Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol.4,
No. 8 Agustus 2019
HUBUNGAN KEADAAN LINGKUNGAN
MADRASAH TERHADAP SIKAP KEAGAMAAN ANAK DI MADRASAH DINIYAH TAKMILIYAH AWALIYAH
NURUL HUDA DESA WIRAKANAN KEC. KANDANGHAUR KAB.
INDRAMAYU
Fiqih
Amrullah dan Waryana
Sekolah
Tinggi Ilmu Tarbiyah (STIT) Al-Amin Indramayu
Email: [email protected] dan
[email protected]
�����������
Abstrak
Pada dasarnya faktor yang
mempengaruhi perkembangan anak terutama dalam sikap terdiri dari faktor
lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah (Hamid, 1999). Sudah sewajarnya bahwa keluarga terutama orangtua
memelihara dalam mendidik anak-anaknya dengan rasa kasih sayang. Dirumah anak
menerima kasih sayang yang besar dari orangtuanya. Anak menggantungkan diri
sepenuhnya pada orangtuanya, tempat �a mencurahkan isi hatinya sedangkan
sekolah adalah buatan manusia. Sekolah didirikan oleh masyarakat atau negara
untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga yang sudah tidak mampu lagi memnberi
bekal persiapan hidup hagi anak-anaknya. Untuk mempersiapkan anak agar hidup
dengan cukup bekal kepandaian dan kecakapan dalam masyarakat yang moderen, yang
telah tinggi kebudayaannya seperti sekarang ini (Ngalim Purwanto, 1995). Dampak dari kebudayaan yang moderen telah banyak
merusak terhadap sikap keagamaan anak seperti halnya dari majalah-majalah dan
Koran-koran porno yang akan merusak ahlak. Perubahan pakaian islami dengan
sedikit memendekan pakaian di kaki dan di tangan bahkan juga dengan ditipiskannya
kerudung dengan mengikatkannya kebelakang sehingga kelihatan buah dadanya.
Keadaan lingkungan madrasah akan sangat mempengaruhi sikap keagamaan anak
meskipun pendidikan agama yang didapatnya cukup berpengalaman. Faktor eksternal
pembelajaran anak ada dua macam yakni faktor lingkungan sosial dan faktor
Iingkungan non sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru para staf
administrasi teman-teman sekelas dapat mempengaruhi sikap anak, keluararga dan
masyarakat. Sedangkan lingkungan non sosial yakni rumah, sekolah, peralatan dan
alam sekitarnya (Syah, 2003).
Kata
kunci : sikap keagamaan, madrasah diniyah
Pendahuluan
Masa studi di SMK (Sekolah Menengah Kejuruan) merupakan usia yang mengarah pada masa peralihan dari usia anak
menjadi remaja. Masa ini umumnya ditandai dengan munculnya
perubahan baru bagi manusia, baik secara biologis maupun psikologis.
Secara biologis, menurut Asnely Ilyas, perubahan pada diri remaja dapat
digambarkan antara lain (Ilyas, 1995):
�Anak wanita mulai tumbuh buah dada (susu), pinggul membesar, paha membesar
karena tumbuhnya zat lemak dan tumbuh bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak. Perubahan pada anak laki-laki terjadi perubahan pada otot, bahu
melebar, suara mulai berubah, tumbuh bulu-bulu pada alat kelamin dan ketiak
serta kumis pada bibir. Selain itu terjadi pula
pertambahan berat badan pada kedua jenis kelamin itu�.
Ajaran Islam menyebut perubahan itu sebagai proses menuju akil baligh
yang dapat diketahui dengan tanda-tanda: Cukup berumur 15 tahun, keluar mani, bermimpi dan mulai haidh bagi perempuan. Ketentuan
atau batas akil baligh ini, menurut Wahbah az-Zuhaili, sudah terkena khitab
atau kewajiban untuk menutup aurat (Harun, 1997)
Selain perubahan biologis sebagaimana digambarkan di
atas, peralihan dari generasi anak kepada generasi dewasa, dapat juga terjadi
pada perubahan psikologis. Sehingga para psikolog
sering menyebutnya sebagai masa pancaroba. Perubahan
psikologis pada masa remaja dapat terlihat dari perubahan tingkah laku.
Perubahan tersebut digambarkan oleh (Daradjat, 1996) sebagai berikut:
�Perubahan tingkah laku tampak seperti perubahan minat, antara lain minat
belajar berkurang, timbul minat terhadap jenis kelamin lainnya. Juga minat terhadap kerja menurun. Anak
perempuan mulai sering memperhatikan dirinya. Perubahan lain tampak juga pada emosi, pandangan hidup, sikap dan
sebagainya. Karena perubahan tingkah laku inilah maka jiwanya
sering gelisah.�
Perubahan sebagaimana digambarkan di atas, biasanya
diikuti oleh suatu kecenderungan terjadinya kegoncangan jiwa anak. Oleh
karena itu, pada masa ini sering juga disebut sebagai masa �Physiological
Learning� dan �Social Learning�, yaitu bahwa pada masa ini, remaja sedang
mengalami suatu pematangan fisik dan pematangan sosial akibat perbenturan
kejiwaan (Zuhairini & Ghofir, n.d.). Perbenturan kejiwaan pada
masa ini biasanya muncul akibat adanya kesenjangan antara apa yang dirasakan
oleh anak dengan sikap pandang orang yang lebih dewasa daripada dirinya baik
dari orang tua, masyarakat maupun lingkungannya (Sumanto, 2014).
�Keadaan remaja seperti ini pula yang biasanya melahirkan sikap hidup yang radikal dan keras. Indikasi ini umumnya diperlihatkan dengan sikapnya yang suka menentang segala sesuatu yang bersifat �kolot�, karena dirinya merasa mampu mengubah segala sesuatu tanpa harus banyak memperoleh bimbingan dari orang lain. Ia ingin menampakkan dirinya seperti orang dewasa dengan melakukan perbuatan-perbuatan yang biasa dilakukan orang dewasa itu. Contohnya, berbicara dengan kata-kata yang pelik dan terkadang tidak sopan karena keegoan emosi yang sedang terjadi pada dirinya. Perbuatan dan cita-citanya tidak tetap karena jiwanya menggelora dan tidak tenang. Masa� ini, menurut (Daradjat, 1996) disebut sebagai kenakalan remaja
Kenakalan remaja ialah permasalahan yang selalu selalu punya daya tarik
untuk dikaji, sebab pada belakangan tahun terakhir, kenakalan seakan jadi
permasalahan nasional karena peningkatannya yang signifikan, variasi maupun
intensitasnya (Sahrudin, 2017).
Perilaku seseorang pada masa remaja ini perlu mendapat
perhatian yang khusus dan serius. Pertimbangan dan
kebijakan yang matang dari orang tua dan guru adalah tidak ringan. Sebab
kegagalan pendidikan pada masa remaja ini akan
berdampak negatif bagi diri anak bahkan dapat membawa kegagalan pada masa
berikutnya. Oleh karena itu, perlu ada upaya pembinaan akhlak yang dilakukan
orang tua di rumah maupun oleh para guru (khususnya Guru Pendidikan Agama
Islam) di sekolah (Qardhawi, 1998).
Pembinaan akhlaq merupakan dasar utama dalam
pembentukan pribadi manusia seutuhnya. Pendidikan yang mengarah pada terbentuknya
pribadi yang berakhlak, merupakan hal yang pertama yang harus dilakukan, karena
baik buruknya akhlaq akan melandasi kestabilan
kepribadian manusia secara keseluruhan. Selain itu,
pendidikan akhlak dapat pula disebut sebagai pembinaan Islami. Hal ini sesuai dengan misi utama pendidikan Nabi dijalankan dalam
seluruh hidupnya. Pernyataan ini misalnya terlihat dari firman Allah
dalam al Qur�an Surat al Qalam ayat 4 yang artinya
: �Dan Sesungguhnya kamu (Muhammad) benar-benar berbudi
pekerti (berakhlak) yang agung�.����
1.
Kondisi
lingkungan madrasah mengnal tata tertib belajar mengajar
2.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai keaktifan belajarlas
3.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai guru yang tidak hadir tetap membenkan tugas kepada
siswa
4.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai siswa yang aktif mengikuti kegiatan-kegiatan yang
ada disekolah
5.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai siswa yang aktif mengikuti cerdas cermat
6.
Kondisi
1ingkunan madrasah mengenai siswa yang selalu membutuhkan pembinaan dan guru
bila malas belajar
7.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai lingkungan lokasi yang dekat dengan pemukiman
mengganggu proses mengajar
8.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai prestasi siswa dengan sarana dan prasarana yang ada.
9.
Kondisi
lingkungan madrasah mengenai siswa yang bermain diluar sekolah bila istirahat
10. Kondisi lingkungan madrasah mengenai
proses pembelajaran yang menggunakan antara guru dan siswa.
Tabel 1.
�Tanggapan Responden tentang
Kondisi Lingkungan Madrasah Mengenai Tata Tertib Belajar Mengajar Bila Guru tak
Masuk Sekolah
No angket |
Alternatif |
F |
% |
01 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
22 18 - |
55 45 - |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu kurang dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang lebih dan seperempatnya dan
100%, dan tidak ada respon yang menyatakan tidak pernah (0%). Dalam hal ini
mengenai kondisi Lingkungan madrasah termasuk kepada kondisi lingkungan madrasah
yang tertib meskipun guru tidak masuk sekolah.
Tabel 2.
�Tanggapan
Responden Tentang Kondisi Lingkungan Madrasah Mengenai Keaktifan Belajar sedang
Rapat didalam Kantor
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
02 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
26 9 5 |
65 22,5 12,5 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada tabel
diatas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih setengahnya dan
100 % yang menyatakan kadang-kadang kurang dan seprempatnya dan 100%. Dalam hal
ini termasuk kedalam kriteria lingkungan madrasah yang baik dengan selalu
belajar meskipun para guru sedang rapat dengan perolehan 65 % lebih dan
setengahnya dan 100 %.
Tabel 3.
�Tanggapan Responden Tentang
Kondisi Lingkungan Madrasah Mengenai Guru yang Tidak hadir tetap Membenkan
tugas kepada Siswa
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
03 |
a.
Selalu b.
Kadang-kadang c.
Tidak pemah |
25 13 2 |
62,5 32,5 5 |
|
Jumlah
|
40 |
100 |
Data pada tabel
di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih dan
setengahnya dan l00 % yang menyatakan kadang-kadang lebih dan seprempatnya dan
100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %.
Dalam hal ini termasuk kedalam kriteria lingkungan madrasah yang baik dengan
guru yang selalu tetap membenkan tugas kepada mund meskipun tidak hadir dengan
perolehan 62,5% lebih dan setengahnya dan 100%.
Tabel 4.
�Tanggapan
Responden Tentang Kondisi Lingkung�n Madrasah Mengenai Siswa yang Aktif mengikuti
kegiatan-kegiatan yang ada disekolah
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
04 |
a.
Selalu b.
Kadang-kadang c.
Tidak pemah |
32 15 3 |
80 12,5 7,5 |
|
Jumlah
|
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang kurang seprempatnya dan 100
%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %. Dalam
hal ini termasuk pada lingkungan madrasah yang baik yang senantiasa mengikuti
kegiatan yang ada disekolah lebih dan setengahnya dan 100%.
Tabel 5.
�Tanggapan
Responden Tentang Kondisi Lingkungan Madrasah mengenai Siswa yang Aktif
Mengikuti Cerdas cermat
No angket |
Alternatif |
F |
% |
05 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
28 10 2 |
70 25 5 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang kurang dan seperempatnya
dan 100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %.
Dalam hal ini termasuk kedalam kriteria madrasah yang baik dengan kebiasaan
siswa yang aktif ikut cerdas dengan perolehan (70%) lebih dan setengahnya dan 100%.
Tabel 6.
�Tanggapan
Responden Tentang Lingkungan Madrasah Mengenai Siswa yang Selalu Membutuhkan
Pembinaan dan Guru bila Malas Belajar Pakaian yang Rapih dan Sopan
No angket |
Alternatif |
F |
% |
06 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
16 22 2 |
40 55 5 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang lebih dan seperempatnya dan
100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %. Dalam
hal ini termasuk kedalam kriteria madrasah yang baik sedang dipandang dan siswa
yang kurang membutuhkan pembinaan dan guru dengan perolehan 55%.
Tabel 7.
�Tanggapan Responden Tentang
Kondisi Lingkungan Madrasah Mengenai Lokasi Madrasah yang Dekat dengan Pemukiman
Mengganggu Dalam Proses Belajar Mengajar
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
07 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
20 16 4 |
50 40 10 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu terganggu Lebih
dan setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang kurang dan seperempatnya
dan 100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %.
Dalam hal ini termasuk lingkungan yang termasuk pada kriteria madrasah yang
baik dengan perolehan 5% setengahnya dan 100 %.
Tabel 8.
�Tanggapan Respon Tentang
kondisi lingkungan Madrasah Mengenai Prestasi Belajar Siswa dengan Sarana dan
Prasarana Yang Cukup
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
08 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
25 11 4 |
62,5 27,5 10 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang sebanyak Lebih dan
seperempatnya dan 100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya
dan 100 %. Dalam hal ini termasuk kedalam lingkungan madrasah yang baik
mengenai prestasi belajar mengajar siswa dengan sarana dan prasarana yang cukup
dengan perolchan 62,5% lebih setengahnya dan 100 %.
Tabel 9.
�Tanggapan Responden tentang
Siswa yang Bermain di luar Sekolah jika Sedang Istirahat terhadap Guru
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
09 |
a.
Selalu b.
Kadang-kadang c.
Tidak pemah |
15 21 4 |
37,5 52,5 1 |
|
Jumlah
|
40 |
100 |
Data pada
tabel di alas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu lebih clan
seperempatnya dan seperempatnya dan 100 % yang menyatakan kadang-kadang lebih
dan seperempatnya dan 100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan
seperempatnya dan 100 %. Dalam hal ini siswa yang bermain diluar sekolah pada
waktu istirahat terhadap guru termasuk pada kriteria lingkungan madrasah yang
cukup sedang dipandang dengan perolehan 52,5% lebih dan setengahnya dan 100%.
Tabel 10.
�Tanggapan Responden Tentang Kondisi Lingkungan Madrasah mengenai Proses
Pembelajaran yang Menyenangkan Antara Guru dan Siswa
No
angket |
Alternatif |
F |
% |
10 |
a. Selalu b. Kadang-kadang c. Tidak pemah |
19 17 4 |
47,5 42,5 10 |
|
Jumlah |
40 |
100 |
Data pada
tabel di atas, menunjukan bahwa responden yang menyatakan selalu Lebih dan
setengahnya dan 100 % yang menyatakan kadangkadang Lebih dari sperempatnya dan
100%, dan yang menyatakan tidak pernah kurang dan seperempatnya dan 100 %.
Dalam hal ini termasuk pada kriteria siswa yang baik dengan perolehan 47,5%
lebih seperempatnya dan 100%.
Tabel
11.
�Rekapitulasi Perhitungan Skor hasil angket Tentang Lingkungan
Madrasah dengan Unsur-unsur yang terdin dan Guru, Peserta Didik, sarana,
Prasarana dan Lokasi Madrasah
Diniyah Takmiliyah Awaliyah Nurul Huda Desa Wirakanan Kec. Kandanghaur Kab.
Indramayu
Nomor Soal |
Alternatif
Jawaban |
Jumlah |
||
Selalu
(option a) |
Kadang-kadang
(option b) |
Tidak
pernah (option c) |
||
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 |
55 % 65 % 62,5
% 80 % 70 % 40 % 50 % 62,5
% 37,5
% 47,5
% |
45 % 22,5
% 32,5
% 12,5
% 25 % 55 % 40 % 27,5
% 52,5
% 42,5
% |
- 12,5
% 5 % 7,5 % 5 % 5 % 10 % 10 % 10 % 10 % |
100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % 100 % |
Jumlah |
570 |
355 |
75 |
100 |
Rata-rata |
57 |
35,5 |
7,5 |
100 |
Perolehan
data pada label di atas, menunjukan bahwa skor rata-rata hasil angket terhadap
40 responden diperoleh jawaban selalu sebesar 57%, jawaban kadang-kadang 35,5%,
dan jawaban tidak pernah sebesar 7,5 %. Berdasarkan perotehan data tersebut, tennasuk
kepada kriteria Lingkungan madrasah yang baik terbukti secara empink.
Perhitungart skor variabel X ada di lampiran 3.
Kesimpulan
Dan hasil analisis dan interpretasi data yang telah penulis paparkan pada Bab-bab sebelumnya, maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
1. Prestasi Belajar siswa secara tidak langsung cukup berpengaruh terhadap akhlaq siswa. Sedangkan sisanya� di pengaruhi oleh faktor-faktor lain.
2. Besarnya pengaruh prestasi belajar siswa terhadap akhlaq siswa ditentukan dengan koefesien diterminasi yaitu sebesar 0,89 atau 89%. Ini berarti 89% hasil akhlaq siswa dipengaruhi oleh penguasaan siswa dalam menangkap materi pelajaran di sekolah. Sedangkan 11% lainnya dipengaruhi faktor-faktor yang lain.
3. Apabila hasil penelitian tersebut dihubungkan kembali dengan landasan teori, yaitu bahwa sangat diperlukan pemahaman yang sama, yakni siswa dalam belajarakan berimbas kepada tingkah lakunya sehari-hari di sekolah.
BIBLIOGRAFI
Daradjat, Z. (1996). Metodologi
pengajaran agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara: Direktorat Jenderal Pembinaan
Kelembagaan Agama Islam �.
Hamid, A. F. A. (1999). Political
dimensions of religious conflict in Malaysia: State response to an Islamic
movement in the 1990s.
Harun, N. (1997). Ushul
Fiqh. Logos Wacana Ilmu, Jakarta.
Ilyas, A. (1995). Mendambakan
anak saleh: prinsip -prinsip pendidikan anak dalam Islam. Retrieved from
https://books.google.co.id/books?id=aMUQtwAACAAJ
Ngalim Purwanto, M.
(1995). Ilmu pendidikan teoritis dan praktis. Bandung: Remaja Rosadakarya.
Qardhawi, Y. (1998).
Al-Qur�an berbicara tentang akal dan ilmu pengetahuan. Jakarta: Gema Insani.
Sahrudin, S. (2017).
PERAN KONSEP DIRI, RELIGIUSITAS, DAN POLA ASUH ISLAMI TERHADAP KECENDERUNGAN
PERILAKU NAKAL REMAJA DI CIREBON. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia,
2(1), 50�62.
Sumanto, M. A. (2014).
Psikologi Perkembangan (Fungsi dan Teori). Jakarta: CAPS.
Syah, M. (2003). Psikologi
belajar. PT Rajagrafindo Persada.
Zuhairini, A. G., &
Ghofir, A. (n.d.). Slamet As. Yusuf. 1983. Metodik Khusus Pendidikan.