��� Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849

��� e-ISSN : 2548-1398

��� Vol. 2, No 2 Februari 2017

 

 


VARIASI RASIO BUBUR PISANG DAN PENAMBAHAN COKLAT BUBUK

PADA PEMBUATAN ES KRIM

 

Lena Ahdiani Hayati

Universitas Islam Al Ihya Kuningan

Email : [email protected]

 

Abstrak:

Dalam penelitian ini ditemukan bahwa rasio adonan es krim � bubur pisang 100 : 0 memiliki tingkat lelehan senilai 28,3, sedang pada rasio adonan es krim � bubur pisang 60 : 40 tingkat lelehan naik menjadi 33,8. Jika dapat disimpulkan, semakin tinggi volume bubur pisang dalam adonan es krim, maka semakin baik tingkat lelehan es krim. Artinya, jika semakin baik tingkat lelehan es krim, maka semakin lama es krim tersebut meleleh. Di samping memiliki andil dalam menjaga tingkat lelehan es krim, bubur pisang dan coklat bubuk pun memiliki pengaruh pada rasa, tekstur, dan tingkat kepadatan es krim. Hal ini terbukti dengan adanya perbedaan di nilai ketiganya setelah ada penambahan bubur pisang dan bubuk coklat. Untuk rasa, adonan es krim tanpa bubur pisang memiliki rerata rasa senilai 39,1, sedang setelah ditambahkan bubur pisang dan bubuk coklat dengan rasio sebesar 80 : 20� nilai rasa kemudian meningkat menjadi 31,9. Pun dengan tekstur. Setelah penambahan bubur pisang, tekstur es krim yang tadinya 30,60 menjadi 30,08 setelah adonan es krim ditambahkan bubur pisang dengan rasio 80 : 20. Pengaruh juga terjadi pada tingkat kepadatan es krim. Dimana sebelum ada penambahan bubur pisang, nilai kepadatan es krim berkisar di angka 32,9. Sedang setelah ada penambahan bubur pisang �dengan rasio 80 : 20� nilai kepadatan es krim pun menurun menjadi 25,4. Denganadanya hal tersebut dapat disimpulkan bahwa bubur pisang sangat berpengaruh pada proses pembuatan es krim. Sebab, dengan penambahan bubur pisang dan bubuk coklat yang cukup, tingkatan rasa, tekstur, kepadatan, dan tingkat lelehan.

Kata Kunci: Bubur Pisang, Bubuk Coklat, Pembuatan Es Krim

 

Pendahuluan

Pisang banyak terdapat di Indonesia dan merupakan tanaman asli daerah Asia Tenggara.Indonesia termasuk penghasil pisang terbesar di Asia karena 50% dari produk pisang Asia dihasilkan oleh indonesia dan setiap tahun produksinya terus meningkat. Produksi pisang di Indonesia pada tahun 1998 mengalami peningkatan sebesar 3,91% atau sekitar 3.176.749 ton, sementara pada tahun 1997 produksinya mencapai 3.057.081 ton ( santosa: 1995 ).

Pisang memiliki keunggulan karena mengandung nilai gizi yang cukup tinggi sebagai sumber karbohidrat, lemak, protein, vitamin, dan mineral. Tak hanya mengandung zat-zat yang tadi disebutkan, pisang sebagai salah satu buah yang mengenyangkan juga kaya akan karbohidrat dalam bentuk zat tepung atau pati. Di sisi lain, pisang juga kaya akan aneka zat gula seperti dextrose, levulosa, sukrosa. Ketiga jenis gula tersebut mudah dicerna oleh tubuh manusia baik tua mupun muda bahkan bayi. Daging buah pisang mengandung berbagai vitamin seperti A, B, dan C ( Sudirman: 1997 ).

Buah pisangmempunyai sifat mudah rusak dan sangat peka terhadap lingkungan. Sifat ini menyebabkan buah pisang mempunyai resiko yang sangat tinggi terhadap kerusakan. Buah pisang selama ini masih dimanfaatkan secara tradisional seperti diolah menjadi dodol pisang, sale pisang, dan keripik pisang.

Berdasarkan angka produksi yang tinggi tersebut maka perlu dilakukan peningkatan produksi dengan bentuk produk yang baru. Pemanfaatan pisang es krim merupakan salah satu produk pangan yang cukup potensial guna menunjang kebutuhan gizi masyarakat. Es krim sendiri telah lama dikenal oleh masyarakat dan disenangi oleh balita, anak � anak, maupun dewasa. Konsumsi es krim meningkat dari waktu ke waktu, ditandai dengan meningkatnya produk � produk es krim di pasaran. Konsumsi es krim di Indonesia berkisar 0.5 liter/orang/tahun dan diperkirakan konsumsi es krim di Indonesia akan semakin meningkat seiring dengan memasyarakatnya es krim ( setiadi: 2002 ).

Usaha guna memenuhi kebutuhan bahan makanan dan meningkatkan gizi masyarakat telah banyak dilakukan. Pun dengan usaha untuk mempopulerkan berbagai jenis makanan dari hasil pertanian. Es krim, adalah satu dari sekian banyak makanan yang kaya akan gizi dan mengandalkan produk tani. Namun saat ini es krim masih merupakan produk pangan yag cukup mahal dibandingkan dengan produk makan jajanan lainnya, hal ini antara lain disebabkan bahan baku utama es krim berasal dari susu dan/atau olahannya masih mahal. Untuk mengatasi hal tersebutperlu dikembangkan pembuatan es krim dengan cara mengganti sebagian bahan baku es krim dengan bahan lain yang lebih murah tetapi tidak menyebabkan penyimpangan kualitas es krim yang dihasilkan.

 

Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimental. Metode eksperimental sendiri adalah metode dimana peneliti melakukan eksperimental untuk menemukan hubungan sebab akibat yang terjadi pada subjek dan objek penelitian. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan rasio bubur pisang dan coklat bubuk pada es krim sebagai subjek penelitian, sedang untuk objek penelitian, peneliti menggunakan tingkat padatan, persentase overrun, lama lelehan, tekstur, rasa, serta tingkat flavor pisang pada es krim. Untuk teknik pengumpulan data, peneliti menggunakan metode observasi, peneliti langsung melakukan eksperimen untuk mengetahui hubungan sebab akibat dari subjek dan objek penelitian. Untuk memaksimalkan pengumpulan data, peneliti menggeunakan aneka alat dan bahan yang digunakan dalam membuat es krim, seperti susu, bubuk coklat, es batu, pisang dan lainnya.

Analisis Fisika Dan Uji Organoleptik.

Dalam penelitian ini dilakukan analisis fisika dan uji oganoleptik yaitu Analisis fisika: persentase Overrun (Jacobs: 1962), kecepatan meleleh (Isnijah: 2001), padatan total (Anonim: 2003), analisis sifat organoleptik: tekstur dengan uji panelis (Sudarmadji et.al.: 1984) rasa dengan uji panelis (Sudarmadji et.al.: 1984), aroma dengan uji panelis (Sudarmadji et.al.: 1984), uji kesukaan keseluruhan dengan uji panelis (Sudarmadji et.al.:1984).

Hasil Dan Pembahasan

Padatan Total Es Krim

Hasil analisis sidik ragam padatan total es krim menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan es krim bubur pisang yang berpengaruh nyata, perlakuan penambahan coklat dan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap padatan total es krim.

Tabel 1

Analisis Kepadatan Total Es Krim

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rataan (Mean)

0 %

1 %

2 %

100 : 0

33,187

32,513

33,020

32,907

80 : 20

25,660

25,327

25,493

25,493

60 : 40

19,807

19,130

19,130

19,456

Rerata

26,218

25,657

25,881

25,919

 

Jika dilihat dari hasil analisis padatan total, penurunan kepadatan total terjadi saat jumlah bubur pisang yang ditambahkan semakinbesar. Hal ini disebabkan karena bubur pisang memiliki kadarpadatan total lebih rendah dibandingkan dengan kadar padatan adonan es krim. Menurut Rianto (1997) total padatan susu selain lemak yaitu gula susu (laktosa), protein dan mineral.

Padatan total es krim yang dihasilkan berkisar antara 19 � 33 % sedangkan dalam SNI es krim memiliki padatan total 34 %.

Persentase Overrun Es Krim

Overrun didevinisikan sebagai volume es krim yang diperoleh dari kenaikan volume adonan. Kenaikan volume ini dikarenakan masuknya udara dalam proses pembekuan. Kenaikan volume es krim yang besar seringkali diinginkan karena mampu memberikan keuntungan yang lebih besar bagi produsen. Hasil analisis sidik ragam tentang persentase overrun es krim menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan es krim bubur pisang berpengaruh nyata, penambahan cokelat bubuk dan interaksinya berpengaruh tidak nyata.

Tabel 2

Pesentase Overrum Es Krim

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rataan (Mean)

0 %

1 %

2 %

100 : 0

49,333

49,167

48,833

147,333

80 : 20

35,167

34,833

35,000

105,000

60 : 40

21,000

20,500

21,167

62,667

Rerata

35,167

34,833

35,5000

105,000

 

Komposisi bahan dalam pembuatan es krim dapat mempengaruhi kenaikan volume es krim (Sherman: 1965). Untuk es krim dengan rasio adonan es krim � bubur pisang 60 : 40 memiliki tingkat overrun yang rendah, sedang untuk es krim dengan rasio es krim � bubur pisang80 : 20 memiliki tingkat overrun yang tinggi. Pada pelaksanaannya overrun kerap kali dipengaruhi oleh masuknya udara dalam adonan. Dimana adonan dengan tingkat keenceran yang rendah kerap kali disusupi udara, sera memungkinkan udara terperangkap dan masuk ke adonan, sehingga mempengaruhi tingkat overrun dari adonan itu sendiri.

Lama pelelehan Es Krim

Hasil analisis sidik ragam lama pelelehan es krim pada tabel 3 menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang berpengaruh nyata. Tak hanya rasio adonan es krim-bubur pisang, keterlibatan coklat bubuk dan interaksinya dalam adonan pun memiliki andil dalam lama pelelehan es krim.

Tabel 3

Purata Lama Pelelahan Es Krim (menit)

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rerata

 

0%

1%

2%

 

100 : 0

28,400a

28,33a

28,300a

28,344

80 : 20

30,467b

31,067b

30,600b

30,711

60 : 40

34,067e

33,667d

34,167c

33,967

Rerata

30,978

31,022

31,022

31,007

Keterangan : Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan berbeda

tidak nyata dengan uji Duncan 5%.

Lama pelelehan es krim dipengaruhi oleh komposisi bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan adonan es krim. Pada table 3 menunjukan bahwa purata lama pelelehan es krim yang tertinggi adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 100 : 0 yaitu sebesar 28,300. Hal ini diduga karena pada rasio 60:40 memiliki nilai overrun kecil yang berarti udara yang terperangkap pada es krim relatif sedikit. Overrun yang kecil dapat mengakibatkan lama pelelehan semakin tinggi atau es krim lambat meleleh.

Jika ditilik dari penyampaian di atas, dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi volume bubur pisang yang ditambahkan, maka semakin lama es krim meleleh. Kondsi tersebut dikarenakan es krim dengan bubur pisang memiliki jumlah air yang lebih banyak. Dengan jumlah air yang membeku semakin besar maka kemampuan mencair menjadi semakin kecil.

Uji Organoleptik Es Krim

Tekstur es krim berhubungan dengan halus-kasarnya kristal es dengan udara dan bentuk susunan kristal es dengan ukuran. Tekstur es krim yang ideal adalah halus dan partikel padatan terlalu kecil untuk dapat dirasakan di mulut.

Hasil analisis sidik ragam tekstur es krim pada tabel 4 menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan es krim bubur pisang berpengaruh nyata dan penambahan coklat bubuk serta interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap tekstur es krim.

Tabel 4

Purata Tekstur Es Krim

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rerata

 

0%

1%

2%

 

100 : 0

3,600c

3,600c

3,600c

3,600

80 : 20

3,067b

3,133b

3,067b

3,089

60 : 40

1,867a

1,867a

1,867a

331,867

Rerata

2,845

2,867

312,845

2,852

Keterangan:

1.      Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%

2.      Nilai semakin tinggi menunjukan tekstur semakin lembut

Tabel 4 menunjukan bahwa purata tekstur es krim yang tertinggi adalah pada perlakuan rasio adonan es krim 100 : 0, yaitu sebesar 3,600 (lembut). Hal ini disebabkan karena kandungan lemaknya lebih besar, lemak dalam es krim dapat meningkatkan tekstur atau kelembutan es krim sedangkan yang terendah adalah pada perlakuan rasio 60 : 40, yaitu sebesar 1,867 (agak keras). Hal ini disebabkan karena panelis merasakan adanya butiran-butiran halus pada bubur pisang sehingga tekstur kasar saat es krim meleleh di dalam mulut.

 

Rasa Es Krim

Dalam industri makanan aroma (bau-bauan) merupakan satu faktor penentu mutu layak atau tidaknya suatu produk dipasarkan. Aroma suatu produk makanan dapat merangsang sensasi sehingga timbul keinginan untuk mengkonsumsi produk makanan tersebut.

Hasil analisis sidik ragam rasa cokelat es krim pada tabel 5 menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan krim-bubur pisang berpengaruh tidak nyata, penambahan coklat bubuk berpengaruh nyata dan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap rasa cokelat krim.

Tabel 5

Purata Rasa Es Krim

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rerata

 

0%

1%

2%

 

100 : 0

1,300a

3,700c

4,100d

39,100

80 : 20

1,467a

3,700c

4,500e

39,667

60 : 40

1,400a

3,500b

4,433c

339,333

Rerata

1,389

3,633

4,344

9,367

Keterangan:

1.      Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%

2.      Nilai semakin tinggi menunjukan rasa cokelat semakin terasa

Tabel 5 menunjukan bahwa purata rasa es krim terendah adalah pada perlakuan penambahan coklat 0% yaitu sebesar 1,3 (tidak rasa cokelat). Pada kondisi demikian, panelis merasakan bau khas susu yang sangat terasa dan amis, sedangkan pada perlakuan penambahan cokelat semakin banyak menyebabkan es krim menjadi kurang manis (terasa pahit).

Flavor Pisang

Hasil analisis sidik flavor pisang pada tabel 6 menunjukan bahwa perlakuan adonan es krim-bubur pisang berpengaruh nyata, sedang penambahan cokelat bubuk dan interaksinya berpengaruh tidak nyata terhadap flavor pisang.

Tabel 6

Purata Flavor Pisang

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rerata

 

0%

1%

2%

 

100 : 0

1,800a

1,767a

2,067ab

5,634

80 : 20

2,500c

2,567c

2,300bc

7,367

60 : 40

3,067d

3,167d

2,900d

9,134

Rerata

2,456

2,500

2,422

7,378

Keterangan:

1.      Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan berbeda tidak nyata dengan uji Duncan 5%

2.      Nilai semakin tinggi menunjukan flavor pisang semakin terasa

Tabel 6 menunjukan bahwa flavor pisang yang terendah adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 100 : 0 dan penambahan cokelat bubuk 0%, yaitu sebesar 1,8 (tidak terasa pisang). Sedangkan flavor tertinggi adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 60 : 40 dan penambahan cokelat bubuk 1%, yaitu sebesar 3,167 (agak terasa flavor pisang). Hal ini disebabkan karena bubur pisang yang ditambahkan jumlahnya relatif banyak sedangkan pada perlakuan rasio 80 : 20 panelis sebagian tidak meraskan flavor pisang.

Kesukaan Keseluruhan

Menurut Mahsunah (1999) tingkat kesukaan konsumen terhadap suatu produk tidak hanya ditentukan oleh suatu sifat saja, tetapi oleh beberapa sifat yang sama-sama menentukan suatu produk.

Hasil analisis sidik ragam kesukaan keseluruhan es krim pada tabel 7 menunjukan bahwa perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang, penambahan cokelat bubuk dan interaksinya berpengaruh nyata terhadap kesukaan keseluruhan es krim.

Tabel 7

Purata Kesukaan Keseluruhan Es Krim

Rasio adonan es krim-bubur pisang

Penambahan cokelat bubuk

Rerata

 

0%

1%

2%

 

100 : 0

2,633de

3,033f

2,800e

8,466

80 : 20

2,100b

3,000f

22,600d

7,700

60 : 40

1,700a

2,133b

2,400c

6,233

Rerata

2,144

3,722

2,600

7,466

Keterangan:

1.      Angka yang diikuti huruf yang sama menunjukan berbeda tidak

nyata dengan uji Duncan 5%

2.      Nilai semakin tinggi menunjukan semakin suka

Tabel 7 menunjukan bahwa purata kesukaan keseluruhan es krim yang tertinggi adalah perlakuan rasio es krim pisang 100 : 0 dan penambahan coklat bubuk 1%, yaitu sebesar 3,033 (disukai), sedangkan kesukaan keseluruhan terendah adalah pada perlakuan rasio adonan es krim bubur pisang 60 : 40 dan penambahan cokelat bubuk 0%, yaitu sebesar 1,700 (tidak disukai).

Kesukaan keseluruhan panelis didasarkan pada berbagai parameter yaitu rasa cokelat, flavor dan tekstur es krim pada rasio 60 : 40 dan penambahan coklelat 0% tidak disukai. Hal ini disebabkan karena intensitas flavor khas pisang yang tinggi dan bau amis dari susu serta tekstur yang kasar dari bubur pisang. Pada rasio 100 : 0 dan penambahan cokelat bubuk 1% disukai panelis karena es krim yang dihasilkan memiliki rasa cokelat yang cukup dan bau amis tidak terasa serta memiliki tekstur yang lembut

 

Kesimpulan

Pada es krim dengan rasio adonan es krim bubur pisang 80 : 20 % overrun meningkat. Hal ini dikarenakan untuk adonan yang lebih encer, udara akan segera masuk dan terperangkap di dalam adonan sebelum adonan membeku keseluruhan. Kesukaan keseluruhan panelis didasarkan pada berbagai parameter yaitu rasa cokelat, flavor dan tekstur es krim pada rasio 60 : 40 dan penambahan coklelat 0% tidak disukai. flavor pisang yang terendah adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 100:0 dan penambahan cokelat bubuk 0% yaitu sebesar 1,8 (tidak terasa pisang). Sedangkan flavor tertinggi adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 60:40 dan penambahan cokelat bubuk 1%, yaitu sebesar 3,167 (agak terasa flavor pisang). Tekstur es krim yang tertinggi adalah pada perlakuan rasio adonan es krim 100 : 0, yaitu sebesar 3,600 (lembut). Hal ini disebabkan karena kandungan lemaknya lebih besar. Lemak dalam es krim sendiri dapat meningkatkan tekstur atau kelembutan es krim sedangkan yang terendah adalah pada perlakuan rasio adonan es krim-bubur pisang 60:40, yaitu sebesar 1, 867 (agak keras).

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

Adnan, Muhammad. 1984. Kimia dan Teknologi Pengolahan Air Susu. Jogjakarta: Andi Offset.

 

Anonim. 1979. Kompilasi dan Produksi Buah Pisang. Dalam: Hieronymous hal 19-20. teknologi Tepat Guna, Jogjakarta : Kanisius.

 

Anonim, 2004. Coklat Bubuk. http/www/google.com

 

Anonim, 1978. Standards of Identity for Frozen Dessert.

 

AOAC, 1992. Association of Official Analitycal Chemist. Washington DC, USA: Benyamin Franklin.

 

Arbucle, WS. 1972. Ice Cram 2nd Edition. The Avipublishing Company. Inc Wesport Connecticut.

 

Kurnianingsih, Nia. 2004. Coklat Sahabat nan Menyenangkan. Dalam: Pikiran Rakyat, Edisi 27 Mei 2004, Jakarta: Pikiran Rakyat.

 

Lampert, Lincoln. M. 1965. Modern Dairy Products. New York: Chemical Publishing Company Inc.

 

Masdiana dan Manik. 2005. Membuat Es Krim Sehat. Surabaya: Trubus Agrisarana.

 

Munadjim, 1983. Pisang Varietas Komersial. Jogjakarta: PT. Penebar Swadaya.

 

Munadjim, 1995. Penanganan Pisang. Jogjakarta: PT. Penebar Swadaya.

 

Setiadi, Aldi. 2002. Es Krim Campina Bidik Pasar dengan hati. http/www/Sinar Harapan.co.id.

 

Sudarmadji, SB, Haryono dan Suhardi. 1984. Prosedur Analisa Untuk Bahan Makanan dan Pertanian. Jogjakarta: Liberty.

 

Suhardiman, P. 1997. Daya Pisang Cavandish. Jogjakarta: Kanisius.

 

Sutuhu S. 1992. Penanganan dan Pengolahan Aneka Buah. Jakarta: Penebar Swadaya.