�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
Vol.
7, No. 3, Maret 2022
�
HUBUNGAN MOTIVASI DENGAN SIKAP DALAM MENCUCI TANGAN PADA KELUARGA PASIEN DI RUANG HEMODIALISA RUMAH SAKIT DUSTIRA
Akademi Keperawatan RS. Dustira, Cimahi, Indonesia
Email: [email protected], [email protected]
Abstrak
Adanya kontaminasi mikroorganisme melalui tangan memiliki peranan penting terhadap terjadinya infeksi nosocomial. Pengetahuan terhadap peran kebersihan tangan dalam mengurangi
penularan organisme ini sangat penting, namun seringkali keluarga pasien yang ada di rumah sakit
tidak mengindahkan akan hal ini.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan motivasi dengan sikap dalam mencuci
tangan pada keluarga pasien di ruang hemodialisa Rumah Sakit Dustira. Penelitian menggunakan Teknik accidental
sampling dengan jumlah responden sebanyak 37 orang.
Hasil penelitian menunjukkan
bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat Pendidikan, status
pekerjaan, tingkat pengetahuan, pengawasan, fasilitas, dan kebijakan dengan perilaku mencuci tangan pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira (p value > 0,05). Penelitian
lebih lanjut perlu dilakukan lebih mendalam mengenai factor-faktor yang memengaruhi seseorang melakukan cuci tangan di rumah sakit.
Kata Kunci: cuci tangan; keluarga pasien; motivasi; rumah sakit
Abstract
The presence of microorganisms through the
hands has an important role in the occurrence of nosocomial infections.
Knowledge of hand hygiene in reducing the transmission of this disease is very
important, but often the patient's family in the hospital will not heed this.
This study aims to determine the relationship between motivation and attitude
in hand washing in the patient's family in the hemodialysis room at Dustira Hospital. The study used accidental sampling technique
with 37 respondents. The results showed that there was no relationship between
education level, employment status, level, supervision, facilities, and
handwashing behavior policy in the patient's family in the hemodialysis room at
Dustira Hospital (p value > 0.05). Further
research needs to be done more deeply about the factors that influence someone
to wash their hands in hospital.
Keywords: hand hygiene; hospital; patient�s
family; motivation
Pendahuluan
Rumah
sakit mungkin dapat menjadi tempat berkembang biak dan tumbuh suburnya berbagai
jenis mikroorganisme. Untuk mengatasi masalah tersebut, maka diperlukan suatu
upaya pengendalian infeksi yang efektif di rumah sakit sehingga kemungkinan
terjadinya penularan infeksi di dalam lingkungan rumah sakit dapat
diminimalisir. Peran perawat selalu penting dalam mengontrol infeksi dimana
perawat yang menyediakan perawatan setiap waktu secara konsisten pada klien
yang dirawat di rumah sakit.
Keluarga
pasien merupakan pihak yang mempunyai hak untuk mengetahui status kesehatan
pasien yang paling utama. Keluarga pasien mempunyai hak untuk diberitahukan
tentang apa saja yang terjadi pada pasien. Keluarga pasien juga berpengaruh penting
dalam kejadian infeksi nosokomial yang ada di suatu ruangan rumah sakit, hal
tersebut dikarenakan banyaknya keluarga pasien yang keluar masuk ke ruang
perawatan pasien dengan mengabaikan hand hygiene dan tanpa perawat mengetahui
status kesehatan keluarga pasien tersebut (Puspitasari, 2012). Sumber utama
kontaminasi silang di rumah sakit adalah perpindahan mikroorganisme dari tangan
(Akyol, 2005). Pada jurnal yang ditulis oleh Agus Karabay dkk (2005) bahwa
keluarga pasien akan kontak secara langsung dengan pasien selain itu keluarga
pasien juga akan kontak dengan lingkungan diluar dan perlengkapan benda yang
yang terkontaminasi dan tangan keluarga pasien akan menjadi media transmisi
organisme yang telah mengkontaminasi tangan keluarga pasien.
Meningkatnya
resiko infeksi pada pasien ditingkatkan oleh kontaminasi silang yang terjadi
selama pasien dirawat di rumah sakit. Ancaman
bagi pasien yang berada di departemen-departemen resiko tinggi adalah infeksi
nosokomial dan salah satu departemen yang memiliki resiko tinggi yaitu intensif
care unit (Ji dkk, 2009). Setiap tahun diperkirakan dua juta pasien mengalami
infeksi pada saat di rumah sakit, infeksi ini disebut infeksi nosokomial yang
diakibatkan karena ada transmisi organisme patogen yang didapat pasien dalam
waktu 3 x 24 jam pertama masa hospitalisasi (Napitupulu, 2009). Hospital
Associated Infection (HAIs) adalah infeksi yang didapatkan pasien selama menjalankan
perawatan di rumah sakit. HAIs masih menjadi permasalahan diseluruh dunia.
Program
hand hygiene ini sudah ada sejak tahun 2006, dengan mengadopsi teknik
pelaksanaan hand hygiene menurut WHO. Namun hingga saat ini belum diketahui
apakah pelaksanaan hand hygiene sudah dilaksanakan sesuai prosedur yang telah
ditentukan karena sampi saat ini belum ada evaluasi terhadap pelaksanaan hand
hygiene ini. Menurut Perry & Potter (2005), hand hygiene merupakan teknik
dasar yang paling penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi. hand
hygiene adalah proses membuang kotoran dan debu secara mekanik dari kulit kedua
belah tangan dengan memakai sabun dan air (Tietjen, et.al., 2004). Untuk
memberikan informasi dan edukasi mengenai pentingnya hand hygiene dapat dilaksanakan
melalui program pendidikan kesehatan. Pendidikan secara umum adalah segala
upaya yang direncanakn untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok
atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang dihrapkan oleh pelaku
pendidikan. Pendidikan kesehatan hand hygiene dilakukan untuk menjelaskan
pentingnya hand hygiene, sehingga setelah keluarga pasien mendapatkan
pengetahuan tentang hand hygiene dan didukung fasilitas dapat meningkatkan
pengetahuan, kesadaran, dan sikap keluarga pasien dengan kesadaran sendiri
melaksanakan hand hygiene sesuai prosedur (Notoatmojo, 2003). Setelah keluarga
pasien melaksanakan hand hygiene diharapkan keluarga pasien dapat mematuhi
pelaksanaan hand hygiene sesuai prosedur 6 langkah hand hygiene .
Kepatuhan
(adherence) adalah suatu bentuk perilaku yang timbul akibat adanya interaksi
sehingga setelah merekamengerti konsekwensinya dan menyetujui rencana tersebut
mereka akan melaksanakan nya (Kemenkes R.I., 2011). Sedangkan menurut Ali (1999)
dalam Slamet (2007), kepatuhan berasal dari kata dasar patuh, yang berarti
disiplin dan taat. Patuh adalah suka menurut perintah, taat pada perintah atau
aturan. Sedangkan kepatuhan adalah perilaku sesuai aturan dan berdisiplin.
Pengukuran kepatuhan prosedur 6 langkah hand hygiene dapat dilakukan
menggunakan lembar observasi yaitu dengan cara mengumpulkan data yang
diperlukan untuk mengukur indikator-indikator yang telah dipilih. Indikator
tersebut sangat diperlukan sebagai ukuran tidak langsung mengenai standar dan
penyimpangan yang diukur melalui sejumlah tolok ukur atau ambang batas yang
digunakan oleh organisasi merupakan penunjuk derajat kepatuhan terhadap standar
tersebut. Jadi, suatu indikator merupakan suatu variabel (karakteristik)
terukur yang dapat digunakan untuk menentukan derajat kepatuhan terhadap
standar atau pencapaian tujuan mutu.
Di
samping itu indikator juga memiliki karakteristik yang sama dengan standar,
misalnya karakteristik itu harus reliabel, valid, jelas, mudah diterapkan, sesuai
dengan kenyataan, dan juga dapat diukur (Al-Assaf, 2003). Dalam pelayanan yang
di berikan di ruang hemodialisa, Pasien dan keluarga memiliki kebutuhan dasar
untuk saling bertemu dengan petugas pemberi layanan kesehatan dan hal itu akan
menyebabkan baik tidaknya pelayanan di satu institusi sehingga merupakan
pelayanan yang holistik. Kebutuhan dasar yang diperlukan oleh keluarga pasien
di hemodialisa, yaitu Kebutuhan untuk selalu berada di dekat pasien. Dalam hal
ini peran keluarga sangat dibutuhkan dalam proses penyembuhan pasien oleh
karena itu keluarg yang keluar masuk ruangan hemodialisa harus menjaga hand
hygiene (Depkes RI, 2011).
Berdasarkan
latar belakang di atas maka peneliti ingin melakukan penelitian dengan judul
�Hubungan Motivasi dengan Kepatuhan dalam Mencuci tangan pada Keluarga Pasien
di Ruang Hemodialisa Rumah Sakit Dustira�.
Metode Penelitian
Kerangka konsep
penelitian ini terdiri dari dua
variabel yaitu: variabel independen dan variabel dependen. Populasi dalam penelitian ini telah memenuhi kriteria inklusi antara lain:� keluarga pasien yang menunggu di ruang hemodialisa, memiliki waktu untuk mengisi
kuesioner, dan bersedia untuk menjadi responden.
Populasi yang memenuhi kriteria inklusi tersebut di atas ditentukan pada Rumah Sakit Dustira.� Penentuan jumlah sampel dengan
menggunakan tehnik
accidental sampling. Cara pengambilan sampel ini adalah
dengan mengambil semua anggota populasi
menjadi sampel dalam kurun waktu
tertentu.
Penelitian ini
menggunakan alat pengumpul data berupa kuesioner. Kuesioner ini terdiri dari
beberapa pertanyaan yang dirancang oleh peneliti yang mengacu pada variabel motivasi intrinsik, motivasi ekstrinsik, dan sikap dalam mencuci
tangan pada keluarga pasien di ruang hemodialisa Rumah Sakit Dustira Cimahi. Pengolahan dan analisis data dilakukan secara manual dan menggunakan komputer.
A. Analisis univariat
Analisis univariat
dilakukan pada setiap variabel independen dan dependen dari hasil
penelitian. Analisis ini disajikan dalam
bentuk distribusi frekuensi, proporsi, diagram, dan
uraian secara tekstular. Pengukuran ini dilakukan sebagai
data dasar untuk pengukuran data selanjutnya baik data nominal maupun ordinal
yang diperoleh dari responden yang telah dikategorikkan. Analisis data
yang telah dikategorikkan akan menggunakan cut of point yaitu nilai hitung
mean sehingga dapat ditentukan nilai dari masa kerja, tingkat pengetahuan, kebijakan, pengawasan, fasilitas, dan sikap. Sedangkan untuk menganalisis data ordinal dilakukan
sesuai dengan urutan atau tingkatan
yang sudah dikategorikkan.
B. Analisis bivariat
Pada tahap
ini analisis yang digunakan adalah dengan menghubungkan
masing-masing variabel independen
dengan dependen. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk melihat apakah hubungan terjadi memang bermakna secara statistik atau hanya terjadi
secara kebetulan. Metode
uji statistik yang digunakan
adalah chi square dengan membandingkan hasil p value dengan tingkat kemaknaan atau α = 0,05, artinya jika diperoleh
nilai p < 0,05 berarti ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen dan Jika nilai p >
0,05 berarti tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Hasil dan Pembahasan
� Hasil penelitian yang disajikan
pada bab ini merupakan data kuantitatif yang didapatkan dari pengolahan dan
analisis jawaban kuesioner 37 responden di ruang hemodialisa Rumah Sakit
Dustira Cimahi, Jawa Barat. Hasil pengolahan dan anlisis data dapat dibagi
menjadi dua bagian yaitu analisis univariat dan analisis bivariat.
A.
Analisis
Univariat
Data identitas responden dari pendidikan terakhir
dianlisis dengan menggunakan tabel distribusi frekuensi. Status pekerjaan,
kebijakan, dan pengawasan dianalisis dengan menggunakan diagram batang.
Sedangkan tingkat pengetahuan, fasilitas, dan sikap dianalisis dengan
menggunakan diagram pie. Analisis data yang telah dikategorikkan akan
menggunakan cut of point yaitu nilai hitung mean sehingga dapat ditentukan
nilai dari tingkat pengetahuan, kebijakan, pengawasan, fasilitas, dan sikap.
Sedangkan untuk menganalisis data ordinal dari pendidikan terakhir dan status
pekerjaan dilakukan sesuai dengan urutan atau tingkatan yang sudah
dikategorikkan.�
1.
Pendidikan
terakhir
Tabel
1
responden berdasarkan pendidikan
terakhir di ruang hemodialisa
Pendidikan Terakhir |
F |
% |
SD/SMP/SMA |
2 |
5,4 |
S1 |
34 |
91,9 |
S2 |
1 |
2,7 |
Total |
37 |
100,0 |
Sumber: Data Primer
Dari tabel 1 di atas dapat disimpulkan bahwa secara
mayoritas (91,9%) responden adalah lulusan S1, yaitu suatu jenjang pendidikan
tinggi dimana masa pendidikannya ditempuh selama minimal 3,5-4 tahun setelah
menyelesaikan pendidikan dibangku SMU atau SPK/sederajat.
2.
Status
pekerjaan
Berdasarkan hasil pengumpulan data di ruang
hemodialisa, kategori status pekerjaan yang ada saat ini terbagi 2 jenis,
yaitu: bekerja dan tidak bekerja. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada
gambar 1 berikut.
Tidak bekerja 100.0% 80.0% 60.0% 40.0% 20.0% 0.0% 86,5% 13,5% Bekerja Sumber: Data primer
Gambar 1
Responden berdasarkan status pekerjaan di ruang hemodialisa
RS Dustira, �Jawa Barat
Dari gambar 1 di atas diketahui bahwa sebagian besar
(86,5%) responden
berstatus sebagai
pekerja, yang mana
setiap bulannya mereka menerima gaji dari tempat
kerjanya sebagai jerih
payahnya sehingga mereka dapat menghidupi diri dan keluarganya.
3.
Tingkat
pengetahuan
Dari hasil perhitungan terhadap tingkat pengetahuan keluarga pasien diperoleh
nilai rata-ratanya adalah 6,27 dengan tingkat pengetahuan minimumnya adalah 5
dan tingkat pengetahuan maksimumnya adalah 7. Oleh karena distribusi normal,
maka digunakan cut of point mean, sehingga diperoleh kategori tinggi apabila
≥ 6,27, dan kategori rendah jika < 6,27. Maka akan terlihat
sebagaimana gambar 5.3 berikut ini.
Rendah Tinggi 81,1% 18,9%
Gambar 3
Responden berdasarkan tingkat pengetahuan di ruang hemodialisa RS Dustira
Sumber: Data primer
Dari gambar 3 di atas diketahui bahwa secara
keseluruhan atau sebagian besar tingkat pengetahuan keluarga
pasien terhadap
sikap dalam perilaku
mencuci tangan di ruang hemodialisa
RS Dustira berada
dalam kategori tinggi (81,1%).
4.
Pengawasan
Rata-rata pengawasan di tempat kerja adalah 9,89 dengan pengawasan minimumnya adalah 0
dan pengawasan maksimumnya adalah 18. Oleh karena distribusi normal, maka
digunakan cut of point mean, sehingga diperoleh kategori ada pengawasan apabila
≥ 9,89 dan kategori pengawasan tidak ada jika < 9,89. Maka akan
tergambar sebagaimana gambar 4 berikut.
Ada 40,5% Tidak ada 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% Sumber: Data primer 59,5%
Gambar 4
�Responden
Berdasarkan Pengawasan di
Ruang Hemodialisa RS Dustira��
Dari gambar 4 di atas diketahui bahwa 59,5% ada dilakukan pengawasan
oleh pihak rumah sakit terhadap sikap dalam Tindakan hand hygiene
pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira
5. Kebijakan
Dari hasil perhitungan terhadap kebijakan rumah sakit diperoleh
nilai rata-ratanya adalah 14,78 dengan kebijakan minimumnya adalah 5 dan kebijakan maksimumnya adalah 24. Oleh karena distribusi normal, maka digunakan cut of point mean,
sehingga diperoleh kategori ada kebijakan
apabila ≥ 14,78 dan kategori
tidak ada kebijakan jika < 14,78. Maka akan terlihat sebagaimana
gambar 5 berikut ini.
Ada Tidak ada �Sumber: Data primer 70.0% 60.0% 50.0% 40.0% 30.0% 20.0% 10.0% 0.0% 32.4 % 67.6%
Gambar 5
Jumlah Perawat Berdasarkan
Kebijakan di Ruang Hemodialisa
RS Dustira
Dari gambar 5 di atas diketahui bahwa kebijakan yang dilakukan oleh pihak rumah sakit
terhadap sikap dalam Tindakan hand hygiene pada keluarga
pasien di ruang hemodialisa RS Dustira berada dalam kategori
ada dilakukan kebijakan (54,1%).
6. Fasilitas
Rata-rata fasilitas di tempat perawat bekerja adalah 7,59 dengan
fasilitas minimumnya adalah 0 dan fasilitas maksimumnya adalah 12. Oleh karena distribusi normal, maka digunakan cut of point mean, sehingga
diperoleh kategori cukup fasilitas apabila ≥ 7,59 dan kategori
fasilitas tidak cukup jika < 7,59. Maka dilihat pada gambar 6 berikut.
Tidak cukup Cukup 32.4% 67.6%
Gambar 6
Responden berdasarkan fasilitas
di Hemodialisa RS Dustira
Sumber: Data primer
Dari gambar 6 di atas diketahui bahwa fasilitas cukup (59,5%) yang disediakan oleh pihak rumah sakit dalam
Tindakan cuci tangan pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira.
7. Sikap
Dari hasil perhitungan terhadap sikap keluarga pasien diperoleh nilai rata-ratanya adalah 29,41 dengan sikap minimumnya adalah 5 dan sikap maksimumnya adalah 36. Oleh karena distribusi normal, maka digunakan cut of point mean, sehingga diperoleh kategori sikap positif apabila ≥ 29,41 dan kategori sikap negatif� jika < 29,41. Maka dapat dilihat seperti gambar 7 berikut ini.
Positif Negatif 29,7% 70,3%
Gambar 7
Responden berdasarkan sikap
di ruang hemodialisa RS Dustira
Sumber: Data primer
Dari gambar 7 di atas diketahui bahwa sikap keluarga pasien dalam Tindakan cuci tangan di ruang hemodialisa RS Dustira berada dalam kategori sikap positif (70,3%).
B.
Analisis Bivariat
Pada tahap ini analisis yang digunakan adalah dengan menghubungkan masing-masing variabel independen dengan dependen. Analisis yang dilakukan bertujuan untuk melihat apakah hubungan terjadi memang bermakna secara statistik atau hanya terjadi secara kebetulan.
Hubungan antara tingkat pendidikan dengan sikap keluarga
pasien dalam perilaku hand hygiene pada keluarga
pasien di ruang hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 2 berikut ini.
Tabel 2
Responden berdasarkan hubungan
tingkat pendidikan dengan sikap di ruang rawat Hemodialisa RS Dustira
Tingkat Pendidikan |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
N |
% |
n |
% |
|||
SD/SMP/SMA |
1 |
50,0 |
1 |
50,0 |
2 |
100,0 |
2,778 0,157 - 49,218 |
0,231 |
SI |
9 |
26,5 |
25 |
73,5 |
34 |
100,0 |
||
S2 |
1 |
100,0 |
0 |
0,0 |
1 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
100,0 |
26 |
100,0 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari tabel 2
di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square dengan tingkat
kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,231, sehingga pvalue
> ptabel atau 0,231 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan
antara tingkat pendidikan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira
Hubungan antara status pekerjaan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan hand
hygiene pada keluarga pasien
di ruang rawat Hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 3 berikut ini.
Tabel 3
Responden berdasarkan hubungan
status pekerjaan dengan sikap di ruang
Hemodialisa RS Dustira
Status Pekerjaan |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak bekerja |
0 |
0,0 |
5 |
100,0 |
5 |
100,0 |
1,524 1,524 � 1,958 |
0,151 |
Bekerja |
11 |
34,4 |
21 |
65,6 |
32 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
29,7 |
26 |
70,3 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari
tabel 3 di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square
dengan tingkat kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,151, sehingga pvalue
> ptabel atau 0,151 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan
antara status pekerjaan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira
Hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5 berikut ini.
Tabel 5
Responden berdasarkan hubungan
tingkat pengetahuan dengan sikap di ruang hemodialisa
RS Dustira
Tingkat Pengetahuan |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Rendah |
2 |
28,6 |
5 |
71,4 |
7 |
100,0 |
0,933 0,152 � 5,739 |
0,661 |
Tinggi |
9 |
30,0 |
21 |
70,0 |
30 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
29,7 |
26 |
70,3 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari tabel 5
di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square dengan tingkat
kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,661, sehingga pvalue
> ptabel atau 0,661 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan
antara tingkat pengetahuan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira
Hubungan
antara pengawasan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 5.6 berikut ini.
Tabel 6
Responden berdasarkan hubungan
pengawasan dengan sikap di ruang
rawat hemodialisa RS Dustira
Pengawasan |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak ada |
6 |
40,0 |
9 |
60,0 |
15 |
100,0 |
2,267 0,539 � 9,526 |
0,222 |
Ada |
5 |
22,7 |
17 |
77,3 |
22 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
29,7 |
26 |
70,3 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari tabel 6
di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square dengan tingkat
kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,222, sehingga p value > p
tabel atau 0,222 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan antara pengawasan
dengan sikap keluarga pasien
dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Rawat hemodialisa RS Dustira
Hubungan
antara kebijakan dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 7 berikut ini.
Tabel 7
Responden berdasarkan hubungan kebijakan dengan sikap di ruang rawat hemodialisa RS Dustira
Kebijakan |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak ada |
6 |
50,0 |
6 |
50,0 |
12 |
100,0 |
4,000 0,895 � 17,872 |
0,071 |
Ada |
5 |
20,0 |
20 |
80,0 |
25 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
29,7 |
26 |
70,3 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari tabel 7
di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square dengan tingkat
kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,071, sehingga pvalue
> ptabel atau 0,071 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan
antara kebijakan dengan sikap keluarga pasien
dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira
Hubungan
antara fasilitas dengan sikap keluarga pasien dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di Ruang Rawat hemodialisa RS Dustira sebagaimana ditunjukkan pada tabel 8 berikut ini.
Tabel 8
Responden berdasarkan hubungan
fasilitas dengan sikap di ruang
rawat hemodialisa RS Dustira
Fasilitas |
Sikap
keluarga pasien |
Total |
OR (95% CI) |
P Value |
||||
Negatif |
Positif |
|||||||
n |
% |
n |
% |
n |
% |
|||
Tidak cukup |
4 |
33,3 |
8 |
66,7 |
12 |
100,0 |
1,286 0,291 � 5,672 |
0,513 |
Cukup |
7 |
28,0 |
18 |
72,0 |
25 |
100,0 |
||
Jumlah |
11 |
29,7 |
26 |
70,3 |
37 |
100,0 |
|
|
Sumber: Data
primer
Dari tabel 8 di atas, dengan menggunakan metode uji statistik Chi Square
dengan tingkat kemaknaan atau α = 0,05 �diperoleh pvalue
= 0,513, sehingga pvalue
> ptabel atau 0,513 > 0,05. Berarti tidak ada hubungan
antara fasilitas dengan sikap keluarga pasien
dalam Tindakan
hand hygiene pada keluarga pasien di ruang rawat hemodialisa RS Dustira.
Kesimpulan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat Pendidikan, status pekerjaan, tingkat pengetahuan, pengawasan, fasilitas, dan kebijakan dengan perilaku mencuci tangan pada keluarga pasien di ruang hemodialisa RS Dustira (p value > 0,05). Penelitian lebih lanjut perlu dilakukan lebih mendalam mengenai factor-faktor yang memengaruhi seseorang melakukan cuci tangan di rumah sakit.
Centers for Disease Control and Prevention (2019). Hand hygiene in healthcare settings. Retrieved from https://www.cdc.gov/handhygiene/index.html
Doronina, O., Jones, D., Martello, M.,
Biron, A., & Lavoie‐Tremblay, M. (2017). A
systematic review on the effectiveness of interventions to improve hand hygiene
compliance of nurses in the hospital setting. Journal of Nursing Scholarship, 49, 143 10.1111/jnu.12274
Edmonds‐Wilson, S. L., Nurinova, N. I., Zapka, C. A., Fierer, N., & Wilson, M. (2015). Review of human hand microbiome research. Journal of Dermatological Science, 80, 3�12. 10.1016/j.jdermsci.2015.07.006
Erasmus, V., Daha,
T. J., Brug, H., Richardus,
J. H., Behrendt, M. D., Vos, M. C., & van Beeck,
E. F. (2010). Systematic review of studies on
compliance with hand hygiene guidelines in hospital care'. Infection Control & Hospital Epidemiology, 31, 283�294. 10.1086/650451
Glanz K, Rimer BK, Viswanath
K. (2008).
Health Behavior
and Health Education - Theory, Research, and Practice. 4th ed. San Fransisco: Jossey Bass.
Copyright holder: Sri Gunarni, Abdul Aziz (2022) |
First publication right: Syntax Literate: Jurnal Ilmiah
Indonesia |
This article is licensed
under: |