Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol.4,
No.7 Juli 2019
PENYALAHGUNAAN NARKOBA DI YAYASAN RUMAH TENJO
LAUT KABUPATEN KUNINGAN TAHUN 2017
Risna
Nurlia
Universitas Islam Al-Ihya Kuningan
Emai: [email protected]
Abstrak
Penyalahgunaan narkoba
umum didasarkan pada berbagai factor yang membuat seseorang
menggunakan. Penelitian ini dilakukan
dari bulan April hingga November 2017. Penelitian ini menggunakan penelitian
kuantitatif dengan pendekatan cross sectional dan didukung oleh penelitian
kualitatif untuk mengeksplorasi informasi mendalam sesuai
dengan tujuan dari penelitian ini dibuat.. Pengambilan sampel adalah total populasi 65 responden
dan informan sebanyak 5 orang. Metode
untuk mengumpulkan data yang dipakai oada penelitian adalah observasi, wawancara dan
wawancara mendalam. Kuesioner wawancara digunakan untuk mengidentifikasi
faktor-faktor penyalahgunaan narkoba, termasuk kepribadian, lingkungan, faktor
keluarga, pengetahuan, sikap, fasilitas kesehatan dan petugas kesehatan.
Penelitian ini dilakukan pada responden yang direhabilitasi yang melakukan
penyalahgunaan narkoba berat dan penyalahgunaan narkoba ringan di Yayasan Rumah
Tenjo Laut Districk Kuningan. Hasil penelitian diketahui
dari 65 responden penyalahguna narkoba, sebanyak 56 responden (86%) adalah
penyalahguna berat dan sebanyak 9 responden (14%) penyalahgunaan ringan. Hasil
uji chi square memperoleh hasil bahwasanya terdapat hubungan yang kuat antra
antara penyalahgunaan narkoba dengan kepribadian, keluarga, lingkungan, sikap,
dan petugas kesehatan. Faktor dominan menunjukkan keterkaitan yang erat antara penyalahgunaan
narkoba dan petugas kesehatan. dengan nilai OR 6,633 berarti bahwa peran
penyedia layanan kesehatan tingkat rendah memiliki peluang 6-per-1 untuk
menjadi pelaku kekerasan serius dibandingkan dengan pekerja kesehatan
berkinerja tinggi.
Kata kunci: Penyalahgunaan Narkoba, Kepribadian, Lingkungan,
Keluarga, Sikap, Pengetahuan, Fasilitas
Pendahuluan
Kebiasaan
penggunaan narkoba secara salah muncul di duni sekitar tahun 2006 dan sampai
pada tahun 2013 terus meningkat. Meskipun dalam kurva tampak bergerak lambat
tetapi dalam hal kuantitas menjadi 4,6% dan 4,8% dan terus bertambah hingga 5,2%
pada tahun 2011 selanjutnya �tetap stabil
pada tahun 2013. Angka penyalahgunaan narkoba di dunia diperkirakan 4,9% atau
208 juta pengguna. pada tahun 2006 terjadi penurunan, tahun 2008 dan 2009 diperkirakan
167 sampai 315 juta orang pengguna narkoba. Dengan populasi penduduk dunia yang
berumur 15-64 tahun yang menggunakkan narkoba minimumnya �sekali dalam setahun di tahun 2013.1
Menurut
data dari Badan Narkotika Nasional
(BNN) bekerja sama dengan lembaga rehabilitasi, instansi pemerintah dan
komponen����� masyarakat lainnya sudah
menjalankan rehabilitasi kepada 38.427 orang baik yang sttatusnya pecandu,
penyalah guna. Korban penyalahgunaan narkoba di Indonesia mencapai 1.593. yang
dalam proses rehabilitasi oleh Balai Besar Rehabilitasi di bawah naungan BNN
terus mengalami kenaikan jumlah, yang sebelumnya berjumlah 1.123 orang pecandu
dan penyalah guna yang direhabilitasi.2
NAPZA
adalah singkatan dari narkotika, psikotropika, dan zat adiktif. Narkotika dengan
nama lain obat- obatan anastesi penyalahgunaan obat-obatan ini dapat
menyebabkan hilangnya kesadara, disebabkan oleh sitem susunan saraf pusat
terpengaruh. Berdasarkan aturan yang berlaku di Indonesia, narkotika secara
umum hanya boleh digunakan dalam aktivitas pelayanan kesehatan dan/atau pengembangan
ilmu pengetahuan. Jika dimanfaatkan
untuk kepentingan selain pengembangan ilmu pengetahuan,
narkotika menjadi barang terlarang.3
Penyalahgunaan
NAPZA sangat bedampak negative salah satunya menyebabkan kecanduan yang
berlanjut pada ketergantungan pemakaian. Pada dasarnya factor penyalahgunaan NAPZA
dapat dibagi menjadi dua bagian. Pertama, factor-faktor yang berasal dari internal� pribadinya,
seperti rasa penasaran, pengetahuan tentang hal tersebut minim, jenis kelamin,
usia dan pelarian dari masalah yang sedang dihadapi. Kedua, karena factor
lingkungan seperti teman bermain, lingkungan kerja tidak harmonisnya keluarga,
paksaan oleh kelom[ok serta status social ekonomi.4
Berdasarkan
data dari RSKO, penyalah guna narkoba dalam kurun waktu lima tahun antara tahun
2009-2013 separuhnya adalah penyalah guna lama, selebihnya adalah penyalah guna
baru. Pada tahun 2009 dari 376 pengguna zat narkoba 78,99% adalah pengguna yang
sudah sering dan berlangsung lama, dan pada tahun 2013 status pengguna yang
telah lama angkanya semakin rendah 65,17%. Data ini mengungkapkan adanya kenaikan
angka yang tinggi pada presntase dengan status pengguna baru, dan berdasarkan status
kelompok umur remaja sangat riskan dalam penyalahgunaan narkoba.
Jumlah
para remaja yang banyak sehingga akan berisiko dan juga bisa disebabkan karena sikap remaja sendiri yang cenderung
coba-coba. Berbagai kegiatan dan tantangan sering kali ingin dicoba dilakukan
sebagai bentuk dorongan dari rasa ingin tahu. Remaja kadang ingin
memperlihatkan eksistensi dirinya, tetapi kerap kali mereka tanpa
memperhitungkan akibat dan manfaatnya.
Data klien di Lembaga Rehabilitasi komponen masyarakat dan Instansi Lembaga
Rehabilitasi Instansi Pemerintah
BNN Kabupaten Kuningan menyebutkan jumlah klien meningkat.
b. Klien pasca rehab Yayasan Rumah Tenjo Laut
Tahun 2017 Pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu teknik kuantitatif
menggunakan data primer dan data sekuander dengan menggunakan instrument
kuesioner. Sedangkan teknik kualitatif yakni dengan menggunakan teknik
wawancara mendalam dan observasi lapangan, dimana jumlah informan sebanyak 5
orang yaitu residen, orang tua, ketua yayasan, TOMA dan petugas kesehatan
Variabel |
n (65) |
% |
Penyalahguna
Narkoba |
||
Berat |
56 |
86 |
Ringan |
9 |
14 |
Pengetahuan |
|
|
Rendah |
13 |
20 |
Baik |
52 |
80 |
Sikap |
|
|
Kurang Baik |
48 |
74 |
Baik |
17 |
26 |
Lingkungan |
|
|
Peran
rendah |
53 |
81,5 |
Peran
tinggi |
12 |
18,5 |
Kepribadian |
|
|
Kurang
baik |
53 |
81,5 |
Baik |
12 |
18,5 |
Keluarga |
|
|
Peran rendah |
50 |
77 |
Peran tinggi |
15 |
23 |
Fasilitas/
sarana kesehatan |
|
|
Kurang baik |
17 |
26 |
Baik |
48 |
73 |
Petugas kesehatan |
|
|
Peran
rendah |
49 |
75 |
Peran
tinggi |
16 |
25 |
Petugas kesehatan |
|
|
Peran rendah |
49 |
75 |
Peran tinggi |
16 |
25 |
Tabel 1 memperlihatkan distribusi penyalahguna
narkoba di Kabupaten Kuningan sebanyak 56 responden (86%) merupakan
penyalahguna berat, dan sebanyak 9 responden (14%) merupakan penyalahguna
ringan. Berdasarkan pengetahuan terdapat 52 responden (80%) dengan pengetahuan baik dan 13 responden (20%) dengan
pengetahuan rendah. Sikap responden terhadap penyalahgunaan narkoba diantaranya
kurang baik sebanyak 48 orang (74%) sedangkan bersikap baik sebanyak 17 orang
(26%). Peran lingkungan yang mempengaruhi
penyalahgunaan narkoba diantaranya dengan peran rendah sebanyak 53 orang
(81,5%) sedangkan yang berperan tinggi hanya 12 orang (18,5%). Kemudian
Responden yang menyalahgunakan narkoba memiliki kepribadian baik sebanyak 12
orang sedangkan yang memiliki
kepribadian kurang baik sebanyak 53 orang (81,5%).
Peran keluarga yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba didapatkan yakni
sebanyak 50 orang (77%) dengan peran rendah dan yang hanya berperan tinggi
sebanyak 15 orang (23%). Fasilitas kesehatan yang
ada di Kabupaten Kuningan didapatkan fasilitas
kurang baik sebanyak 17
responden (26%) sedangkan yang mengatakan fasilitas kesehatan baik sebanyak 48
orang (73%).
Untuk mengetahui hubungan antara variabel
dependent (penyalahguna narkoba) dan independen di lakukan analisis bivariat.
Variabel independennya kepribadian, faktor keluarga, lingkungan, pengetahuan,
sikap, fasilitas/sarana kesehatan, dam petugas kesehatan. Analisis ini
menggunakan uji chi square dengan tingkat kemaknaan atau p value ≤ 0,05.
Jika nilai p value ≤ 0,05 maka di simpulkan bahwa ada hubungan bermakna
antara variabel dependen dengan variabel independen.
Berdasarkan
tabel diatas, hasil analisis faktor determinan terhadap penyalahguna narkoba
diperoleh variabel yang tidak memiliki hubungan yaitu pengetahuan dimana p
value = 0,530 dengan OR = 0,435 dan variabel fasilitas/sarana kesehatan
didapatkan hasil p value = 0,349 dengan OR = 0, 378. bahwa ada sebanyak 49
responden (92,5%) dari 53 responden yang memiliki kepribadian kurang baik dan
merupakan penyalahguna berat, sedangkan ada sebanyak 7 responden (58,3%) dari
12 responden memiliki kepribadian baik tetapi merupakan penyalahguna berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009
maka dapat disimpulkan ada hubungan antara kepribadian terhadap penyalahguna narkoba di Kabupaten
Kuningan tahun 2017.
Variabel |
Nilai
B |
Nilai
P |
OR |
CI |
Lingkungan |
1,782 |
0,035 |
5,942 |
1,129-31,269 |
Petugas Kesehatan |
1,892 |
0,024 |
6,633 |
1,290-34,117 |
Constant |
-6,818 |
0.000 |
0.001 |
|
Berdasarkan table 3 hasil akhir analisis bahwa
dari 7 variabel yang diduga berhubungan dengan penyalahgunaan
narkoba, faktor dominan menunjukkan adanya hubungan bermakna antara
penyalahgunaan narkoba dengan petugas kesehatan. dengan nilai OR 6,633 artinya
peran petugas kesehatan yang rendah mempunyai peluang 6 kali menjadi penyebab
penyalahguna narkoba dibandingkan dengan peran petugas kesehatan yang tinggi.
Penyalahgunaan narkoba selalu mempunyai dampak
yang sangat buruk bagi kesehatan fisik dan mental diantaranya dapat merusak
otak manusia secara permanen, menimbulkan kerusakan gigi, jantung, hati,
paru-paru, ginjal, lambung dan organ reproduksi manusia. Sehingga Banyak dampak
yang terjadi di tengah masyarakat dari penyalahgunaan narkoba.
Penyalahgunaan narkoba bisa disebabkan oleh
banyak hal. Berdasarkan penelitian
ini penyalahgunaan narkoba disebabkan oleh banyak faktor diantaranya kepribadian dari orangnya sendiri, pengaruh
keluarga, lingkungan sekitar, pengetahuan, sikap, fasilitas/sarana kesehatan
dan peran petugas kesehatan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat 49 responden (92,5%) dari 53
responden yang memiliki kepribadian kurang baik dan merupakan
penyalahguna berat, sedangkan ada 7 responden (58,3%) dari 12 responden memiliki kepribadian
baik tetapi merupakan penyalahguna berat. Hasil�� analisis menunjukkan� adanya hubungan
yang signifikan antara kepribadian dengan penyalahguna narkoba dimana p<0,05 dengan p value = 0,009 dan diperoleh nilai OR 8,750 artinya responden yang memiliki kepribadian kurang baik
mempunyai��������� peluang 8 kali����� menjadi
penyalahguna����������� berat dibanding dengan responden yang memiliki kepribadian baik.
Terdapat benyak hal dari dalam dan dari luar yang
menjadi salah satu penyebab seseorang menggunakan narkoba yang membuat
ketergantungan pemakaian pada NAPZA tersebut.. Bahwa dalam
beberapa penyebanya ialah dipengaruhi oleh kepribadian pengguna. Mental pribadi
yang lemah serta tidak memiliki sifat dan sikap yang tegas,
�dan sangat mudah larut dalam pergaulan yang bebas. �
Berdasarkan hasil wawancara mendalam� penyalahguna narkoba juga cenderung tidak terbuka kepada
keluarga dan kurangnya komunikasi sehingga
berakibat terjadinya penyalahgunaan narkoba.
Hal ini sesuai dengan penelitian lain dimana mayoritas penyalahguna Napza memiliki pola interaksi/komunikasi
yang rendah (kurang baik) dengan orang lain.
Faktor selanjutnya adalah faktor keluarga dimana
hasil penelitian menunjukan bahwa 46 responden (92%) dari 50 responden yang
memiliki faktor keluarga yang berperan rendah dan merupakan penyalahguna berat,
sedangkan ada sebanyak 10 responden (67%) dari 15 responden memiliki faktor
keluarga yang berperan tinggi tetapi merupakan penyalahguna berat. Hasil uji
statistik menunjukkan bahwa ada hubungan yang signifikan antara faktor keluarga
dengan penyalahgunaan narkoba dimana nilai p<0,05 yaitu p value = 0,039 dan
diperoleh nilai OR 5,750 yang artinya responden yang memiliki faktor keluarga
yang berperan rendah mempunyai peluang 5 kali menjadi penyalahguna berat
dibanding dengan responden yang memiliki faktor keluarga yang berperan tinggi.
Hasil penelitian ini singkron dengan penelitian yang
telah dilakukan sebelumnya yang menunjukkan adanya keterkaitan yang sangata
kuat pada peran keluarga terhadap perilaku penyimpangan social terutama dalam
hal penyalahgunaan narkoba. Resiko 4,2 kali lebih besar akan dirasakan oleh
pengguna NAPZA apabila mempunyai keluarga yang tidak berperan dalam masaalah
ini.
Penelitian lain juga menyatakan bahwa dukungan sosial
terutama keluarga sangat efektif dalam menghentikan pemakaian narkoba, kebanyakan
responden yang diteliti menyatakan bahwa mereka tidak mempunyai orang yang bisa
diandalkan atau mensupport mereka. Oleh karena itu penederita
narkoba sangat membutuhkan dukungan sosial baik dari teman dan lebih utamanya
keluarga sendiri.
Faktor lingkungan terhadap penyalahgunaan narkoba
pada penelitian ini menunjukan bahwa terdapat 49 responden (92,5%) dari 53
responden yang memiliki faktor lingkungan yang berperan rendah dan merupakan
penyalahguna berat, sedangkan terdapat 7 responden (58,3%) dari 12 responden
memiliki faktor lingkungan yang berperan tinggi tetap merupakan penyalahguna
berat. Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,009 (p<0,05)
hal ini menunjukkan adanya hubungan yang signifikan antara faktor lingkungan
dengan penyalahgunaan narkoba dan diperoleh nilai OR 8,750 artinya responden
yang memiliki peluang 8 kali menjadi penyalahguna berat dibanding dengan
responden yang memiliki faktor lingkungan yang berperan rendah.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain
yang menyatakan bahwa kecocokan seorang teman sebaya, dari 53 responden pelaku
penyalahgunaan senilai 36 (29,3%) responden mempunyai angka kecocokan yang
tinggi pada teman-temanya. Dan dari 174 responden bukan penyalahguna mempunyai
nilai kecocokan yang kecil pada teman sebayanya yakni 87 (83,7%) responden.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,033 (p < 0,05)
dengan demikian ada hubungan konformitas teman sebaya dengan penyalahgunaan
narkoba.
Hasil wawancara� mendalam dengan tenaga kesehatan
mengatakan bahwa dari pelayanan kesehatan bekerjasama dengan BNN dan para guru
BP di tiap sekolah sudah mengadakan program pembinaan dan� promosi kesehatan� serta�
preventif.
Hasil penelitian ini didukung oleh penelitian lain
yang menyatakan bahwa konformitas teman sebaya, dari 53 responden penyalahguna,
sebesar 36 (29,3%) responden yang memiliki tingkat konformitas tinggi terhadap
teman sebayanya. Sedangkan dari 174 responden bukan penyalahguna memiliki
tingkat konformitas rendah terhadap teman sebayanya yaitu 87 (83,7%) responden.
Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,033 (p < 0,05)
dengan demikian ada hubungan konformitas teman sebaya dengan penyalahgunaan
narkoba.
Sekolah-sekolah. Namun
dari keterangan yayasan rehabilitasi menyatakan bahwa para pengguna baru
dipengaruhi oleh temannya. Oleh karena itu lingkungan bergaul sangat
mempengaruhi masyarakat khususnya remaja untuk mengkonsumsi narkoba.
Penyalahgunaan narkoba selanjutnya dipengaruhi oleh faktor pengetahuan dimana
penelitian menunjukan bahwa terdapat 10 responden (76,9%) dari 13 responden
yang memiliki pengetahuan yang rendah dan merupakan penyalahguna berat dan
terdapat 46 responden (88,5%) dari 52 responden memiliki pengetahuan baik
tetapi merupakan penyalahguna berat.
Hasil uji statistik menunjukkan nilai p = 0,530 (p>0,05). Artinya tidak ada hubungan yang signifikan
antara pengetahuan dengan penyalahgunaan narkoba.
Hasil penelitian ini didukung oleh peneliti
lain yang menyatakan bahwa tidak terdapat hubungan bermakna antara pengetahuan���� dengan����������� perilaku
penyalahgunaan narkoba dimana nilai p = 0,7.��������
Sedangkan pendapat lain mengungkapkan bahwa pengetahuan justru sangat mempengaruhi orang dalam
berpikir dan mengkonsumsi obat terlarang karena dengan adanya pengetahuan dapat
membantu individu memahami banyak aspek dan informasi data faktual tentang penyalahgunaan zat
adiktif, tanda-tanda peringatan kecanduan, informasi tentang bagaimana alkohol
dan obat-obatan tertentu memengaruhi pikiran dan tubuh, konsekuensi yang bisa
ditimbulkan kecanduan pada kesehatan fisik, keluarga, hubungan, dan area lain
yang berfungsi baik secara fisik dan mental.
Faktor lain
yang mempengaruhi penyalahgunaan narkoba adalah sikap dimana pada
penelitian ini didapatkan 45 responden (93,8%) dari 48 responden memiliki sikap
kurang baik dan merupakan
penyalahguna berat, sedangkan terdapat 11
responden (64,7%) dari 17 responden memiliki sikap baik tetapi merupakan
penyalahguna berat. Hasil uji statistik menunjukkan ada hubungan yang
signifikan antara sikap responden dengan penyalahgunaan narkoba dengan p value = 0,010 (p<0,05) dan
diperoleh nilai OR 8,182 artinya responden yang
memiliki sikap yang kurang
baik mempunyai peluang 8 kali menjadi penyalahguna berat dibanding dengan responden yang memiliki sikap yang baik.
Didukung juga dengan penelitian lain yang menyatakan bahwa orang yang memiliki sikap
disfungsional memainkan peran penting dalam risiko penyalahgunaan narkoba
karena individu dengan sikap disfungsional mengalami emosi dan perasaan negatif
ketika berhadapan dengan masalah serta sikap yang emosional yang dapat
merangsang individu untuk menyalahgunakan narkoba.
Analisis faktor lain yang berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba yaitu fasilititas kesehatan dimana
hasilnya menunjukan bahwa terdapat 13 responden (76,5%) dari 17 responden yang memiliki fasilitas/sarana kesehatan
kurang baik dan merupakan penyalahguna berat, sedangkan sebanyak 43 responden (89,6%) dari 48 responden memiliki fasilitas/sarana kesehatan baik tetapi
merupakan penyalahguna berat. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,349 hal
ini berarti p>0,05 dan diperoleh nilai OR 0,378 artinya responden yang
memiliki fasilitas/sarana kesehatan yang kurang
baik mempunyai peluang 0,3 kali menjadi penyalahguna berat dibanding
dengan responden yang memiliki fasilitas/sarana kesehatan yang baik. Sehingga dapat disimpulkan tidak ada hubungan
antara fasilitas/sarana kesehatan terhadap penyalahguna narkoba di Kabupaten
Kuningan tahun 2017.
Menurut Helviza (2016) kendala yang dihadapi
dalam penanggulangan narkoba meliputi alokasi dana
dalam pelaksanaan, upaya penanggulangan yang minim, fasilitas laboratorium yang
kurang memadai, kurangnya kepedulian masyarakat untuk memberikan informasi
mengenai peredaran dan penyalahgunaan narkoba
yang mereka ketahui
serta fasilitas dan sarana
kesehatan sehingga peyalahgunaan narkoba masih banyak terjadi di tempat penelitian.
Berdasarkan hasil wawancara mendalam yang
dilakukan terhadap orang tua penyalahguna narkoba mengatakan bahwa rehabilitasi
sangat diharapkan agar orang dengan penyalahgunaan narkoba tidak kembali
kedalam tindakan penyalahgunaan narkoba dan
mengharapkan pihak BNN serta pelayanan
kesehatan dapat membantu para penyalahguna
narkoba.
Peran petugas kesehatan dalan penyalahgunaan
narkoba juga memiliki pengaruh penting. Berdasarkan hasil penelitian menunjukan
bahwa terdapat 46 responden (93,9%) dari 49 responden yang mengatakan petugas
kesehatan memiliki peran rendah dan terdapat 10 responden (62,5%) dari 16
responden dari penderita berat menyatakan bahwa petugas kesehatan yang berperan
tinggi. Hasil uji statistik diperoleh nilai p = 0,006 (p<0,05) dan diperoleh
nilai OR 9,200 artinya petugas kesehatan yang berperan rendah 9 kali
mempengaruhi penyalahguna berat narkoba dibanding dengan petugas kesehatan yang
berperan tinggi. Maka dapat disimpulkan ada hubungan antara peran petugas
kesehatan terhadap penyalahguna narkoba di Kabupaten Kuningan tahun 2017. Peran petugas kesehatan sering tidak disadari oleh petugas
kesehatan bahkan para pengambil keputusan, bidang ini perlu dikembangkan secara
lebih profesional, sehingga menjadi salah satu pilar yang kokoh dari upaya
penanggulangan dan penyalahgunaan NAPZA.
Peran tenaga
kesehatan terhadap penyalahguna narkoba sangat berperan penting diantaranya
memberikan promosi kesehatan, melakukan usaha preventif secara berkala. Tenaga kesehatan juga harus mengambil informasi rinci tentang
kebiasaan individu mengenai merokok, konsumsi alkohol, makan, aktivitas fisik, tidur, penyalahgunaan farmakologis dan
kemungkinan adanya gangguan mental.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian tentang�� determinan
penyalahgunaan narkoba di
Yayasan Rumah Tenjo Laut Kabupaten Kuningan tahun 2017, maka dapat disimpulkan
bahwa:
1. Sebagian besar penyalahguna narkoba berat
(86%), berpengetahuan rendah (20%), memiliki sikap kurang baik (48%), dengan
lingkungan yang berperan rendah (81,5%), memiliki kepribadian kurang baik
(81,5%), dengan keluarga yang berperan
rendah (77%), dengan fasilitas/sarana kesehatan yang kurang baik (26%) serta petugas kesehatan yang berperan
rendah (75%).
2. Determinan yang berhubungan dengan
penyalahgunaan narkoba di Yayasan Rumah Tenjo Laut Kabupaten Kuningan adalah
kepribadian dengan nilai p = 0,009, keluarga dengan nilai p
= 0,039,
lingkungan dengan nilai p = 0,009, sikap dengan
nilai p = 0,010, dan petugas kesehatan dengan nilai p = 0,006.
3. Determinan
yang paling dominan berhubungan dengan penyalahgunaan narkoba di Yayasan Rumah
Tenjo Laut Kabupaten Kuningan adalah Petugas Kesehatan, dengan diperoleh nilai
OR 6,633 artinya peran petugas kesehatan yang rendah mempunyai peluang 6 kali
menjadi penyalahguna berat dibanding dengan petugas kesehatan yang berperan
tinggi.
United Nations Office on Drugs And Crime (UNODC). (2015). World Drug Report 2015. New York: United
Nations.
BNN. (2015). Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba Bagi Remaja. Jakarta:
Direktorat Diseminasi Informasi Deputi Bidang Pencegahan Badan Narkotika
Nasional Republik Indonesia.
Amriel, Reza Indragiri. (2008).
Psikologi Kaum Muda Pengguna Narkoba. Jakarta:
Salemba Humanika.
Badri, M. (2013). Implementasi Undang- Undang
No.35 Tahun 2009 Tentang Narkotika Dalam Pelaksanaan Wajib Lapor Bagi Pecandu
Narkotika. Jambi : Jurnal
Ilmiah Universitas Batanghari Jambi.
Nusiriska. (2013).
Hubungan Pengetahuan dan Lingkungan Sosial Terhadap Tindakan Pencegahan
Penyalahgunaan NAPZA pada Siswa SMA Negeri 1 Jepara [Skripsi]
Sarjana Srata Satu Universitas Diponegoro,
Semarang eprints. Diakses pada 3 Mei 2018 dari undip.ac.id/37648/1/Nusiriska_Prisaria
G2A008135_ Lap.KTI.
Sunarno. (2007). Narkoba (Bahaya dan Upaya Pencegahannya), PT. Bengawan
Solo, Semarang.
Qanita Windyanggiva. (2014). Hubungan
Pola Interaksi Dengan Motif Penyalahgunaan Narkotika, Psikotropika, Dan Zat
Adiktif (Napza) Di Kalangan Remaja. SKripsi, Departemen Sains
Komunikasi Dan Pengembangan Masyarakat
Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor Bogor.
Agustin, Rinny. (2014). Persepsi Masyarakat Tentang Sosialisasi
Bahaya Narkoba Di Kelurahan Sidomulyo Kecamatan Samarinda Ilir Kota Samarinda. Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Mulawarman.
Boyd et al.� (2017).
Social-structural factors influencing
periods of injection cessation among
marginalized youth who inject
drugs in Vancouver, Canada: an ethno-epidemiological study. Harm Reduction Journal.
Diakses pada 9 April 2018���� dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC5460503/pdf/12954_2017_Arti cle_159.pdf.
Asni M , Rahma,
Mukhsen Sarake. (2014). Faktor
Yang Berhubungan Dengan Penyalahgunaan Narkotika dan Bahan Adiktif (Narkoba)
Pada Remaja di SMA Kartika Wirabuana Xx-1
Makassar. Skripsi. Universitas Hasanudin.
Asti, Yeli (2014). Hubungan pengetahuan dan
sikap terhadap perilaku penyalahgunaan narkoba pada siswa/I smp negeri 4 kecamatan Pontianak timur kota
madya Pontianak. Diaksespada 29
Oktober 2017 dari Repository.untan.ac.id
Leah Miller, MA.
2016. Substance Abuse Education. Diakses pada 1 Mei 2018������ dari https://www.projectknow.com/research/ substance-abuse-education-resources/
Rahmadona, Elviza. (2014). Dengan Penyalahgunaan Narkoba di RSJ Prof.
HB. Sa�anin. Padang:
Jurnal Kesehatan Masyarakat Andalas.
Nasrazadani, Ehteram
et al.
(2017). The
Relationship of Social
Problem-Solving Skills and Dysfunctional Attitudes with Risk of Drug
Abuse among Dormitory Students at Isfahan University of Medical Sciences. Irian Journal of
Nursing and Midwifery Research.
Diakses pada 1 Mei 2018 dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/artic les/PMC5590356/
Helviza, Ira. (2016). Kendala-Kendala Badan Narkotika Nasional
(BNN) dalam Penanggulangan Penyalahgunaan
Narkotika di Kota Banda Aceh. Jurnal Ilmiah �Mahasiswa Kewarganegaraan UNSYIAH.
Nafiati, Laily. (2014). Peran
Perawat Dalam Penanganan Narkotika, Psikotropika Dan
Zat
Adiktif Lain Di Puskesmas
Kota Yogyakarta. Universitas
Gadjah Mada Yogyakarta.
Tomei, G et al. (2007).
Mental health and life
style changes in young workers. Health
Service Research. Diakses pada 10 April 2018�� dari https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed/ 17362218.
����������������������������������������������������������������������������������������