Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

������ e-ISSN : 2548-1398

������ Vol.4, No.6 Juni 2019

 


PENTERJEMAHAN KITAB KUNING DI PESANTREN (STUDI KASUS DI PONDOK PESANTREN AL-ANWARKUNINGAN)

 

Hanif Shobaruddin

Universitas Islam Al-Ihya Kuningan

Email: [email protected]

 

Abstrak

Penelitian ini dilatarbelakangi ketertarikan peneliti terhadap metode pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Anwar Kuningan, yang tampaknya lebih menonjolkan metode penerjemahan. Padahal terdapat banyak metode pembelajaran yang dapat mendukung pembelajaran sehingga dapat berlangsung dengan efektif sehingga mencapai tujuan pembelajaran dengan maksimal. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui metode pembelajaran yang dilaksanakan di Pondok Pesantren Al-Anwar Kuningan. Metode penelitian disini menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan fenomenologis, teknik & data instrument penelitian dengan metode observasi, wawancara, dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penerapan metode pembelajaran tarjamah menggunakan metode penterjemahan, 1. Model penerjemahan kitab kuning merupakan desain pembelajaran yang dilaksanakan dalam dalam pembelajaran kurikulum ma�hady Pondok Pesantren Al-Anwar dengan beberapa bentuk terjemahan yang digunakan, yaitubentuk terjemah harfiyah, maknawiyah, dan tafsiriyah, 2. Efektivitas model penerjemahan yang berlangsung dapat dilihat dari respon santri yang antusias dalam pembelajaran menggunakan model terjemah, terutama dengan menggunakan terjemah harfiyah.Antusiasme santri dapat dilihat melalui kesungguhan santri dalam mengikuti pembelajaran dengan beberapa pembelajaran dengan model penerjemahan yang digunakan masing-masing ustadz dan ustadzah. Dengan antusiasme tersebut, proses pembelajaran berlangsung dengan efektif.

 

Kata Sandi : Penterjemahan, Kitab Kuning.

 

 

Pendahuluan

Metode penterjemahan merupakan pilihan yang bersipat umum. Pemilihan metode ini turut menentukan corak dan warna teks terjemahan secara keseluruhan. Penterjemahan kitab kuning di jadikan mediadalam rangka memahami dan mendalami isi dari kitab kuning (klasik). Tujuan pembelajaran bahasa secara teoritis berarti bertujuan menumbuhkan kemampuan berbahasa arab. Dari tujuan memahami dan mendalami kitab klasik, melahirkan beberapa metode penterjemahan untuk memudahkan santri dalam mengkaji kitab kuning danlebih mengasah keterampilan membaca. Dalam penterjemahan kitab kuning cenderung memakai beberapa metode tarjamah seperti: metode makna gandul dan metode gramatikal terjemah.

Seperti yang telah di sampaikan tadi, melihat begitu pentingnya penterjemahan yang di terapkan di beberapa pesantren. Metode-metode penterjemahan saat ini mampu memberikan solusi terhadap pengajaran yang mengakomodir kebutuhan santri, memepermudah dalam mempelajari dan memahami kitab kuning serta mengasah kemampuan kaidah-kaidah santri. Oleh sebab itu Peneliti tertarik untuk mengkaji metode penterjemahan kitab kuning di pesantren dalam menterjemahkan teks bahasa arab.

Dalam kajian ini, penelitimembatasi penelitiannya yakni metodeyang digunakan dalam menterjemahkan kitab kuning, seperti metode makna gandul dan gramatika�tarjamah, hal ini hanya dapat ditemui di beberapa pesantren yang masih menerapkan metode makna gandul dan gramatika-tarjamah dalam proses pembelajarannya.

Penerapan metode penterjemahan tidak akan lepas dari problematika, seperti makna gandul. Penterjemahan makna gandul yang sering digunakan santri dalam mempelajari kitab kuning melahirkan santri hanya mahir menterjemahkan secara gandul, sehingga menjadikan ketidak mampuan santri mengalihbahasakan dari teks asli ke bahasa sasaran.

 

Metode Penelitian

1.    Pendekatan dan jenis penelitian

Pendekatan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologis, dengan harapan dapat memperoleh data-data empiris yang nantinya dapat di deskripsikan secara lebih rinci, lebih jelas, dan lebih akurat. Sedangkan untuk mendapatkan data yang nyata, maka jenis penelitian yang di gunakan peneliti adalah metode kualitatif deskriptif.

Kualitatif adalah metode (jalan) penelitian yang sistematis yang digunakan untuk mengkaji atau meneliti suatu objek pada latar alamiah tanpa ada manipulasi di dalamnya dan tanpa ada pengujian hipotesis, dengan metode-metode yang alamiah ketika hasil penelitian yang diharapkan bukanlah generalisasi berdasarkan ukuran-ukuran kuantitas, namun makna dari fenomena yang diamati.

2.    Teknik Dan Instrumen Penelitian

Teknik pengumpulan data adalah cara yang dipakai untuk mengumpulkan informasi atau fakta-fakta dilapangan. sehingga metode yang digunakan peneliti untuk mengumpulkan informasi adalah sebagai berikut:

a.    Metode Observasi

Soetrisno Hadi menerangkan bahwa observasi merupakan pengamatan dan pencatatan secara sistematik terhadap suatu gejala yang tampak pada objek penelitian. Sehingga dalam observasi ada tiga aspek yang harus diamati yaitu: apa yang dikerjakan, apa yang diketahui, dan benda benda apa yang dibuat dan dipergunakan.

b.   Metode Wawancara

Wawancara adalah pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam suatu topik tertentu.

c.    Metode Dokumentasi

Teknik dokumentasi digunakan untuk mengumpulkan data dari sumber non-manusia. Sumber ini terdiri dari dokumen dan rekaman.

3.    Teknis analisis data

Analisis data adalah proses pelacakan dan pengaturan secara sistematis, wawancara, catatan lapangan, dan bahan bahan lain yang dikumpulkan untuk meningkatkan pemahaman terhadap bahan bahan tersebut agar dapat dipresentasikan semuanya kepada orang lain. Adapun tujuan utama dari analisis data ialah untuk meringkaskan data dalam bentuk yang mudah dipahami dan mudah ditafsirkan, sehingga hubungan antara problem penelitian dapat dipelajari dan di uji.

Dalam menganalisis data-data berupa pengamatan, wawancara, observasi, peneliti menggunakan teknis analisis data kualitatif, karna data kaulitatif merupakan bahan, keterangan, dan fakta-fakta yang tidak dapat di ukur dan di hitung secara matematis karna lebih berupa kata- kata dan kalimat.

Analisis data kualitatif dilakukan sejak pengumpulan data di lapangan, proses ini sering mengantarkan pada penemuan hal-hal yang membutuhkan tindakan lebih lanjut, begitu juga setelah selesai pengumpulan data, bertujuan untuk menghindari hal-hal penting yang mungkin terlupakan.

Hasil dan Pembahasan

Pada umumnya keseluruhan mata pelajaran di Pesantren Al-Anwar Puteri menggunakan model pembelajaran dengan menerjemahkan. Ini mengingat kurikulum pembelajaran di Pesantren ini secara keseluruhan menggunakan kitab-kitab kuning, yaitu kitab yang ditulis dengan bahasa Arab, dan tidak berbaris atau disebut juga dengan kitab gundul. Para pengajar di pesantern ini sebagian besar adalah ustadz dan ustadzah yang berlatar belakang pesantren ini pula, dan yang lainnya dari pesantren-pesantren lain di Kalimantan Selatan atau di Jawa, yang pernah mempelajari kitab-kitab kuning serupa. Di antara mereka ada yang kemudian melanjutkan pendidikannya ke Perguruan Tinggi, baik dalam maupun luar negeri seperti Timur Tengah dengan visi dan sprit yang sama, yaitu menggunakan kurikulum kitab-kitab kuning untuk memahami ilmu-ilmu keislaman dan kebahasaan dengan sangat luas.

Model dan cara pembelajaran yang mereka pakai berdasarkan latar belakang pendidikan yang juga menerapkan model dan cara yang sama dalam pembelajaran yang mereka laksanakan. Model penerjemahan yang dipakai dalam pembelajaran untuk kitab-kitab kuning yang digunakan oleh para ustadz dan ustadzah dalam mengajar adalah, terjemah syafawiyah dengan bentuk-bentuk terjemah, harfiyah, ghairu harfiyah dan tafsiriyah. Dikatakan terjemah syafawiyah adalah karena terjemah diucapkan oleh para pengajar untuk ditulis oleh para santri secara langsung.

Kemudian harfiyah didefinisikan sebagai terjemah kata demi kata, mengutamakan struktur bahasa asli daripada bahasa terjemahan, sehingga kadang-kadang keharmonisan bahasa pembaca atau bahasa terjemahan kurang diperhatikan, sehingga terdengar atau terbaca rancu dari segi bahasa terjemahan. Terjemah maknawiyahatau ghairu harfiyah, adalah kebalikan dari terjemah harfiyah. Terjemah ini lebih mengharmoniskan dengan struktur bahasa pembaca atau bahasa tujuan misalnya bahasa Indonesia. Sedangkan terjemah tafsiriyah adalah terjemah yang sangat rinci terhadap materi terjemahan, sehingga terbaca sangat berbelit-belit.

 

1.    Model Penerjemahan Harfiyah

Model penerjemahan Harfiyah, digunakan oleh beberapa Ustadz dan ustadzah dan menjadi pembelajaran yang dilaksanakan di pesantren ini. Penerjemahan dengan model ini didesain oleh ustadz dan ustadzah dengan lebih mengutamakan struktur bahasa Arab. Di sisi lain, karena keterbatasan pemakainya dengan struktur bahasa tujuan penerjemahan (bahasa Indonesia).

Alasan-alasan penggunakan model ini adalah menjadi kebiasaan para pengajar dalam menerjemahkan, kemudian berdasarkan latar belakang pendidikan pengajar, di mana mereka umumnya mengenyam pembelajaraan agama atau keislaman.

Diantara mereka ada yang tidak pernah mempelajari pelajaran-pelajaran umum, dan struktur bahasa terjemahan (Indonesia). Dengan demikian, para pengajar lebih terbiasa dengan struktur bahasa Arab ketimbang struktur bahasa Indonesia.

 

2.    Model PenerjemahanTafsiriyah

Model pembelajaran bentuk Tafsiriyah ini adalah bentuk terjemah yang banyak juga digunakan oleh para pengajar; ustadz dan ustadzah. Ini mengingat bentuk terjemah ini adalah gabungan dari terjemah harfiyah dan penjelasan yang rinci dari materi atau pesan bahasa Arab ke dalam bahasa tujuan, bahasa Indonesia atau bahasa local, yaitu terjemah tafsiriyah.

Mata pelajaran yang terkait dengan sumber hukum Islam, seperti Tafsir dan Hadits, mau tidak mau harus diterjemahkan ke dalam model terjemah tafsiriyah. Ini mengingat uslub bahasa teks Al-Qur‟an dan hadits, adalah uslub yang tinggi.Alasan yang mendasari penggunaan model terjemah ini adalah karena penerjemah takut tersalah dalam menerjemahkan materi yang menjadi sumber hukum dan pedoman kehidupan manusia. Oleh karena itu, ustadz dan ustadzah yang mengajar mata pembelajaran ini menggunakan terjemah Tafsiriyah.

 

3.    Efektivitas Pembelajaan dengan Menerjemahkan Kitab Kuning yang menjadi Materi Pembelajaran di Pondok Pesantren Al-Anwar Kuningan

Berdasarkan beberapa terjemah harfiyah, maknawiyah, dan tafsiriyah yang dilaksanakan sebagai model pembelajaran di pesantern ini, menurut analisa peneliti, maka terjemah maknawiyahlah yang paling memberikan informasi yang tepat untuk pesan atau teks yang diterjemahkan. Dengan bentuk terjemah ini, pelajaran mudah dipahami dengan gamblang. Ini mengingat, model ini menyesuaikan dengan bahasa tujuan, memadukan terjemahan dengan bahasa pembaca, namun tanpa menghilangkan esensi pesan bahasa aslinya.

Namun demikian dari beberapa respon santri terhadap model terjemah ini, maka tampaknya mereka pada umumnya lebih senang dengan terjemah harfiyah. Ini mengingat cara mereka dalam menerjemahkan kitab dengan menjangguti teks bahasa Arab kata demi kata. Mereka tampaknya sudah terbiasa dengan cara terjemah harfiyah.

 

 

Kesimpulan

Model penerjemahan kitab kuning merupakan desain pembelajaran yang dilaksanakan dalam dalam pembelajaran kurikulum ma�hady Pondok Pesantren Al-Anwar dengan beberapa bentuk terjemahan yang digunakan, yaitubentuk terjemah harfiyah, maknawiyah, dan tafsiriyah.

Efektivitas model penerjemahan yang berlangsung dapat dilihat dari respon santri yang antusias dalam pembelajaran menggunakan model terjemah, terutama dengan menggunakan terjemah harfiyah.Antusiasme santri dapat dilihat melalui kesungguhan santri dalam mengikuti pembelajaran dengan beberapa pembelajaran dengan model penerjemahan yang digunakan masing-masing ustadz dan ustadzah. Dengan antusiasme tersebut, proses pembelajaran berlangsung dengan efektif.

 


 

BLIBIOGRAFI

 

Al farisi, M.Zaka. (2011). Pedoman Penterjemahan Arab Indonesia. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Asyrofi, Syamsudin. (2010). Metodologi Pembelajaran Bahasa Arab. Yogyakarta: IdeaPress.

 

Bunguin, Burhan. (2007). Metodologi penelitian kualitatif. Jakarta: Raja Grafindo persada

 

Departemen Agama Republik Indonesia. (1978).Al-Quran dan terjemahannya. Jakarta Departemen agama

 

Departemen Agama Republik Indonesia. (2003). Pondok Pesantren dan Madrasah Diniyah pertumbuhan dan perkembengannya. Jakarta

 

Effendy, A.Fuad. (2009). Metodologi Pengajaran BahasaArab. Malang: Misykat.

 

El-Fateh, Ibra. (2006). Rahasia sukses belajar pegon. Nganjuk: CV. Harapan Mandiri

 

Halimah, Siti (2003). Studi Penerapan Metode di Madrasah Salafiyah PP. Al-Munawwir Krapyak yogyakarta. Skripsi: Fakultas Tarbiyah UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

 

Hermawan,Acep. (2011). Metodologi pembelajaran bahasa arab. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

 

Izzan,Ahmad. (2009). Metodologi pembelajaran Bahasa Arab. Bandung: Humaniora.

 

Kasiram, Moh. (2010). Metode Penelitian. Malang: UIN Maliki Pres

 

Kurniansyah, Syatriya. (2005). Problematika Penerapan Metode Gramatika- Tarjamah dalam pengajaran Bahasa Arab di Pondok Pesantren Darul ulum kulon progo Yogyakarta. Skripsi: Fakultas ilmu Tarbiyah dan keguruan UIN Sunan kalijaga Yogyakarta.

 

Munawwir, Ahmad Warson. (2002). Al-Munawwir; Kamus Arab � Indonesia. Surabaya: Pustaka Progresif.

 

Munip, Abdul. (2008). Strategi dan kiat menterjemahkan Teks bahasa Arab kedalam Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Bidang Akademik.

 

Nikmah, Ulin. (2007). Pengembangan Pembelajaran Kitab Kuning di Pondok Pesantren Mamba�ul Hikmah. Skripsi: Fakultas Tarbiyah UIN Malang.

Prastowo, Andi. (2011). Metode Penelitian kualitatif dalam Presfektif rancangan Penelitian. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

 

Sunhaji. (2009). Strategi pembelajaran, konsep, dasar, metode dan Aplikasi dalam Proses Belajar Mengajar. Yogyakarta: Grafindo Litera Media.

 

Syaiful, muh. (2008). � Metode Makna Gandul ( Terjemahan Tradisional) di Pondok Pesantren Al-Luqmaniyyah yogyakarta dalam membantu santri memahami kitab kuning�. Skripsi: Fakultasa ilmu tarbiyah dan keguruan UIN sunan Kalijga Yogyakarta.

 

Syakut, Djunaidi A. Dkk. (2001). Pondok Pesantren Al-Munawwir Krapyak Yogyakarta Sejarah dan perkembangannya. Yogyakarta: Pengurus pusat PP. Al-munawwir Krapyak