�Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia
p�ISSN: 2541-0849
������
e-ISSN : 2548-1398
������
Vol.4, No.8 Agustus
2019
UPAYA
PENINGKATAN PENGUASAAN TEKNOLOGI GURU SMK NEGERI
DARANG
DAN
MELALUI SUPERVISI
AKADEMIK MULTI
METODE
Syarif
Hidayat
Pengawas
Madya SMA, Kabupaten Purwakarta, Balai Pelayanan Dan Pengawasan
Pendidikan Wilayah II Disdik Propinsi Jawa Barat
Email: �[email protected]
Abstrak
Pembelajaran yang dilakukan guru harus
melibatkan komponen tujuan, media, bahan, dan metode pembelajaran, alat
penilaian, serta kemampuan guru dalam memamfaatkan aplikasi teknologi (literasi
teknologi). Penelitian ini
bertujuan untuk meningkatkan kemampuan guru SMK Negeri Darangdan
Kabupaten Purwakarta dalam menggunakan aplikasi teknologi, khususnya inshot.
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian tindakan sekolah, yakni melakukan
pembimingan kepada sebagian guru dalam satu sekolah, mengguakan berbagai
tahapan, dengan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang telah dirubah sebagian. Strategi/Metode/Teknik
Pembinaan yang dipakai yakni supervisi akademik
multi metode. Pada siklus 1 menggunakan
Observasi-Refleksi-Rekomendasi, dan Focused Group Discussion, selanjutnya dalam
siklus yang ke 2 memakai IHT, Focused Group Discussion, serta Observasi-Refleksi-Rekomendasi. Kesimpulan
dalam penelitian ini menghasilkan data bahwa kemampuan guru SMK Negeri Darangdan
Kabupaten Purwakarta dalam menggunakan
aplikasi inshot, sudah menunjukkan terjadi progres yang baik setelah dilakukan supervisi, dari
siklus I ke Siklus II. Siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator skor guru minimal 80.00 sudah diatas
85%, yaitu sebesar 100%.
Kata
Kunci: Kemampuan
Literasi
Teknologi, Supervisi
Akademik
Multi Metode
Pendahuluan
��������� Proses
pembelajaran harus melibatkan komponen: tujuan, media, bahan, dan metode
pembelajaran, serta alat penilaian
(Arikunto, 2010), (Suherman & Udin, 1992) dan (Winkell, 1993). Apabila salah satu elemen hilang
maka
proses pembelajaran kurang berhasil (Suherman & Udin, 1992) dan (Sudjana, 2001). Komponen� pendidikan� yang� terkelola� umumnya� memiliki� komponen� yang saling� bersinergi antara satu komponen dengan
lainnya.�
Dan� dari� komponen� yang� tersedia� sekarang, komponen� yang� berperan� sebagai� penentu� keberhasilan� pendidikan,� tidak� lain� adalah guru atau pendidik (Hermawati, 2017). Namun
fakta dilapangan sebagian guru selalu menggunakan metode pembelajaran konvensional
yang bersifat satu arah. Kondisi tersebut diperparah
dengan adanya data, masih banyak guru yang belum memamfaatkan aplikasi
teknologi untuk memperkaya serta membuat pembelajaran menjadi lebih menarik
minat belajar siswa (Neuman &
Roskos, 1998) (Hobbs &
Frost, 1998) dan (Harris & Hodges, 1995). Pada saat ini aplikasi teknologi berkembang sangat pesat.
�
��������� Aplikasi
teknologi
akan dengan mudahnya diperoleh dari media internet termasuk informasi media
pembelajaran, materi, model, dan metode pembelajaran. Jadi bisa dibanyangkan jika guru tidak menguasai aplikasi
teknologi maka guru tersebut, akan mengalami kesulitan untuk meningkatkan
kualitas proses pembelajaran (Schober, Wagner, Reimann,
& Spiel, 2008) (Elain, 2000) (M.T, 2011) & (Retno, 2003). Untuk mencapai proses pembelajaran yang
berkualitas, seorang guru harus
memiliki inisiatif yang tinggi untuk mengeksplorasi segala bentuk kebutuhan
siswa dalam belajar, memperoleh sumber informasi untuk solusi kebutuhan belajar,� kemudian menciptakan dan merealisasikan pengetahuan
yang dimiliki berlandaskan sumber informasi yang diperoleh. Dengan
persepsi bahwa setiap anak ialah seorang individu yang
menarik, maka materi dan metode pembelajaran akan diselaraskan sesuai dengan
bakat, kemampuan, strategi belajar dan minat setiap siswa. Adanya pilihan-pilihan
agar setiap siswa �dapat menggali
motivasi intrinsik pribadi untuk
meningkatkan kualitas belajar� sesuai
kebutuhannya masing-masing, bukan kebutuhan yang
diseragamkan (Schober et al.,
2008) �(M.T, 2011) & (Retno, 2003).
��������� Pelaksaan pembinaan tersebut akan
optimal jika guru telah menguasai terlebih dahulu aplikasi teknologi dengan
menggunakan internet Kajian penggunaan aplikasi teknologi dalam pembelajaran
terbukti meningkatkan hasil pembelajaran. Beberapa penelitian yang menunjukkan hal
tersebut diantaranya: (1) Hernani & Ahmad menyimpulkan bahwa keterampilan
proses siswa SMP kelas VII meningkat setelah mengaplikasikan metode
pembelajaran dengan literasi teknologi (Hernani & Ahmad, 2010);
(2)� Bella menyimpulkan bahwa penerapan
literasi digital dan teknologi mempunyai dampak yang kuat terhadap kualitas
pembelajaran para siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh (Bella, 2018),
dan (3) Husain mengatakan bahwasanya dengan menggunakan metode pembelajaran
berbasis literasi teknologi mampu menambah
motivasi
belajar para peserta didik di kalangan
SMA (Husain, 2014),
dan (4) Djuniar mengatakan bahwa terjadi
perbedaan hasil �antara
siswa yang memakai metode �pembelajaran berbasis literasi dengan
siswa yang memakai metode pembelajaran
konvensional (Haristy, Enawaty,
& Lestari, 2013). Salah
satu upaya untuk meningkatkan kualitas proses dan hasil pembelajaran yang
dilakukan guru, diantaranya dengan meningkatkan kemampuan guru tersebut dalam
membuat media pembelajaran berbasis aplikasi teknologi, khususnya aplikasi
inshot. Untuk mencapai tujuan
tersebut perlu adanya pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah dengan
menerapkan metode atau model supervisi yang bermutu (PMPTK, 2008) dan (Sujana, 2011). Hal inilah yang mendorong peneliti telah melaksanakan
penelitian tindakan sekolah dengan menerapkan supervisi akademik multi metode
untuk meningkatkan kemampuan guru SMK Negeri Darangdan
Kabupaten Purwakarta dalam membuat
media pembelajaran video pembelajaran melalui aplikasi inshot. �
Metode
Penelitian
Metode
penelitian yang pakai dalam penelitian ini yakni Penelitian Tindakan Sekolah,
yang mana dilakukan pembimmbingan untuk sebagian guru dalam suatu sekolah deang
beberapa tahapan dan memakai system sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin, 2002) (Sumarno, 2005) & (Wiriaatmadja, 1999), dimulai dengan perencanaan bimbingan pada setiap
tahapan, pelaksanaan bimbingan dalam setiap tahapan, pelaksanaan observasi
serta refleksi pembinaan pada
tiap-tiap tahapan yang dilakukan. Dari tahapan siklus I hingga tahapan sampai
siklus II dan seterusnya hingga didapatkkan guru yang terekomendasikan dan mampu
mengikuti hingga akhir. Dikatakan tuntas jika sudah mencapai 85 % subjek daya serapnya� ≥ 70 % �(Sudjana, 2001) dan (Arikunto, 2010).
1)
Strategi/Metode/Teknik Pebimbingan
Strategi/Metode/Teknik pembimbingan
yang dipakai dalam tahapan siklus 1 adalah Observasi-Refleksi-Rekomendasi,
Focused Group Discussion, selanjutnya dalam tahapan siklus 2 yakni IHT, Focused
Group Discussion, Observasi-Refleksi-Rekomendasi. �
2)
Setting /
Lokasi
/Subyek Penelitian
Secara globalnya prosedur siklus dilaksanakan melalui
kegiatan perencanaan (plan), siklus (act), observasi (observe) dan refleksi
(reflect).
����� Prosedur
penelitian tersebut dilaksanakan dalam lima tahapan yaitu :
a.
Rencana tindakan pembinaan, yaitu merumuskan rencana pembinaan setiap kali akan� melaksanakan pembinaan� serta fokus yang akan diamati selama
pelaksanaan pembinaan
b.
Penilaian terhadap keterampilan guru dalam membuat materi pelajaran dalam
bentuk power point
c.
Observasi pembinaan guru, adalah proses mendokumentasikan pengaruh,
kendala, tindakan pembinaan, serta persoalan yang mungkin ada, pada saat
pembinaan berlangsung. Observasi dibantu oleh observer (rekan kepala sekolah)
sehingga observasi akan menjadi efektif dan efisien, observer mengobservasi
peneliti dan guru selama pelaksanaan pembinaan, penelitipun mengamati proses
serta kegiatan yang dilaksanakan oleh guru, serta mencatat kendala-kendala yang
dihadapi guru. Hasil observasi itu mendasari refleksi untuk siklus yang telah
dilakukan dan dijadikan pertimbangan untuk menyusun rencana siklus selajutnya.
d.
Refleksi, yakni mejabarkan setiap efek-efeknya serta �kekurangan dalam pelaksanaan. Rekomendasi ini diperoleh
dari kolaborasi antara guru, peneliti dan observer serta dengan kepala sekolah,
untuk merundingkan mengenai kelebihan dan kekurangan serta dampaknya pada acara
pembinaan pada setiap siklus selama penelitian dilaksanakan Diskusi balikan, dilakukan antara� guru,
peneliti,� observer serta dengan kepala
sekolah, terhadap hasil observasi. Hasil diskusi balikan merupakan
refleksi dari hasil observasi yang kemudian di interpretasi dan dijadikan
rencana untuk memperbaiki�
kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus yang telah dilaksanakan,
untuk diterapkan pada siklus selanjutnya
3)
Subyek dan Waktu Penelitian
Subyek dalam �penelitian ialah tenaga pengajar di �SMK Negeri Darangdan Kabupaten Purwakarta. Penelitian
telah dilaksanakan dari Tanggal 2
Juli-6 Agustus 2018.
4)
Instrumen Penelitian
Guna mendapatkan data sesuai yang diinginkan, maka
instrumen penelitiannya adalah: (1) merencanakan pelaksanaan bimbingan;(2)
acuan data aktivitas guru; (3) �cheking
�aktivitas guru; (4) evaluasi guru dalam
membuat media pembelajaran video pembelajaran; (5) format observasi pembinaan;
(6) format diskusi balikan; dan (7) daftar hadir guru.
�
Hasil
dan
Pembahasan
A. Hasil
1)� Persiapan dan Pelaksaan Pembinaan dari Siklus
I � II
����� Sebelum melaksanakan penelitian
siklus I peneliti selalu merencanakan dan mengecek semua aspek meliputi: : (1) merencanakan pelaksanaan bimbingan;(2)
acuan data aktivitas guru; (3) �cheking
�aktivitas guru; (4) evaluasi guru dalam
membuat media pembelajaran video pembelajaran; (5) format observasi pembinaan;
(6) format diskusi balikan; dan (7) daftar hadir guru.
Setiap
pelaksanaan penelitian, peneliti selalu melakukan diskusi balikan untuk
mendapatkan informasi kekurangan-kekurangan yang ada sehingga disempurnakan
pada siklus selanjutnya. Catatan lapangan (lembar observasi) telah
diisi dengan beberapa perubahan yang terjadi. Perubahan yang ada tidak
sekedae hasil pembinaan, namun
dari
proses pembinaannya, yaitu aktivitas guru. Aktivitas guru dan perolehan skor
guru, selama pembinaan dimulai tahapan siklus
I hingga tahapan
siklus
II telah mengalami perbaikan dan peningkatan.
2)
Perubahan Aktivitas
Guru dari Siklus 1 � Siklus II
Selama pembinaan berlangsung dalam siklus II, menunjukan
bahwasannya terjadi �perubahan yang
signifikan aktivitas guru dari pada siklus I, mulai dari menginstal inshot,
masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi video, membuat video
pembelajaran dan mengedit video pembelajaran. Aktifitas guru selama pembinaan pada siklus II dapat
dilihat pada Tabel 1.
Tabel 1.�
Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I � siklus II
Jumlah Guru & Prosentase |
Aktivitas Guru
Selama Pembinaan pada Siklus I - II |
|||||||||
Terampil
menginstal inshot |
Terampil masuk
ke dalam aplikasi inshot |
Terampil masuk
ke aplikasi video |
Terampil
membuat video pembelajaran |
Terampil
mengedit video pembelajaran |
||||||
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
I |
II |
|
Jumlah Guru |
14 |
19 |
13 |
17 |
12 |
16 |
13 |
17 |
14 |
18 |
Prosentase |
66.67 |
90.48 |
61.90 |
80.95 |
57.14 |
76.19 |
61.90 |
80.95 |
66.67 |
85.71 |
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
kemampuan guru dalam menginstal inshot dengan mahir sejak tahapan siklus I hingga
tahapan siklus II terjadi perubahan. Dalam tahapan siklus
I seorang tenaga
pengajar yang sudah mahir terdapat 14 orang atau sekitar 66.67%,
kemudian di tahapan siklus
II yang sudah masih terdapat 19
orang atau sekitar
90.48%.
�
Keterampilan
seorang guru untuk
login ke �aplikasi inshot dengan mahir
dimulai dari siklus ke I
hingga siklus ke
II terjadi kenaikan.� Dalam tahapan awal atau siklus I yang sudah sangat mashir
ada 13
orang (61.90%), serta pada tahapan
selnjutnya atau siklus II ada 17 orang
(80.95%).�
�
Pada Tabel 1 pula menunjukan bahwa ��kemampuan guru ketika
melakukan ���add�
folder pada library dengan terampil dari siklus I sampai siklus II terjadi
perubahan yang signifian. Dalam �siklus I �guru yang sudah
menguasai berjumlah 12 orang atau sekitar
57.14%� serta di siklus ke �II berjumlah 16 orang �atau sekitar 76.19%.
Keterampilan
seorang guru ketika membuat
video pembelajaran dengan mahir di siklus I hingga siklus II terus mengalami perubahan. Terdapat 13 orang di siklus I atau sekitar
61.90%
dan pada siklus II� terdapat 17 orang atau sekitar 80,95%� yang sudah sangat mahir.
Dari tabel
1
diperoleh data bahwasannya kemampuan
guru dalam membuat������������ materi pembelajaran
yang akan dipakai
dengan mahir pada siklus
I hingga pada siklus II terjadi
perubaahan yang baik di siklus
I terdapat 14
guru (66.67%), kemudian di siklus II terdapat
18
orang (85.71%).
3)
Skor� Guru dari
Siklus I � II
Menurut hasil skor
guru ketika menciptakan media video pembelajaran selama pembinaan, menunjukkan �hasil peningkatan skor guru di siklus II dari
pada siklus I. Peningkatan skor tenaga pengajar bisa dilihat dalam Tabel 2.
Tabel 2.
�Skor Guru dari
Siklus I � II
No |
Kode
Guru |
Nilai |
|
Siklus
I |
Siklus
II |
||
1 |
AA |
80 |
90 |
2 |
AB |
60 |
70 |
3 |
AC |
60 |
70 |
4 |
AD |
60 |
70 |
5 |
AE |
80 |
80 |
6 |
AF |
80 |
90 |
7 |
AG |
70 |
80 |
8 |
AH |
80 |
90 |
9 |
AI |
60 |
70 |
10 |
AJ |
70 |
80 |
11 |
AK |
50 |
60 |
12 |
AL |
60 |
70 |
13 |
AM |
60 |
60 |
14 |
AN |
80 |
90 |
21 |
AO |
70 |
80 |
16 |
AP |
80 |
90 |
17 |
AQ |
60 |
70 |
18 |
AR |
70 |
80 |
19 |
AS |
50 |
60 |
20 |
AT |
80 |
90 |
21 |
AU |
70 |
80 |
|
Rata-rata |
68.10 |
77.14 |
|
DSK |
57.14% |
85.71% |
Berdasarkan
data pada Tabel 2, maka bisa dijabarkan
sebagai berikut:
a) Pada
Siklus I, skor teratas yakni
80.00, terbawah 50.00 dengan
rata-rata ialah 68.10 dan 12 (57.14%) tenaga pengajar
mengalami ketuntasan belajarnya.
b) Pada
Siklus II, skor tertinggi ialah 90.00, dan terendah 60.00 serta rata-ratanya yakni
77.14
serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 18 orang (85.71%).
B. Pembahasan.
1)� Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas
Guru dari���������������������� Siklus I
� Siklus II
Hasil observasi proses pembinaan dari
siklus I sampai Siklus II, menggambarkan bahwa aktivitas guru menunjukan pola
yang aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi pembinaan. �
Hampir semua guru berperan aktif membuat media pembelajaran������������������� video pembelajaran,
mulai dari menginstal inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi
video, membuat video pembelajaran dan mengedit video pembelajaran. Walaupun
pada awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan
kemajuan yang sangat pesat.
���������
2)� Pengaruh Pembinaan terhadap Kemampuan dan
Keterampilan Guru dalam Membuat media pembelajaran video pembelajaran.
Hasil observasi proses pembinaan dari
siklus I sampai siklus II, menggambarkan bahwa skor guru menunjukan adanya
peningkatan. Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru telah melaksanakan
dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa
hampir semua guru berperan aktif mengikuti setiap sesi pembinaan yang dilakukan
oleh peneliti. Sehingga pada saat
dilaksanakan pengukuran kemampuan dan�
keterampilan guru dalam membuat media pembelajaran video pembelajaran,
pada siklus II, sudah 85.71% guru memperoleh skor 70.00 ke atas. �
Selain itu proses
bimbingan dan arahan selama proses pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan
intensif. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan proses
pembinaan dalam membuat media pembelajaran video
pembelajaran.
Hasil proses pembinaan
pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menginstal
inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi video, membuat video
pembelajaran dan mengedit video pembelajaran masih perlu
ditingkatkan, kemudian skor rata-rata hasil pembinaan guru, belum memuaskan yaitu 68.10. Aktivitas guru dalam siklus
I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada siklus II.
Proses pembinaan pada siklus
II, menunjukkan bahwa aktivitas pembinaan guru dalam menginstal
inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi video, membuat video
pembelajaran dan mengedit video pembelajaran sudah menunjukkan
adanya peningkatan. Skor� rata-rata hasil pembinaan guru sudah meningkat
menjadi 77.14, siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator keaktifan guru telah diatas 70.00% dan Skor� guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 85.71%.
Selama proses pembinaan
mulai siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha memotivasi setiap guru dan melaksanakan bimbingan serta arahan secara intensif dan adil, supaya setiap
guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan,
mulai
dari menginstal inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi
video, membuat video pembelajaran dan mengedit video pembelajaran.
Kesimpulan
Hasil proses pembinaan pada siklus I, menunjukkan bahwa aktivitas guru dalam menginstal
inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi video, membuat video
pembelajaran dan mengedit video pembelajaran masih perlu
ditingkatkan, kemudian skor rata-rata hasil pembinaan guru, belum memuaskan yaitu 68.10. Aktivitas guru dalam siklus
I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada siklus II.
Proses pembinaan pada siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas pembinaan guru dalam menginstal inshot,
masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi video, membuat video
pembelajaran dan mengedit video pembelajaran sudah menunjukkan
adanya peningkatan. Skor� rata-rata hasil pembinaan guru sudah meningkat
menjadi 77.14, siklus II mengakhiri pembinaan, dengan indikator keaktifan guru telah diatas 70.00% dan Skor� guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 85.71%
Selama proses pembinaan mulai siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha memotivasi setiap guru dan melaksanakan bimbingan serta arahan secara intensif dan adil, supaya setiap
guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan,
mulai
dari menginstal inshot, masuk ke dalam aplikasi inshot, masuk ke aplikasi
video, membuat video pembelajaran dan mengedit video pembelajaran.
BLIBIOGRAFI
Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: rineka cipta.
Bella, E. (2018). Pengaruh Penerapan Literasi Digital &
Teknologi terhadap Peningkatan Pembelajaran Siswa di SMP Negeri 6 Banda Aceh. Skripsi.
UIN Ar-Rantry Darussalam�Banda Aceh.
Elain, C. (2000). New Approaches to Literacy Learning. UNESCO
Consultant.
Haristy, D. R., Enawaty, E., & Lestari, I. (2013).
Pembelajaran Berbasis Literasi Sains pada Materi Larutan Elektrolit dan Non
Elektrolit di SMA Negeri 1 Pontianak. Jurnal Pendidikan Dan Pembelajaran,
2(12).
Harris, T. L., & Hodges, R. E. (1995). The literacy
dictionary: The vocabulary of reading and writing. ERIC.
Hermawati, W. (2017). PENGARUH MOTIVASI KERJA GURU DAN
IMPLEMENTASI PROGRAM KERJA MUSYAWARAH GURU MATA PELAJARAN (MGMP) TERHADAP
KINERJA MENGAJAR GURU DI MTS NEGERI MODEL BREBES. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah
Indonesia, 2(9), 170�193.
Hernani & Ahmad, M. (2010). Pengaruh Pembelajaran Berbasis
Literasi Sains dan Teknologi terhadap Keterampilan Proses SAINS siswa SMP. Jurnal
Pendidikan Matematika Dan Sains Edisi I Tahun XV.
Hobbs, R., & Frost, R. (1998). Instructional practices in
media literacy education and their impact on students� learning. Atlantic
Journal of Communication, 6(2), 123�148.
Husain, C. (2014). Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran di SMA Muhammadiyah Tarakan. Jurnal Kebijakan
Dan Pengembangan Pendidikan, 2(2).
M.T, M. (2011). Edmodo: Social Network Berbasis Sekolah.
Retrieved from Available website:
http://p4tkmatematika.org/2011/12/edmodo-social-network-berbasis-sekolah
Neuman, S. B., & Roskos, K. A. (1998). Children
Achieving: Best Practices in Early Literacy. ERIC.
PMPTK, D. (2008). Supervisi Akademik. Jakarta: Depdiknas.
Retno. (2003). Media Pendidikan, Pengertian, Pengembangan,
dan Pemanfaatannya. (Rajawali, Ed.). Retrieved from
http://library.fis.uny.ac.id/opac/index.php?p=show_detail&id=3429
Schober, B., Wagner, P., Reimann, R., & Spiel, C. (2008).
Vienna E-Lecturing (VEL): Learning how to learn self-regulated in an
Internet-based blended learning setting. International Journal on E-Learning,
7(4), 703�723.
Sudjana, N. (2001). Tuntunan penyusunan karya ilmiah. Bandung:
Sinar Baru Algensindo.
Suherman, E., & Udin, S. W. (1992). Strategi Belajar
Mengajar. Jakarta: Universitas Terbuka, Depdikbud.
Sujana, D. (2011). Buku Kerja Pengawas. Pusat Pengembangan
Tenaga Kependidikan, Badan PSDM dan PMP, Kementrian Pendidikan Nasional.
Jakarta.
Sukidin, D. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas.
Jakarta: Insan Cendekia.
Sumarno, J. (2005). Pengaruh Komitmen Organisasi dan Gaya
Kepemimpinan Terhadap Hubungan Antara Partisipasi Anggaran Dengan Kinerja
Manajerial. Jurnal SNA, 8, 586�616.
Winkell, W. . (1993). Psikologi Pengajaran. Jakarta:
Gramedia.
Wiriaatmadja. (1999). Penelitian Tindakan dalam Bentuk Siklus
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal
Mimbar Penelitian, No 30/Juli.