penyusun melakukan kajian terhadap literature-literatur
primer, seperti �Pendidikan Kebangsaan Seorang Muslim� yang merupakan artikel
berupa ide-ide Tjokroaminoto mengenai pendidikan, baik dari karangan belaiu
sendiri, maupun dari tulisan-tulisan orang lain, baik berupa buku, jurnal,
amupun artikel yang membahas pemikiran H.O.S Tjokroaminoto.
1. Teknik Analisis Data
a. Katagorisasi
Mengumpulkan atau menyetor data deskriptif dan
memeriksanya, terutama dari segi kelengkapan, kejelasan dengan tema-tema yang
diangkat.
b.
Reduksi Data
Setelah katagorisasi data dilakukan ke dalam bentuk
rangkuman data sesuai dengan fokus penelitian, sub fokus penelitian atau
mengklarifikasi yang ada.Dari hasil analisis tersebut maka preses reduksi data
dilakukan terhadap data yang kurang relevan dengan fokus penelitian.
c.
Display dan Klasifikasi
Data
Display data untuk melihat data secara keseluruhan
adapun klasifikasi data dipergunakan untuk melihat pengelompokan data sesuai
dengan fokus penelitian.
Analisis data yang digunakan adalah data yang
diperoleh nantinya dianalisa dengan menggunakan metode deskriptif, yaitu
suatu metode dalam meneliti setatus kelompok manusia, suatu objek, suatu set
kondisi, suatu sistem pemikiran, dengan tujuan untuk membuat deskripsi,
gambaran secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta penelitian
yang diselidiki. (Moh. Nazir 1998:86).
Menurut Whitney (1960: 204), metode deskriptif adalah pencarian fakta dengan
interpretasi yang tepat. Adapun interpretasi fakta tersebut
dipaparkan dengan analisis yang mendalam dan sistematis.
Analisa dilakukan untuk menyelidiki secara terperinci
data dan fakta yang tepat dan cermat mengenai objek penelitian ini.Oleh karena
itu, analisa yang digunakan adalah deskriptif-analitis (analisa
deskriptif).Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan segala hal yang
berhubungan dengan pokok masalah yang dibahas.Selanjutnya data yang terkumpul
dianalisis secara krisis, sistematis, faktual dan akurat.(Noeng Muhadjir
1989:99).Dimana dukomen (bahan informasi) tentang H.O.S Tjokroaminoto
didapatkan bias dipaparkan, dengan cermat dan sistematis, sebagai bentuk
cerminan dari analisis peneliti.
d.
Interpretasi dan
Verifikasi
Setelah langka-langka di atas dilakukan, maka data
yang ada diinterpretasikan sesuai dengan kebutuhan, sehingga proses penelitian
terus berkembang secara dinamis. Proses generalisasi senantiasa dilakukan
dengan maksud untuk mengungkap konsep-konsep dasar yang signifikansi dengan
masalah penelitian.
Untuk penyimpulan dilakukan dengan menggunakan model induktif
(inferensial) (Abdurrahman, 2003:67), yaitu data-data yang diperoleh dijelaskan
dengan perhitungan sistematik, dimulai dari hal-hal yang khusus dan kemudian
ditarik kesimpulan yang sifatnya umum.
Pembahasan
Dalam penelitian ini
terdapat empat hal yang perlu dipertegas sehubung dengan permasalahan yang
telah dikemukakan, yaitu:
Pertama,
kata konsep yaitu ide umum, pengertian, pemikiran, racangan dan rencana dasar.
(Pius A Partanto dan M. Dahalan al-Barry (1994:362). Yang dimaksud dengan konsep disini adalah pemikiran, yakni
pemikiran H.O.S Tjokroaminoto mengenai pendidikan nasionalnya.
Kedua,
nasionalisme berasal dari kata nation, yang berarti bangsa.Menurut (Hans Kohn,
1976:12) nasionalisme Negara kebangsaan adalah cita dan satu-satunya bentuk
organisasi politik, dan sumber dari semua tenaga kebudayaan kreatif dan
kesejahteraan ekonomi. Adapun menurut (Aminuddin Nur, Tt: 92), nasionalisme
adalah yang menentukan bangsa mempunyai rasa cinta tanah secara alami kepada
tanah air.
Dari
kedua pendapat tentang nasionalisme, namun terdapat unsur yang disepakati, yang
terpenting adalah kemauan untuk bersatu dalam memajukan bangsa.
Jadi nasionalisme disini adalah suatu� bangsa yang memiliki cita-cita yang
sama untuk mendirikan suatu Negara kebangsaan.
Adapun
nasionalisme kaitannya dengan pendidikan bahwa dalam catatan sejarah setiap
sistem politik telah mengembangkan sekaligus meningkatkan kualitas suatu
banga.Nasionalisme modern merupakan produk dari pendidikan.
(S. Pamuji, 1994:27-28)
Nasionalisme mempunyai
kaitan dengan pendidikan, karena pendidikan mempunyai andil yang besar dalam
menumbuhkan sikap nasionalisme dan patriotisme, akhirnya dapat memunculkan sikap� yang berani
untuk mempertahan kan tanah air, walaupun nanti akan mengorbankan jiwa, raga
dan harta.
Ketiga,relevansi.Kata
relevansi dalam bahasa inggris adalah relevancy.
Kata ini mempunyai kaitan arti dengan kata relieve
yang artinya menolong dan kata lain relevare
yang berarti mengangkat. Dalam logika induktif relevansi dapat diartikan
sebagai derajat (probabilitas ) harapan yang masuk
akal bahwa suatu hal akan berhubungan secara empiris atau secra kausal dengan
hal yang lain. (Lorens Bagus, 2000:953).
Kata relevansi adalah
bentuk kata benda dari kata sifat relevan.Relevansi berarti kesesuain,
kecocockan, hubngan dan kaitan.Dalam kamus falsafat, relevansi diartikan
sebagai hubungan yang eksis antara term-term, ide-ide konsep, kata-kata
sedimikian rupa, sehingga mereka dapat saling dihubungkan untuk membentuk
pertanyaan yang bermakna. (J.S.Badudu 2004:301)
Secara
kata istilah kata relevansi berarti hubungan yang terdapat dalam
istilah-istilah ide dan konsep. Menurut Jalaluddin
Rahmat (1995:288), konsep adalah kata yang mempunyai kaitan sedemikian rupa,
sehingga mereka dapat diartikan satu sama lain untuk
membentuk pernyataan yang berarti atau memperoleh makna yang lebih dalam.
Dalam penelitian ini
terdapat dua hal yang akan dicari titik terang antara
hubungan keterkaitannya, yakni antara konsep pendidikan nasionalnya H.O.S
Tjokroaminoto dengan pendidikan islam. Konsep tersebut apakah nanti akan bias diterapkan dalam dunia penididikan Islam.
Pendidikan
Islam harus mengikuti arah, pendidikan nasional, begitu juga pendidikan
nasional harus mendukung program kerja pendidikan Islam.
Jadi antara pendidikan nasional dan pendidikan islam
harus seimbang antara keduanya,
karena untuk mensukseskan bangsa Indonesia, dengan mempunyai generasi yang
berbakat den memegang teguh agama.
Sebuah
pendidikan baik pendidikan Islam dan pendidikan nasional mempunyai dua dimensi,
yaitu teroritik dan praktek.Penelitian di sini termasuk dalam wilayah teoritis,
yaitu berupa pemikiran yang mendasar dan sistematis tentang konsep pendidikan
nasional H.O.S Tjokroaminoto.
Keempat,
unsur-unsur pendidikan. Dalam pendidikan terdapat beberapa
unsur, di antaranya:
1) Adanya
usaha (kegiatan), baik itu bersifat bimbingan, pengajaran maupun latihan yang
dilakukan secara sadar.
2) Ada
pendidik, pembingbing atau pelatihan.
3) Ada
yang dididik atau terdidik.
4) Memiliki
tujuan.
5) Ada
alat-alat yang dipergunakan.
Menurut
Islam, pendidikan (mencari ilmu) merupakan salah satu kegiatan yang wajib
hukumnya untuk dilakukan bagi pria dan wanita dan berlangsung seumur hidup,
semenjak dari buaian sampai ajal datang (prinsip pendidikan; long life
education) (Zuhairini, dkk. 1995:98-103). Hal itu menunjukan
bahwa kegiatan pendidikan merupakan hal yang penting dilakukan manusia dalam
rangka memanusiakan manusia itu sendiri.Artinya pendidikan sangat perlu
dilakukan mengingat pentingnya pengetahuan bagi manusia dalam memenuhi segala
kebutuhannya, baik yang bersifat metarial maupun spiritual.
Dasar
pendidikan agama Islam dalam al-Qur�an surat al-Alaq
1-5, yang menyarankan kepada umatnya seluruh banyak membaca atau belajar.
Seperti firman Allah sebagai berikut:
اقْرَأْبِاسْمِ
رَبِّكَ
الَّذِى
خَلَق{1}�
خَلَقَ آلإْ
نَسنَ مِنْ
عَلَق {2}
آقْرَأْوَرَبُّكَ
آلإاكْرَمُ {3}
آلَّذِى عَلَّمَ
بِالْقَبلَمِ
{4} عَلَّمَ
آلإنسنَ مَا لَمْ
يَعْلَمْ{5}
Artinya: �
bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia
telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmulah yang
Maha pemurah, Yang mengajar (manusia) dengan perantara kalam, Dia mengajar
kepada manusia apa yang tidak diketahuinya (Q.S.Al-Alaq
1-5).
Tidak hanya surat al-Alaq yang menjadi dasar pendidikan Islam, tetapi
surat al-baqarah ayat 31, sesungguhnya manusia itu dianggap lebih sempurna dibandingkan
dengan makhluk lainnya karena akalnya. Dengan akal yang
diberikan Allah itu supaya banyak belajar. Sebagaimana Firman Allah berikut:
وَعَلَّمَ
ءَادَمَ
الأَسْمَآءَ
كُلَّهَا
ثُمَّ
عَرَضَهُمْ
عَلَى آلْمَلَكَةِ
فَقَالَ
أَنبِونىِ
بِأَسْمَاءِ هَؤُلآلاءِ
إِن كُنتُمْ
صَدِ قِيْنَ
Artinya: �Dan dia mengajarkan
kepada Adam nama-nama (benda-benda )seluruhnya, kemudian
mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: �Sebutkanlah kepadaku-Ku
nama benda-benda itu jika kamu memang benar orang-orang yang benar!� (Q.S. Al-Baqarah :31).
Pendidikan sebagai
proses yang didasarkan pada nilai-nilai Islam secara benar dan proporsional,
seharusnya meletakan kebebasan manusia sebagai dasar pijakan oprasionalnya
sekaligus sebagai tujuan pendidikan itu sendiri. Hal ini
menunjukan bahwa Islam merupakan agama pembebasan.
Islam adalah sebagai
alternative pradigma pendidikan.Disamping pendidikan sebagai ilmu humaniora
yang termasuk ilmu normative, juga masalah pendidikan sekarang didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia yang bersifat religious.Apalagi
didasari bahwa Islam yang sarat dengan nilai-nilai ternyata sangat memungkinkan
dijadikan sudut pandang dalam menganalisis persoalan-persoalan yang berkaitan
dengan pendidikan. (Mohammad Arkoen 1994: 175).
Indonesia adalah Negara
yang beragam, untuk itu pendidikan agama tidak dapat diabaikan dalam pendidikan
nasional.Umat beragam beserta lembaga-lembaga keagamaan di Indonesia merupakan
potensi besar dan sebagai modal dasar dalam pembangunan mental spiritual bangsa
dan merupakan potensi nasional untuk membangun fisik materiil bangsa
Indonesia.Hal ini sesuai dengan tujuan pembangunan nasional, yaitu pembangunan
manusia seutuhnya dan masyarakat yang adil dan makmur berdasarkan pancasila dan
UUD 1945.
Pandangan klasik
tentenag pendidikan, pada umumnya dikatakan sebagai pranata yang dapat
menjalankan tiga fungsi sekaligus pertama, menyiapkan generasi muda.Kedua,
mentransfer pengetahuan sesuai yang diharapkan.Ketiga, mentransfer nilai-nilai
dalam rangka memelihara keutuhan dan kesatuan masyarakat sebagai prasyarat bagi
kelangsungan masyarakat dan peradabaan.(Hasan langgulung, 1980:92).
Sejalan
dengan perkembangan tuntutan masyarakat, maka lahirlah dua fungsi suplamenter
yaitu melestarikan tata social dan tata nilai yang ada.Hubungan antara
pendidikan dan perubahan di masyarakat sering terjadi dilema.Apalagi pendidikan
yang berhubungan dengan suatu organisasi keagamaan.
Pendidikan yang berupa
organisasi keagamaan mempunyai misi yang tidak sama,
begitu juga salah satunya pemikiran H.O.S Tjokroaminoto. Kritik
terhadap sistem pendidikan pada umumnya bermula dari ketidakpuasan terhadap
situasi pendidikan yang mengalami stagnasi dan dari sini muncul berbagai aliran
baru dalam pendidikan seperti SI (Serikat Islam).
Eksistensi agama dalam
kaitannya dengan pendidikan lebih bersifat implisit, terutama dalam kaitannya
dengan nilai-nilai.Dari pandangan yang sekuler itu pula timbul kecendrungan
baru, yaitu menyamakan agama dengan humanism universal yang tampak di
dunia Barat dalam kurun waktu 20 tahun terakhir (Vabrianto dan Syafi�I Ma�arif,
1991:29).
Konsepsi pendidikan
model Islam, tidak hanya melihat bahwa pendidikan itu sebagai upaya
mencerdaskan semata, melainkan sejalan dengan konsepsi Islam tentang manusia
dan hakekat eksensitasnya.
Pendidikan Islam
berbeda dengan pendidikan Barat sekuler, terutama karena pendidikan Islam tidak
hanya didasarkan atas hasil pemikiran manusia dalam menuju kemaslahatan umum
atau humanisme universal.Pendidikan Islam pada akhirnya bermuara pada
pembentukan manusia sesuai dengan kodratnya yang mencakup dimensi horizontal
dan fertikal, hubungan dan pertanggung jawaban Kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan
yang telah dipaparkan dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut:
1.
Konsep pendidikana
nasional yang diharapkan H.O.S Tjokroaminoto adalah mendidik generasi bangsa
agar mempunyai rasa cinta tanah air dengan dilandasi dengan nilai-nilai agama.
Adapun implikasi dari pendidikan nasional adalah perlawanan dari perlawan pada
penjajah, wujud konkritnya nasionalisme adalah perlawanan pada penjajah.
a.
Dasar pendidikan yang
bersumber al-Qur�an dan hadis itulah yang menimbulkan perkembangan berbagai
kemajuan ilmu. Dasar al-Qur�an pada surat az-Zumar
ayat 9 dan at-Thaha ayat 114. Dalam surat az-Zumar
menerangkan bahwa arti pentingnya suatu pendidikan, kerana dengan pendidikan
bangsa kita akan lebih maju. Sedangkan dalam surat
at-Thaha ayat 114 menginterpretasikan bahwa dalam mencari ilmu dengan
sebanyak-banyaknya tanpa ada dikotomi (memilih-milih) dalam mencari ilmu.
b.
Tujuan pendidikan H.O.S
Tjokroaminoto tidak ada dikotomi dalam ilmu tetapi juga harus dalam pendidikan
harus ada rasa kebangsaan yang sangat tinggi. Dengan adanya rasa kebangsaan
yang sangat tinggi tujuannya agar setiap umat dapat mengembangkan sebuah
lembaga informal maupun formal. Untuk mewujudkan tujuanpendidikan harus
menjalankan prinsip-prinsip dalam Moeslim Nationale Onderwijs.
2.
Sedangkan relevansi
nasional H.O.S Tjokroaminoto pada konteks sekarang adalah merupakan perlawanan
dari kemiskinan, kebodohan, dan ketidakadilan. Wujudnya nasionalisme saat ini
adalah mengatasi maslah-masalah ekonomi, politik maupun pendidikan agar dapat
lebih maju.
3.
Konsep pendidikan
nasional menurut H.O.S Tjokroaminoto mempunyai relevansi dengan pendidikan
Islam. Pendidikan Islam akan maju dan memenuhi
tuntutaan zaman bila mana Islam dan khususnya pendidikan islam dilihat sebagai
sebuah sistem yang dinamis. Pemikiran Tjokroaminoto tentang pendidikan nasional dapat
mengkontekstualisasikan pada masa sekarang yakni mencintai bangsa dan Negara dengan
memajukan bangsa Indonesia dari segala bidang khususnya pendidikan.Hal ini
membuktikan bahwa pemikiran tentang nasional sangat relevan dengan pendididkan
Islam.
BLIBIOGRAFI
Abdurrahman, Dudung. 2003. Pengantar Metode
Penelitian. Yogyakarta: Kurnia Kalam.
A Partanto, Pius. dan Al
Barry, M.barry. 1994. Kamus Ilmiyah Populer, Surabaya:� Arkola.
Ahmady, Oebaya. 1986. Perjuangan H.O.S Tjokrominoto,
katen: kamadja Press.
Akwan, Mudzakir. 1997. Karateristrik Tujun dan Sarana
Pendidikan, Yogyakarta: Aditya Media.
Amin, M. Mansur. 1980. Saham
H.O.S Tjokroaminoto dalam Kebangunan Islam dan Nasionalisme di Indonesia.
Yogyakarta: Nur Cahaya.
AN-Nahlawi, Abdurrahman. 1989. Prinsip-prinsip dan Metode Pendidikan Islam
dalam Keluarga, di Sekolah dan Masyarakt. Teri. Herry Nur Ali. Bandung: C.V. Diponogoro.
Arifin, H.M. 1991. Filsafat
Pendidikan Islam. Jakarta: Bumi Aksara.
Arkoen, Mohamad. 1994. Nalar
Islam dan Nalar modern berbagai Tantangan dan Jalan baru. �Jakarta:INIS.
A, Steen Birink, Karel. 1986. Pesantren Madrasah,
Sekolah: Pedndidikan Isalam dalam Kurun Modern. Jakarta: LP3S.
Azra, Azumardi, 1999. Esai-esai Intelektual Muslim
dan Pendidikan Islam, Jakarta: Logos Wacana Ilmu.
Badudu, J.S. 2003. Kampus Kata-kata Sarapan Asing
dalam Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbit Kompas.
Bagus, Lorens. 2000. Kampus Filsafat. Jakarta:
Gramedia Pustaka Utama.
Baker, Anton. dan Zubair,
Ahmad. 1990. Metodologi Penelitian Filsafat. Yogyakarta: Kanisius.
Buchori, Mochtar. 2001. Pendidikan Antisipatoris,
Yogyakarta: Kanisius.
Chirzin, Habib. 1995. Agama dan Islam dalam
Pesantren dan Pembaharuan, Jakarta: LP3S.
Dawam, Ainurrafiq. 2003. Pendidikan
di Salaf Baru, Rekonstruksi atas Moralitas Pendidikan. Yogyakarta:
Prisma Sophie.
Darmaningtyas. 1999. Pendidikan pada
dan Setelah Krisis, Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
F.L. Whiteny, �The Elements of Research� (Prentice
Hall Inc, 1960).
Gonggong, Anhar. 1936. H.O.S Tjokroaminoto, Jakarta:
Depdikbud.