�Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
������ e-ISSN : 2548-1398
������ Vol.4, No.5 Mei 2019
PEMERIKSAAN
TELUR CACING ENTEROBIUS VERMICULARIS PADA
SISWA KELAS 1�2 SDN 1 SEDONG KIDUL KECAMATAN SEDONG KABUPATEN CIREBON
Pipin
Supenah
Akademi Analis Kesehatan An Nasher Cirebon
Email: [email protected]
Abstrak
Cacing kremi (Enterobius vermicularis)
merupakan penyebab infeksi parasit pada manusia yang paling sering di
dunia.Parasit ini sering menyerang pada anak-anak umur 1-10 tahun dan lebih
banyak ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Parasit ini juga lebih banyak
ditemukan di daerah dingin daripada di daerah panas. Penelitian ini dilakukan
dengan cara Anal swab atau Scotch tape. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
mengetahui ada tidaknya telur cacing Enterobius vermicularis pada siswa kelas
1-1 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon dan persentase siswa
kelas 1-1 yang terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis di SDN 1
Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon. Cacing Enterobius vermicularis
dikenal dengan nama cacing kremi, tersebar luas diseluruh dunia dan umumnya
menyerang anak-anak. Manusia adalah satu-satunya hospes dan penyakitnya disebut
Enterobiasis atau Oksiuriasis. Cacing betina yang gravid mengandung 11.000 �
15.000 butir telur, bermigrasi ke daerah perianal untuk bertelur dengan cara
kontraksi uterus dan vaginanya. Telur-telur jarang dikeluarkan di usus,
sehingga jarang ditemukan di dalam tinja. Metode yang digunakan adalah metode
deskriptif yaitu mencari data atau informasi tentang adanya telur cacing
Enterobius vermicularis pada daerah perianal siswa kelas 1-1 SDN 1 Sedongkidul.
Berdasarkan penelitian dari 38 siswa didapatkan 3 terinfeksi cacing Enterobius
vermicularis dan 35 tidak terinfeksi, Dari uji statistik diperoleh nilai Sig.
(2-tailed) 0,000 atau < 0,05, yaitu terdapat telur cacing Enterobius
vermikularis pada siswa SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Persentasi sebesar 8% terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis dan 92%
negative tidak terinfeksi.
Kata
Kunci : Enterobius
vermicularis, Kelas 1- kelas 2
Pendahuluan
Derajat
kesehatan masyarakat Indonesia dapat diukur dengan berbagai indikator seperti
yang tercantum dalam sistem kesehatan nasional, antara lain umur harapan hidup
waktu lahir, angka kematian bayi dan anak balita, serta angka kesakitan karena
penyakit tertentu. Beberapa sarjana mengemukakan bahwa banyak anak mengidap
penyakit cacing terutama anak-anak balita. Hasil penelitian mengutarakan bahwa
hampir 50-70% anak-anak balita terjangkit penyakit cacing. Penyakit cacing yang
paling sering ditemukan pada anak antara lain : Cacing Tambang (Ancylostoma duodenale), Cacing Cambuk (Trichuris trichiura) dan Cacing Kremi (Enterobius vermicularis). Masalah yang
ditimbulkan oleh penyakit cacing beraneka ragam, tergantung pada banyak sedikitnya
investasi dan berbagai macam akibat yang ditimbulkan bahkan dapat mengakibatkan
kematian. Selain itu juga kebanyakan penderita yang mengidap penyakit cacing
menderita kurang gizi, yang secara tidak langsung akan berpengaruh terhadap
pertumbuhan dan perkembangan anak (Soegijanto, 1995).
Cacing
kremi (Enterobius vermicularis) ini
merupakan penyebab infeksi parasit pada manusia yang paling sering di dunia.
Parasit ini sering menyerang pada anak-anak umur 1-10 tahun dan lebih banyak
ditemukan pada golongan ekonomi lemah. Parasit ini juga lebih banyak ditemukan
di daerah dingin daripada di daerah panas. Hal ini mungkin disebabkan karena
pada umumnya orang di daerah dingin jarang mandi dan mengganti pakaian dalam.
Mudahnya penyebaran cacing ini juga ditunjang oleh eratnya hubungan antara
manusia satu dengan lainnya, serta lingkungan yang sesuai.
Banyak
faktor yang dapat menyebabkan terjadinya infeksi enterobiasis
yaitu hygiene diri yang buruk, sosial ekonomi rendah, faktor penularan
pada keluarga, sanitasi yang jelek, pola asuh yang kurang, pengalaman orang tua
tentang kecacingan yang kurang, pekerjaan orang tua, dan pengetahuan orang tua
akan kecacingan yang minim serta tingkat pendidikan ibu yang rendah berkaitan
dengan hal yang sering terjadi kejadian infeksi enterobiasis.
�Menurut
Saudara Suyudi, 2008.
Telah dilakukan penelitian sebelumnya, yaitu: Identifikasi telur cacing
Enterobius vermicularis pada daerah perianal murid kelas 1 SDN 1 Kamarang
Kecamatan Greged Kabupaten Cirebon, dari 20 sampel dengan menggunakan metode scotchtape
atau perianal swab didapat persentase positif telur cacing Enterobius
vermicularis sebanyak 60% dan yang negatif telur cacing Enterobius
vermicularis sebanyak 40%, adanya murid yang positif didukung oleh
lingkungan yang masih kurang diperhatikan kebersihan dan kesehatannya�.
Setelah dilakukan studi pendahuluan pada
tanggal 4 Januari 2018 di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon
didapat informasi bahwa siswa kelas 1-2 SDN 1 Sedongkidul memiliki jumlah siswa
61, umur rata-rata anak sekitar 6-8 tahun, jumlah siswa kelas� 1 sebanyak 32, perempuan 17 dan laki-laki 15
siswa, jumlah siswa kelas 2 sebanyak 29, perempuan 19 dan laki-laki 10 siswaa.
Setelah dilakukan wawancara dengan guru di SD tersebut bahwa siswa tidak
diantar dan ditunggu saat sekolah. Oleh karena itu, siswa tidak mendapat
pantauan dari orang tua dan dapat membeli jajan sembarangan dengan tidak
mencuci tangan terlebih dahulu saat akan memakan jajanan tersebut, membuang
sampah sembarangan. Salah satu faktor yang mempengaruhi seseorang terinfeksi
cacing kremi adalah sanitasi lingkungan yang buruk.
Dimana anak sering bermain di halaman
bebas yang tidak bisa dijamin kebersihannya dan anak tersebut tidak mencuci
tangan terlebih dahulu saat akan makan, main dan setelah makan. Salah satu dampak
yang ditimbulkan yaitu terinfeksi oleh cacing yang akan membuat menurunnya
status gizi terutama para siswa sekolah yang merupakan sumber daya manusia
dikemudian hari. Ada beberapa hubungan gejala klinis yang mendukung terjadinya
kecacingan pada siswa kelas 1-2 di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten
Cirebon diantaranya ada beberapa anak yang sering tidur didalam kelas pada saat
waktu belajar berlangsung, menggigit jari, berat badan yang kurang, hiperaktif,
sering mengompol dan ada juga yang cepat marah.
Berdasarkan uraian di atas, penulis
tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul �Pemeriksaan Telur Cacing Enterobius
Vermicuaris
pada Siswa Kelas 1-2 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon�.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian
ini adalah metode deskriptif. Yaitu mencari data atau informasi tentang adanya
telur cacing Enterobius vermicularis pada daerah perianal siswa kelas 1-2
SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Objek penelitian yang digunakan dalam
penelitian ini adalah siswa kelas 1 - 2�
SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Pelaksanaan penelitian ini dilaksanakan
pada bulan November 2017 sampai dengan bulan Juni 2018 dengan cara pengumpulan
data sebagai berikut :
1. Pengumpulan
data dilakukan di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon setelah
mendapat ijin dari Kepala Sekolah.
2. Memberikan
penjelasan kepada orang tua tentang maksud dan tujuan penelitian.
3. Memberikan
kuesioner kepada orang tua untuk di isi.
Observasi tentang
tingkah laku anak untuk mengetahui terinfeksi telur cacing Enterobius
vermicularis
Populasi
dalam penelitian ini adalah� siswa kelas
1-2� SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon sebanyak 61 orang. Sampel pada penelitian ini adalah siswa
Kelas 1-2� SDN 1 Sedongkidul Kecamatan
Sedong Kabupaten Cirebon yang diambil dari daerah perianal murid
tersebut.Perhitungan untuk besar sampel yang diambil menggunakan rumus:�
Keterangan
:
N
��: Jumlah Pupulasi
d��� : Tingkat Kepercayaan 10%
n��� : Jumlah Sampel
Berdasarkan
rumus diatas didapatkan jumlah sampel yang akan digunakan dalam penelitian
berjumlah 38 responden.Penelitian dilakukan di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan
Sedong Kabupaten Cirebon� dan
pemeriksaannya dilakukan di Laboratorium Akademi Analis Kesehatan An Nasher
Cirebon. Waktu penelitian dilakukan dari bulan November 2017 sampai dengan
bulan Juni 2018.
1.
Alat
dan Bahan
a.
Alat
1) Adhesive
cellophane tape (selotip) �� ����������� : 2 rol
2) Sendok
atau kayu���������������������������������������� :
1 buah
3) Objek
glass�������������������������������������������������� :
1 pcs
4) Mikroskop���������������������������������������������������� :
1 unit
b.
Bahan
Bahan
penelitian diambil dari daerah perianal siswa kelas 1-2� SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten
Cirebon.
Prosedur
Penelitian
1) Menempatkan
satu setrip selotip pada gelas benda, dengan sisi yang berperekat dibagian
bawah.
2) Meletakkan
pegangan sendok mendatar dibawah gelas benda .
3) Menarik
selotip menjauh dari gelas benda dan melampaui ujung pegangan sendok.
4) Memegang
erat swab selotip dengan tangan kanan , tekan gelas benda pada sendok.
5) Memisahkan
bagian bokong penderita dengan tanggan kiri, tekankan ujung sendok yang
tertutup selotip pada kulit sekitar anus pada beberapa tempat.
6) Memegang
gelas benda dan letakan kembali selotip pada gelas benda.
7) Meyakinkan
bahwa letak selotip benar-benar pada gelas benda dengan jalan menekannya dengan
kapas.
8)
Meriksa dibawah
mikroskop dengan mengulangi celah kondensor, dan gunakan objektif perbesaran 10
x sampai 40 x (Prasetyo, 1996).
Dari hasil
penelitian yang dilakukan, diperoleh data dari hasil penelitian berdasarkan
teknik pengumpulan data dan teknis analisis yang kemudian sampel yang positif
dianalisis dengan rumus perhitngan persentase sebagai berikut :
P
= F/N X 100%
Keterangan
:
P��� ��� : Persentase anak yang positif telur cacing
Enterobius vermicularis
F��� ��� : Jumlah sampel yang positif telur cacing
Enterobius vermicularis
N�� ��� : Jumlah sampel yang di periksa
100%��� : Pengali tetap (Margono, 2003).
Hasil
dan Pembahasan
Setelah
dilakukan pemeriksaan telur cacing Enterobius vermicularis dari 38
sampel yang diambil dari daerah perianal siswa kelas 1-2 SDN 1 Sedongkidul
Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon, dengan menggunakan metode perianal swab
atau scotch tape, dapat dilihat sebagai berikut : �������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� ����������� Tabel 1. Data Hasil
Pemeriksaan Telur Cacing
No |
Kode Sampel |
Kelas |
Telur Cacing
Enterobius vermicularis |
1 |
AAN |
1 |
- |
2 |
ACP |
1 |
- |
3 |
ANA |
1 |
- |
4 |
AAP |
1 |
- |
5 |
AA |
1 |
- |
6 |
DRA |
1 |
- |
7 |
FFSZZA |
1 |
+ |
8 |
FB |
1 |
- |
9 |
MAI |
1 |
+ |
10 |
MANH |
1 |
- |
11 |
MN |
1 |
- |
12 |
NDJ |
1 |
- |
13 |
PWA |
1 |
- |
14 |
RDP |
1 |
- |
15 |
RFAH |
1 |
- |
16 |
RMH |
1 |
- |
17 |
SDP |
1 |
- |
18 |
WP |
1 |
- |
19 |
AHIM |
2 |
- |
20 |
ANJ |
2 |
- |
21 |
DY |
2 |
- |
22 |
DC |
2 |
- |
23 |
DS |
2 |
+ |
24 |
ES |
2 |
- |
25 |
FRM |
2 |
- |
26 |
GAP |
2 |
- |
27 |
JJ |
2 |
- |
28 |
MBW |
2 |
- |
29 |
MAM |
2 |
- |
30 |
MDS |
2 |
- |
31 |
NEK |
2 |
- |
32 |
RFS |
2 |
- |
33 |
RHL |
2 |
- |
34 |
R |
2 |
- |
35 |
SMA |
2 |
- |
36 |
SMAN |
2 |
- |
37 |
TN |
2 |
- |
38 |
WK |
2 |
- |
Positif Telur
Cacing Enterobius vermicularis |
3 |
Enterobius
vermicularis� Siswa Kelas 1 - 2 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan
Sedong (Sumber, Hasil Penelitian 2018).
Berdasarkan
hasil pemeriksaan telur cacing Enterobius vermicularis yang diambil dari
daerah perianal siswa kelas 1 - 2 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten
Cirebon, ditemukan telur cacing Enterobius vermicularis.
Berdasarkan
hasil analisa persentase telur cacing Enterobius vermicularis yang
diambil dari daerah perianal siswa kelas 1-2 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon dapat dilihat pada tabel sebagai berikut :
Tabel 2.
Analisa Persentase Telur Cacing Enterobius vermicularis Kelas 1 - 2
SDN 1
Sedong Kidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon
Sampel |
Jumlah |
Persentasi |
Hasil |
Positif Telur Cacing Enterobius vermicularis |
3 |
3/38 x 100% |
8% |
Negatif Telur Cacing Enterobius vermicularis |
35 |
35/38 x 100% |
92% |
Jumlah |
38 |
|
100% |
Persentasi
hasil juga dapat dilihat pada diagram hasil penelitian sebagai berikut :
Gambar 1. Diagram Hasil Pemeriksaan Telur Cacing Enterobius
vermicularis
Berdasarkan
hasil analisis persentase telur cacing Enterobius vermicularis yang
terdapat pada daerah perianal siswa kelas 1-2 SDN 1 Sedongkidul Kecamatan
Sedong Kabupaten Cirebon. Dengan sampel 38 siswa. ditemukan telur cacing Enterobius
vermicularis sebanyak 8%.
Tabel 3 Hasil Statistik
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test
|
Telur
Cacing |
|
N |
|
38 |
Normal Parametersa,b |
Mean |
2,4474 |
Std. Deviation |
3,26900 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
,528 |
Positive |
,528 |
|
Negative |
-,367 |
|
Test Statistic |
|
,528 |
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
|
,528 |
a. Test
distribution is Normal.
b. Calculated
from data.
c. Lilliefors
Significance Correction.
(Sumber : SPSS 2017)
Hasil
pemeriksaan telur cacing Enterobius vermicularis pada sampel yang
diambil didaerah perianal siswa kelas 1-2 di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon, dengan� jumlah 38
sampel, 8% positif� ditemukan telur
cacing Enterobius vermicularis. Hasil tersebut menunjukan adanya infeksi
telur cacing Enterobius vermicularis pada daerah perianal siswa kelas 1-2
SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Adanya
infeksi telur cacing disebabkan karena siswa tidak selalu menerapkan langkah
cuci tangan dengan benar dan siswa tidak selalu mencuci tangan pada saat akan
memakan makanan. Dari hasil wawancara dan kuesioner yang diberikan kepada orang
tua siswa, bahwa orangtua siswa tidak sering mengganti sprei dan tidak selalu
mengawasi anak pada saat bermain, sehingga anak tidak dipastikan bermain di
lingkungan yang bersih. Adapun keluhan gatal pada daerah perianal yang anak
alami ketika malam hari, menjadi salah satu faktor bahwa anak tersebut
terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis.
Berdasarkan
hasil penelitian didapat siswa yang tidak terinfeksi telur cacing Enterobius
vermicularis sebanyak 92%. Hal ini disebabkan karena dari hasil kuesioner,
wawancara dan survey yang telah dilakukan, peran orangtua dan kebersihan rumah
menjadi salah satu faktor yang mendukung tidak terjadinya infeksi pada anak
tersebut.
Begitupun
peran orangtua dalam mengajarkan anak untuk hidup sehat dengan mengajarkan anak
selalu mencuci tangan dengan baik dan benar. Meskipun lingkungan bermain tidak
selalu bersih, tetapi anak tersebut selalu membiasakan hidup sehat dengan
mencuci tangan pada saat selesai bermain. Pemberian obat cacing yang dilakukan
rutin setiap 6 bulan sekali oleh orangtua menjadi cara yang dapat meningatkan
anak terhindar dari infeksi telur cacing.
Berdasarkan
hasil pengolahan data menggunakan uji statistik didapat nilai Sig. (2-tailed)
sebesar 0,000 < 0.05. Dengan demikian yang diterima adalah H1, yaitu
terdapat telur cacing Enterobius vermicularis pada siswa kelas 1 - 2 di
SDN 1 Sedongkidul, Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengolahan data dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut :
1. Terdapat
telur cacing Enterobius vermicularis, di SDN 1 Sedongkidul Kecamatan Sedong
Kabupaten Cirebon sebanyak 3 siswa dari 38 siswa.
Hal ini dibuktikan
dengan uji statistik One Sample Kolmogorov Smirnov Test, diperoleh nilai
Sig. (2-tailed) 0,000 < 0,05.
2. Siswa
kelas 1-2 yang terinfeksi telur cacing Enterobius vermicularis, di SDN 1
Sedongkidul Kecamatan Sedong Kabupaten Cirebon sebanyak 8%.
BIBLIOGRAFI
Anonim.
1989. Patofisiologi Medik Jilid 2.
Pusdiknakes, Jakarta.
Gandahusada, dkk. 2000. Parasitologi
Kedokteran. Jakarta : FKUI.
Harold, WB. 1983. Dasar
Parasitologi Klinis, Edisi 3. Jakarta : PT Gramedia.
Margono. 2003. Metode Penelitian
Pendidikan. Jakarta : PT Asdi Mahasatya.
Onggowaluyo. 2001. Parasitologi
Medik I Helmintologi, Jakarta : EGC.
Prasetyo, H. 1996. Pengantar Praktikum
Helmintologi Kedokteran, Surabaya : ���������Airlangga University Press.
Pusarawati S, dkk. 2014. Atlas
Parasitologi Kedokteran, Jakarta : EGC.
Safar, R. 2010. Parasitologi Kedokteran,
Bandung : CV. YRAMA WIDYA.
Safar, R. 2015. Parasitologi Kedokteran,
Protozologi, Helmintologi, Entamologi. Bandung : YRAMA WIDYA.
Soegeng Soegijanto. 1995. Tata Laksana
Pengobatan Penderita Penyakit Cacing Pada Anak-Anak, Jakarta : Fakultas
Kedokteran Universitas Airlangga.
Sugiyono. 2015. Statistik untuk
Penelitian. Bandung : Alfabeta.
Sunyoto, D. 2013. Statistik Untuk Paramedis.
Bandung : Alfabeta.
Sutanto I, dkk. 2008. Parasitologi
Kedokteran, Edisi 4. Jakarta : FKUI.
Widodo, H. 2013. Parasitologi Kedokteran,
Jogjakarta : D-MEDIKA