� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah
Indonesia � ISSN : 2541-0849
��e-ISSN : 2548-1398
� Vol. 2, No 2 Februari 2017
UPAYA
PENINGKATAN KEMAMPUAN GURU� DALAM
MENYUSUN RPP MELALUI FOCUSSED GROUP DISCUSSION� DI MA BAITURRAHMAN GARUT
Jajang
Pengawas Madrasah Kabupaten �Garut
Email : [email protected]
Abstrak
Berdasarkan hasil pengamatan dan observasi yang
dilaksanakan di MA� Baeturrahman Kecamatan
Leles Garut, teridentifikasi masalah yaitu�
guru-guru dalam menyusun RPP masih kebingungan dan kesulitan. Sehingga
berdampak dalam menyusun RPP tidak mengikuti perkembangan, dan belum memuaskan
serta belum mengikuti pengembangan RPP yang baik dan benar.� Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan
kemampuan guru dalam menyusun silabus dan RPP tersebut, dilakukan dengan cara
Focussed Group Discussion (FGD)� melalui
penelitian tindakan sekolah. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus, setiap
siklus terdiri dari empat kegiatan, yaitu (1) Perencanaan, untuk
mengidentifikasi masalah/ kasus dan merencanakan kegiatan pembinaan seperti
mempersiapkan perangkat pembinaan, membuat alat evaluasi dan instrumen
penelitian. (2) Pelaksanaan, yaitu melaksanakan kegiatan pembinaan dengan
Kelompok Diskusi Terfokus untuk menyusun RRP. (3) Observasi, yaitu mengamati
kegiatan dan hasil pembinaan. (4) Refleksi, yaitu menganalisa data hasil
kegiatan dan pengamatan.� Hasil
penelitian menunjukkan bahwan tingkat kelayakan penyusunan RPP hanya mencapai
43.33%� cukup layak pakai dan 56,67 %
kurang layak pakai. Hasil siklus I tingkat kelayakan penyusunan RPP mengalami
peningkatan yaitu mencapai 73,33 % cukup layak pakai dan 16,67 kurang layak
pakai. Hasil siklus II tingkat kelayakan penyusunan RPP mengalami peningkatan
yang cukup signifikan yaitu mencapai 50 % sangat layak pakai, 50 % layak pakai.
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan menunjukkan bahwa hipotesis
tindakan terbukti, yaitu Penerapan Model Focussed Group Discussion (Diskusi
Kelompok Terfokus) dalam menyusun RPP�
dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan kompetensi Guru MA
Baeturrahman Kecamatan Leles Garut.
Kata
Kunci: Focussed
Group Discussion, RPP, Menyusun RPP
Pendahuluan
����������� Salah
satu kewajiban guru adalah menyusun
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) seperti tertuang pada Undang-undang Nomor 14 tahun 2005,
pasal 20 dan Peraturan Pemerintah No. 19 tahun 2005, pasal 20. Bahkan dalam
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No. 14 tahun 2007 dengan tegas
disebutkan; setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun RPP secara
lengkap dan sistematis.
����������� Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dijabarkan dari
silabus untuk mengarahkan kegiatan belajar peserta didik dalam upaya mencapai
kompetensi dasar (KD). Setiap guru pada satuan pendidikan berkewajiban menyusun
RPP secara lengkap dan sistematis agar pembelajaran berlangsung secara
interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, memotivasi peserta didik untuk
berpartisipasi aktif, serta memberikan ruang yang cukup bagi prakarsa, kreativitas,
dan kemandirian sesuai dengan bakat, minat, dan perkembangan fisik serta
psikologis peserta didik. RPP disusun untuk setiap KD yang dapat dilaksanakan
dalam satu kali pertemuan atau lebih. Guru merancang penggalan RPP untuk setiap
pertemuan yang disesuaikan dengan penjadwalan di satuan pendidikan.
����������� Dalam mengembangkan RPP para guru harus memahami arti dan
tujuan, serta menguasai teoritis dan praktis dari unsur-unsur yang ada dalam
RPP. Karena RPP merupakan salah satu bagian terpenting yang harus dimiliki oleh
mereka sebagai langkah pengembangan ilmu pengetahuan. Dari RPP para guru dapat
memperkirakan atau memperoyeksikan kebutuhan terhadap kegiatan pembelajaran
yang akan dilaksanakan antara guru dengan peserta didik agar kompetensi yang
ditetapkan dapat tercapai.
����������� Dalam RPP harus jelas memuat kompetensi dasar yang harus
dilakukan oleh peserta didik, apa saja yang harus dipelajari, bagaimana mereka
mempelajari hal tersebut, dan bagaimana para guru dapat mengetahui tentang
materi yang dikuasai oleh peserta didik. Aspek-aspek tersebut harus termuat
dalam RPP sebagai bahan pedoman bagi para guru untuk melakukan evaluasi
pembelajaran dan capaian kompetensi peserta didik.
����������� Ornstein (1990: 465) merekomendasikan bahwa untuk membuat
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran yang efektif harus berdasarkan pada
pengetahuan terhadap tujuan umum sekolah, tujuan mata pelajaran, kemampuan,
sikap, kebutuhan dan minat peserta didik, isi kurikulum dan unit-unit mata
pelajaran yang disesuaikan dalam bentuk mata pelajaran, serta teknik-teknik
pembelajaran jangka pendek.
����������� Perencanaan merupakan bentuk dari pengambilan keputusan (decision making). Menurut Ornstein
(1990: 465-466) keputusan akan dipengaruhi oleh dua area yaitu: (1) pengetahuan
guru terhadap bidang studi, dan (2) pengetahuan guru terhadap sistem tindakan (action system knowledge). guru merupakan
pengembang kurikulum kebutuhan setiap kelasnya karena merekalah yang mengerti
akan kebutuhan dan kemampuan para peserta didik. Tugas guru bukan saja menyampaikan
ilmu pengetahuan, akan tetapi bagaimana mengajarkan anak agar berfikir integral
dan komprehensif untuk mencapai kompetensi tertinggi. Kegiatan ini bukan hanya
terwujud di dalam kelas tetapi juga kegiatan lain seperti ekstrakulikuler atau
lainnya.
����������� Pengembangan
RPP memiliki keterkaitan erat dengan �kegiatan pembelajaran dan pelaksanaan
bimbingan. Maka dari itu, dalam hal ini, guru selaku pembuat dan pengembang RPP
bertugas mengidentifikasi dan mengelompokkan kompetensi yang ingin dicapai
setelah proses pembelajaran. Kompetensi yang ingin dicapai harus sesuai dengan
materi standard dan kebutuhan peserta didik, masyarakat dan ilmu pengetahuan.
Karena kesalahan dalam menentukan kompetensi dapat menghilangkan hakekat
pembelajaran. Kompetensi yang tercantum dalam RPP haruslah mengandung unsur
proses dan produk, bersifat spesifik, serta nyata dalam aplikasinya.
����������� Setelah memperhatikan hal yang disampaikan di atas,
langkah berikutnya adalah mengembangkan materi yang terdapat pada RPP. Dalam
hal ini pengembangan materi harus bersifat patuh dan memiliki nilai kesesuaian
dengan standar yang meliputi komponen ilmu pengetahuan serta nilai-nilai yang
sesuai dengan kompetensi dasar serta visi misi madrasah. Sehubungan dengan hal
tersebut, guru sebagai manajer di dalam kelas harus memilih dan mengembangkan
materi standar dengan kebutuhan dan perkembangan jaman. Di samping mengikuti
model pembelejaran yang mengikuti zaman, guru juga bisa menyesuaikan model
pembelajaran dengan kebudayaan daerah setempat, minat peserta didik, serta
kemampuan dari peserta didik itu sendiri.
����������� Berikutnya para guru harus mampu menyusun metode
pembelajaran yang efektif dalam memberikan pengalaman belajar kepada peserta
didik. Para guru harus memilih strategi pembelajaran yang jitu agar para
peserta didik mudah mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Untuk meningkatkan
efektivitas pembelajaran, serta memungkinkan percepatan ��� target belajar yang telah ditetapkan, peserta didik bisa
menggunakan berbagai media pembelajaran yang ada untuk menghidupkan aktivitas
belajar siswa.
����������� Langkah
terakhir adalah mengembangkan sistem penilaian sebagai bahan evluasi kompetensi
yang telah dicapai oleh para siswa. Tyler (1986) mengatakan bahwa penilaian
pembelajaran dimaksudkan untuk mengetahui tercapai tidaknya pembelajaran yang
telah dilaksanakan, yang mencakup semua komponen pembelajaran, baik proses
maupun hasilnya, Para guru dapat menentukan sendiri alat penilaian yang akan
digunakan sesuai kompetensi yang ingin dicapai, misalnya pengamatan, observasi,
karya wisata, latihan tulis dan sebagainya.
����������� Berdasarkan kenyataan di lokasi penelitian, penulis menemukan
fakta-fakta bahwa para guru MA Baeturrahman Kecamatan Leles Garut, dalam melaksanakan PBM masih
banyak yang tidak menggunakan RPP. Secara empirik,
Guru-guru
MA Baeturrahman Kecamatan Leles Garut, belum
menyusun RPP secara mandiri, dan RPP yang digunakan adalah hasil adopsi dari berbagai sumber yang sifatnya minim Kreativitas. Proses
belajar mengajar yang dilakukan di dalam kelas kurang sesuai dengan skenario
dalam RPP yang ada pada guru. Selama ini RPP hanya disimpan untuk ditunjukkan
kepada pengawas pada saat supervisi. Fakta lain menunjukkan bahwa pengetahuan para guru
akan perkembangan kurikulum masih minim. Bahkan, pada kesempatan yang sama,
mereka yang sudah senior terkadang bingung dengan penggunaan kurikulum sekarang
karena alasan perbedaan dan sebagainya.
����������� Jika ditilik dari persentase, diketahui bahwa ternyata 80%
guru MA Baeturrahman Kecamatan Leles Garut, masih berada pada kondisi: (a)
terbiasa dengan pola lama (topdown)
dan sulit berubah; (b) pengetahuan dasar dinamika kurikulum yang sangat minim;
(c) pola sosialisasi melalui pengimbasan teman sejawat tidak efektif dan cenderung
mengalami pembiasaan yang sangat besar; (d) kemampuan menelaah visi, misi dan
tujuan pendidikan nasional serta penjabarannya melalui unjuk kerja masih
rendah; (e) budaya instan (mempergunakan hal yang sudah siap pakai sangat
kental dari pada menyusun hal baru). Dengan alasan tersebut kemampuan guru
untuk menyusun RPP pun belum memuaskan dan belum mengikuti pengembangan silabus
yang ada saat ini.
����������� Maka, untuk meningkatkan kemampuan guru- guru MA
Baeturrahman Kecamatan Leles Garut, khususnya dalam menyusun RPP yang sesuai
dengan pengembangan silabus, perlu adanya metode baru seperti penerapan Focussed
Group Discussion (FGD).
Focussed Group
Discussion (diskusi kelompok terfokus) adalah salah satu
pendekatan dan metodologi dalam identifikasi dan upaya pemberdayaan organisasi
secara regular atau periodik. Dalam diskusi kelompok terfokus �atau Focussed
Group Discussion� �diharapkan semua
peserta akan memberikan sumbangan pendapatnya sesuai dengan kemampuan
masing-masing tanpa tekanan atau rasa takut mengemukakan pendapat (Zulkarnai,
2003: 2). �
Focussed Group
Discussion (diskusi kelompok terfokus) biasanya difasilitasi
atau didampingi oleh narasumber atau anggota kelompok yang menguasai masalah
untuk didiskusikan. Diskusi kelompok terfokus merupakan suatu cara untuk
meningkatkan kemampuan guru-guru MA dalam menyusun RPP yang utuh dan benar serta
difokuskan pada pengimplementasian secara tersistem untuk pesan-pesan pada
standar isi, standar kompetensi lulusan dan petunjuk yang dikeluarkan oleh
Badan Standar Nasional Pendidikan (BNSP).
Melalui pelaksanaan Focussed
Group Discussion (diskusi kelompok terfokus) ini menurut Suyata dalam
Laporan Focus Disccusion Group Capacity Building Awal Melalui Assesment
Kebutuhan (2004:1) menyatakan bahwa maksud dan tujuan diskusi kelompok terfokus
adalah agar kelompok guru mata pelajaran : (a) memiliki kesadaran bekerja baik
internal dan eksternal di kelompok mata pelajaran, (b) mengenali fungsi dan
peranan mereka, (c) mengetahui dan memahami adanya satu kebijakan dan/atau
keberagaman dalam pengembangan kurikulum dalam suatu pendidikan, (d) menyadari
perlunya mengadakan pergeseran cara-cara berfikir dari serba birokratis, mentalitas
instruktif dan ketergantungan yang sangat tinggi ke non birokratif, kooperatif,
kolaboratif, kreatif dan mandiri, dan (e) mampu bertindak sejalan dengan fungsi
dan peranan mereka.
Berdasarkan
pendapat-pendapat diatas jelas bahwa di samping Focussed Group Discussion (diskusi kelompok terfokus) sangat
efektif untuk menyusun perangkat pembelajaran berupa silabus dan RPP, Focussed Group Discussion (diskusi
kelompok terfokus) juga dapat meningkatkan masyarakat belajar di kalangan guru
secara berkesinambungan yang pada akhirnya terkuasainya dinamika kurikulum
secara sempurna. Dinamika kurikulum merupakan pengalihan pesan-pesan dan
dokumen-dokumen yang merupakan satu kebijakan menuju kinerja siswa. �
Dengan Focussed Group Discussion
(diskusi kelompok terfokus) para guru dapat saling menyampaikan ilmu
pengetahuan. Rasa ingin saling membantu dan kerjasama pun akan terjalin kuat
ketika kegiatan ini telah menjadi suatu kebutuhan dan kebudayaan. Banyak hal
positif dari kegiatan ini kerena di dalamnya terkumpul berbagai macam pemikiran
yang mampu memberikan sumbangan penyelesaian terhadap suatu permasalahan. Dari
hal tersebut maka kinerja para guru pun dapat meningkat dan berujung pada
peningkatan kualitas belajar mengajar yang dilakukan guru dan peserta didik.
Metode
Penelitian
����������� Metode yang digunakan dalam
penelitian ini adalah eksperimental dengan menerapkan Focussed Group
Discussion bahan eksperimen untuk
memperbaiki kemampuan guru di MA Baeturrahman Kecamatan Leles Garut, agar mampu membuat RPP dengan
baik. Untuk subjek penelitian, peneliti menggunakan seluruh guru di MA
Baeturrahman Kecamatan Leles Garut
sebagai objek penelitian. Sedang kemampuan guru dalam membuat RPP dijadikan
sebagai objek penelitian. Untuk tempat, peneliti menggunakan MA Baeturrahman
Kecamatan Leles Garut,
karena disana masih terdapat guru yang belum mampu membuat RPP yang baik dan
benar sebelum penelitian dilakukan. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini
adalah data berkala, yang dikumpulkan peneliti dalam 3 waktu, yakni pra siklus,
siklus 1 dan siklus 2. Sedang menurut sifatnya, data pada penelitian ini adalah
data primer yang dikumpulkan langsung dari subjek penelitian.
Hasil
Penelitian dan Pembahasan
Prosedur pelaksanaan
penelitian tindakan sekolah ini dilaksanakan secara bersiklus. Dalam setiap
siklus terdapat tahapan kegiatan rencana, pelaksanaan tindakan, observasi dan
refleksi. Penelitian sendiri dilaksanakan dalam 2 siklus. Dalam pelaksanaan
tersebut penelitian didasarkan pada pertimbangan bahwa pada akhir siklus kedua
indikator keberhasilan tindakan telah tercapai. Kegiatan
pengumpulan data dilaksanakan dengan cara melakukan pengamatan terhadap
aktivitas guru dalam berdiskusi baik dalam kelompok kecil maupun besar. Pada
akhir pelaksanaan, peneliti melakukan penilaian terhadap setiap produk RPP
dengan menggunakan atau menerapkan metode �baik itu teknik atau model
pembelajaran� yang akan diterapkan dalam proses pembelajaran di Ma Baeturrahman Kecamatan Leles Kabupaten,
Garut. Pada saat yang bersamaan, para guru mengisi angket tentang
kejelasan materi briefing dan
petunjuk kerja pelaksanaan diskusi yang disajikan oleh peneliti. Informasi/data
hasil observasi, penilaian produk RPP, serta angket di atas diolah dan
dilakukan kategorisasi. Dalam pengkategorian ini, data dikelompokkan dalam 5
kategori dengan ketentuan:
1.
Nilai 5 (baik sekali), jika unsur yang
dinilai sangat sesuai dengan kriteria.
2.
Nilai 4 (baik), jika unsur yang dinilai
sesuai dengan kriteria.
3.
Nilai 3 (cukup), jika unsur yang dinilai
cukup sesuai dengan kriteria.
4.
Nilai 2 (kurang), jika unsur yang
dinilai kurang sesuai dengan kriteria.
5.
Nilai 1 (sangat kurang), jika unsur yang
dinilai tidak sesuai dengan kriteria.
Untuk
menentukan nilai uji kelayakan Silabus dan RPP, menggunakan ketentuan:
Tabel 1
Ketentuan skor
dan predikatnya
Skor |
Predikat |
90 � 100 |
A ( Amat Baik ) |
80 -90 |
B ( Baik ) |
65 � 79 |
C (Cukup ) |
55- 64 |
D ( Kurang ) |
0 -54 |
E (Sangat Kurang ) |
Keterangan:
Dinyatakan layak, jika minimal nilai 65 (Koyan, 2003: 56).
Keberhasilan tindakan
dalam penelitian ini didasarkan kepada pencapaian kriteria sebagai berikut:
1. Kejelasan
penyampaian materi briefing dan
petunjuk pelaksanaan diskusi oleh peneliti minimal berkategori baik.
2. Aktivitas
semua guru pada saat berdiskusi dalam kelompok kecil minimal berkategori baik.
3.
Kualitas Silabus dan RPP hasil revisi
oleh masing-masing kelompok diskusi minimal berkategori baik. �
Untuk pra siklus
datda-data ditemuka sebagaimana yang tercantum pada tabel berikut:
Tabel 2
Kelemahan RPP
Hasil Studi Dokumentasi
pada Kegiatan
Pra Tindakan menurut Komponen-komponennya
No |
Komponen
RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas: a.
Mata
pelajaran b.
Kelas /
semester c.
Pertemuan d.
Alokasi
Waktu e.
SK f.
KD g.
Indikator |
- |
0,00 |
2 |
Tujuan Pembelajaran |
Masih umum dan belum dikembangkan
secara rinci, dan belum dihubungkan dengan pengalaman belajar siswa (masih
sama dengan rumusan indikator) |
83,25 |
3 |
Materi Ajar |
Masih terlalu umum (belum
diorganisasi materi) |
20,18 |
4 |
Metode, Teknik� atau Model Pembelajaran |
Masih Kurang/ tidak sesuai dengan karakteristik
materi yang diajarkan |
54,55 |
5 |
Langkah-langkah Pembalajaran |
Masih kurang sistematis |
50 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber Belajar |
Masih berdasarkan buku teks dan
buku yang relevan |
63,67 |
7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum dilengkapi� dengan soal dan� kunci jawaban dan/atau panduan penskoran |
72,73 |
Tabel 3
Kelemahan RPP
Hasil Focussed Group Discussion (FGD)
pada Siklus I
menurut Komponen-komponennya
No |
Komponen
RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas: a.
Mata
pelajaran b.
Kelas
/Semester c.
Pertemuan d.
Alokasi
Waktu e.
SK f.
KD g.
Indikator |
- |
0,00 |
2 |
Tujuan Pembelajaran |
Tujuan pembelajaran belum dirinci
dan dikembangkan secara detil serta belum dikaitkan dengan pengalaman belajar
siswa (masih sama dengan rumusan indikator) |
33,17 |
3 |
Materi Ajar |
Masih terlalu umum (belum
diorganisasi materi |
8,18 |
4 |
Metode, Teknik� atau Model Pembelajaran |
Kurang/ tidak relevan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat dan karakteristik materi |
34,45 |
5 |
Langkah-langkah Pembalajaran |
Belum tergambar secara sistematis
tentang kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. |
34,35 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber Belajar |
Pada umumnya hanya dinyatakan buku
teks dan buku yang relevan |
43,17 |
7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum dilengkapi� dengan soal (instrumen), kunci jawaban dan/
atau panduan penskoran |
52,73 |
Adapun hasil dari observasi
terhadap aktivitas para guru MA Baeturrahman
Leles
Kabupaten Garut dalam
mengikuti kegiatan pembinaan dan Focussed Group Discussion (FGD) dalam
penyusunan RPP bisa dilihat pada table berikut:�
Tabel 4
Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru dalam Mengikuti
Kegiatan
Pembinaan dan Diskusi Kelompok pada Siklus I
No |
Kel |
Skor
Aktivitas Guru dalam Mengikuti Kegiatan |
Keterangan |
|||||||
Unsur-unsur
Aktivitas �yang diamati |
Rata2 |
Kategori |
Unsur
Aktivitas: A:Peran/partisipasi ��
Anggota kelompok B: Keteraturan�� ���� Langkah-langkah ���� diskusi C: Kejelasan ���� Pembagian tugas ���� setiap anggota D: Kejelasan urutan ���� Pembahasan ���� berdasarkan
kasus E: Ketuntasan ���� Pembahasan
kasus ���� /permasalahan. F: Ketuntasan dalam ��� merevisi silabus
dan RPP |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||||
1 2 3 4 5 |
I II III IV V |
4 4 4 5 4 |
3 4 4 4 3 |
4 4 4 4 4 |
3 3 4 4 3 |
3 3 3 4 3 |
3 3 3 4 3 |
3,3 3,5 3,6 4,2 3,3 |
Cukup Baik Baik Baik Cukup |
|
Jumlah
|
17,9 |
- |
|
|||||||
Rata-rata |
3,58 |
Baik |
|
Dari hasil pengamatan
observer/kolaborator terhadap aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing (pengarahan) dan kerja mandiri
dalam menyusun KKM, diketahui bahwa keikutsertaan guru dalam briefing dan kerja mandiri dalam
menyusun KKM masih baik. Hal tersebut terlihat tabel yang tertera di atas.
Sedang untuk keterangan skor rata-rata sendiri bisa dilihat pada uraian
berikut:
1,0 - 1,7 = sangat kurang
1,8 � 2,6 = kurang
2,7 � 3,4 = cukup
3,5 � 4,2 = baik
4,3 � 5,0 = baik sekali
Tabel 5
Hasil Pengamatan
Aktivitas Peneliti
dalam Memberikan
Pembinaan� pada siklus I Selama Tiga
Periode
Unsur
yang diamati |
Skor |
Keterangan |
Kecukupan dalam memotivasi guru. |
5 |
Keterangan Skor: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik |
Kejelasan memberikan petunjuk
teknis |
4 |
|
Kejelasan pertanyaan guru |
5 |
|
Kerjasama dengan guru dalam
pembagian kelompok diskusi |
5 |
|
Mengarahkan pada pemecahan
masalah/kasus di setiap kelompok |
4 |
|
Kejelasan memberikan umpan balik
hasil diskusi kelompok para guru |
4 |
|
Jumlah |
27 |
|
Rata-rata |
4,5 |
Baik |
Dari hasil pengamatan
observer/kolaborator terhadap aktivitas peneliti dalam memberikan pembinaan, diketahui
bahwa aktivitas peneliti �dalam hal ini memberikan bimbingan dan pembinaan pada
guru- masih tergolong baik. Haol tersebut dapat dilihat dari hasil yang tertera
pada tabel di atas.
Tabel 6
Kelemahan RPP
Hasil Focussed Group Discussion
menurut
Komponen-komponennya pada Siklus II Selama Tiga Periode
No |
Komponen
RPP |
Kelemahan |
% |
1 |
Identitas: a.
Mata
pelajaran b.
Kelas
/Semester c.
Pertemuan d.
Alokasi
Waktu e.
SK f.
KD g.
Indikator |
|
0,00 |
2 |
Tujuan Pembelajaran |
Tujuan pembelajaran belum dirinci
dan dikembangkan secara detil serta belum dikaitkan dengan pengalaman belajar
siswa (masih sama dengan rumusan indikator) |
3,07 |
3 |
Materi Ajar |
Masih terlalu umum (belum
diorganisasi materi |
4,18 |
4 |
Metode, Teknik� atau Model Pembelajaran |
Kurang/ tidak relevan dengan
langkah-langkah pembelajaran yang telah dibuat dan karakteristik materi |
4,05 |
5 |
Langkah-langkah Pembalajaran |
Belum tergambar secara sistematis
tentang kegiatan yang akan dilakukan selama kegiatan pembelajaran
berlangsung. |
0,00 |
6 |
Alat-Bahan/Sumber Belajar |
Pada umumnya hanya dinyatakan buku
teks dan buku yang relevan |
3,17 |
�7 |
Evaluasi/Penilai |
Belum dilengkapi� dengan soal (instrumen), kunci jawaban dan/
atau panduan penskoran |
0,00 |
Adapun hasil observasi
terhadap aktivitas para guru MA Baeturrahman Leles dalam mengikuti kegiatan pembinaan dan Focussed
Group Discussion (diskusi kelompok terfokus) dalam penyusunan RPP dapat
dilihat pada table berikut:
Tabel 7
Hasil Pengamatan
Aktivitas Guru
dalam Mengikuti
Kegiatan Pembinaan dan Diskusi Kelompok
pada Siklus II
Selama Tiga Periode
No |
Kel |
Skor
Aktivitas Guru dalam Mengikuti Kegiatan |
Keterangan |
|||||||
Unsur-unsur
Aktivitas �yang diamati |
Rata2 |
Kategori |
Unsur Aktivitas: A: Peran/partisipasi ��
anggota kelompok B: Keteraturan�� ���� Langkah- langkah ���� diskusi C: Kejelasan ���� Pembagian tugas ���� setiap anggota D: Kejelasan urutan ���� Pembahasan ���� berdasarkan kasus E: Ketuntasan ���� Pembahasan kasus ���� /permasalahan. F: Ketuntasan dalam ���
merevisi RPP |
|||||||
A |
B |
C |
D |
E |
F |
|||||
1 2 3 4 5 |
I II III IV V |
5 5 5 5 5 |
4 4 5 5 4 |
4 4 4 5 4 |
4 4 4 4 4 |
4 4 4 4 4 |
4 4 4 4 4 |
4,2 4,2 4,4 4,6 4,2 |
Baik Baik Baik Baik Baik |
|
Jumlah
|
21,6 |
- |
|
|||||||
Rata-rat |
4,32 |
Baik |
|
Dari hasil pengamatan
observer/kolaborator terhadap aktivitas guru dalam mengikuti kegiatan briefing (pengarahan) dan kerja mandiri
dalam menyusun KKM, dapat diketahui bahwa keikut sertaan guru dalam kegiatan breafing dan kerja mandiri masuk dalam
kategori baik. Sedangkan untuk skor rata-ratanya sendiri bisa dilihat pada
uraian berikut:
1,0 - 1,7 = sangat kurang
1,8 � 2,6 = kurang
2,7 � 3,4 = cukup
3,5 � 4,2 = baik
4,3 � 5,0 = baik sekali
Tabel 8
Hasil Pengamatan
Aktivitas Peneliti
dalam Memberikan
Pembinaan� pada siklus II Selama Tiga
Periode
Unsur
yang diamati |
Skor |
Keterangan |
Kecukupan dalam memotivasi guru. |
5 |
Keterangan Skor: 1 = sangat kurang 2 = kurang 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik |
Kejelasan memberikan petunjuk
teknis |
5 |
|
Kejelasan pertanyaan guru |
4 |
|
Kerjasama dengan guru dalam
pembagian kelompok diskusi |
5 |
|
Mengarahkan pada pemecahan
masalah/kasus di setiap kelompok |
5 |
|
Kejelasan memberikan umpan balik
hasil diskusi kelompok para guru |
5 |
|
Jumlah |
29 |
|
Rata-rata |
4,8 |
Baik sekali |
Dari hasil pengamatan
observer/kolaborator terhadap aktivitas peneliti dalam memberikan pembinaan, dapat
diketahui bahwa aktivitas peneliti �khususnya dalam hal pembinaan� terbilang
sangat baik. Hal tersebut terlihat dari isi tabel yang ada di atas.
Pelaksanaan kegiatan pembinaan
dan diskusi kelompok� dengan menggunakan
model Focussed Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) sebagai
upaya untuk meningkatkan kemampuan guru-guru MA. MA Baeturrahman Leles sendiri �khususnya
dalam menyusun silabus dan RPP� sudah sangat baik karena
permasalahan-permasalahan yang dihadapi dapat diselesaikan melalui Focussed
Group Discussion (Model Diskusi Kelompok Terfokus). Dan di sisi lain dapat
terbangunnya hubungan �baik itu emosional ataupun komunikasi� antara pengawas
dan teman sejawat, kepala sekolah dan guru, maupun pengawas dengan kepala
sekolah dalam pemberian masukan, sehingga dapat menghasilkan nilai tambah dalam
upaya meningkatkan kerja sama yang positif demi kemajuan peningkatan kualitas
pendidikan nasional.
Hasil penelitian di
atas yang dilaksanakan dalam dua siklus tampak adanya peningkatan yang cukup signifikan melalui kegiatan
pembinaan, dengan model Focussed Group Discussion (Diskusi Kelompok
Terfokus) dalam menyusun RPP yang didasarkan atas ketentuan silabus dan RPP
yang dijadikan acuan keberhasilan dalam penelitian ini.
Untuk
melihat nilai kemampuan guru-guru� MA
Baeturrahman Leles dalam
menyusun RPP melalui model Focussed Group Discussion (Diskusi Kelompok
Terfokus)� pada tiap siklusnya dapat
dilihat pada tabel berikut.�
Tabel 9
Nilai Kemampuan
Guru-guru�� MA Baeturrahman Leles
dalam Menyusun
RPP pada Pra Tindakan
No. |
Kode
Guru |
Nilai
RPP |
Deskripsi |
1 |
01 |
40 |
Kurang
layak pakai |
2 |
02 |
60 |
Cukup
layak pakai |
3 |
03 |
60 |
Cukup
layak pakai |
4 |
04 |
40 |
Kurang
layak pakai |
5 |
05 |
40 |
Kurang
layak pakai |
6 |
06 |
40 |
Kurang
layak pakai |
7 |
07 |
40 |
Kurang
layak pakai |
8 |
08 |
50 |
Kurang
layak pakai |
9 |
09 |
60 |
Cukup
layak pakai |
10 |
10 |
60 |
Cukup
layak pakai |
11 |
11 |
60 |
Cukup
layak pakai |
12 |
12 |
50 |
Kurang
layak pakai |
13 |
13 |
70 |
Cukup
layak pakai |
14 |
14 |
40 |
Kurang
layak pakai |
15 |
15 |
40 |
Kurang
layak pakai |
16 |
16 |
40 |
Kurang
layak pakai |
17 |
17 |
60 |
Cukup
layak pakai |
18 |
18 |
60 |
Cukup
layak pakai |
19 |
19 |
60 |
Cukup
layak pakai |
20 |
20 |
60 |
Cukup
layak pakai |
21 |
21 |
40 |
Kurang
layak pakai |
22 |
22 |
40 |
Kurang
layak pakai |
23 |
23 |
40 |
Kurang
layak pakai |
24 |
24 |
40 |
Kurang
layak pakai |
25 |
25 |
50 |
Kurang
layak pakai |
26 |
26 |
60 |
Cukup
layak pakai |
27 |
27 |
60 |
Cukup
layak pakai |
28 |
28 |
60 |
Cukup
layak pakai |
29 |
29 |
55 |
Kurang
layak pakai |
30 |
30 |
55 |
Kurang
layak pakai |
Jumlah |
1530 |
- |
|
Rata-rata |
51 |
Kurang |
|
Kelayakan |
43.33
% |
Cukup
layak pakai |
|
56,67
% |
Kurang
layak pakai |
Data tersebut
menunjukkan, bahwa RPP yang disusun sebelum adanya tindakan berada dalam
kategori kurang kurang layak pakai, dengan
jumlah sebanyak 55.56 % dari total RPP yang ada, sedang untuk RPP yang
masuk dalam ketegori cukup layak pakai berjumlah 44,44 % dari total RPP yang
ada.
Dengan demikian,
kemampuan dalam menyusun RPP sebelum diadakan penelitin tindakan sekolah
menunjukkan rata-rata 50,56 dengan
kategori Kurang.
Tabel 10
Nilai Kemampuan
Guru-guru� MA Baeturrahman Leles�
dalam Menyusun
RPP pada Siklus I Selama Tiga Periode
No. |
Kode Guru |
Nilai RPP |
Deskripsi |
1 |
01 |
60 |
Cukup layak pakai |
2 |
02 |
60 |
Cukup layak pakai |
3 |
03 |
70 |
Cukup layak pakai |
4 |
04 |
70 |
Cukup layak pakai |
5 |
05 |
70 |
Cukup layak pakai |
6 |
06 |
80 |
Cukup layak pakai |
7 |
07 |
60 |
Cukup layak pakai |
8 |
08 |
70 |
Cukup layak pakai |
9 |
09 |
60 |
Cukup layak pakai |
10 |
10 |
70 |
Cukup layak pakai |
11 |
11 |
60 |
Cukup layak pakai |
12 |
12 |
70 |
Cukup layak pakai |
13 |
13 |
60 |
Cukup layak pakai |
14 |
14 |
60 |
Cukup layak pakai |
15 |
15 |
60 |
Cukup layak pakai |
16 |
16 |
60 |
Cukup layak pakai |
17 |
17 |
60 |
Cukup layak pakai |
18 |
18 |
70 |
Cukup layak pakai |
19 |
19 |
60 |
Cukup
layak pakai |
20 |
20 |
60 |
Cukup
layak pakai |
21 |
21 |
60 |
Cukup
layak pakai |
22 |
22 |
50 |
Kurang
layak pakai |
23 |
23 |
70 |
Cukup
layak pakai |
24 |
24 |
40 |
Kurang
layak pakai |
25 |
25 |
50 |
Kurang
layak pakai |
26 |
26 |
60 |
Cukup
layak pakai |
27 |
27 |
60 |
Cukup
layak pakai |
28 |
28 |
60 |
Cukup
layak pakai |
29 |
29 |
55 |
Kurang
layak pakai |
30 |
30 |
55 |
Kurang
layak pakai |
Jumlah |
1850 |
- |
|
Rata-rata |
61.67 |
Cukup |
|
%
Kelayakan |
73,33% |
Cukup
layak pakai |
|
16,67
% |
Kurang
layak pakai |
Data tersebut menunjukkan
bahwa RPP yang disusun setelah adanya tindakan meningkat dengan besar layak
pakai mencapai 88,89 %dan tidak layak pakai mencapai 11,11 %.
Dengan demikian
kemampuan para guru MA Baeturrahman
Leles� Kabupaten Garut, dalam menyusun RPP pada siklus I
menunjukkan rata-rata 63,89
dengan kategori cukup.�
Tabel 11
Nilai Kemampuan
Guru-guru� MA Baeturrahman Leles� dalam
Menyusun RPP
pada Siklus II Selama Tiga
Periode
No. |
Kode
Guru |
Nilai
RPP |
Deskripsi |
1 |
01 |
70 |
Layak
pakai |
2 |
02 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
3 |
03 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
4 |
04 |
70 |
Layak
pakai |
5 |
05 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
6 |
06 |
90 |
Sangat
Layak pakai |
7 |
07 |
70 |
Layak
pakai |
8 |
08 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
9 |
09 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
10 |
10 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
11 |
11 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
12 |
12 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
13 |
13 |
70 |
Layak
pakai |
14 |
14 |
70 |
Layak
pakai |
15 |
15 |
70 |
Layak
pakai |
16 |
16 |
70 |
Layak
pakai |
17 |
17 |
70 |
Layak
pakai |
18 |
18 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
19 |
19 |
70 |
Layak
pakai |
20 |
20 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
21 |
21 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
22 |
22 |
70 |
Layak
pakai |
23 |
23 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
24 |
24 |
70 |
Layak
pakai |
25 |
25 |
70 |
Layak
pakai |
26 |
26 |
70 |
Layak
pakai |
27 |
27 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
28 |
28 |
80 |
Sangat
Layak pakai |
29 |
29 |
70 |
Layak
pakai |
30 |
30 |
70 |
Layak
pakai |
Jumlah |
2260 |
- |
|
Rata-rata |
75.33 |
Baik |
|
%
Kelayakan |
50
% |
Sangat
Layak pakai |
|
50
% |
Layak
pakai |
Data tersebut
menunjukkan bahwa RPP yang disusun setelah adanya tindakan �khususnya tindakan
pada siklus�menunjukkan seluruhnya layak pakai. Dengan demikian, kemampuan para
guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten
Garut, dalam menyusun RPP pada siklus
menunjukkan rata-rata 76,11 % dengan kategori Baik.��
Dari hasil pembahasan
di atas terhadap hasil penelitian tindakan sekolah, siklus I dan siklus II para
guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten
Garut dalam menyusun RPP yaitu:
1. Hasil
pra tindakan mencapai rata-rata: 51.�
2. Hasil
pada siklus I naik mencapai rata-rata: 61,61.�
3. Hasil
pada siklus II meningkat mencapai rata-rat a: 75.3
Dengan demikian,
pemahaman guru dalam menyusun RPP tersebut menunjukkan adanya peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini dapat
dilihat melalui gambar diagram grafik berikut.
Tingkat kelayakan para
guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten
Garut, dalam penyusunan RPP berdasarkan data di
atas mengalami kenaikan yaitu:�
1. Pada
hasil awal pra tindakan, tingkat kelayakan penyusunan RPP hanya mencapai 43.33%
cukup layak pakai dan 56,67 % kurang layak pakai.
2. Pada
hasil siklus I, tingkat kelayakan penyusunan RPP mengalami peningkatan, yaitu
mencapai 73,33 % cukup layak pakai dan 16,67 kurang layak pakai.
3. Pada
hasil siklus II, tingkat kelayakan penyusunan RPP mengalami peningkatan yang
cukup signifikan, yaitu mencapai 50 % sangat layak pakai dan 50 % layak pakai.
Persentase tingkat
kelayakan yang disusun oleh guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten Garut, bisa disimak melalui grafik
berikut:
Grafik 2
Tingkat
Kelayakan Penyusunan RPP
Oleh Guru MA
Baeturrahman Leles dari Hasil
Focussed Group
Discussion
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan di atas, bisa diketahui �bahwa hipotesis
tindakan terbukti, yaitu Penerapan Model Focussed Group Discussion
(Diskusi Kelompok Terfokus) dalam menyusun RPP�
dapat meningkatkan pemahaman dan kemampuan kompetensi Guru MA
Baeturrahman Leles� Kabupaten Garut.
Kesimpulan
Berdasarkan Hasil
penelitian dan pembahasan tentang penerapan Focussed Group Discussion
(FGD) dalam penyusun RPP pada guru-guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten Garut, dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Hasil pra tindakan mencapai rata-rata: 51.�
2.
Hasil pada siklus I naik mencapai
rata-rata: 61,61.�
3.
Hasil pada siklus II meningkat mencapai
rata-rat a: 75.3
Tingkat kelayakan para
guru MA Baeturrahman Leles� Kabupaten Garut dalam
penyusunan RPP berdasarkan data di atas mengalami kenaikan yaitu:
1.
Hasil awal pra tindakan tingkat
kelayakan penyusunan RPP hanya mencapai 43.33%�
cukup layak pakai dan 56,67 % kurang layak pakai.
2.
Hasil siklus I tingkat kelayakan
penyusunan RPP mengalami peningkatan yaitu mencapai 73,33 % cukup layak pakai
dan 16,67 kurang layak pakai.
3.
Hasil siklus II tingkat kelayakan
penyusunan RPP mengalami peningkatan yang cukup signifikan yaitu mencapai 50 %
sangat layak pakai, 50 % layak pakai.
Berdasarkan hasil
penelitian dan pembahasan serta kesimpulan di atas, dapat diketahui bahwa hipotesis tindakan terbukti, yaitu penerapan
Focussed Group Discussion (Diskusi Kelompok Terfokus) dalam menyusun
RPP� dapat meningkatkan pemahaman dan
kemampuan kompetensi Guru MA Baeturrahman
Leles� Kabupaten Garut.
BIBLIOGRAFI
Hari Mulyadi, 2008. Modul Model Pembelajaran. Pendidikan dan Latihan Profesi Guru. Bandung : Universitas Pendidikan Indonesia.
Hasan Alwi, dkk. 2003. Kamus Besar
Bahasa Indonesia. Jakarta: Penerbitan Percetakan Balai Pustaka.
Kokom Komalasari. 2009. Pembelajaran
Kontekstual Konsep Aplikasi. Bandung:
PT. Refika Aditama.
Mardapi,
dkk. 2004. Pedoman Umum Pengembangan
Penilaian; Kurikulum Berbasis Kompetensi SMA. Jakarta: Direktorat Pendidikan Menengah
Umum.
Ngalim Purwanto. 1986. Psikologi Pendidikan. Bandung: Remaja Rosda Karya
Nasih Munjih Ahmad, dkk. 2009. Metode dan
Teknik Pembelajaran. Jakarta: Refika Aditama.
Peraturan Pemerintah Nomor 19.� 2005. Standar Nasional Pendidikan. Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor
22, 2006. Standar
Isi. Jakarta: Fokus Media.
Peraturan Pemerintah Pendidikan Nasional RI Nomor 20. 2007. Standar Penilaian Pendidikan, Jakarta: Dirjen Manajemen Pendidikan Dasar dan Menengah.
Rif�ai Mohammad. Admisnirtasi dan Supervisi
Pendidikan.
Bandung: Penerbit Jemmars.
Team Penyusun. 2005. Kepengawasan
Pendidikan.
Jakarta: Dirjen Kelembagaan Agama Islam
Direktorat Madrasah dan Pendidikan Agama Islam pada Sekoilah Umum.
Undang-undang Nomor 20. 2003. Sistem
Pendidikan Nasional. Jakarta: Fokus Media