Syntax Literate: Jurnal Ilmiah Indonesia P�Issn: 2541-0849

E-Issn: 2548-1398

Vol. 7, No. 3 Maret 2022

 

PENCIPTAAN SENI LUKIS PADMA DEWATA

 

I Nengah Wirakesuma, I Ketut Mustika

Fakultas Seni Rupa dan Desain, Institut Seni Indonesia Denpasar, Bali, Indonesia

Email: wirakesuma [email protected], [email protected]

 

Abstrak

Padma Dewata merupakan bunga teratai yang disebut pula nawa ratna sebagai sumber inspirasi penciptaan karya seni lukis.Padma Dewata yang ada dibalik karakter nawa ratnaDewata Nawa Sangga sering dijumpai diberbagai media elektronik, media sosial, dan secara simbolis sering dijumpai sebagai simbol atau lambang identitas Pendidikan ; Akademisi, Universitas dan Perguruan Tinggi yang ada di Indonesia. Padma Dewata secara nyata sering pula kita jumpai dalam kehidupan sehari-hari yang menghiasi kehidupan alam semesta beserta isinya di dunia ini. Padma Dewata dengan berbagai dinamikanya menarik perhatian untuk dijadikan konsep, ide dan gagasan penciptaan karya seni. Metode penulisan yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode Observasi, Wawancara dan Dokumentasi. Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan MetodePenciptaan seni antara lain: Eksistensi, Elaborasi, Eksperimen, Sistesis, Evaluasi penciptaan karya seni. Presentasi dan evalusi karya seni dapat dilakukan setelah tahapan seleksi dan penilaian karya seni lukis dilakukan. Pada tahapan seleksi karya seni lukis yang bertajuk Padma Dewata, maka dapat dipresentasikan beberapa karya seni lukis yang berjudul : 9 (Sembilan) Padma Dewata, Padma Hijau, Padma Violet, Padma Red, Padma Yellow, Padma White, Padma Oranye, Padma Abu-abu dan Padma Black. Luaran dari hasil penelitian dan penciptaan seni ini dapat dipublikasikan melalui jurnal ilmiah dan juga dilakukan pameran karya seni lukis secara Virtual. Evaluasi karya seni yang dihasilkan mengarah pada bentuk-bentuk karya seni lukis abstrak deformatif.

 

Kata Kunci: penciptaan; padma dewata; seni lukis

 

Abstract

Padma Dewata is a lotus flower which is also called nawa ratna, a source of inspiration for the creation of paintings. Padma Dewata inspires the creation of the character of Dewata Nawa Sangga which can be often found in various electronic media or social media. Besides, it is also often found as a symbol of educational institutions, academic affairs, universities, or colleges in Indonesia. In other words, Padma Dewata can be often encountered in everyday life, which adorns the life of the universe. Padma Dewata with its various dynamics attracts the attention of many people to be used as concepts, ideas, and thoughts for creating artworks. In this study, the applied methods were observation, interviews, and documentation. Furthermore, they were followed by the art creation method, covering the stages of existence, elaboration, experimentation, synthesis, and evaluation of artwork. The presentation and evaluation of the artwork were carried out after the selection and assessment of the artwork. At the selection stage focusing on the theme of Padma Dewata, 9 paintings were presented: Padma Dewata, Padma Green, Padma Violet, Padma Red, Padma Yellow, Padma White, Padma Oranye, Padma Grey, and Padma Black. The outputs of this study and art creation are publication in scientific journals and virtual art exhibitions. Evaluation of the resulting artworks leads to the forms of deformative abstract paintings

 

Keywords: creation; padma dewata; painting

 

Pendahuluan

Pemahaman terhadap nilai-nilai luhur agama Hindu di Bali, bisa dicermati dan didalami melaluiikon visual yang terdapat pada atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga. Pengenalan tentang atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga telah dimulai diajarkan sejak seseorang duduk di bangku Sekolah Dasar sampai pada Sekolah Menengah Pertama, SMK dan Perguruan Tinggi. Namun demikian, pengenalan tersebut terbatas pada pengenalan saja tanpa mengerti lebih dalam apa makna di balik atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga tersebut. Fenomena budaya yang langka tersebut menggugah jiwa saya untuk belajar secara terus-menerus tentang adat-istiadat, kebudayaan, serta mendalami makna atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga yang banyak beredar pada buku-buku pelajaran Agama Hindu, baik berupa Jurnal, tulisan-tulisan di media sosial, koran, majalah, dan brosur-brosur yang terkait dengan ajaran Agama Hindu di Indonesia umumnya dan Bali khususnya. Kemudian setelah menginjak dewasa pengetahuan tentang atribut Padma Dewata, simbol agama semakin bertambah, pemahaman tentang nilai-nilai luhur dalam agama Hindu semakin bertambah pula, namun masih sangat perlu diteliti secara mendalam agar dapat membedah misteri makna yang terkandung di balik karakter atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga sebagai penjaga pintu masuk delapan (8) arah mata angin.

Dalam pemahaman terhadap simbol-simbol tersebut yang semakin luas dan semakin kompleks semakin banyak pula yang belumdapat dimengerti. Oleh karena itu saya banyak bertanya kepada para pakar agama dan kebudayaan, pendeta, mangku atau pemangku (bahasa Bali) tentang cikal-bakal ikon-ikon dan simbol-simbol itu. Pemahaman tersebut semakin mendalam, namun masih perlu belajar lebih banyak lagi. Sehubungan dengan keterbatasan ilmu tentang agama, maka saya teruskan untuk menggali dan menanyakan kepada para sulinggih atau pemangku yang ada di Bali. Sekitar tahun 2001, saya mencoba menanyakan tentang atribut Padma Dewata kepada salah seorang dosen Agama Hindu di Bali yang kebetulan adalah seorang sahabat dekat dan sering melakukan latihan meditasi bersama di Universitas Hindu Denpasar Bali. Masyarakat hindu Bali meyakini atribut Padma Dewatasebagai simbol religius yaitu simbol bunga teratai yang berjumlah 9 (Sembilan) sebagai cermin kesucian dari para Dewa yang mengelilingi alam semesta beserta isinya.Jawaban atas pertanyaan tersebut di atas semakin membingungkan dan semakin tidak dimengerti. Akan tetapi jawaban tersebut semakin membuat saya penasaran untuk menggali secara terus-menerus apa sesungguhnya ikon Padma Dewata yang menyertai ikon setiap perwujudan para Dewata tersebut. atribut Padma Dewata adalah simbol bunga teratai yang bermakna sebagai (lotus of life), yang dimaknai bisa hidup di tanah (lumpur), bisa hidup di air, dan bisa hidup di udara. Dengan jawaban tersebut di atas semakin yakin bahwa atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga memiliki makna yang luar biasa dalamnya bagi kehidupan umat manusia di dunia ini.

Pengenalan terhadap atribut Padma Dewata yang ada dalam Dewata Nawa Sangga kita kenal sebagai Dewa-Dewi Nawa Sangga, Nawa Ratna, Nawa Dewata, yaitu sembilan penguasa di setiap penjuru mata angin dalam konsep agama Hindu Dharma di Bali. Sembilan penguasa tersebut merupakan Dewa Siwa yang dikelilingi oleh delapan aspeknya. Diagram matahari bergambar Dewata Nawa Sangga ditemukan dalam Surya Majapahit, sebagai lambang kerajaan Majapahit. Atribut Padma Dewata ada dalam Dewata Nawa Sangga sembilan (9) Dewa utama dalam agama Hindu. Mereka memiliki peran yang sangat penting di dunia ini seperti menjadi guru dewa yang telah menurunkan berbagai ilmu pengetahuan kepada manusia serta akan menuntun kita mencapai moksa, Sembilan atribut Padma Dewata yang ada dalam Dewata Nawa Sangga diyakini sebagai pelindung serta memberikan vibrasi kesucian kepada umat manusia dalam menjalani kehidupan di dunia ini. Dewata Nawa Sangga terdiri dari 3 kata yaitu: Dewa yang berarti sinar suci Tuhan, Nawa yang berarti sembilan, dan Sangga yang berarti kumpulan sembilan dewa utama dalam agama Hindu (Mangku Alit Pekandelan, 2009: 5).

Ajaran dharma (kebenaran) dalam kitab Veda Hindu mengajak umat manusia untuk taat dan patuh serta tunduk pada aturan-aturan hukum, berperilaku sesuai ajaran Tri Kaya Parisudha. Tri Kaya Parisudha, mengajak umat manusia untuk mengekspresikan sikap, perilaku, berpikir, berkata, dan selalu berbuat baik terhadap alam dan lingkungan dimanapun kita berada. Dengan berperilaku yang baik dan benar dapat diyakini kehidupan umat manusia dapat berimbang sesuai dengan kodratnya. Melihat berbagai permasalahan yang kompleks dari peradaban manusia masa kini, maka timbul pemikiran untuk dapat melukiskan makna visual di balik atribut Padma Dewata yang ada dalam atribut Dewata Nawa Sangga. Interprestasi visual di balik atribut Padma Dewata sebagai stimulasi dalam penciptaan 9 karya seni lukis atribut Padma Dewata dengan mentranformasikan konsep, ide-ide yang munculberdasarkan pengamatan di lapangan, pendalaman data dokumentasi, observasi terhadap beberapa tokoh kebudayaan, ilmuwan seni, sastrawan dan seniman, sehingga mendapatkan hasil ciptaan sesuai dengan konsep yang dibangun dalam rangka menggali nuansa baru, warna baru, karakteristik dan identitas baru pada 9 karya seni lukis atribut Padma Dewata. Sedemikian pentingnya peranan atribut Padma Dewata dalam kehidupan manusia memberikan inspirasi kepada saya untuk menjadikan tema pokok bagi penciptaan karya seni lukis. Dengan latar belakang penciptaan tersebut, maka dapat dirumuskan terlebih dahulu permasalahan yang menjadi landasan penciptaan karya seni ini. Permasalahan yang muncul dari latar belakang penciptaantersebut di atasadalah berkaitan dengan masalahkonseppenciptaan, konsep bentuk, maupun proses kreativitas untuk membangun dan mewujudkankarya seni, sebagaiberikut: Bagaimana karakter karya seni lukis yang bertajuk atribut Padma Dewatayang ada dalam Dewata Nawa Sangga. Bagaimana mewujudkan konsep penciptaan, konsep bentuk, dan teknik dalam seni lukis Padma Dewata. Apakah makna visual karya seni lukis Padma Dewata terhadap masyarakat.

A.    Spirit Padma Dewata

Bunga Padma sebagai spirit pengembangan dunia pendidikan di Indonesia. Sebagaian besar Perguruan Tinggi dan Universitas ternama dan terkemuka di Indonesia terinspirasi oleh Padma (bunga teratai) sebagai Lambang, Simbol dan Logo dalam pengembangan dunia pendidikan. Univesitas Gajah Mada, Univesitas Indonesia, Institut Teknologi Bandung, Universitas Islam Indonesia, Univesitas Udayana Bali dan lain-lainnya. Spirit Padma (bunga teratai) telah mendunia,sebagai spirit pengembangan pendidikan untuk maju dalam menyongsong revolusi industri 4.0 di Indonesia. Dunia pendidikan secara sistematik dan sistemik telah mengalami perubahan yang luar biasa dalam kontek pengembangan pendidikan dalam segala bidang ilmu pengetahuan teknologi dan seni. Seiring dengan peradaban kemajuan Ilmu pengetahuan dalam segala aspek perkembangannya seni rupa khususnya seni lukis juga mengalami perkembangan yang luar biasa dasyatnya. Perkembangan seni lukis merambah ke berbagai macam produksi seni yang berkaitan dengan perkembangan industri teknologi, produk desain, produk seni rupa juga menjadi produksi masal. Seni lukis dikemas menjadi berbagai kebutuhan kreativitas manusia yang diproduksi secara kreatif, produktif dan inovatif. Wujud visual Padma (bunga teratai) yang ada disekitar lingkungan alam semesta ini telah menginpirasi umat manusia di dunia untuk dijadikan karya seni rupa baik berupa karya desain logo, lambang atau simbol-simbol yang bersifat 2 dimensional maupun yang tiga dimensional.

Pada suatu zaman dikatakan bahwa seni rupa Bali selalu mencerminkan kebudayaan yang mencerminkan daerah yang melatarbelakanginya, karena seni adalah bagian dari kebudayaan itu dan kebudayaan merupakan produk dari masyarakat yang sama pada suatu daerah dalam kurun zaman. Penelitian Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata ini mengajak para pembaca dan penikmat seni untuk selalu bercermin pada akar budaya klasik, tradisionalsebagai warisan budaya hadiluhung yang diciptakan oleh para seniman pada zamannya. Dalam konteks perkembangan zaman menuju revolusi industri 4.0 secara global seni rupa dan kebudayaan yang berorientasi pada ikon-ikon tradisional mengalami perubahan (evolusi). Apakah senirupa khususnya seni lukis mengalami perubahan secara signifikan atau mungkin stagnan?.

Sesungguhnya seniman atau manusia Bali adalah manusia yang sangat dinamik. Mereka dikenal sebagai masyarakat tak suka diam, tanpa harus menjadi usil. Ada yang berseloroh begitu dinamiknya manusia Bali. Sehingga untuk mengurus hidup mereka yang dikenal sebagai geliat pembangunan, tak memerlukan lembaga yang disebut Pemerintah, sebab orang-orang Bali sanggup membangun diri mereka sendiri. Mereka adalah orang-orang mandiri, manusia-manusia swadaya. Pemerintah cuma mengawasi yang acap kali keliru. Di Bali, yang membangun itu bukan Pemerintah tetapi masyarakatnya. Itu sebabnya orang luar Bali menilai manusia Bali itu produktif, kreatif dan inovatif dalam menjalani roda kehidupan. Mereka selalu yakin segala sesuatu bisa diolah untuk menjadi benda-benda seni atau karya-karya seni yang berguna bagi orang lain. Dalam kehidupan sehari-sehari, manusia Bali menilai tak satupun dapat dikatakan berhenti, semua punya denyut nadi dan proses, segalanya bergerak. Bersemedi-pun yang dilakukan oleh manusia Bali ketika hari raya Nyepi adalah sesuatu pergerakan batin yang ditekuninya sejak masih kecil, sebagai bagian dari olah rasa dan raga dalam rangka melatih diri sendiri agar mampu mengendalian diri, menjalankan roda dharma (kebenaran) kemudian dapat mengusir kegelapan dalam kehidupan.

Untuk memahami atribut Padma Dewata yang ada dalam Dewata Nawa Sangga sebagai simbol agama hindu yang diyakini membentengi wilayah Bali dari segala penjuru mata angin, maka kita perlu mempelajari dan mengenal lebih dalam karakter visual yang menyertaiNya.Atribut Padma Dewata yang ada dibalik atribut Dewata Nawa Sangga adalah9 (sembilan) Padma yang meneyerupai bentuk bunga teratai dengan berbagai macam warna.Sembilan Padma Dewata tersebut menempati posisi melingkar 8 penjuru mata angin, Dewa Siwa sebagai poros tengah bagi Dewa-Dewa yang lainnya.Para Dewamemiliki atribut tersendiri sebagai karakter dalamperwujudanNya. Sebelum mengulas lebih jauh tentang Padma Dewata yang ada dibalik atribut Dewata Nawa Sangga ada baiknya kita mengenal pula Dewa-dewa yang lebih dikenal di Indonesia secara umum yang di sebut Tri Murti.Ketiga Dewa Tri Murti yaitu: Dewa Brahma (pencipta), Dewa Wisnu (pemeliara), Dewa Siwa (pelebur). Dewa Tri Murti juga sering disebut Dewa Tri Sakti atau Dewa Utama umat Hindu di Bali.Di samping itu di Bali kita mengenal Panca Dewata atau Lima Dewa yang pada hakekatnya menjaga lima penjuru arah mata angin termasuk menjaga keseimbangan dan kestabilan alam semesta.

Masyarakat Bali secara turun-temurun mengenal istilah-istilah yang berkaitan dengan para Dewata, Dewa-Dewi (Betara-Betari), ada mitos-mitos magis religius yang melatar belakangi wibawa kedewataanNya. Nama-namanyapun nama lokal: Ida Ratu Gede Mecaling, Dewa Ayu Mas, Ratu Biyang, Ratu Mecongol dan lain-lain. Kepada Bhatara-Bhatari inilah masyarakat menghaturkan bakti dengan mempersembahkan hasil pertanian pada akhir panen dalam bentuk upacaramembersihkandesa (ngusaba desa) dengan harapan keselamatan Desa dan lingkungannya tetap terjaga kebersihanya dan dijauhkan dari serangan segala penyakit.Jadi tradisi masyarakat Bali meyakini bahwa Bhatara-Bhatari itu adalah para Dewata yang terkait dengan berbagai warna atribut yang menyertainya.

Menurut lontar Bhuwanakosa dan lontar tatwa lainya, Bhatara-Bhatari itu sesungguhnya adalah para Dewata, di antaranya adalah Dewa Siwa dengan saktinya Dewi Parwati yang juga disebut Dewi Uma. Siwa tat-tatwa, dan Maya tatwa. Cetana dan Acetana, Purusa dan Prakerti, Azas kesadaran dan Azas kealpaan. Lumrah disebut Sang Hyang Rwabhineda, tetapi sesungguhnya ia adalah Ardhanareswari. Satu yang tampak dalam perwujudan setengah laki-laki setengah wanita, adanya tunggal dan Maha Kuasa, maka disebut Sang Hyang Titah atau Sang Hyang Tuduh, (Sang Hyang Widhi). Sang Hyang Widhi disebut banyak nama di Pura Desa disebut Bhatara Brahma, saktiNya BhatariSaraswati, di Pura Dalem disebut Bhatara Siwa (Rudra), saktiNya Bhatari Durgha, di Pura Puseh disebut Bhatara Wisnu, saktiNya Bhatari Laksmi atau Dewi Melanting, oleh karena itu prabawa Bhatara-Bhatari itu menurut lontar Jnana Sidhanta, �Eka-aneka Swalaksana Bhataraartinya laksana Bhatara-Bhatari itu esa tetapi juga aneka. (Triguna Yudha.I.B.G, 2002:56).

Para Dewata itu sendiri diartikan sebagai sinar suci Ida Sang Hyang Widhi Wasa yang memberikan kekuatan bagi semua makluk untuk dapat mencapai kesempurnaan hidup dalam menjaga keseimbangan alam semesta beserta isinya (Mudera, 1992: 29).Karena alam semesta itu banyak aspeknya dan setiap aspek dikatakan dikuasai oleh Dewa tertentu, maka timbulah berbagai istilah yang mengelompokkan Dewa-Dewa tersebut berdasarkan fungsi dan tugasnya sesuai dengan arah mata angin. (Suardana.K.M, 2008:67). Munculah istilah Dewa Tri Murti, Panca Dewata, kemudian Dewa-Dewa yang termasuk dalam istilah Panca Dewata adalah: Dewa Brahma, Dewa Wisnu, Dewa Siwa, Dewa Iswara, Dewa Mahadewa. Karakter Dewa Tri Murti, Panca Dewata, dan Dewata Nawa Sangga merupakan satu kesatuan yang utuh sebagai tokoh-tokoh para Dewata yang memiliki ciri-ciri�� sepertiatribut Dewata Nawa Sangga. Ciri-ciri tersebut sebagai simbol petanda dan penanda yang memaknai karakter tokoh dalam dunia pewayangan terutama tokoh-tokoh Dewata Nawa Sangga, namun demikian Dewa Tri Murti lebih dikenal sebagai Dewa Pencipta, Pemelihara, Pelebur alam semesta beserta isinya.

I Ketut Donder, menjelaskan bahwa, segala sesuatu yang dilaksanakan oleh seseorang yang normal selalu didasari karena orang tersebut memahami atau mengerti tentang hakikat atau makna yang dilaksanakan. Dalam teori makna ada yang disebut denganpetanda dan penanda�. Petanda adalah gejala atau bentuk dan penanda adalah hakikat atau makna. Jika ada seseorang yang matanya merah melotot dan mengamuk itu adalah sebuahpetanda�, petanda itu mengandung makna bahwa orang itu sedang marah, maka itulah yang disebutpenanda� (Donder. I.Kt.2007: 289).

 

Gambar 1

Simbol Dewata Nawa Sangga

Sumber: Gambar Dewata Nawa Sangga, Paramita-Bali

 

Adapun posisi Dewata Nawa Sangga di delapan penjuru mata angin berdasarkan kedudukan, kekuasaan, kendaraan, warna dan senjatanya (Jendra. I W, 2009:5). Berbagai macam atribut para Dewa dalam buku Kanda Pat Dewa dapat dijelaskan sebagai berikut.

Dewa Iswara merupakan penguasa arah Timur, berkendaraan Gajah, wananya putih bersenjatakan Bajra, memiliki kekuatan sepert angin. Dewa Brahma penguasa arah selatan, berkendaraan Angsa, warnanya merah, bersenjatakan gadha, sebagai pencipta alam semesta, memiliki kekuatan seperti api. Dewa Mahadewa merupakan penguasa arah Barat, berkendaraan Naga, warnanya kuning, bersenjatakan panah Nagapasa, memiliki kekuatan seperti tanah. Dewa Wisnu merupakan penguasa arah Utara, berkendaraan Garuda, warnanya hitam, bersenjatakan Cakra, sebagai pemeliahara, memiliki kekuatan seperti air. Dewa Sambu merupakan penguasa arah Timur Laut, berkendaraan Detya, warnanya abu-abu bersenjatakan Trisula. DewaMaheswara merupakan penguasa arah Tenggara, berkendaraan Macan, warnanya merah mudah, bersenjatakan Dupa. Dewa Rudra merupakan penguasa arah Barat Daya, berkendaraan Lembu, warnanya orange, bersenjatakan Moksala, sebagai Dewa kasih sayang dan kematian. Dewa Sangkara merupakan penguasa arah Barat Laut, berkendaraan Singa, warnanya hijau, bersenjatakan Angkus, sebagai Dewa pertanian dan pengobatan. Dewa Siwa merupakan penguasa pusat jagat raya sebagai poros tengah, berkendaraan Lembu Andini, warnanya panca warna, sebagai pelebur alam semesta.

Untuk mewujudkan keberadaanNya secara sekala (alam nyata), dan demi menjaga keamanan serta kesucian Bali, maka para leluhur, para Maharsi, para Mpu, Dewata Nawa Sangga kemudian distanakan di sembilan pura, yang dibangun berdasarkan 8 (delapan) arah mata angin di Bali. Kemudian berdasarkan hasil Keputusan Seminar Kesatuan tafsir Aspek-aspek agama Hindu, yang berlangsung bulan Maret 1981, dihubungkan dengan konsepsi Padma Bhuwana, maka terdapat 9 (sembilan) Khayangan Jagat Pura di Bali, yang kemudian menjadi stana Dewata Nawa Sangga. Penggambaran secara visual ilustrasi wayang Dewata Nawa Sangga dan stanaNya (kedudukanNya) dapat dilihat pada gambar terdahulu sebagai.

Berkaitan dengan penjelasan tersebut di atas dapatlah dimengerti bahwa yang dimaksud dengan karakter Padma Dewata yang ada dibalik atribut Dewata Nawa Sangga itu adalah petanda dan penanda yang melekat pada attribut yang menyertainya. Bunga Padma yang disebut Nawa Ratna dan Padma Dewata memiliki berbagai macam warna sesuai dengan arah mata angina itu menandakan bahwa Padma Dewata itu digambarkan sesuai dengan karakter dan warna dari pada posisi para Dewa sesuai arah mata angin. Petanda dari warna yang melekat pada bunga Padma itulah karakter visual ekspresi atribut Dewata Nawa Sangga, adalah sesuatu yang melekat pada figure wayang antara lain: Padma Dewata, Senjata, Kendaraan, Warna, Stana (kedudukan) yang sesuai arah mata angin.

Umat Hindu di Bali yang mayoritas menganut ajaran Siwa Sidhanta, menurut mereka yang dimaksudkan adalah Dewata Nawa Sangga (Nawa Sangga). Kesembilan Dewa ini adalah para Dewa yang melinggih, berstana, berada di delapan arah penjuru mata angin di tambah satu Dewa berada ditengah-tengah. Kedelapan Dewa itu berstanasesuai arah mata angin yaitu Dewa Iswara melinggih di Timur (Purwa), Dewa Maheswara di Tenggara (Agneya), Dewa Brahma di Selatan (Daksina), Dewa Rudra di Barat Daya (Neriti), Dewa Mahadewa di Barat (Pancima), Sangkara di Barat laut (Wayabya), Dewa Wisnu di Utara (Uttara), Dewa Sambu di Timur Laut (Ersania), Dewa Siwa di Tengah-tengah (Madya). Kesembilan Dewa inilah yang dipercayai dan diyakini oleh umat hindu di Bali, yang dianggap mampu memberikan kesejahteraan, kedamaian, perlindungan dan pertolongan serta menjaga umat dari mara bahaya yang selalu datang dari sembilan arah penjuru mata angin.

Metode Penelitian

����������� Penulisan terjun langsung ke masyarakat untuk mengamati dan mengkaji fakta-fakta autentik tentang atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga yang ada di lapangan dalam lingkungan masyarakat Bali yang religius dan kaya akan warisan budaya yang adiluhung. Kajian tentang atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga menjadi prioritas utama agar penelitian ini menjadi lebih validitas. Data lapangan dianggap lebih penting, karena data lapangan sebagai museum hidup, berbeda dengan karya kultural yang menggunakan data yang sudah mengalami perubahan bentuk seperti karya seni, data lapangan menyediakan data asli sebagaimana adanya. Kemudian dilakukan interaksi langsung dalam proses komunikasi dengan sendirinya menyediakan berbagai informasi yang jauh lebih kaya. (Khuta Ratna. I N. 2010:188).

A.    Observasi

Observasi merupakan salah satu teknik yang dilakukan dalam penelitian dan penulisan atribut Padama Dewata dalam Dewata Nawa Sangga sebagai spirit pengembangan pendidkan di Indonesia menuju revolusi Industri 4.0, dalam ajaran dharma menuju masyarakat yang maju cerdas dan kompetitif. Teknik observasi merupakan teknik yang paling penting dan paling banyak dilakukan dalam penelitian, baik kuantitatif maupun kualitatif, baik sosial maupun humaniora. Semua penelitian duniasosial pada dasarnya menggunakan teknik observasi. Faktor terpenting dalam teknik observasi adalah observer (pengamat) dan orang yang diamati yang kemudian juga berfungsi sebagai pemberi informasi, yaitu informan. Informan yang dimaksud adalah orang-orang yang mengetahui dan mampu mmemberikan informasi seluas-luasnya tentang teologi Hindu terkait dengan simbol-simbol yang ada dalam Veda dan susastra Hindu. Adapun para informan yang dapat dijadikan sumber informasi adalah(1) yang bersangkutan adalah tokoh organisasi umat Hindu, (2) Rohaniawan umat Hindu. (3) Kalangan Intelektual umat Hindu. (4) Tokoh lain yang dianggap representatif mewakili masyarakat/umat Hindu (Titib. I Md, 2001:5-6)

B.    Wawancara

Mekanisme komunikasi pada umumnya wawancara dilakukan setelah observasi, Pengamatan menyeluruh terhadap objek diikuti dengan aktivitas tertentu dengan menggunakan instrument tertentu. Meskipun demikian dalam prakteknya di lapangan kedua teknik berlangsung dalam kondisi saling melengkapi (Kutha Ratna. N. 2010: 222).Pengamatan terhadap berbagai macam atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga dapat dicermati secara langsung di berbagai media sosial, media elektronik, media internet yang ada pada masa kini. Peneliti melakukan wawancara dengan tokoh-tokoh masyarakat yang memahami atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga.Sehingga peneliti mendapatkan berbagai macam data yang menarik di lapangan antara lain munculnya berbagai macam karakter atribut Padma Dewata dalam Dewata Nawa Sangga sebagai spirit pengembangan pendidikan menuju pada lahirnya manusia-manusia Indonesia yang berbudi luhur cerdas dan kompetitif berwawasanglobal serta mampumenjawab tantangan dunia modern.

C.    Dokumentasi

Dokumen disini berarti segala macam benda-benda yang secara tertulis dan yang tidak tertulis, yaitu merupakan sumber keteranganuntuk memperoleh data. Metode dokummentasi yang dimaksud adalah penyelidikan yang dilakukan pada penguraian dan penjelasan apa yang telah lalu melalui sumber-sumber dokumen (Sutrisno Hadi. 1980: 158). Jadi dalam penelitian ini metode dokumentasi dipilih karena dianggap penting di dalam mencari keterangan baik dari subjek maupun objek penelitian. Subjek penelitian adalah orang-orang yang melakukan sesuatu. Sedangkan objek penelitian adalah karya seni lukis masa lalu yang dinyatakan sebagai dokumen.Penggambaran atribut Padma Dewata diciptakan berupa karya seni lukis yang memiliki unsur-unsur seni serta elemen-elemen warna, garis, bentuk, ruang dan komposisi. Elemen-elemen warna, garis, bentuk, ruang dan komposisi dipergunakan untuk dapat mewujukan atribut Padama Dewata dalam Dewata Nawa Sangga yang diyakini mampu membangkitkan spirit perjuangan dharma dalam rangka melestarikan seni dan kebudayaan Bali.

D.    Metode Penciptaan Seni

Agar penciptaan karya seni lukis Padma Dewata ini sesuai dengan tujuan yang diinginkan, sebagai langkah awal dalam proses penciptaan seni mengacu pada metode penciptaan seni diantaranya: Eksistensi, Eksplorasi, Eksperimen,Evaluasi dan Presentasi.

1.     Eksistensi

Persiapan yaitu tahapan pengumpulan informasi dan gagasan. Dalam tahapan ini pelukis mengadakan pengamatan terhadap berbagai persoalan di sekelilingnya dari berbagai sumber pula, yang dianggap paling menarik dan menggugah perasaannya. Kecenderungan atau minat terhadap persoalan yang diamati ini sangat perlu untuk memberikan motif yang dapat menguatkan motivasi dalam menciptakan karya seni.Selain itu prosespenciptaan karya seni sangat didukung oleh eksistensi seniman, kreativitas senimannya, David Campbell (1986:19).Persiapan untuk kreativitas itu kebanyakan harus dilakukan atas dasarminat�, seperti dikatakan, tidak ada hal yang besar yang dapat tercipta bila tidak ada entusiasme. Untuk hal-hal tertentu bahkan, dilakukan hanya berdasarkaniman�, seperti diungkapkan untuk menciptakan hal-hal yang besar.Kita tidak hanya harus berusaha, tetapi harus juga bermimpi. Sesuai dengan pendapat David Campbell di atas maka kreativitas dalam mengolah sumber ide penciptaan seni diperlukanminat serta kemampuan kuat dalam mempelajari ikon Padma Dewata yang ada dibalik karakter Dewata Nawa Sangga agar menghasikan hasil karya seni yang sesuaidengan kebutuhan kreativitas.

2.     Eksplorasi

Eksplorasi yaitu tahapan penetapan konsep berkarya setelah menafsirkan tema pokok yang diperoleh pada tahapan sebelumnya. Pada tahapan ini dilakukan juga penetapan konsep teknik yang akan digunakan dalam perwujudan atau visualisasi karya seni.Menurut David Campbell (1986: 33), latar belakang yang merangsang (stimulating background), lingkungan dan suasana yang mendorong itu dapat dimulai dari keluarga, kakek-nenek, orang tua, paman dan bibi, kakak-kakak, atau keluarga dekat dan tetangga. Lingkungan dan suasana baru itu dialami dilingkungan sekolah, SD. SMTP. SMTA, dan Perguruan Tinggi. Bermula dari lingkungan di mana saya dilahirkan dan dibesarkan oleh orang tua membuat saya tertarik menggali lebih dalam tentang ikon Padma Dewata yang ada dibalik karakter Dewata Nawa Sangga. Karakter visual Padma Dewata yang ditampilkan adalah mengarah pada bentuk-bentuk ekspresif sesuai dengan konsep penciptaan, ide dan gagasan yang muncul pada saat realisasi konsep. Artinya realisasi konsep bisa saja sewaktu-waktu berubah sesuai kebutuhan kreatifitas penciptaan karya seni lukis.Pemanfaatan unsur-unsur garis, warna, bidang, ruang dan komposisi menjadi elemen-elemen rupa yang secara visual dapat digoreskan dengan perpaduan teknik memakai berbagai macam ukuran kuas, berbagai macam ukuran pisau palet, berbagai macam ukuran rol karet, sapu lidi yang berukuran besar dan kecil dan potongan bambu yang dibuat pipih dan runcing menyerupai pena untuk membuat sketsa-sketsa alternative, juga menggunakan pisau paletuntuk menghasikan karya seni yang memiliki kualitas bahan serta teknik yang memadai sehingga tercipta karya seni lukis yang harmoni sesuai kebutuhahan kreativitas senimannya.

3.     Eksperimen

Realisasi konsep adalah tahapan perwujudan sub sub tema kedalam bentuk sketsa atau rencana bentuk. Realisasi konsep berupa sketsa di atas kertas yang berisi alternatif-alternatif pengorganisasaian objek lukisan. Pada tahap ini pertimbangan-pertimbangan komposisi sangat menentukan. Pematangan atau penguasaan teknik yang akan digunakan dalam berkaryadiujicobakan pula dalam tahapan ini dengan mengacu pada sketsa-sketsa yang telah dibuat sebelumnya. Pada tahapan realisasi konsep penciptaan karya seni lukis saya melakukan pemilihan terhadap berbagai macam sketsa-sketsa alternatife tentang ikon Padma Dewata yang memiliki karakter Padma Dewata dan dapat mewakili karakter visual Padma yang ada dibalik atribut Dewata Nawa Sangga.Karakter atribut Padma Dewata yang muncul dalam sketsa-sketsa di atas kertas merupakan proses eksperimen berupa membuat sketsa awal sebelum melukis di atas kain kanvas dengan media cat minyak dan cat acrylic. Sketsa-sketsa alternatif yang menjadi pilihan telah dipertimbangkan dengan cermat dan teliti agar mendapatkan karakter visual Padma Dewata yang ada di balik Dewata Nawa Sangga. Identifikasi dilakukan untuk melakukan pendataan ulang terhadap berbagai ilustrasi yang menggambarkan atribut Padma Dewata yang ada dibalik karakter visual Dewata Nawa Sangga.

E.    Pembahasan Hasil Karya Seni Lukis Padma Dewata

Pendekatan teori semiotika dalam Penelitian Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata ini dapat digunakan, karena simbol bunga Padma Dewata, Nawa Ratna dan Nawa Dewata adalah sebagai sumber dari segala sumber inspirasi bagi kehidupan umat manusia. Sebagai karya seni lukis dua dimensional yang mengandung muatan simbol-simbol, tanda-tanda sebagai pemaknaan dalam proses penciptaan karya seni. Pemaknaan simbol-simbol keagamaan, tanda-tanda, ikon-ikon dan atribut Dewata Nawa Sangga sering mengandung arti universal sesuai dengan keberadaan masyarakat pendukungnya dan pemaknaan simbol-simbol tersebut sering kali dihubung-hubungkan dengan suasana ekonomi suatu Bangsa atau Negara. (Nyoman Erawan,1994,42). Pendekatan teori semiotika ini digunakan guna mendapatkan data-data sebagai sumber analisis karya seni lukis Padma Dewata yang secara turun-temurun telah dikerjakan oleh lintas generasi suatu zaman pada suatu Bangsa dan Negara.

Dalam pembahasan seni lukis Padma Dewata, evaluasi adalah tahapanakhir dari penciptaan karya seni lukis. Pada tahap ini dilakukan penilaian-penilaian karya seni lukis dengan pertimbangan-pertimbangan komposisi serta pemanfaatan elemen-elemen seni rupa sebagai faktor pendukungyang sangat menentukan keharmonisan sebuahkarya seni. Hal ini sangat menentukan dalam menjawab tantangan pencapaian integritas dan kesatuan dalam karya. Hasil evaluasi menentukan berhasil atau tidaknya Penelitian Penciptaan Karya Seni Lukis Padma Dewata. Dalam evaluasi karya seni melibatkan kurator seni yang paham betul tentang seni lukis baik melalui kajian seni secara teoritik maupun penjelajahan seni secara praktek seni. Keseluruhan karya seni lukis yang bertajuk Padma Dewata dipresenetasikan sebagai bahan Webinar dan Pameran Seni Lukis di tingkat Nasional dan Internasional. Karya-karya seni lukis Padma Dewata yang inovatif lahir dan bermunculan di berbagai media masa, media sosial, internet, facebook, dan intagram. Padma (bunga teratai) telah banyak menginpirasi seniman Bali dalam penciptaan karyanya sehingga melahirkan karya-karya seni lukis baru dengan alternatif media baru. Penciptaan Seni Lukis Padma Dewata yang penulis ciptakan diciptakan di atas media kain kanvas dalam bentuk 2 dimensional dan tiga dimensional.

 

Hasil dan Pembahasan

A.    Hasil Penciptaan Karya Seni Lukis Padma Dewata

 

Gambar 2

Lotus of Life 1

 

Perwujudan Lotus of Life 1, Padma Hijau yang dilukiskan ini menunjukan karakter warna hijau sebagai cerminan dari kedewataan Sang Hyang Sangkara yang diyakini sebagai Dewa kesuburan dan Dewa kemakmuran. Lukisan Padma Dewata dengan komposisi yang simetris dan dinamis sesuai dengan warnaarah penjuru mata angin. Warna yang digunakan adalah warna Cat minyak (Oil on Canvas). Karya seni lukis Padma Dewata ini diciptakan setelah terstimulasi membaca teks dan narasi kidung Nawa Ratna (Nawa Dewata) yang begitu menggetarkan nurani rasa. Kidung Nawa Ratna dinyanyikan dengan nada dukapada saat ada kematian atau berita duka bagi keluarga orang yang telah meninggal, adapun kidung nawa ratna ini biasanya dinyanyikan saat memandikan jenazah orang yang meninggal dan pada saat itu semua sanak keluarga ikut serta memandikan dan menungguinya sampai selesai uapacara memandikan jenazah (layon) orang yang meninggal.

 

Gambar 3

Lotus of Life 2

 

Perwujudan Lotus of Life 2, 9 (Sembilan) Padma Dewata yang dilukiskan ini menunjukan berbagai karakter warna sebagai cerminan dari kedewataan Ida Sang Hyang Widhi Wasa atas manifestasinya sebagai karakter warna para Dewata yang diyakini sebagai Dewa kemahakuasaan sesuai fungsi dan kedudukanya. Lukisan Padma Dewata dengan komposisi yang simetris dan dinamis diciptakan sesuai dengan warna arah 8 penjuru mata angin. Kemudian penataannya pada pisik lukisan sengaja dibuat secara acak tempatnya agar memiliki penafsiran yang berbeda dengan yang umum dilihatnya. Warna yang digunakan adalah warna Cat minyak (Oil on Canvas). Karya seni lukis Padma Dewata ini diciptakan setelah membaca teks dan narasi kidung Nawa Ratna (Nawa Dewata) yang begitu menggetarkan nurani rasa. Kidung Nawa Ratna dinyanyikan dengan nada duka pada saat ada kematian atau berita duka bagi keluarga orang yang telah meninggal, adapun kidung nawa ratna ini biasanya dinyanyikan saat memandikan jenazah orang yang meninggal dan pada saat itu semua sanak keluarga ikut serta memandikan dan menungguinya sampai selesai uapacara memandikan jenazah (layon) orang yang meninggal.

 

Kesimpulan

Seni lukis yang bertajuk atribut Padma Dewatayang ada dalam Dewata Nawa Sangga adalah perwujudan visual atribut Padma Dewata yang dikenal sebagai bunga teratai atau (lotus) diciptakan diatas bidang kanvas dalam bentuk 2 dimensional. Perwujudan lukisan Padma Dewata adalah terinpirasi oleh adanya ikon seni lukis klasik, seni lukis tradisonal yang bersumber pada ikon Dewata Nawa Sangga.

Dalam mewujudkan konsep penciptaan, konsep bentuk, dan teknik ke dalam karya seni lukis Padma Dewata menggunakan berbagai macam teori yang terkait dengan Estetika Seni, Estetika Visual dan Filsafat Seni agar karya seni yang diciptakan memiliki struktur aturan-aturan yang terstruktur sehingga memiliki nilai-nilai seni, keindahan yang dapat menggugah jiwa raga dan membuat takjub orang lain yang melihatnya. Makna visualkarya seni lukis Padma Dewata terhadap masyarakat adalah dapat memberikan pemahaman yang mendalam terhadap ikon, simbo-simbol yang menyertai atribut Dewata Nawa Sangga. Simbol-simbol atribut Padma Dewata adalah sebagai lambang turunnya ilmu pengetahuan suci untuk mencerdaskan umat manusia yang lahir ke dunia ini. Karakter atribut Padma Dewata yang adadalam Dewata Nawa Sangga dan simbol-simbol yang terungkap lewat penciptaan karya seni lukis mengarah pada perwujudan karya seni lukis abstrak depormatif dan abstrak ekspresif.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Alit Pekandelan, M, (2009), Kanda Empat Dewa, Manusia Setengah Dewa Sakti Manderaguna, Penerbit Paramita Surabaya

 

Dharma Putra. I.Nym, (2004), Bali Menuju Jagadhita Sebuah Pengantar, Bali Menuju Jagadhita aneka Perspektip, Pustaka Bali Post Denpasar Bali

 

Hooykaas. C, (1966), Surya Sevana, The way to God of Balinese Siwa Priest, Noord Hollandsche uigivers Maathchappij, Amsterdam.

 

Jendra. I.Wy, (2009), Kanda Empat Dewa, Manusia Setengah Dewa Sakti Mandraguna, Penerbit Paramita Surabaya.

 

Kutha Ratna, I.N, (2007), Estetika Sastra dan Budaya, Penerbit Pustaka Pelajar Yogyakarta

 

Madrasuta. N. I Md, (2010), Tuhan Agama dan Negara, Penerbit Media Hindu Yogyakarta

 

Suhardana.K.M, (2008), Tri Murti Tiga Perwujudan Utama Tuhan, Penerbit Paramita Surabaya.

 

Subagiasta, I.K, (2006),Shiva Shiddhanta di India dan Bali, Penerbit Paramita Surabaya

 

Suyoga. I Pt. Gd, (2014), Arsitektur Bade Transformasi Konsep Menuju Bentuk, Yayasan Kryasta Guna Ubud Gianyar Bali.

 

Soethama. A.Gd, (2004), Menjadi Pemberani Tantangan Manusia Bali Masa Kini, Bali Menuju Jagadhita Aneka Perspektif. Pustaka Bali Post Denpasar Bali

 

Titib. I Md, (2001), Teologi Simbol-Simbol Dalam Agama Hindu, Di terbitkan Litbang Parisadha Hindu Dharma Indonesia Pusat, bekerjasama dengan Paramita Surabaya.

 

Triguna. I B.G, (2003). Mengapa Bali Unik , Pustaka Jurnal Keluarga Jakarta.

 

Wijaya.Pt, (2004), Pesta Kesenian Bali Jendela Indonesia untuk Dunia, Bali Menuju Jagadhita Aneka Perspektif, Pustaka Bali Post Denpasar Bali.