�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
7, Special Issue No. 2, Februari 2022
�
FAKTOR-FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI MINAT DALAM MENGADOPSI LAYANAN FINTECH
Yulia Eka Riyanti, Apriliani Adeayu Kurniawati, Emil Fawwaz, Herwikson Sitorus, �Farah Margaretha
Universitas Trisakti, Jakarta, Indonesia
Email: [email protected], [email protected], [email protected], [email protected],
[email protected]
Abstrak
Perkembangan teknologi dan
informasi cukup pesat menuntut masyarakat untuk menggunakan dan memanfaatkan
teknologi-teknologi yang ada dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah
dengan penggunaan internet. Penelitian ini bertujuan untuk menguji dan
memperoleh bukti empiris terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat
seseorang dalam mengadopsi layanan fintech. Sampel dalam penelitian ini berjumlah
130 sampel. Sampel diperoleh melalui penyebaran kuisioner penelitian. Data yang
digunakan dalam penelitian ini adalah data primer dengan metode kuantitatif dan
dianalisis menggunakan analisis regresi linier berganda. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa manfaat yang dirasakan, citra merek, dukungan pemerintah
berpengaruh terhadap sikap. Selanjutnya, citra merek, dukungan pemerintah dan
dan inovasi pengguna berpengaruh terhadap kepercayaan. Di samping itu,
kemudahan penggunaan berpengaruh terhadap manfaat yang dirasakan dan sikap
berpengaruh terhadap minat. Sedangkan kemudahan penggunaan, kepercayaan dan
risiko yang dirasakan tidak berpengaruh terhadap sikap dan risiko yang
dirasakan tidak berpengaruh terhadap kepercayaan. Implikasi dari penelitian ini
yaitu sebagai perusahaan juga perlu mempertimbangkan pengaruh adopsi layanan
fintech dari sisi permintaan dan hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah
wawasan dan pengetahuan terkait layanan fintech.
Kata Kunci: Manfaat yang dirasakan, minat dalam
mengadopsi fintech, sikap, kepercayaan, kemudahan
penggunaan, risiko yang dirasakan, dukungan pemerintah, citra merek
Abstract
The development of
technology and information is quite rapid, requiring people to use and utilize
existing technologies in everyday life, one of which is the use of the
internet. This study aims to examine and obtain empirical evidence related to
the factors that influence a person's interest in adopting fintech services.
The sample in this study is 130 samples. The sample was obtained through the
distribution of research questionnaires. The data used in this study were
primary data with quantitative methods and analyzed using multiple linear
regression analysis. The results showed that perceived usefulness, brand image,
government support had an effect on attitudes. Furthermore, brand image,
government support, and user innovativeness had effect on trust. In addition,
perceived ease of use had affects on perceived usefulness and attitudes had
effect on intentions. While the perceived ease of use, trust and perceived risk
have no effect on attitudes and perceived risk has no effect on trust. The
implication of this research is that as a company it is also necessary to
consider the influence of fintech service adoption from the demand side and the
results of this research are expected to add insight and knowledge related to
fintech services.
�
Keywords:� perceived usefulness, interest to adoption
fintech, attitude, trust, perceived ease of use, perceived risk, government
support, brand image
Pendahuluan
Pada era globalisasi ini, perkembangan teknologi dan informasi cukup pesat. Masyarakat pun saat ini menggunakan
dan memanfaatkan teknologi-teknologi
yang ada dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya adalah dengan penggunaan internet. Saat ini, penggunaan
internet tidak hanya digunakan untuk mencari informasi ataupun berita, namun masyarakat juga dapat menggunakan internet sebagai alat komunikasi.
Hal ini mengakibatkan banyak sekali masyarakat
Indonesia yang menggunakan dan memanfaatkan
internet yang akan mendorong
persaingan bisnis semakin ketat (Lod & Tessa, 2020).
Fenomena ini
dapat menimbulkan dampak negatif berupa tersingkirnya perusahaan yang tidak mampu mengantisipasi persaingan ini. Mereka akhirnya akan runtuh dan menjadi dikalahkan oleh pesaing mereka (Lod & Tessa, 2020). Perkembangan pengguna atau pemakai internet yang pesat ini dikarenakan
dukungan teknologi dan koneksi jaringan mobile yang lancar, artinya akses internet dengan menggunakan teknologi yang sangat
mudah maka pemakai internet akan berkembang dengan cepat (Prayogo, Ellitan, & Muljani, 2021).
Teknologi financial atau yang suka di sebut Financial technology adalah teknologi digital dengan Blockchain, data yang besar,
konsultan investasi dengan kecerdasan buatan dan banyak digunakan di bidang dunia keuangan. Dari perspektif kompetitor, tidak seperti bank yang menawarkan konsumen tiga layanan
keuangan utama yaitu deposito, pembayaran, dan pinjaman. Beberapa perusahaan Fintech lebih fokus untuk
menyediakan pengalaman pelayanan pelanggan kepada pengguna yang lebih baik. Sebagai
perusahaan jasa keuangan tradisional, bank memahami pentingnya pengalaman pengguna dan beberapa di antaranya telah mulai meningkatkan
daya saing dan pasar inti mereka dengan mengakuisisi
saham atau bekerja sama dengan
perusahaan Fintech (Hu, Ding, Li, Chen, & Yang, 2019).
Di dunia digital, penyebaran informasi dan komunikasi telah meningkatkan proses dan aktivitas outsourcing perbankan, namun derajat integrasi
vertikal masih sangat tinggi. Selain itu, jumlah karyawan
bank terus bertambah, sementara jumlah lembaga perbankan terus berkurang. Hal ini menyebabkan bank menghabiskan lebih banyak biaya untuk
teknologi informasi dan komunikasi digital daripada perusahaan lain di industri keuangan. Tingginya investasi teknologi informasi dan komunikasi tidak sejalan dengan
transformasi digital proses bisnis
perbankan dan model bisnis.
Ketidak efisienan akibat situasi ini juga telah mendorong berkembangnya bisnis Fintech Banking seperti
yang diwujudkan saat ini. Tujuan penggunaan
Fintech dalam perbankan adalah untuk meningkatkan
pengalaman pengguna dan efisiensi sistem perbankan (Hu et al., 2019).
Di sisi permintaan,
tidak seperti milenial yang merupakan mayoritas pengguna perusahaan Fintech, orang tua dan
lansia juga merupakan nasabah bank yang dominan. Dari sudut pandang statis, mempelajari faktor-faktor dampak adopsi Fintech oleh pengguna bank dapat membantu menyediakan layanan dan memperkuat kontak antara bank dan pengguna, memberikan wawasan baru dan lebih banyak lagi
pemahaman yang lengkap tentang perhatian adopsi untuk layanan
Fintech. Dari sudut dinamis
melihat, generasi milenial saat ini
kurang mampu secara finansial dibandingkan orang tua mereka, sehingga generasi saat ini
bukan merupakan pengguna utama bank. Namun, seiring berjalannya waktu, kemampuan finansial kaum milenial akan
secara bertahap menguat, dan mereka akan menjadi pengguna
utama. Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, dapat disimpulkan bahwa, tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi minat seseorang dalam mengadopsi layanan fintech.
Metode Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah penelitian kausalitas yang menguji hubungan antar
variabel berdasarkan penelitian-penelitian sebelumnya (Sekaran & Bougie, 2016). Penelitian ini
dimaksudkan untuk mengetahui faktor-faktor yang akan mempengaruhi minat
seseorang dalam mengadopsi layanan fintech. Faktor tersebut di antaranya
preceived usefullness, preceived ease of use, trust, attitude, government
support, brand image, preceived risk dan user inovativeness.
Adapun Teknik pengumpulan data yaitu melalui penyebaran kuisioner kepada responden dengan memberikan beberapa pertanyaan terkait faktor-faktor yang mempengaruhi minat seseorang dalam mengadopsi layanan fintech. Pada kuisioner akan menggunakan skala likert, guna
mengukur presepsi responden mengenai pernyataan maupun pertanyaan tersebut. Adapun bentuk dari skala
likert yaitu sebagai berikut:
-��� Sangat Tidak Setuju (STS) = 1
-��� Tidak Setuju (TS) = 2
-��� Setuju (S) = 3
-��� Sangat Setuju (SS)
= 4
Hasil dan Pembahasan
Data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah data primer atau data yang
diperoleh melalui pengisian kuisioner yang dibagikan kepada masyarakat Jabodetabek. Kuisioner yang disebarkan, mendapat responden sebanyak 180, 49 di antaranya berasal dari luar
Jabodetabek, dan 1 (satu) responden tidak menggunakan layanan fintech apapun. Oleh karena itu, sampel dalam
penelitian ini berjumlah 130, yang terdiri dari :
Tabel 1
�Demografi
Responden
Keterangan |
Jumlah |
Persentase |
Jenis Kelamin: |
|
|
Laki-laki |
40 Orang |
30,77% |
Perempuan |
90 Orang |
69,23% |
Usia: |
|
|
15-20 Tahun |
41 Orang |
31,54% |
21-25 Tahun |
51 Orang |
39,23% |
26-30 Tahun |
25 Orang |
19,23% |
31-35 Tahun |
2 Orang |
1,54% |
>35 Tahun |
11 Orang |
8,46% |
Jenis Pekerjaan: |
|
|
Aparatur Sipil Negara |
11 Orang |
8,46% |
Karyawan Swasta |
44 Orang |
33,84% |
Mahasiswa |
58 Orang |
44,62% |
Wiraswasta |
9 Orang |
6,92% |
Lainnya |
8 Orang |
6,15% |
Pendidikan Terakhir: |
|
|
D3 |
16 Orang |
12,31% |
D4 |
1 Orang |
0,77% |
S1 |
66 Orang |
50,77% |
S2 |
7 Orang |
5,38% |
SMA/SMK |
39 Orang |
30,00% |
Lainnya |
1 Orang |
0,77% |
Jenis Layanan Fintech
yang digunakan: |
|
|
Crowdfunding dan Peer to Peer Lending (Contoh: Modalku dan Kitabisa.com) |
1 Orang |
0,77% |
Crowdfunding dan Peer to Peer Lending (Contoh: Modalku dan Kitabisa.com) |
4 Orang |
3,08% |
Market Aggregator atau Provisioning (Contoh: Cekaja.com, Financer dan Aturduit) |
1 Orang |
0,77% |
Sumber: Hasil olah data 2021
Statistik deskriptif memberikan penjelasan mengenai nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata (mean),
nilai standar deviasi dan range dari variabel independen dan variabel dependen (Ghozali, 2018).
Berikut ini adalah hasil uji statistik deskriptif yang telah dilakukan.
Tabel 2
Hasil Statistik Deskriptif
Variabel |
N |
Minimum |
Maksimum |
Nilai Rata-Rata |
Standar Deviasi |
Preceived Usefullness |
130 |
8,00 |
20,00 |
18,51 |
1,22 |
Preceived Ease of Use |
130 |
2,00 |
8,00 |
7,21 |
1,08 |
Trust |
130 |
3,00 |
12,00 |
9,99 |
1,83 |
Brand Image |
130 |
2,00 |
8,00 |
7,20 |
1,03 |
Preceived Risk |
130 |
3,00 |
12,00 |
9,19 |
2,28 |
Government Support |
130 |
3,00 |
12,00 |
10,25 |
1,62 |
User Innovation |
130 |
3,00 |
12,00 |
9,66 |
1,69 |
Attitude |
130 |
2,00 |
8,00 |
7,04 |
1,07 |
Interest |
130 |
3,00 |
12,00 |
10,45 |
1,62 |
Valid N (listwise) |
130 |
|
|
|
|
Sumber:
Hasil olah data 2021
Uji normalitas bertujuan
untuk menguji variabel independen dengan variabel dependen atau keduanya
memiliki distribusi normal atau tidak� . Residual terdistribusi normal dapat dilihat dengan menggunakan one sample kolomogrov
smirnov, jika nilai signifikansi lebih dari 0,05. Adapun hasil perhitungan uji normalitas adalah sebagai berikut:
Tabel 3
Uji Normalitas
Spesifikasi Model |
Signifikansi |
Keterangan |
Model 1 |
0,057 |
Normal |
Model 2 |
0.079 |
Normal |
Model 3 |
0.072 |
Normal |
Model 4 |
0.055 |
Normal |
Sumber: Data diolah 2021
Dari hasil diata diatas terlihat bahwa hasil uji normalitas terdistribusi normal atau lebih besar
dari 0,05. Sehingga dapat disimpulkan bahwa asumsi yang disyaratkan untuk uji regresi harus terdistribusi
normal tersebut terpenuhi atau dengan kata lain bahwa model regresi ini dapat dilanjutkan.
Tabel 4
Hasil Uji Multikolinearitas
Spesifikasi Model |
Statistics VIF |
Keterangan |
PUATT |
2,701 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
PEU ATT |
3,681 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
TRU ATT |
2,432 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
BI ATT |
2,161 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
PRATT |
1,257 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
GS ATT |
2,629 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
UI ATT |
2,206 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
BI TRU |
1,814 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
PR TRU |
1,245 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
GS TRU |
2,083 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
UI TRU |
2,037 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
PEU PU |
1.100 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
ATT INT |
1.488 |
Lolos Uji Multikolinearitas |
Adapun kriteria yang digunakan
yaitu jika nilai VIF < 10 maka terbebas dari gangguan
multikolinearitas. Dapat disimpulkan bahwa seluruh variabel penelitian lolos uji multikolinearitas.
Pengujian autokorelasi dapat diuji menggunakan statistic
Durbin-Watson. Pada semua model regresi
nilai Durbin-Watson berada diantara nilai dU dan 4-dU (dU<d<4<-dU). Hasil dari pengujian autokorelasi dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 5
Uji Autokorelasi
Spesifikasi Model |
Durbin- Watson |
Nilai du (batas bawah) |
Nilai 4 - dU (batas atas) |
Deteksi Autokorelasi |
Keterangan |
Model 1 |
1,930 |
1,8282 |
2,1718 |
1,8282< 1,930< 2,1718 |
Lolos Uji Autokorelasi |
Model 2 |
1,896 |
1,7774 |
2,2226 |
1.7758 < 1.896 < 2.2226 |
Lolos Uji Autokorelasi |
Model 3 |
1,934 |
1,8346 |
2,1636 |
1.8364 < 1.934 < 2.1636 |
Lolos Uji Autokorelasi |
Model 4 |
1,935 |
1,8346 |
2,1636 |
1.8364 < 1.934 < 2.1636 |
Lolos Uji Autokorelasi |
Sumber:
Hasil olah data 2021
Heterokedastisitas adalah keadaan dimana terjadinya ketidaksamaan varian dan residual
pada model regresi. Model regresi
yang baik adalah yang tidak terjadi heterokedastisitas
(homokedastisitas). Syarat untuk homokedastisitas adalah apabila nilai sig > 0,05. Untuk uji heterokedastisitas ini menggunakan uji Glejser ditunjukan pada tabel di bawah ini:
Tabel 6
Uji Heterokedastisitas
Spesifikasi
Model |
Signifikansi |
Keterangan |
PUATT |
0,536 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
PEU ATT |
0,448 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
TRU ATT |
0,260 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
BI ATT |
0,264 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
PRATT |
0,580 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
GS ATT |
0,380 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
UI ATT |
0,804 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
BI TRU |
0,500 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
PR TRU |
0,709 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
GS TRU |
0,235 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
UI TRU |
0,408 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
PEU PU |
0,493 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
ATT INT |
0,489 |
Lolos Uji Heterokedastisitas |
Sumber: Hasil data diolah
2021
Menurut (Ghozali, 2018)
koefisien determinasi atau nilai adjusted (R2) digunakan untuk mengetahui seberapa besar presentasi sumbangan pengaruh variabel independen secara bersama- sama terhadap variabel
dependen, koefisien determinasi memiliki nilai antara 0 (nol) sampai 1 (satu). Hasil pengujian koefisien determinasi dapat dilihat sebagai
berikut:
Tabel 7
Uji Koefisien Determinasi
Spesifikasi Model |
Presentase |
Model 1 |
71,7% |
Model 2 |
48,1% |
Model 3 |
59,1% |
Model 4 |
70,0% |
Sumber: Hasil data diolah
2021
Uji F menurut (Ghozali, 2018)
digunakan untuk mengetahui pengaruh variabel independent secara bersama-sama terhadap variabel dependen. Tingkat yang digunakan adalah 0,05 atau 5%, jika nilai
signifikan F < 0,05 maka
H1 diterima dan kesimpulannya
adalah variabel independen secara keseluruhan mempengaruhi variabel dependen. Jika nilai signifikan F > 0,05 maka H1 ditolak dan kesimpulannya variabel independen secara keseluruhan tidak mempengaruhi variabel dependen. Tabel 9 menjelaskan hasil pengujian F yang dilakukan.
Tabel 8
Hasil Uji F Simultan
Spesifikasi
Model |
Signifikansi (<0,05) |
Keterangan |
Model 1 |
0,000 |
Ha diterima |
Model 2 |
0,000 |
Ha diterima |
Model 3 |
0,000 |
Ha diterima |
Model 4 |
0,000 |
Ha diterima |
Sumber: Hasil data diolah
2021
Menurut (Ghozali, 2018)
uji parsial (t-Test) digunakan
untuk mengetahui apakah variable independen secara parsial memberikan pengaruh terhadap variabel dependen. Hasil uji t dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 9
Hasil Uji Parsial (t-test)
Spesifikasi Model |
β |
Signifikansi |
Pengaruh |
Keterangan |
PUATT |
0,131 |
0,001 |
Signifikan Positif |
H1 diterima |
PEU ATT |
0,058 |
0,512 |
Tidak Signifikan |
H2 ditolak |
TRU ATT |
0,048 |
0,266 |
Tidak Signifikan |
H3 ditolak |
BI ATT |
0,162 |
0,024 |
Signifikan Positif |
H4 diterima |
PRATT |
-0,032 |
0,188 |
Tidak Signifikan |
H5 ditolak |
GS ATT |
0,113 |
0,025 |
Signifikan Positif |
H6 diterima |
UI ATT |
0,203 |
0,000 |
Signifikan Positif |
H7 diterima |
BI TRU |
0,360 |
0,019 |
Signifikan Positif |
H8 diterima |
PR TRU |
-0,051 |
0,367 |
Tidak Signifikan |
H9 ditolak |
GS TRU |
0,396 |
0,000 |
Signifikan Positif |
H10 diterima |
UI TRU |
0,305 |
0,002 |
Signifikan Positif |
H11 diterima |
PEU PU |
1,581 |
0,000 |
Signifikan Positif |
H12 diterima |
ATT INT |
1,272 |
0,000 |
Signifikan Positif |
H13 diterima |
Sumber: Hasil data
diolah 2021
Berdasarkan tabel 9, dapat disimpulkan bahwa perceived
usefulness, brand image, governance support berpengaruh
terhadap attitude seseorang
dalam mengadopsi fintech dengan nilai signifikansi
masing-masing variabel di bawah
0,05. Selanjutnya, brand image, governance support
dan dan user innovativeness berpengaruh
terhadap trust seseorang dalam mengadopsi fintech nilai signifikansi masing-masing variabel di bawah 0,05. Di samping itu, perceived ease of
use berpengaruh terhadap
perceived usefulness seseorang dalam
mengadopsi fintech dan attitude berpengaruh
terhadap Interest seseorang
dalam mengadopsi fintech dengan nilai signifikansi
masing-masing variabel di bawah
0,05. Sedangkan perceived ease of use, trust dan
perceived risk tidak berpengaruh
terhadap attitude dan perceived risk tidak berpengaruh terhadap trust seseorang dalam mengadopsi fintech karena memiliki nilai signifikansi di atas 0,05.
H1:
Pengaruh Perceived Uselfuness
terhadap Attitude dalam Mengadopsi Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel perceived uselfuness terhadap attitude memiliki nilai signifikan sebesar 0,001 (< 0.05) dan memiliki
koefisien positif. Oleh karena itu, H1 diterima yang berarti perceived uselfuness berpengaruh positif terhadap attitude seseorang dalam mengadopsi layanan fintech. Hal ini dikarenakan preceived usefulness adalah faktor yang banyak digunakan dalam proses mengadopsi layanan fintech, dilihat dari sejauh
mana penggunanaan ini akan meningkatkan efisiensi kinerja tersebut dan dampak positif yang diberikan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Ryu, 2018)
dan (Carlin, Olafsson, & Pagel, 2017)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa perceived uselfuness berpengaruh terhadap attitude. Konsisten dengan hasil penelitian
(Hu et al., 2019)
yang menemukan bahwa
perceived usefulness berpengaruh terhadap
attitude seseorang dalam mengadopsi layanan fintech.
H2:
Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap
Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel Perceived ease of use terhadap
Attitude memiliki nilai signifikan sebesar 0,512
(>0,05) dan memiliki koefisien
positif. Oleh karena itu, perceived ease of use tidak berpengaruh terhadap attitude seseorang dalam mengadopsi layanan fintech, sehingga H2 ditolak. Hasil ini didukung oleh Perangin-angin, (Respati, Yulianto, & Kusumawati, 2016)
yang menemukan bahwa
perceived ease of use tidak berpengaruh
terhadap Attitude. Hasil ini
bertolak belakang dengan yang menemukan bahwa trust berpengaruh terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Hal ini dikarenakan bahwa tidak semua
kalangan yang diberikan kemudahan akan mempengaruhi sikap mereka dalam mengadopsi
layanan fintech (Perangin-angin, Respati, & Kusumawati, 2018).
H3:
Pengaruh Trust terhadap
Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel trust terhadap attitude memiliki nilai signifikan sebesar 0,266
(>0,05). Oleh karena itu,
trust tidak berpengaruh terhadap attitude seseorang dalam mengadopsi layanan fintech, sehingga H3 ditolak. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian (Hu et al., 2019) dan (Gupta & Arora, 2017) yang
menemukan bahwa trust berpengaruh positif signifikan terhadap attitude mereka dalam mengadopsi
layanan fintech. Temuan ini didukung oleh penelitian (Lod & Tessa, 2020)
yang menemukan bahwa trust tidak berpengaruh terhadap attitude. Hal ini menyatakan bahwa kepercayaan belum menjadi fokus yang digunakan dalam menarik sikap pengguna
untuk mengadopsi layanan fintech.
H4:
Pengaruh Brand Image terhadap
Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel brand image terhadap
attitude dalam mengadopsi layanan fintech memiliki nilai signifikan sebesar 0,024 (<0.05) dan memiliki
koefisien positif. Oleh karena itu H4 diterima
yang berarti brand image berpengaruh
positif terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Hal ini dikarenakan brand image merupakan
aset tak berwujud dengan nilai ekonomi, yang menunjukkan perbedaannya dengan konsep-konsep yang abstrak dan khas, sehingga menghasilkan refleksi komprehensif dari efek positif
pada pengguna. Penelitian ini sejalan dengan
penelitian yang dilakukan
oleh (Hu et al., 2019)
dan (Ndari & Setyawan, 2021)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa brand image berpengaruh positif terhadap attitude. Selain itu, Augtiah (2021) menemukan bahwa green brand image
berpengaruh terhadap
consumer attitude.
H5:
Pengaruh Preceived risk terhadap Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel perceived risk terhadap
attitude memiliki nilai signifikan sebesar 0,188
(>0,05). Oleh karena itu,
perceived risk tidak berpengaruh
terhadap attitude seseorang
dalam mengadopsi layanan fintech, sehingga H5 ditolak. Hasil ini bertolak belakang dengan penelitian (Hu et al., 2019)
yang menemukan bahwa
perceived risk berpengaruh terhadap
attitude. Namun, hasil ini didukung oleh penelitian (Ashari & Widayanto, 2018)
menemukan bahwa perceived
risk tidak berpengaruh terhadap attitude. Hal ini dikarenakan pengetahuan konsumen tentang risiko yang akan dihadapi, semakin banyak risiko yang dihadapi akan memberi
dampak buruk terhadap penyaluran perasaan berupa sikap dalam mengadopsi
layanan fintech (Ashari & Widayanto, 2018).
H6:
Pengaruh Government Support terhadap
Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil regresi linier berganda government support memiliki
nilai signifikan sebesar 0,025 (<0.05) dan memiliki
koefisien positif. Oleh karena itu H6 diterima
yang berarti government support berpengaruh
positif terhadap attitude. Pemerintah memiliki kredibilitas yang baik, maka dapat meningkatkan
kredibilitas dan keandalan produk atau layanan.
Hal ini dapat dilakukan dengan meningkatkan publisitas penerapan teknologi dalam inovasi keuangan
dan investasi infrastruktur
seperti pembangunan jaringan komunikasi. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hu et al., 2019)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa government
support berpengaruh positif
terhadap attitude.
H7:
Pengaruh User Innovation terhadap
Attitude dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi user innovation
memiliki nilai signifikan sebesar 0,000
(<0.05) dan memiliki koefisien
positif. Oleh karena itu H7 diterima yang berarti user innovation berpengaruh
positif terhadap attitude.
Hal ini dikarenakan inovasi pengguna merupakan sebagai tingkat adopsi awal individu untuk
mencoba produk baru, teknologi baru, atau layanan
baru, sehingga inovasi yang dimiliki seseorang dapat mempengaruhi sikap merkea untuk beralih
menggunakan layanan
fintech. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Leicht, Chtourou, & Youssef, 2018), (Hu et al., 2019)
dan (Adeiza, Azizi Ismail, & Marissa
Malek, 2017)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa user innovation berpengaruh positif terhadap attitude.
H8:
Pengaruh Brand Image terhadap
Trust dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel brand image terhadap
trust memiliki nilai signifikan sebesar 0,019
(<0.05) dan memiliki koefisien
positif. Oleh karena itu H8 diterima yang berarti brand image berpengaruh positif terhadap trust. Persepsi pengguna terhadap merek telah dikonseptualisasikan dan dilihat sebagai prasyarat untuk kepercayaan suatu organisasi. Dalam proses menerima layanan fintech, pengguna perlu memberikan banyak informasi pribadi yang bersifat pribadi, sehingga brand image yang baik dapat meningkatkan kepercayaan pengguna karena secara efektif
mengurangi risiko. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hu et al., 2019) (Shapiro, Reams, & So, 2019)
dan (Basak, Govender, & Govender, 2016) yang
menunjukan hasil penelitian bahwa brand image berpengaruh positif terhadap trust.
H9:
Pengaruh Preceived Risk terhadap Trust dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel perceived risk terhadap
trust memiliki nilai signifikan sebesar 0,367
(>0,05). Oleh karena itu,
perceived risk tidak berpengaruh
terhadap trust seseorang dalam mengadopsi layanan fintech, sehingga H9 ditolak. Hasil ini bertolak belakang dengan temuan (Malaquias & Hwang, 2016)
dan (Hu et al., 2019)
yang menemukan bahwa
perceived risk berpengaruh terhadap
trust. Namun, hasil ini didukung oleh penelitian (Karnadjaja, Tulipa, & Lukito, 2018)
menemukan bahwa perceived
risk tidak berpengaruh terhadap trust. Hal ini dikarenakan bahwa risiko yang dirasakan oleh konsumen tidak akan mempengaruhi kepercayaan konsumen dalam mengadopsi layanan fintech, meskipun risiko itu tergolong
rendah, konsumen belum sepenuhnya mampu mempercayai berbagai datanya dalam layanan fintech (Karnadjaja et al., 2018).
H10:
Pengaruh Government Support terhadap
Trust dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel government support terhadap
trust memiliki nilai signifikan sebesar 0,000
(<0.05) dan memiliki koefisien
positif. Oleh karena itu H10 diterima yang berarti government support berpengaruh
positif terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech. Hal ini menyatakan bahwa apabila pemerintah merumuskan kebijakan yang relevan pada layanan fintech, maka dukungan pemerintah
akan memiliki pengaruh pada adopsi teknologi dan minat penggunaan yang berkelanjutan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Marakarkandy, Yajnik, & Dasgupta, 2017)
dan (Hu et al., 2019)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa government
support berpengaruh positif
terhadap trust.
H11:
Pengaruh User Innovation terhadap
Trust dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel user inovativeness terhadap trust memiliki nilai signifikan sebesar 0,002 (<0.05) dan memiliki
koefisien positif. Oleh karena itu H11 diterima yang berarti user
innovation berpengaruh positif
terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech.
Ketika minat pengguna dalam bidang baru
meningkat, maka inovasi dapat menanggung
tingkat ketidakpastian yang
tinggi dan memiliki minat yang lebih positif untuk menggunakan
inovasi tersebut. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Leicht et al., 2018)
dan (Hu et al., 2019)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa user innovation berpengaruh positif terhadap trust.
H12:
Pengaruh Perceived Ease of Use terhadap
Perceived Usefulness dalam Mengadopsi
Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel perceived ease of use terhadap
perceived usefulness memiliki nilai
signifikan sebesar 0,000
(<0.05) dan memiliki koefisien
positif. Oleh karena itu H12 diterima yang berarti perceived ease of use berpengaruh
positif terhadap perceived uselfulness. Dalam mengadopsi layanan fintech, pengguna akan merasakan
manfaatnya ketika pengguna menggunakan sistem informasi yang mudah dioperasikan, sehingga hal ini
akan menjadi suatu kepuasan untuk konsumen. Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh (Hu et al., 2019)
menunjukan hasi penelitian bahwa perceived ease
of use berpengaruh positif terhadap perceived uselfulness.
H13:
Pengaruh Attitude terhadap
Interest dalam Mengadopsi Layanan Fintech
Berdasarkan hasil uji regresi variabel variabel attitude terhadap Interest memiliki nilai signifikansi sebesar 0,000 (<0.05) dan memiliki
koefisien positif. Oleh karena itu H13 diterima yang berarti attitude berpengaruh positif terhadap Interest dalam mengadopsi layanan fintech. Hal ini menunjukan bahwa penilian subjektif pengguna dan kecenderungan pribadi yang terkait dengan sesuatu dipengaruhi oleh sikap atau perulaku
seseorang. Hasil penelitian
ini sejalan dengan (Hu et al., 2019),
(Prayogo et al., 2021)
dan (Szopiński, 2016)
yang menunjukan hasil penelitian bahwa attitude berpengaruh positif terhadap Interest dalam mengadopsi fintech.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis data seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya, maka dapat disimpulkan bahwa Perceived uselfuness berpengaruh positif terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Perceived ease of use tidak berpengaruh terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Trust tidak berpengaruh terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Brand image berpengaruh positif terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Preceived risk tidak berpengaruh terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Government support berpengaruh positif terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. User innovation berpengaruh positif terhadap attitude dalam mengadopsi layanan fintech. Brand image berpengaruh positif terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech. Preceived risk tidak berpengaruh terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech. Government support berpengaruh positif terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech. User innovation berpengaruh positif terhadap trust dalam mengadopsi layanan fintech. Perceived ease of use berpengaruh positif terhadap perceived uselfulness dalam mengadopsi layanan fintech. Attitude berpengaruh positif terhadap interest dalam mengadopsi layanan fintech.
Adeiza, Adams, Azizi Ismail, Noor, & Marissa
Malek, Marlin. (2017). An empirical examination of the major relationship
factors affecting franchisees� overall satisfaction and intention to stay. Iranian
Journal of Management Studies, 10(1), 31�62.
Google Scholar
Ashari, Riko, & Widayanto, Widayanto.
(2018). Pengaruh Kepercayaan Dan Risiko Terhadap Keputusan Pembelian Melalui
Sikap Pengguna Pada Situs Belanja Online Lazada. Com (Studi Pada Mahasiswa
Fakultas Ilmu Sosial Dan Ilmu Politik Universitas Diponegoro Semarang). Jurnal
Ilmu Administrasi Bisnis, 7(1), 209�218. Google Scholar
Basak, Sujit Kumar, Govender, Desmond
Wesley, & Govender, Irene. (2016). Examining the impact of privacy,
security, and trust on the TAM and TTF models for e-commerce consumers: A pilot
study. 2016 14th Annual Conference on Privacy, Security and Trust (PST),
19�26. IEEE. Google Scholar
Carlin, Bruce, Olafsson, Arna, & Pagel,
Michaela. (2017). Fintech adoption across generations: Financial fitness in
the information age. National Bureau of Economic Research. Google Scholar
Ghozali, Imam. (2018). Aplikasi analisis
multivariate dengan program IBM SPSS 25. Google Scholar
Gupta, Anil, & Arora, Neelika. (2017).
Consumer adoption of m-banking: a behavioral reasoning theory perspective. International
Journal of Bank Marketing. Google Scholar
Hu, Zhongqing, Ding, Shuai, Li, Shizheng,
Chen, Luting, & Yang, Shanlin. (2019). Adoption intention of fintech
services for bank users: An empirical examination with an extended technology
acceptance model. Symmetry, 11(3), 340. Google Scholar
Karnadjaja, Claudia Cindy, Tulipa, Diyah,
& Lukito, Robertus Sigit Haribowo. (2018). Pengaruh persepsi risiko,
manfaat, dan kemudahan penggunaan terhadap minat belanja online melalui
kepercayaan dan sikap pada konsumen Zalora di Surabaya. Kajian Ilmiah
Mahasiswa Manajemen, 6(2), 116�130. Google Scholar
Leicht, Thomas, Chtourou, Anis, &
Youssef, Kamel Ben. (2018). Consumer innovativeness and intentioned autonomous
car adoption. The Journal of High Technology Management Research, 29(1),
1�11. Google Scholar
Lod, Sulivyo, & Tessa, Handra. (2020).
The Effect of Trust-Worthiness, Epertness, Similarity, and Attractiveness on
Brand Attitude and Attitude towards Advertisements as Mediation Variables in
Brand. RJOAS: Russian Journal of Agricultural and Socio-Economic Sciences,
10, 52�59. Google Scholar
Malaquias, Rodrigo F., & Hwang, Yujong.
(2016). An empirical study on trust in mobile banking: A developing country
perspective. Computers in Human Behavior, 54, 453�461. Google Scholar
Marakarkandy, Bijith, Yajnik, Nilay, &
Dasgupta, Chandan. (2017). Enabling internet banking adoption: An empirical
examination with an augmented technology acceptance model (TAM). Journal of
Enterprise Information Management. Google Scholar
Ndari, Rosita Wulan, & Setyawan, Anton
Agus. (2021). Pengaruh Brand Image dan Brand Trust Terhadap Brand Attitude
pada Merek Produk Make Over di Surakarta. Universitas Muhammadiyah
Surakarta. Google Scholar
Perangin-angin, Widia Afriani, Respati,
Agustini Dyah, & Kusumawati, Maharani Dhian. (2018). Pengaruh perceived
usefulness dan perceived ease of use terhadap attitude toward using e-faktur. Jurnal
Riset Ekonomi Dan Manajemen, 16(2), 307�322.
Google Scholar
Prayogo, Cornelia, Ellitan, Lena, &
Muljani, Ninuk. (2021). Pengaruh Perceived Usefulness, Perceived Risk Dan
Perceived Ease Of Use Terhadap Interest Online Purchase Yang Dimediasi Consumer
Attitude Pada Aplikasi Dealjava Di Surabaya. Jurnal Ilmiah Mahasiswa
Manajemen, 10(1). Google Scholar
Respati, Januarisya, Yulianto, Edy, &
Kusumawati, Andriani. (2016). Pengaruh Kualitas Pelayanan Terhadap Kepuasan
Nasabah dan Dampaknya Pada Loyalitas Nasabah (Studi Pada Nasabah Tabungan Bank
BCA KCU Pusat Kota Malang). Jurnal Administrasi Bisnis, 41(1), 37�42. Google Scholar
Ryu, Hyun Sun. (2018). What makes users
willing or hesitant to use Fintech?: the moderating effect of user type. Industrial
Management & Data Systems. Google Scholar
Sekaran, Uma, & Bougie, Roger. (2016). Research
methods for business: A skill building approach. John Wiley & Sons. Google Scholar
Shapiro, Stephen L., Reams, Lamar, &
So, Kevin Kam Fung. (2019). Is it worth the price? The role of perceived
financial risk, identification, and perceived value in purchasing pay-per-view broadcasts
of combat sports. Sport Management Review, 22(2), 235�246. Google Scholar
Szopiński, Tomasz Stanisław.
(2016). Factors affecting the adoption of online banking in Poland. Journal
of Business Research, 69(11), 4763�4768. Google Scholar
Copyright holder: Yulia Eka Riyanti, Apriliani Adeayu Kurniawati, Emil Fawwaz, Herwikson Sitorus, Farah Margaretha (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |