Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�����
e-ISSN : 2548-1398
�����
Vol. 4,
No.8 Agustus 2019
HUBUNGAN
ANTARA KETERAMPILAN MENGAJAR DAN MOTIVASI TERHADAP KINERJA GURU BAHASA INGGRIS
BERSERTIFIKAT PENDIDIK (SELF-PERCEPTION)
Asih Rosnaningsih
dan Dayu Retno Puspita
Universitas Muhammadiah Tangerang
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstrak
Guru mempunyai peranan terpenting dalam
pengembangan kualitas pendidikan di setiap negara. Mereka adalah master kunci
dalam meningkatkan masa depan yang lebih baik untuk masing-masing siswa. Mereka
harus menjadi profesional untuk melakukan tugas dan tugas mereka. Tujuan penelitian ini adalah menggambarkan hubungan antara kemampuan dan motivasi
guru terhadap kinerja guru bahasa Inggris bersertifikat. Instrumen yang
digunakan adalah kuesioner. Dalam �penelitian ini memperoleh data bahwasannya terdapat hubungan yang signifikan antara kemampuan
guru dan motivasi pada kinerja guru dengan sig. 2-tailed 0,005 <0,05 dan nilai R Square adalah 0,697 yang berarti secara bersama-sama variabel
kemampuan dan motivasi guru memberikan kontribusi 69,7% pada kinerja guru.
Kata
kunci: kemampuan guru, motivasi, kinerja guru
Pendahuluan
Guru adalah aktor yang perannya sangat besar dan penting dalam hal ketercapaian
peningkatan kualitas pendidikan suatu bangsa. Peranan guru sangatlah vital
karena merupakan ujung tombak pendidikan yang langsung berhubungan dengan siswa
sebagai generasi penerus bangsa. Dibelakang suatu bangsa yang maju, terdapat tenaga
pengajar yang mempunyai loyalitas kerja yang tinggi serta berdedikasi terhadap profesinya. Selanjutnya seorang tenaga
pengajar idealnya mampu mengembangkan� keprofesionalannya� sebagai�
problem� solver� atau�
pemecah� masalah dalam� proses�
pembelajaran� dan� pembangunan�
kemasyarakatan (Hermawati,
2017).
Salah
satu indikator dari guru yang berkualitas dapat ditinjau melalui pencapaian
akademiknya dengan meraih gelar Sarjana atau setara dengan Strata Satu (S1).
Biro Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa pada tahun akademik 2016/2017
persentase Guru Berkualifikasi Minimal S1 pada Satuan Tingkat Pendidikan
Tingkat SD Mencapai 84%, SMP 92% dan SMA/SMK 95% belum mencapai target
sepenuhnya. Hal tersebut berimplikasi bahwasannya terdapat beberapa tenaga
pengajar yang tidak menyelesaikan pendidikannya di tingkat Strata Satu. Kenyataan
ini sangat bertentangan dengan Standar Nasional Pendidikan (SNP) Pasal 28, yang
berisi bahwa tenaga pengajar mesti mempunyai pendidik harus memiliki
kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai fasilitator pembelajaran, sehat jasmani
dan rohani, dan mempunyai keterampilan guna mewujugkan tujuan
pendidikan nasional.
Selain permasalahan latar belakang akademis diatas, guru
juga dihadapkan pada permasalahan praktis seperti berbagai permasalahan yang
berkaitan dengan pelaksanaan kurikulum pembelajaran di sekolah. Banyak guru yang belum maksimal dalam
menjalankan kewajiban mengajar, kurang dalam pemahaman metode dan strategi
mengajar, masalah manajemen pengelolaan kelas dan tingkat kedisiplinan yang
masih tergolong rendah.
Permasalahan tersebut sangat menjadi perhatian
pemerintah untuk meningkatkan dan mengembangkan standar kualifikasi dan
kompetensi guru dengan mengesahkan Undang-Undang� Nomor �14 Tahun� 2005 �tentang Guru dan Dosen yang secara jelas
menjelaskan capaian standar kompetensi yang harus diraih oleh seorang guru
untuk mencapai level professional (Nomor,
14AD). Sesuai dengan pasal Selanjutnya dijelaskan
secara sepsifik tertuang pada
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 �mengenai Standar
Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
Bahwasannya terdapat empat komponen standar kompetensi yang
wajib dikuasai oleh guru yaitu: kompetensi pedagogik, kompetensi social, kompetensi
kepribadian dan kompetensi professional (Nasional, 2007).
Sebagai salah satu upaya meningkatkan kinerja guru,
pemerintah lalu menerapkan kebijakan sertifikasi sebagai upaya penjaminan mutu
guru secara sistematis sesuai Undang-Undang yang berlaku (Mulyasa,
2012), menjelaskan bahwa Sertifikasi guru ialah prosedur yang dipakai oleh bagian yang memiliki kewenangan untuk memberikan jaminan yang saah secara hokum bahwasanya seorang guru
telah memenuhi kriteria kelayakan dengan profesinya. Representasi pemenuhan standar kompetensi adalah
sertifikat kompetensi pendidik. Adanya sertifikat adalah sebagai bukti fisik
telah diakuinya bahwa guru atau calon guru yang memenuhi standar, yang
berprofesi sebagai tenaga pendidik di segala tinkat Pendidikan.
Tujuan dari penelitian ini adalah melihat hubungan antara
faktor yang menjadi pengaruh terhadap kinerja guru khususnya pada guru bahasa
Inggris yang memiliki sertifikat pendidik khususnya ditinjau dari variable keterampilan
guru (ability) dan motivasi kerja.
Penelitian ini akan lebih spesifik memdeskripsikan kinerja guru bahasa Inggris
karena pada kenyataan di lapangan seperti yang peneliti amati saat proses
pendampingan mahasiswa pada program magang asistensi guru terlihat beberapa
gejala seperti guru yang cenderung textbook dalam mengajar, terlalu pasif dan
tidak dapat membangun komunikasi yang interaktif dengan siswa dalam
pembelajaran di kelas dimana pada pembelajaran bahasa Inggris seharusnya siswa
diberikan banyak kesempatan untuk praktek dan mengasah keempat skills dalam
bahasa Inggris. Gejala berikutnya yaitu guru yang kurang motivasi dalam mengajar
dan mengadakan variasi pembelajaran yang menarik. Gejala-gejala tersebut harus
dijelaskan dan ditemukan pangkal permasalahannya karena berkaitan dengan
kinerja dan secara langsung akan berdampak terhadap prestasi belajar peserta
didik.
Metode Penelitian
Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah pendekatan kuantitatif tipe survey
dengan menggunakan instrumen berupa angket (Self-Perception).
Sampel dari penelitian ini adalah guru mata pelajaran bahasa Inggris yang telah
mendapatkan sertifikat pendidik. Total sampel sebanyak 12 guru tingkat SMP dan
SMA/SMK sederajat yang tersebar dari Kota Serang, Kabupaten Serang, Kota
Tangerang dan Kota Jakarta Timur. Berikut adalah table kisi-kisi instrument
angket:
Tabel 1. Kisi-kisi
instrument Angket (self-perception)
Variabel |
Indikator |
No. Item |
Jumlah |
|
(+) |
(-) |
|||
Kinerja |
Pedagogis |
1, 3 |
2, 4, 5 |
5 |
Sosial |
8, 9 |
6, 7, 10 |
5 |
|
Kepribadian |
12, 14, 15 |
11, 13 |
5 |
|
Professional |
16, 18, 19 |
17, 20 |
5 |
|
Ability |
Quality of work |
21, 23 |
22, 24 |
4 |
Quantity of work |
25, 27 |
26, 28 |
4 |
|
Inisiatif |
29, 30 |
31, 32 |
4 |
|
Adaptability |
33, 35 |
34, 36 |
4 |
|
Cooperation |
37, 39 |
38, 40 |
4 |
|
Motivasi |
Exploration |
42, 44 |
41, 43 |
4 |
Manipulation |
45, 48 |
46, 47 |
4 |
|
Activity |
49, 50 |
51, 52 |
4 |
|
Stimulation |
54, 55 |
53 |
3 |
|
Knowledge |
54, 55 |
56, 58 |
4 |
|
Ego enhancement |
57 |
59, 60 |
3 |
|
Jumlah |
60 |
Teknik analisis data dalam penelitian
ini akan dihitung dengan menggunakan bantuan SPSS 23.0. Kemudian untuk
menganalisis hal-hal yang menjadi
pengaruh kinerja berdasarkan dari variable
keterampilan (ability) dan motivasi
akan dikalkulasi dengan menggunakan desain analisis regresi berganda.
Hasil
Penelitian
Dalam perhitungan statistika
inferensial, peneliti pertama ingin mengetahui normalitas data dengan
menggunakan� One-Sample
Kolmogorov-Smirnov test. Asumsi data normal jika p-value > 0.05. Pada table
dibawah ini, dapat dilihat bahwa p-value dari ability 0,918, motivasi 0,859 dan
kinerja 0,979 > lebih besar dari 0.05. Maka diperoleh kesimpulan yakni ketiga variable dalam
penelitian ini memiliki distribusi data yang normal.
Tabel 2.
Uji Normalitas Data
One-Sample Kolmogorov-Smirnov Test |
||||
|
ability |
motivasi |
Kinerja |
|
N |
12 |
12 |
12 |
|
Normal
Parametersa,b |
Mean |
37.33 |
37.17 |
41.42 |
Std. Deviation |
3.229 |
3.099 |
3.118 |
|
Most Extreme
Differences |
Absolute |
.160 |
.174 |
.136 |
Positive |
.160 |
.174 |
.136 |
|
Negative |
-.129 |
-.159 |
-.125 |
|
Kolmogorov-Smirnov
Z |
.555 |
.604 |
.473 |
|
Asymp. Sig.
(2-tailed) |
.918 |
.859 |
.979 |
Selanjutnya
untuk mengetahui apakah variable penelitian mempunyai hubungan yang linear maka
dilakukan uji linearitas. Uji lineartitas ini adalah sebagai prasyarat dalam
analisis korelasi. Hubungan diantara variable dikatakan linear jika
signifikansi atau p-value < α 0.05. Hasil dari perhitungan SPSS dapat
dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 3.
Correlation Table
Correlation
|
Ability |
motivasi |
Kinerja |
|
ability |
Pearson
Correlation |
1 |
.721** |
.834** |
Sig.
(2-tailed) |
|
.008 |
.001 |
|
N |
12 |
12 |
12 |
|
motivasi |
Pearson
Correlation |
.721** |
1 |
.575 |
Sig.
(2-tailed) |
.008 |
|
.054 |
|
N |
12 |
12 |
12 |
|
kinerja |
Pearson
Correlation |
.834** |
.575 |
1 |
Sig.
(2-tailed) |
.001 |
.050 |
|
|
N |
12 |
12 |
12 |
|
**.
Correlation is significant at the 0.01 level (2-tailed). |
1. Ability dan Kinerja
H0� : β1
= 0
H1� : β1
≠ 0
Dalam kategori yang pertama yaitu ability, p-value menunjukan
(sig. 2-tailed) 0.001 < 0.05. Maka H1 diterima dan H0
ditolak. Dengan kata lain terdapat hubungan yang signifikan diantara
keterampilan (ability) guru dengan
kinerja guru.
2. Motivasi dan Kinerja
H0� : β2
= 0
H1� : β2
≠ 0
Dalam kategori yang kedua yaitu motivasi, p-value menunjukan (sig.
2-tailed) 0.05 = 0.05. Maka H1 ditolak dan H0 diterima.
Dengan kata lain tidak terdapat hubungan yang signifikan diantara motivasi
kerja dengan kinerja guru.
Table 4. ANOVA
ANOVAa |
||||||
Model |
Sum of
Squares |
Df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
74.495 |
2 |
37.247 |
10.340 |
.005b |
Residual |
32.422 |
9 |
3.602 |
|
|
|
Total |
106.917 |
11 |
|
|
|
3. Ability dan Motivasi Terhadap Kinerja
H0� : β1
= β2 = 0
H1� : β1
≠ β2� ≠ 0
Pada kategori yang ketiga yaitu hubungan antara ability dan
motivasi terhadao kinerja gutu p-value (sig. 2-tailed) 0.005 < 0.05 or FCount
10.340 > FTable� (df1=2,
df2=11)� jatuh di area
penolakan. Maka H1 diterima dan H0 ditolak. Dengan
kata lain secara berhubungan, keterampilan (ability) dan motivasi secara
signifikan menjadi faktor yang berperan dalam kinerja guru.
Tabel 5. Nilai Coefficient
Model |
Unstandardized
Coefficients |
Standardized
Coefficients |
T |
Sig. |
||
B |
Std.
Error |
Beta |
||||
1 |
(Constant) |
11.961 |
7.294 |
|
1.640 |
.135 |
ability |
.842 |
.256 |
.872 |
3.294 |
.009 |
|
motivasi |
-.053 |
.266 |
-.053 |
-.201 |
.845 |
Y
= 11.961 + 0.842 X1 - 0.053 X2
Interpretation:
1. Ability memiliki
skor lebih tinggi 0.842 terhadap kinerja guru dengan controlling variable
motivasi.
2. Jika skor motivasi naik 1 poin, maka
skor kinerja guru akan turun -0.053 dengan controlling variable ability.
Tabel 6. Model Summary
Model Summary |
||||
Model |
R |
R
Square |
Adjusted
R Square |
Std.
Error of the Estimate |
1 |
.835a |
.697 |
.629 |
1.898 |
a. Predictors:
(Constant), motivasi, ability |
Pada data tabel diatas, nilai koefisien
determinasi menunjukan 0.835 lebih besar dari α 0.05; hal tersebut
bermakna bahwa terdapat hubungan yang signifikan diantara ability dan motivasi
terhadap kinerja guru. Sedangkan nilai R Square yaitu 0.697 bermakna bahwa
ability dan motivasi secara bersama memiliki kontribusi sebesar 69,7% dari
kinerja guru.
Kesimpulan
Berdasarkan uji hipotesis dapat ditarik
tiga kesimpulan. Pertama, keterampilan mengajar memiliki hubungan yang
signifikan dengan kinerja guru dibuktikan dengan nilai sig. 2-tailed 0.001 <
0.05. Hasil ini mendukung teori Tyson dan Jackson (Supardi, 2016)
bahwa guru yang memiliki kinerja tinggi adalah guru yang dapat menciptakan
hasil kerja yang berkualitas, memiliki ketelitian dan kelengkapan, memiliki
inisiatif dan tanggung jawab, dapat beradaptasi dengan perubahan di lingkungan
kerja, dan mampu bekerja sama dengan pimpinan, rekan kerja dan siswa.
Kedua, motivasi dalam penelitian ini
secara statistis tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kinerja guru
ditunjukkan dengan nilai sig. 2-tailed 0.054 > 0.05.� Hasil ini bertolak belakang dengan teori
Mangkunegara yang menjelaskan bahwa ada hubungan positif antara motivasi
berprestasi dengan pencapaian kinerja (Mangkunegara, 2000).
Guru yang memiliki motivasi tinggi akan mencapai kinerja yang tinggi sebaliknya
jika kinerja rendah disebabkan oleh motivasi yang rendah.� Untuk meraih motivasi kerja yang tinggi
seorang guru harus dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasar pegawai seperti
yang diutarakan oleh Maslow, yaitu: (1) kebutuhan fisiologis, (2) kebutuhan
rasa aman, (3) kebutuhan sosial atau diterima ditempat kerja, (4) kebutuhan
harga diri untuk dihormati dan (5) kebutuhan aktualisasi diri (Mangkunegara, 2000).
Jika kelima kebutuhan ini tidak terpenuhi dengan baik akan berimbas kepada
dorongan kerja atau motivasi yang secara langsung mempengaruhi kinerja guru
dalam mengajar.
Ketiga, yaitu terdapat hubungan yang
signifikan antara keterampilan guru atau ability
dan motivasi terhadap kinerja guru dengan nilai sig. 2-tailed 0.005 < 0.05.
Sedangkan nilai R Square yaitu 0.697 bermakna bahwa ability dan motivasi secara
bersama memiliki kontribusi sebesar 69,7% dari kinerja guru. Temuan ini sejalan
dengan hasil penelitian Dewi, Taufani dan Abubakar (2018) yang menunjukkan
bahwa kompetensi professional guru dan motivasi memiliki pengaruh sebesar 63,7%
terhadap kinerja guru di SD Kota Cumahi, Bandung. Kedua hasil penelitian ini
menyimpulkan bahwa kinerja mengajar guru dipengaruhi oleh variabel keterampilan
mengajar (professional) dan juga motivasi.
BIBLIOGRAFI
Hermawati, W. (2017). PENGARUH MOTIVASI KERJA GURU DAN
IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TERHADAP
KINERJA MENGAJAR GURU DI MTS NEGERI MODEL BREBES. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(9), 170�193.
Mangkunegara, A. A. A. P. (2000). Manajemen sumber daya
manusia perusahaan. Remaja Rosdakarya.
Mulyasa, E. (2012). Manajemen dan kepemimpinan kepala
sekolah. Jakarta: Bumi Aksara.
Nasional, D. P. (2007). Peraturan Mentri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2007 tentang Staandar Kualifikasi Akademik
dan Kompetensi Guru. Jakarta: Menteri Pendidikan Nasional.
Nomor, U.-U. R. I. (14AD). tahun 2005 tentang Guru dan
Dosen.
Supardi. (2016). Kinerja Guru. Jakarta: Rajawali
Press.