Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN :
2548-1398
����� Vol. 4,
No. 9 September 2019
IMPLEMENTASI
SPIRITUAL MARKETING DALAM MENINGKATKAN KUANTITAS PELANGGAN DI CV SURYA MANDIRI
CIREBON
Ikhsan
Nendi dan Dodi Sunanto
Ridwan Institute dan Institut Agama
Islam Bunga Bangsa Cirebon (IAI BBC)
Email:
[email protected]
dan
[email protected]
Abstrak
Pemasaran
memiliki peran pokok dalam peta bisnis suatu perusahaan dan berkontribusi
terhadap strategi produk. Perusahaan baik berskala nasional ataupun
internasional membutuhkan seorang marketer yang handal untuk memasarkan produk
atau jasa.
Seiring dengan perkembangan zaman, pemasaran juga mengalami transformasi dari
level rasional berkembang ke level emosional dan akhirnya ke level spiritual. Wawasan tentang pemasaran menjadi sangat penting bagi perusahaan
pada saat dihadapkan pada beberapa permasalahan, seperti melambatnya
perkembangan perusahaan yang diakibatkan melemahnya daya beli masyarakat.
Kegiatan pemasaran seharusnya dikembalikan pada karakteristik
yang sebenarnya, yakni religius, beretika, realistis dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan pemasaran spiritual, dan
inilah konsep terbaik pemasaran untuk hari ini dan masa depan. Ada empat karakteristik spiritual
marketing menurut Muhammad Syakir Sula yang dapat menjadi paduan bagi para
pemasar, yaitu: Rabbaniyyah, akhlaqiyyah, waqi�iyyah dan insaniyyah. Metode
yang digunakan dalam penelitian ini adalah Metode Kualitatif deskriptif yaitu
suatu metode yang berusaha untuk menyajikan data dan fakta-fakta yang
sesungguhnya tentang implementasi spiritual marketing di CV Surya Mandiri dengan cara
observasi, wawancara dan dokumentasi. Subjek yang diteliti
adalah wakil direktur, supervisor, sales marketing dan pelanggan CV Surya Mandiri Cirebon. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa terdapat kesamaan dalam implementasi spiritual marketing perspektif Islam
dengan implementasi marketing di CV Surya Mandiri Cirebon. Berdasarkan hasil penelitian
terdapat pengaruh peningkatan kuantitas pelanggan akibat dari implementasi
spiritual marketing di CV Surya Mandiri Cirebon.
Kata Kunci :
Pemasaran, Spiritual Marketing, Implementasi, Pelanggan
Pendahuluan
Ekonomi
sebagai ilmu sosial berperan untuk menganalisis dan memecahkan masalah-masalah
sosial masyarakat yang berhubungan dengan ekonomi.
Pemecahan ini bukan hanya pada segi makro tetapi mikropun
jelas dibutuhkan. Salah satu cabang ilmu ekonomi yang
sangat penting yaitu marketing atau pemasaran.
Mahmud
Machfoedz dalam Pengantar Pemasaran Modern mengutip Philip Kotler
mendefinisikan �marketing sebagai proses sosial dan manajerial dimana
individu-individu dan kelompok-kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan
dan inginkan melalui penciptaan, dan penawaran produk-produk atau value dengan
pihak lainnya.� (Machfoedz, 2005)
Kegiatan
pemasaran saat ini memilik peran yang penting dalam dunia pasar, hal ini
dikarenakan pemasaran adalah faktor yang sangat mempengaruhi maju tidaknya suatu
perusahaan (Rusmadi, 2016). Pemasaran memiliki peran pokok dalam peta
bisnis suatu perusahaan dan berkontribusi terhadap strategi produk. Perusahaan baik berskala nasional ataupun internasional membutuhkan
seorang marketer yang handal untuk memasarkan produk atau jasa.
Keberhasilan suatu produk diterima oleh target pasar tidak hanya ditentukan
oleh murahnya harga (cost) atau kualitas yang ditawarkan, tetapi ditentukan
juga oleh strategi pemasaran yang dilakukan. (Huda, Hudori, Fahlevi,
Mazaya, & Sugiarti, 2017)
Metode
Penelitian
Metodologi penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualititatif. Menurut Sugiyono metode penelitian kualititatif adalah metode
penelitian yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme, digunakan untuk
meneliti pada kondisi yang alamiah, (sebagai lawannya eksperimen) dimana
peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan data dilakukan
secara trianggulasi (gabungan), analisis data bersifat induktif/kualitatif, dan
hasil penelitian kualitatif lebih menekankan makna daripada generalisasi (Sugiyono, 2007).
Metode kualitatif digunakan untuk mendapatkan data
yang mendalam, suatu data yang mengandung makna yaitu data sebenarnya yang
merupakan suatu nilai dibalik data yang tampak. Dalam
pelaksanaan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan deskriptif
kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah �penelitian yang memandu
peneliti untuk mengeksplorasi dan memotret situasi sosial secara menyeluruh,
luas dan mendalam. Peneliti adalah sebagai instrumen kunci, teknik pengumpulan
data dilakukan secara triangulasi (gabungan), analisis data bersifat
induktif/kualitatif, dan hasil penelitian kualitatif lebih menekankan pada
makna dari pada generalisasi.
Hasil
dan Pembahasan
Keberlangsungan suatu
perusahaan dalam mencapai tujuan dan sasaran sangat dipengaruhi oleh kemampuan
penerapan strategi pemasarannya. Sebuah lembaga keuangan tentu harus sustainable, mampu bertahan dan sukses,
tidak hanya pada saat ini, tetapi juga pada masa yang akan datang. Perusahaan
distribusi atau suplier dapat mencapai tujuannya dengan strategi pemasaran yang
dilakukan secara aktif, sadar, dan rasional bagaimana sebuah perusahaan dalam
lingkungan bisnis yang semakin turbulen. (Sumarni, 2002).
Dewasa ini sering kita
jumpai cara pemasaran yang tidak etis, curang dan tidak professional. Kiranya
perlu dikaji bagaimana akhlak kita dalam kegiatan ekonomi secara keseluruhan.
Atau lebih khusus lagi akhlak dalam pemasaran kepada masyarakat dari sudut
pandang Islam. Kegiatan pemasaran seharusnya dikembalikan pada karakteristik
yang sebenarnya, yakni religius, beretika, realistis dan menjunjung tinggi
nilai-nilai kemanusiaan. Inilah yang dinamakan pemasaran syariah, dan inilah
konsep terbaik pemasaran untuk hari ini dan masa depan.
Prinsip pemasaran yang
berakhlak seharusnya kita terapkan. Apalagi nilai-nilai akhlak, moral dan etika
sudah diabaikan. Sangat dikhawatirkan bila menjadi kultur masyarakat. Perpektif
pemasaran dalam Islam Syakir Sula adalah ekonomi rabbani, berakhlak, realistis,
dan humanis. Inilah yang membedakan sistem ekonomi Islam dengan sistem ekonomi
konvensional.
Pengertian Spiritual
Marketing menurut Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula adalah bentuk
pemasaran yang dijiwai oleh nilai-nilai spiritual dalam segala proses dan
transaksinya, hingga ia sampai pada suatu tingkatan ketika semua stakeholder utama dalam bisnis
(pelanggan, karyawan, dan pemegang saham),
pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh kebahagiaa (Muhammad, 2006). Menurut Syakir Sula,
arti dari Spiritual Marketing
sebagaimana tercermin dari konsep marketing syariah yaitu bagaimana kita mampu
memberikan kebahagiaan kepada setiap orang yang terlibat dalam berbisnis, baik
dari diri kita sendiri, pelanggan, pemasok, distributor, pemilik modal dan
bahkan para pesaing kita. Kita harus mencintai pelanggan dan sekaligus
menghargai pesaing.
Lebih lanjut, Syakir
menjelaskan bahwa spiritual marketing bertujuan untuk mencapai sebuah solusi
yang adil dan transparan bagi semua pihak yang terlibat. Di dalamnya tertanam
nilai-nilai moral dan kejujuran. Tidak ada pihak yang terlibat di dalamnya
merasa dirugikan. Tidak akan ada pula pihak yang berburuk sangka (su�udzon). Nilai-nilai spiritual dalam
berbisnis ini juga akan mampu memperbaiki inner-side
kita.
Ada empat karakteristik
spiritual marketing menurut Muhammad Syakir Sula yang dapat menjadi paduan bagi
para pemasar, yaitu sebagai berikut:
a.
Teistis/ Ketuhanan (rabbaniyah)
������������� Salah
satu ciri khas spiritual marketing dalam islam yang
tidak dimiliki dalam pemasaran konvensional yang dikenal selama ini adalah
sifatnya yang religus (diniyyah). Kondisi ini tercipta atas dasar
kesadaran terhadap nilai-nilai religius, yang dipandang penting dan mewarnai
aktivitas pemasaran agar tidak terperosok ke dalam perbuatan yang dapat
merugikan orang lain. Sehingga seorang spiritual
marketer, ketika ia harus menyusun strategi
pemasarannya, senantiasa akan berlandaskan dan dijiwai oleh nilai-nilai
religius tersebut atau biasa disebut dengan perilaku ketakwaan (Ihsan).
konsep Rabbaniyah tercermin dalam perbuatan seperti tidak pernah meninggalkan
sholat lima waktu, sholat tepat waktu, berjamaah di masjid dan senantiasa
berdoa sebelum maupun sesudah melakukan pekerjaan.
b. Etis/
Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia (akhlaqiyyah)
Keistimewaan dari spiritual
marketing, selain karena teistis
(rabbaniyyah), juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral,
etika) dalam seluruh kehidupannya. Kegiatan bisnis yang menghalalkan segala
cara demi mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya merupakan perilaku bisnis
yang tidak lagi menjadikan akhlak dan moral sebagai landasan dan pedoman utama
dalam kegiatan bisnis. Kasus korupsi, kolusi dan nepotisme merupakan contoh
kasus yang tidak berlandaskan etika dan moral bisnis tersebut. konsep Akhlaqiyah tercermin dalam promosi yang
disampaikan haruslah berlandaskan moral dan akhlak, antara lain santun dan
sopan, tidak menyinggung perasaan pihak lain.
c.
Realistis (al-waqi� iyyah)
������������� Spiritual marketing bukanlah konsep
yang eksekutif, fanatis, antimodernitas, dan kaku. Spiritual marketing adalah
konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan keluwesan syariah
yang melandasinya. Fleksibilitas tersebut diterjemahkan dalam bentuk
profesionalitas kerja dan profesi. Kata kuncinya adalah istiqomah dan tegar dalam menghadapi godaan bisnis. Dalam konteks
pemasaran, tidak jarang perusahan terjebak dalam keinginan memperbesar market share dengan melakukan
transaksi-transaksi bisnis yang berlandaskan kebohongan, kemunafikan,
kecurangan dan penipuan. Dalam pemahaman tentang realistis tersebut adalah
perusahaan dituntut untuk selalu bersikap profesional, istiqomah dan tegar
dalam menghadapi gelombang persaingan dan dinamika bisnis yang terus berubah.
konsep Waqi�iyah (realistis)
tercermin dari pesan promosi yang dilakukan perusahaan harus jujur dan dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya, serta
sesuai dengan keadaan produk tanpa dilebih-lebihkan atau dikurangi.
d. Humanistis (al-insaniyyah)
������������� Keistimewaan
spiritual marketing yang lain adalah sifatnya yang� humanistis universal. Dalam
konteks spiritual marketing, segala
aspek kegiatan pemasaran hendaknya
harus berlandaskan kepada upaya untuk memuliakan manusia, bukan merendahkan
harkat dan derajat manusia. Konsep ini mengajarkan bahwa perusahaan dalam upayanya
meraih keuntungan tidak selayaknya berdiri di atas penderitaan orang lain. Insanniyah (Humanistik) tercermin dari
promosi yang dilakukan marketer yaitu dengan memanusiakan manusia seperti
memperlakukan pelanggan sebagai mitra yang saling menguntungkan satu sama lain, tidak merendahkan orang lain dan saling
menghormati.
������������� Menurut
Hermawan dan Syakir Sula ada sembilan etika pemasaran, yang menjadi
prinsip-prinsip bagi spiritual marketer dalam menjalankan fungsi-fungsi
pemasaran, yaitu sebagai berikut:
1)
Memiliki
Pribadi Spiritual (Takwa)
2)
Berperilaku
Baik Dan Simpatik (Shidiq)
3)
Berlaku
Adil Dalam Bisnis (Al-�Adl)
4)
Melayani
dengan Senyum dan Rendah Hati (Khidman)
5)
Selalu
Menepati Janji Dan Tidak Curang (Tathfif)
6)
Jujur
Dan Terpercaya (Al-Amanah)
7)
Tidak
Suka Berburuk Sangka (Su�uzh-Zhon)
8)
Tidak
Suka Menjelek-Jelekan (Ghibah)
9)
Tidak
Melakukan Sogok/Suap (Risywah)
Selanjutnya dijelaskan
empat sifat nabi ditambah Istiqomah
dalam mengelola bisnis menurut Syakir Sula:
1)
Benar dan jujur (shiddiq).
2)
Terpercaya dan kredibel (amanah).
3)
Cerdas (fathanah).
4)
Komunikatif (tabligh).
Hasil observasi dan wawancara yang
dilakukan peneliti terhadap lima informan yaitu
Bapak Iman sebagai Wakil Direktur, Bapak Rio sebagai Supervisor, Bapak
Sukron sebagai Sales dan dua orang konsumen (pelanggan) menemukan bahwa
terdapat persamaan konsep spiritual marketing dengan konsep pemasaran yang
dilakukan CV Surya Mandiri. Empat karakteristik spiritual marketing menurut
Kertajaya dan Sula, yaitu sebagai berikut:
a. Teistis/ Ketuhanan (rabbaniyah)
b. Etis/ Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia (akhlaqiyyah)
c. Realistis (al-waqi� iyyah)
d. Humanistis (al-insaniyyah)
Berdasarkan
hasil wawancara ditemukan bahwa dalam menjalankan operasional sehari-harinya CV Surya
Mandiri menerapkan nilai-nilai spiritual marketing dengan baik terutama dalam hal promosi. Perusahaan juga sangat
menekankan menjaga silaturahmi serta pelayanan prima dengan
pelanggan-pelanggannya. Hal tersebut sangat
berpengaruh terhadap perkembangan perusahaan, baik
secara omset maupun pangsa pasar serta yang paling utama adalah keberkahan
dalam menjalankan bisnis.
Setiap konsep marketing pasti memiliki
kendala ataupun hambatan dalam proses implementasinya. Sama
juga dengan implementasi spiritual marketing yang dijalankan oleh CV Surya
Mandiri. Hal tersebut juga diungkapkan oleh Bapak Iman
selaku pimpinan di CV Surya Mandiri. Ia mengatkan bahwa kendala utama
penerapan konsep spiritual marketing adalah kurangnya kesadaran dari tiap-tiap
individu.�Setiap konsep
pasti memiliki kekurangan atau kendala. Untuk kendalanya sendiri mungkin dari kesadaran dari
tiap-tiap individu. Karena kan pada dasarnya iman
sesorang itu naik turun tidak stabil.�
Sama halnya dengan pernyataan Pak Iman,
Bapak Rio juga memberikan pernyataan bahwa: �Mungkin
kesadaran ya mas. Ya kan namanya manusia ada rajinnya
ada malasnya. Adakalanya imannya tebel adakalanya tipis.�
Sementara itu, menurut
Bapak Faisal selaku pelanggan mengatakan bahwa kendala penerapan konsep
spiritual marketing adalah selalu konsisten terhadap pelayanan.
Berbeda dengan yang disampaikan Pak
Faisal, salah satu pelanggan CV Surya Mandiri Bapak Haji Enang mengatakan
bahwa: �Pertama watak mas ya kalo emang
sudah wataknya jelek susah buat ngilanginnya. Kedua kontrol dari perusahaan kurang, ini yang bahaya karena banyak
kasus sales bawa kabur duit dari toko.�
Kendala implementasi
spiritual marketing di CV Surya Mandiri terutama terjadi akibat kurangnya
kesadaran dari tiap-tiap individu.
Kesadaran dari tiap individu sendiri mampu meningkatkan
semangat dan rasa spiritualisme dari dalam jiwa tiap-tiap individu. Selanjutnya kurangnya kontrol dari perusahaan menyebabkan masih ada
sales yang menyepelekan konsep spiritualisme yang menjadi aturan perusahaan.
Selain itu diperlukan juga solusi dari kendala implementasi
spiritual marketing. Berdasarkan wawancara yang
dilakukan dengan Pak Iman Pak Rio. Mereka mengatakan bahwa solusi dari
kendala implementasi spiritual marketing adalah meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai spiritualitas seperti mengadakan pengajian
sebagai suplemen rohani para karyawan atau sales, mengadakan buka puasa bersama
dan tidak lupa untuk bersedekah. �Disini kita ada program pengajian bulanan, buka puasa bersama, berbagi
dengan sesama. Ya intinya rohani kita diisi bukan hanya jasmaninya saja.�
Sementara itu
solusi yang diusulkan oleh Pak Haji Enang mengatakan bahwa:
�Solusinya
mungkin harus dikasih semacam pengembangan rohani ya kaya pengajian atau
lainnya yang bersifat positif.
Trus kontrol dari perusahaan ditingkatkan kaya semacam dari
atasan ada yang keliling bareng sales entah itu 3 bulan sekali atau enam bulan
sekali biar salesnya bisa dikontrol.�
Berdasarkan wawancara
yang dilakukan dengan para informan.
Peneliti menyimpulkan bahwa solusi dari kendala implementasi spiritual
marketing adalah meningkatkan kesadaran akan
nilai-nilai spiritualitas seperti mengadakan pengajian sebagai suplemen rohani
para karyawan atau sales, mengadakan buka puasa bersama dan bersedekah serta
diperlukan kontrol dari perusahaan.
Kesimpulan
Berdasarkan
deskripsi hasil penelitian yang telah dilakukan dari bab
1 sampai bab 4 maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Menurut
Hermawan Kartajaya dan Muhammad Syakir Sula spiritual marketing dalam
perspektif islam adalah bentuk pemasaran yang dijiwai oleh nilai-nilai
spiritual dalam segala proses dan transaksinya, hingga ia sampai pada suatu
tingkatan ketika semua stakeholder utama
dalam bisnis (pelanggan, karyawan, dan pemegang saham), pemasok, distributor, dan bahkan pesaing sekalipun memperoleh
kebahagiaan. Menurut Syakir Sula, arti dari Spiritual
Marketing sebagaimana tercermin dari konsep marketing syariah. Empat
karakteristik spiritual marketing menurut Kertajaya dan Sula, yaitu sebagai
berikut:
a.
Teistis/ Ketuhanan (rabbaniyah)
b.
Etis/ Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia
(akhlaqiyyah)
c.
Realistis (al-waqi� iyyah)
d.
Humanistis (al-insaniyyah)
2. Berdasarkan
hasil observasi dan wawancara yang dilakukan peneliti terhadap lima informan yaitu Bapak Iman sebagai Wakil
Direktur, Bapak Rio sebagai Supervisor, Bapak Sukron sebagai Sales dan
dua orang konsumen (pelanggan) menemukan bahwa terdapat persamaan konsep
spiritual marketing dengan konsep pemasaran yang dilakukan CV Surya Mandiri
seperti empat karakteristik spiritual marketing menurut Kertajaya dan Sula,
yaitu sebagai berikut:
a. Teistis/
Ketuhanan (rabbaniyah)
Salah satu
ciri khas spiritual marketing dalam islam yang tidak dimiliki dalam pemasaran
konvensional yang dikenal selama ini adalah sifatnya yang religus (diniyyah). konsep Rabbaniyah di CV Surya Mandiri tercermin dalam perbuatan seperti
aturan yang menganjurkan agar para Ssales tidak pernah meninggalkan sholat lima
waktu, sholat tepat waktu, berjamaah di masjid dan senantiasa berdoa sebelum
maupun sesudah melakukan pekerjaan.
b. Etis/
Menjunjung Tinggi Akhlak Mulia (akhlaqiyyah)
Keistimewaan
dari spiritual marketing, selain karena teistis
(rabbaniyyah), juga karena ia sangat mengedepankan masalah akhlak (moral,
etika) dalam seluruh kehidupannya. Implementasi konsep Akhlaqiyah tercermin dalam cara sales melakukan promosi haruslah
berlandaskan moral dan akhlak, antara lain sopan santun dalam berbicara,
berbuat, berpakaian dan menebarkan salam, murah senyum, serta tidak menyinggung
perasaan pihak lain.
c. Realistis
(al-waqi� iyyah)
Spiritual
marketing adalah konsep pemasaran yang fleksibel, sebagaimana keluasan dan
keluwesan syariah yang melandasinya. Fleksibilitas tersebut diterjemahkan dalam
bentuk profesionalitas kerja dan profesi. Implementasi konsep Waqi�iyah (realistis) di CV Surya
Mandiri tercermin dari pesan promosi yang dilakukan perusahaan harus dapat dipertanggungjawabkan
kebenarannya, dan sesuai dengan keadaan produk tanpa dilebih-lebihkan atau
dikurangi serta dijelaskan keunggulan dan kekurangan produk.
d. Humanistis
(al-insaniyyah)
Dalam konteks spiritual marketing, segala aspek
kegiatan pemasaran hendaknya harus
berlandaskan kepada upaya untuk memuliakan manusia, bukan merendahkan harkat
dan derajat manusia. Konsep ini mengajarkan bahwa perusahaan dalam upayanya
meraih keuntungan tidak selayaknya berdiri di atas penderitaan orang lain.
Implementas konsep �Insanniyah (Humanistik) tercermin dari
promosi yang disampaikan marketer yaitu dengan memanusiakan manusia seperti
memperlakukan pelanggan sebagai mitra yang saling menguntungkan satu sama lain,
tidak merendahkan yang lain, dan saling menghormati.
3. Kendala
implementasi spiritual marketing di CV Surya Mandiri terutama terjadi akibat
kurangnya kesadaran dari tiap-tiap individu. Kesadaran dari tiap individu
sendiri mampu meningkatkan semangat dan rasa spiritualisme dari dalam jiwa
tiap-tiap individu. Selanjutnya kurangnya kontrol dari perusahaan menyebabkan
masih ada sales yang menyepelekan konsep spiritualisme yang menjadi aturan
perusahaan. Selain itu diperlukan juga solusi dari kendala implementasi
spiritual marketing. Solusi dari kendala implementasi spiritual marketing
adalah meningkatkan kesadaran akan nilai-nilai spiritualitas seperti mengadakan
pengajian sebagai suplemen rohani para karyawan atau sales, mengadakan buka
puasa bersama dan bersedekah serta diperlukan kontrol dari perusahaan.
BIBLIOGRAFI
Huda, N., Hudori, K., Fahlevi, R., Mazaya, D., &
Sugiarti, D. (2017). Pemasaran Syariah: Terori & Aplikasi. Kencana.
Machfoedz, M. (2005). Pengantar pemasaran modern. Yogyakarta:
Upp Amp Ykpn.
Muhammad, S. S. (2006). Syari�ah Marketing, PT Mizan Pustaka:
Bandung. DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENULIS.
Rusmadi, R. (2016). ANALISIS STRATEGI PEMASARAN BISNIS
MODERN. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 1(3), 69�78.
Sugiyono, M. P. P. (2007). Pendekatan Kuantitatif. Kualitatif,
Dan R&D, Bandung: Alfabeta.
Sumarni, M. (2002). Manajemen Pemasaran Bank. Yogyakarta:
Liberty.