��� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
��� e-ISSN : 2548-1398
��� Vol. 2, No 2 Februari 2017
KAJIAN AKTIVITAS
ANTIMIKROBA MONOASILGLISEROL (MAG) DAN MONO-DIASILGLISEROL (MDAG) DARI MINYAK
KELAPA DAN MINYAK INTI SAWIT
Indriana Satya Mintarti1 dan
Slamet Hadi Kusumah2
Universitas
Islam Al-Ihya Kuningan
Email
: [email protected]1, [email protected]2
Abstrak
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengevaluasi
aktivitas antimikroba MAG dan MDAG dari minyak kelapa (CNO) dan minyak inti
sawit (PKO) terhadap bakteri patogen. Bakteri yang digunakan untuk mengevaluasi
aktivitas antimikroba adalah Salmonella typhimurium, Escherichia coli,
Staphylococcus aureus,� dan� Bacillus cereus. Penelitian ini juga mencakup
evaluasi aktivitas antimikroba MDAG-CNO terhadap� E. coli pada berbagai pH yang berbeda dan
kombinasinya dengan EDTA. Hasil penelitian menunjukkan bahwa MAG, MDAG-CNO dan
MDAG-PKO lebih potensial menghambat pertumbuhan bakteri Gram positif daripada
terhadap bakteri Gram negatif. Aktivitas antimikroba MAG lebih potensial
daripada MDAG. Peningkatan konsentrasi MAG dan MDAG sampai 200 mg/ml meningkatkan
aktivitas antimikroba terhadap� B. cereus
dan S.� aureus. Tetapi, peningkatan
konsentrasi di atas 200 mg/ml tidak meningkatkan zona hambat, bahkan menurunkan
zona hambat. Zona hambat pada S.�
typhimurium� dapat� diamati sampai konsentrasi 100 mg/ml untuk
MDAG dan 200 mg/ml untuk MAG. Di atas konsentrasi tersebut, tidak ada
penghambatan yang teramati. Tidak ada penghambatan pada� E. coli pada semua konsentrasi MAG dan MDAG
yang digunakan yaitu antara 12.5 - 400 mg/ml. Penurunan zona hambat seiring dengan
peningkatan konsentrasi MAG dan MDAG mungkin terjadi karena kemampuan difusi
pada media agar yang rendah pada konsentrasi tinggi. Penelitian lebih lanjut
pada MDAG-CNO menunjukkan bahwa minimum�
inhibitory� concentration� (MIC) dari MDAG-CNO untuk� B. cereus dan S.� aureus�
adalah� 17.5� mg/ml.�
Aktivitas antimikroba MDAG-CNO terhadap E. coli meningkat dengan
menurunnya pH dan penambahan EDTA. Pada pH 3 dan konsentrasi MDAG 400 mg/ml, E.
coli dapat diinaktivasi. Dengan penambahan EDTA, konsentrasi MDAG yang sama
dapat menginaktivasi E. coli pada pH 4.
Kata
kunci: MAG, MDAG, CNO, PKO, aktivitas antimikroba
Pendahuluan
Mono-asil
gliserol (MAG) adalah sebutan untuk monogliserida yang
diproduksi dengan gliserolisis atau
dengan esterifikasi antara gliserol
dengan asam lemak. Sementara mono-digliserida (MDAG) adalah sebutan untuk
campuran monogliserida dan digliserida, yang diproduksi dengan cara
yang sama. Berdasarkan rasio gliserol/lemak
dalam campuran reaksi, jumlah monogliserida
yang diperoleh setelah proses gliserolisis
adalah antara 10-60%. MDAG komersial biasanya mengandung 45-55% monogliserida, 38-45% digliserida, dan 8-12% trigliserida (Gunstone et al.: 1994).
MAG dan MDAG banyak digunakan� sebagai emulsifaier dalam es krim, mentega
kacang, puding, dan lainnya. Batas penggunaannya berkisar antara 0.05 - 0.40%
(Igoe dan Hui, 1995).
Indonesia memiliki
sumber MAG dan MDAG yang sangat berlimpah diantaranya adalah minyak inti sawit
(PKO) dan minyak kelapa (CNO). Kandungan asam lemak yang dominan pada CNO
adalah asam lemak rantai sedang (medium
chain triglycerides), dengan 86.5% asam lemak jenuh, 5.8% asam lemak tak
jenuh rantai tunggal, dan 1.8%� polyunsaturated fatty acid� (PUFA).�
Asam� lemak� yang dominan terkandung dalam PKO yaitu asam
laurat (40-52%), asam miristat (14- 18%), dan asam oleat (11-19%) (Orthoeter: 1996).
Beberapa hasil
penelitian menunjukkan MAG dan MDAG sangat berpotensi sebagai pengawet.
Penelitian Wang et al.� (1993)
menunjukkan MAG dari minyak kelapa yang diproduksi dengan gliserolisis menggunakan lipase
PS-30 dari Pseudomonas sp. mampu
menghambat pertumbuhan� Listeria�
monocytogenes. MAG dari minyak kelapa juga lebih efektif daripada lauril gliserol. Indriyati (2003)
menunjukkan bahwa MDAG dari minyak kelapa memiliki aktivitas antimikroba
terhadap bakteri Gram positif� (Staphylococcus aureus, Bacillus subtilis,
dan Bacillus cereus), khamir� (Sacharomyces cerevisiae, Candida
utilis,� kapang, Aspergillus oryzae dan
Rhizopus stolonifer). Akan� tetapi
MDAG� tersebut tidak menunjukkan
aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram negatif (Escherichia coli, Pseudomonas aeruginosa, dan� Salmonella thypimurium). Aktivitas
antibakteri MDAG lebih kuat dibandingkan aktivitas antikapang dan khamir.
Aplikasi MDAG sebagai antimikroba dalam santan kelapa menunjukkan bahwa
kombinasi dari penambahan MDAG dan pasteurisasi mampu menghambat pertumbuhan
total mikroba alami yang terdapat dalam santan kelapa.
Aktivitas antimikroba
MAG dan MDAG dipengaruhi oleh kemurniannya dan komposisi asam lemak di dalamnya
serta kondisi dimana bakteri hidup. Ketersediaan MAG dan MDAG yang berbeda akan
menunjukkan efektivitas yang berbeda. Pada penelitian ini dilakukan evaluasi
terhadap sifat antimikroba MAG dan MDAG yang dibuat dari minyak kelapa
(MDAG-CNO) dan MDAG yang dibuat dari minyak inti sawit (MDAG-PKO) terhadap
bakteri patogen, serta evaluasi
terhadap pengaruh pH dan EDTA terhadap aktivitas MDAG-CNO.
Metodologi Penelitian
A.
Bahan
Dan Alat
Bakteri
uji yang digunakan adalah� Bacillus cereus, Staphylococcus aureus, Salmonella typhimurium, dan� Escherichia
coli. Bahan yang digunakan adalah MAG, MDAG dari minyak kelapa (MDAG-CNO)
dan MDAG dari minyak inti sawit (MDAG-PKO). Bahan untuk analisa mencakup media nutrient agar� (NA), nutrient
broth� (NB), alkohol absolut 99,9%,
HCI 1%, NaOH 1% dan akuades.
Alat-alat yang digunakan adalah alat-alat standar untuk pengujian mikrobiologi.
B.
Prosedur
Pelaksanaan Penelitian
1.
Pengujian
Aktivitas Antimikroba MAG dan MDAG
Metode
ini merupakan uji pendahuluan untuk mengetahui potensi antimikroba MAG,
MDAG-CNO dan MDAG-PKO. Tahap ini dimulai dengan menginokulasikan sebanyak 0.5
ml mikroba uji berumur 24 jam ke dalam 50 ml NA. Kemudian NA tersebut dituang
ke dalam dua cawan petri sebanyak masing-masing 25 ml. Setelah NA padat, dibuat
sumur dengan diameter 6 mm dan ke dalamnya dimasukkan larutan MAG atau MDAG
sebanyak 60 pl. Setelah itu diinkubasi selama 48 jam dan diukur zona hambatnya,
yaitu area di sekeliling sumur yang menunjukkan tidak adanya pertumbuhan
bakteri. MAG dan MDAG yang akan digunakan dilarutkan dahulu ke dalam alkohol
absolut agar mampu berdifusi ke dalam media agar. Konsentrasi MAG dan MDAG yang
digunakan adalah 12.5 mg/ml, 25 mg/ml, 50 mg/ml, 100 mg/ml, 200 mg/ml, dan 400
mg/ml.
2.
Penentuan
Minimum Inhibitory Concentration (MIC) MDAG-CNO terhadap B. cereus dan S. Aureus
Minimum Inhibitory Concentration� (MIC) adalah konsentrasi� terkecil dari senyawa antimikroba yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme pada periode inkubasi tertentu. Penentuan
MIC dilakukan dengan metode Wang� et� al.�
(1992) yang menggunakan serial pengenceran dari bahan yang diuji. Medium
disiapkan dengan melarutkan sejumlah MDAG-CNO dalam alkohol absolut.
Selanjutnya larutan MDAG-CNO ditambahkan pada NB steril dalam tabung reaksi
dengan jumlah yang berbeda, sehingga diperoleh suatu serial pengenceran
MDAG-CNO. Konsentrasi MDAG-CNO yang digunakan dari 0-20 mg/ml. Ke dalam
masing-masing tabung diinokulasi sebanyak 1 ml kultur. Sebagai kontrol adalah
tabung dengan perlakuan sama namun tanpa penambahan MDAG-CNO. Tabung kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu optimum untuk masing-masing mikroba uji.
Jumlah bakteri pada 0 jam dan 24 jam inkubasi dihitung dengan menggunakan
metode tuang dengan media NA. Nilai MIC ditentukan pada konsentrasi MDAG-CNO
terendah yang dapat membunuh seluruh bakteri yang ditunjukkan dengan tidak
terbentuknya koloni pada agar cawan.
3.
Pengaruh
pH terhadap aktivitas antimikroba MDAG-CNO
Tahap
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pH terhadap aktivitas MDAG-CNO pada pertumbuhan
E. Coli. Kultur bakteri ditumbuhkan
dalam media NB selama 24 jam. Kemudian dimasukkan sejumlah 1 ml kultur ke dalam
10 ml media NB yang telah ditambah MDAG dengan berbagai konsentrasi dan diatur
pada pH 3 sampai pH 9. Kontrol yang digunakan disini adalah media NB tanpa
penambahan MDAG. Jumlah bakteri pada 0 jam dan 24 jam inkubasi dihitung
menggunakan metode tuang dengan media NA.
4.
Pengaruh
EDTA terhadap aktivitas antimikroba MDAG-CNO
Tahap
ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan EDTA (ethylene diamine tetraacetic acid) terhadap aktivitas antimikroba
MDAG-CNO. Kultur E. Coli berumur 24
jam diinokulasikan pada NB steril yang berisi 400 mg/ml MDAG-CNO dan EDTA
dengan konsentrasi 1 mM, 3 mM, 5 mM, 7.5 mM, dan 10 mM pada pH 8, serta pada NB
berisi EDTA saja dengan konsentrasi yang sama. Jumlah bakteri pada 0 jam dan
setelah 24 jam inkubasi dihitung menggunakan metode tuang dengan media NA.
Pengujian juga dilakukan terhadap campuran MDAG- CNO 400 mg/ml dan EDTA (5 mM)
pada pH 3 sampai pH 9.
Hasil Dan Pembahasan
A.
Aktivitas
Antimikroba MAG dan MDAG
Hasil
penelitian (Gambar 1) menunjukkan bahwa MAG, MDAG-CNO dan MDAG-PKO memiliki
aktivitas antimikroba terhadap S.� aureus, B. cereus dan S. typmimurium.
Aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram positif (S. aureus dan B. cereus),
lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas antimikroba terhadap bakteri Gram
negatif� (S.� typhimurium). Namun
demikian, MAG, MDAG-CNO dan MDAG- PKO tidak memberikan penghambatan terhadap E. Coli.
Menurut
Kabara� et al.� (1972) alkohol dan ester gliserol hanya aktif pada bakteri Gram positif sehingga tidak
dapat menghambat E. Coli. Penambahan monokaprin pada kondisi asam dapat
membunuh� Salmonella� sp.� dan� E.� Coli� tetapi�
bakteri Gram negatif ini resisten pada pH netral. Penelitian
Schlievert� et al.� (1992) menunjukkan bahwa penambahan gliserol monolaurat sampai konsentrasi
1000 dan 2000 pg/ml tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan E. Coli karena adanya lapisan lipopolisakarida
yang menghambat penetrasi gliserol
monolaurat ke dalam sel.
Mekanisme
penghambatan dan kerusakan mikroba oleh senyawa antimikroba secara umum
disebabkan oleh gangguan pada komponen penyusun sel, terutama komponen penyusun
dinding sel, reaksi dengan membran sel yang dapat mengakibatkan perubahan
permeabilitas dan kehilangan komponen penyusun sel, penghambatan terhadap
sintesis protein, dan gangguan fungsi material genetik (Davidson, 2001). Monolaurin dilaporkan dapat
mengakibatkan kerusakan membran, menyebabkan kebocoran protein intraselular dan
asam nukleat sehingga menurunkan aktivitas enzim yang berperan dalam
metabolisme (Vadehra dan Wahl 1985 diacu dalam Kabara 1993). Sifat lipolitik
dari MAG memungkinkan untuk menembus plasma dan bekerja sebagai antimikroba.
Secara
umum, MAG yang digunakan memiliki aktivitas antimikroba yang lebih tinggi
dibandingkan kedua jenis MDAG. Hal ini disebabkan oleh kemurnian MAG pada
sediaan MAG yang digunakan pada penelitian ini lebih tinggi dibandingkan konsentrasi
MAG pada sediaan MDAG-CNO dan MDAG-PKO. MAG yang disintesis dari minyak kelapa
sebagian besar merupakan monolaurin
(MC12) yang mempunyai aktivitas antimikroba yang cukup tinggi (Mappiratu,1999;
August, 2000). MAG dari minyak kelapa juga mengandung monokaprilin (MC8), monokaprin
(MC10), dan monomeristin (MC14) yang
mempunyai aktivitas antimikroba (Wang et al., 1993).
Konsentrasi
MAG dan MDAG terendah yang digunakan dalam penelitian ini (12,5 mg/ml)
memberikan efek penghambatan terhadap S.
aureus dan B. cereus. Efek
penghambatan MDAG terhadap S. typhimurium
baru dapat diamati pada penggunaan MDAG 25 mg/ml, namun penghambatan oleh MAG
sudah dapat diamati pada konsentrasi 12,5 mg/ml.
Gambar 1
Penghambatan
Pertumbuhan Staphylococcus Aureus, Bacillus Cereus Dan Salmonella Typmimurium Oleh MDG Dan MDAG.
Peningkatan konsentrasi
MAG dan MDAG sampai dengan 200 mg/ml meningkatkan aktivitas antimikroba
terhadap� B.� cereus� dan� S.�
aureus.� Tetapi, peningkatan
konsentrasi di atas 200 mg/ml tidak meningkatkan zona hambat, bahkan menurunkan
zona hambat. Zona hambat pada S.� typhimurium� dapat diamati sampai konsentrasi 100 mg/ml
untuk MDAG dan 200 mg/ml untuk MAG. Di atas konsentrasi tersebut, tidak ada
penghambatan yang teramati. Penurunan zona penghambatan seiring dengan
peningkatan konsentrasi MAG dan MDAG mungkin terjadi karena kemampuan difusi
pada media agar yang rendah pada konsentrasi MAG dan MDAG tinggi.
B.
Minimum Inhibitory Concentration (MIC)
Hasil
pengujian pertumbuhan S. aureus dan B. cereus pada berbagai konsentrasi
MDAG-CNO (Gambar 2) menunjukkan bahwa konsentrasi terendah untuk menghambat
pertumbuhan atau MIC untuk S. aureus
dan B. cereus adalah 17,5 mg/ml.
Gambar
2
Pertumbuhan� Staphylococcus
aureus dan� Bacillus cereus pada berbagai konsentrasi MDAG-CNO
MIC dan MDAG yang
dibuat dari hasil pemanfaatan destilat asam lemak minyak kelapa untuk� B.
cereus adalah 20 mg/ml dan 17.5 mg/ml untuk S.� aureus (Indriyati: 2003).
Sementara itu, MIC dari asam laurat terhadap S. aureus adalah 2.49 jmol/ml (0.498 mg/ml) (Kabara� et al.: 1972).� MIC�
dari� MDAG� lebih�
tinggi daripada asam laurat karena konsentrasi asam laurat dalam MDAG
lebih rendah.
C.
Pengaruh
pH terhadap aktivitas MDAG-CNO
Kemampuan
senyawa antimikroba dalam menghambat pertumbuhan bakteri dipengaruhi oleh
kestabilannya terhadap protein, lipid, garam, dan tingkat keasaman (pH) dalam
medium pertumbuhan (Nychas dan Tassou: 2000 diacu dalam Naufalin: 2005). Pada
penelitian ini dilakukan pengujian pengaruh pH terhadap aktivitas antimikroba
MDAG-CNO terhadap� E. Coli.� Bakteri� ini�
dapat tumbuh pada kisaran pH yang cukup luas antara 4.4 - 9 (Jay: 1996).
Gambar 3 menunjukkan bahwa aktivitas MDAG meningkat dengan menurunnya pH. Tanpa
penambahan MDAG, E. Coli masih
dapat� tumbuh pada pH 3. Dengan
penambahan MDAG 400 mg/ml, E. Coli
dapat diinaktivasi pada pH 3. Pada pH 4, penambahan MDAG dengan konsentrasi
yang sama menurunkan 3 log cfu/ml dibandingkan dengan kontrol. Penelitian
Thormar� et al. (2005), menunjukkan bahwa� Salmonella
sp. dan� E. Coli tidak dihambat oleh asam lemak dan monogliserida pada pH netral. Akan tetapi, E.� Coli dapat diinaktivasi
dengan penambahan asam sitrat. Penambahan 1.25 mM monokaprin pada pH 4,1, 4,5 dan 5,0 dapat membunuh Salmonella sp. dan E. Coli. Tetapi� tanpa
penambahan monokaprin pada pH 4.1
atau penambahan 5 mM monokaprin pada
pH netral tidak dapat membunuh keduanya.
Gambar 3
Pengaruh
penambahan MDAG-CNO pada berbagai pH
terhadap
pertumbuhan E. Coli
Pada umumnya, asam
lemak berfungsi sebagai surfaktan anionik
yang masuk ke dalam plasma membran bakteri dan mengubah permeabilitas membran
sehingga terjadi disintegrasi membran. Asam lemak rantai pendek� (Short
Chain� Fatty� Acid)�
dan sedang� (Medium Chain Fatty Acid) berdifusi ke dalam sel dalam bentuk tidak
terdisosiasi dan kemudian akan terdisosiasi di dalam sitoplasma sehingga
membuat kondisi intraselular menjadi asam. Nilai pH intraselular yang lebih
rendah menyebabkan inaktivasi enzim-enzim intraselular dan mengganggu transpor
asama amino (Nair et al.: 2005).
Penelitian Holland� et al. (1994), menunjukkan bahwa pH
lingkungan sangat mempengaruhi sensitivitas S.�
aureus� terhadap gliserol
monolaurat, di mana S. aureus lebih sensitif pada pH di bawah 7. Penelitian
Wang dan Jonhson (1992) menunjukkan penghambatan asam lemak dan monolaurin
terhadap L monocytogenes lebih tinggi pada pH 5 daripada pH 6, karena
meningkatnya sensitivitas L. monocytogenes pada pH rendah (Wang dan Johnson,
1992).
D.
Pengaruh
EDTA terhadap aktivitas antimikroba MDAG-CNO
Gambar
4 menunjukkan bahwa EDTA dapat menghambat pertumbuhan� E. Coli
mulai konsentrasi 3 mM dan penghambatan semakin besar dengan naiknya
konsentrasi EDTA. Sementara itu, kombinasi antara MDAG 400 mg/ml dan EDTA 7.5 mM
mampu membunuh E. Coli.
EDTA� (ethylene
diamine tetraacetic acid) merupakan pengkelat logam. EDTA bereaksi dengan
alkali dan logam berat membentuk kompleks. Menurut Gray dan Wilkinson (1965),
EDTA aktif melawan� P. aeruginosa melalui mekanisme pengkelatan. EDTA mengikat kation
logam yang penting bagi integritas dinding sel yaitu kalsium, magnesium, dan kation divalen lainnya yang penting
dalam pembentukan lipopolisakarida
dan menyebabkan kebocoran dinding sel.
Gambar 4
Pengaruh EDTA
dan kombinasi MDAG-CNO 400 mg/ml
dan EDTA
terhadap pertumbuhan E. Coli
Kato dan Shibasaki
(1976) menunjukkan bahwa penambahan bahan pengkelat (citric dan polyphosphoric acid) dibutuhkan untuk memperkuat efek monogliserida untuk melawan bakteri Gram
negatif. Pengkelat asam tersebut akan mengeluarkan lapisan lipopolisakarida dari dinding bakteri dan menyebabkan bakteri bereaksi
seperti Gram positif. Peningkatan aktivitas antibakteri monolaurin dengan penambahan EDTA adalah karena peningkatan
penyerapan monogliserida ke dalam
sel.
Kombinasi antara EDTA
dengan MDAG dapat meningkatkan aktivitas antimikroba MDAG (Gambar 5).
Efektivitas meningkat dengan menurunnya pH. Konsentrasi EDTA 5 mM dan MDAG 400
mg/ml mampu membunuh E.� Coli �pada�
pH� 4, sementara tanpa penambahan
MDAG, E.�
Coli� baru� dapat�
diinaktivasi� total� pada pH 3. Pada pH 4, penambahan EDTA 5mM
atau MDAG-CNO 400 mg/ml saja tidak mampu membunuh E. Coli.
Gambar 5
Pengaruh
penambahan EDTA terhadap aktivitas antimikroba
MDAG- CNO
terhadap pertumbuhan E. coli pada
berbagai pH
Kesimpulan
Hasil penelitian
menunjukkan bahwa MAG, MDAG-CNO dan MDAG-PKO lebih potensial menghambat
pertumbuhan bakteri Gram positif daripada bakteri Gram negatif. MAG lebih
potensial daripada MDAG untuk menghambat pertumbuhan bakteri. Tidak ada
penghambatan pada E. Coli pada semua
konsentrasi MAG dan MDAG yang digunakan yaitu antara 12,5 - 400 mg/ml. Akan
tetapi, aktivitas antimikroba MDAG-CNO terhadap E. Coli meningkat dengan menurunnya pH dan penambahan EDTA,
sehingga untuk aplikasi disarankan penggunaan MDAG sebagai pengawet
dikombinasikan dengan pH rendah atau penambahan EDTA Minimum inhibitory concentration�
(MIC) dari MDAG-CNO untuk B.
cereus dan S. aureus adalah 17.5
mg/ml.
BIBLIOGRAFI
August,
E. G. 2000. Kajian lipase amobil dari
Aspergillus niger pada pembuatan MAG yang bersifat antibakteri dati minyak
kelapa. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor
Blaszyk,
M., Holley, R. A. 1998. Interaction of
Monolaurin, Eugenol, dan Sodium Citrate on Growth of Common Meat Spoilage and Pathogenic
Organisms. Int. J of Food Microbiol. 39:175-183
Davidson,
P. M. dan Branen, A. L. Antimicrobials in
Foods 2nd� Edition. , New York : Marcel
Dekker Inc
Gunstone,
F. D., J. L. Harwood, dan F. B. Padley. 1994. The Lipid Handbook. , London: Chapman and Hall
Holland,
K. T., Taylor, D., dan Farrel, A. M. 1994. The
effect of glycerol monolaurat on growth of, and production of Toxic Shock
Syndrome Toxin-1 and lipase by, Staphylacoccus aureus. J of Antimicrobial
Chemotherapy 33 : 41-55 Igoe, R. S. dan Hui, Y. H. 1996. Dictionary of Food
Ingredients. , New York: Chapman and Hall
Indriyati,
W. 2003. Kajian Aktivitas Antimikroba
Campuran Mono dan Diasilgliserol Hasil Pemanfaatan Destilat Asam Lemak Minyak
Kelapa. Tesis. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor
Jay,
M. J. 1996. Modem Food Microbiology 5th
Edition. , New York: Chapman and Hall
Kabara,
J. J. 1993. Medium-Chan Fatty Acids and
Esters. Di Dalam: Antimicrobials in
Foods. Alfred L. B. dan P. M. Davidson (eds)., New York: Marcel Dekker, Inc.
Mappiratu.
1999. Penggunaan Biokatalis Dedak Padi
Dalam Biosintesis Antimikroba Monoasil Gliserol dari Minyak Kelapa.
Disertasi. Program Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor
Nair,
M. K. M., Joy, J., Vasudevan, P., Hinckey, L., Hoagland, T. A., dan
Venkitanarayanan, K. S. 2005. Antibacterial
effect of caprylic acid and monocaprylin on major bacterial mastitis pathogens.
J. Dairy Sci. 88: 3488- 3495
Naufalin,
R. 2005. Kajian sifat Antimikroba Ekstrak
Bunga Kecombrang� (Nicolaia speciosa
Horan) terhadap Berbagai Mikroba Patogen dan Perusak Pangan. Disertasi.
Sekolah Pasca Sarjana. Institut Pertanian Bogor, Bogor
Orthoeter,
F. T. 1996. Vegetable Oils. Di Dalam:
Bailey�s Industrial Oil and Fat Products.
Volume 1, 5th Edition. Editor: Y. H. Hui.�
Jon Willey� and Son, New York
Shclievert,
P. M., J. R. Deringer, M. H. Kim, S. J. Projan, dan R. P. Novick. 1992. Effect of glycerol monolaurate on bacterial
growth and toxin production. Int. J of Food Microbiol. Vol 36. no 3. p.
626-631
Wang,
L. L. dan Johnson, E. A. 1992. Inhibition
of Listeria monocytogenes by fatty acids and monoglycerides. Applied and
Environmental Microbiology, Vol. 58, No. 2 : 624-629
Wang,
L. L., Yang, B. L.,Parkin, K. L., dan Johnson, E. A. 1993. Inhibition of Listeria monocytogenes by monoacylglycerol
synthetized� from coconut oil and milk
fat by lipase-catalized glycerolisis. J. Agric. Food Chem, 41 : 1000-1005