Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�����
e-ISSN : 2548-1398
�����
Vol. 4,
No. 9 September 2019
PENERAPAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) �UNTUK �MENINGKATKAN HASIL BELAJAR KIMIA SISWA KELAS XII MIPA 5
SMA NEGERI 17 BANDUNG
Syaiful Bachri Siregar
Guru SMA Negeri 17 Bandung
Email: [email protected]
Abstrak
Proses
pembelajaran di sekolah akan berhasil jika seorang guru mampu menerapkan
pendekatan, metode, model, dan media pembelajaran yang tepat. Namun pada
kenyataannya, hasil belajar Kimia siswa pada tahun pelajaran sebelumnya masih
perlu ditingkatkan. Rata-rata nilai Kimia siswa masih ada yang dibawah KKM.
Oleh karena itu, perlu dikembangkan model
pembelajaran sains, yang dapat meningkatkan hasil belajar Kimia. Salah satu model
pembelajaran yang dapat meningkatkan hasil belajar kimia adalah model
pembelajaran berbasis pemecahan masalah (PBL). Metode penelitian yang digunakan
dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan
kelas mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc
Taggart, dengan tahapan mulai dari merencanakan pembelajaran, melaksanakan, observasi dan refleksi, yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi, hasil
belajar siswa dan daya serap klasikal siswa pada siklus belajar terakhir tuntas. Subyek penelitian dalam penelitian ini adalah siswa kelas
XII MIPA 5 SMA Negeri 17 Bandung, tahun pelajaran 2018/2019. Jumlah siswa
kelas� XII MIPA 5 yang diteliti sebanyak
35 orang. Penelitian dilaksanakan dari�
tanggal� 20 Juli � 24
Agustus 2018. Hasil penelitian menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa dalam
melaksanakan tahap-tahap model PBL mulai dari melaksanakan orientasi masalah,
melaksanakan diskusi, melaksanakan penyelidikan individu dan kelompok,
mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisa dan mengevaluasi
proses pemecahan masalah, mengalami peningkatan, mulai dari siklus I ke siklus
II dan akhirnya optimal pada siklus II, yaitu hampir semua jenis aktivitas
sudah di atas 70%. Hasil belajar siswa kelas XII MIPA 5 mengalami peningkatan setelah diterapkannya model
PBL, hal ini terlihat dari peningkatan daya serap rata-rata dan daya serap
klasikal siswa dari siklus I ke siklus II. Kemudian tanggapan dan sikap siswa
terhadap model PBL yang diterapkan sangat positif.
Kata kunci : Model, Problem Based Learning, hasil belajar, kimia
Pendahuluan
Proses
pembelajaran akan berhasil jika seorang guru mampu menerapkan pendekatan,
metode, model, dan media pembelajaran yang tepat (Lang & Evans, 2006).
Namun pada kenyataannya, hasil belajar Kimia siswa masih perlu ditingkatkan,
rata-rata nilai Kimia siswa masih ada yang dibawah KKM.
Oleh karena itu,
perlu dikembangkan model
pembelajaran sains, untuk meningkatkan hasil belajar Kimia siswa, salah satunya
adalah model Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah atau Problem Based Learning (PBL). Pendidikan pada abad ke-21
berhubungan dengan permasalahan baru yang ada didunia nyata, sehingga merupakan
pendekatan pembelajaran yang relevan dengan tuntutan abab ke-21 ��(Salpeter, 2001)
(Tan, 2003) menjelaskan bahwa PBL dirancang untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berfikir (melalui diskusi,
penyelidikan masalah, dll),
pemecahan masalah (menganalisis suatu permasalahan lewat
diskusi dan mencari solusi guna menyelesaikan suatu permasalahan yang diajukan), dan keterampilan intelektual
(terbiasa untuk menganalisis dan mencari solusi dari suatu permasalahan); belajar tentang berbagai peran orang dewasa melalui
pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi; dan menjadi pembelajar
yang otonom dan mandiri. Kenyataan yang terjadi
di lapangan, guru terbiasa menggunakan metode ceramah yang membuat siswa pasif,
sehingga kemampuan otak anak kurang bisa berkembang dan anak tidak dilatih
untuk menyelesaikan suatu permasalahan secara langsung. Menurut (Tan, 2003),
bahwa pembelajaran berbasis masalah �merupakan�
inovasi dalam pembelajaran karena dalam model ini kemampuan berpikir
siswa betul-betul dioptimalisasikan melalui proses kerja kelompok atau tim yang
sistematis, sehingga siswa dapat memberdayakan, mengasah, menguji, dan
mengembangkan kemampuan berpikirnya secara berkesinambungan. Dalam hal ini siswa terlibat dalam penyelidikan untuk
pemecahan masalah yang mengintegrasikan keterampilan dan konsep dari berbagai
isi materi pelajaran. Berdasarkan uraian diatas, telah dilaksanakan penelitian tindakan kelas menerapkan model PBL untuk meningkatkan hasil belajar Kimia siswa
kelas XII MIPA 5 SMA Negeri 17 Bandung melalui penelitian tindakan kelas
Metode Penelitian
Penelitian tindakan kelas merupakan suatu bentuk kajian reflektif, oleh
para pelaku tindakan yang dilakukan selama proses pembelajaran, untuk
memperbaiki kelemahan-kelemahan yang masih terjadi dalam proses pembelajaran
tersebut (Wiriaatmadja, 1999).
Menurut (Ridwan, 2005) penelitian tindakan kelas,
merupakan suatu bentuk
kajian reflektif selama proses pembelajaran, serta untuk memperbaiki kelemahan-kelemahan yang
masih terjadi dalam proses pembelajaran tersebut. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran
secara mendalam tentang upaya peneliti untuk meningkatkan prestasi belajar
siswa dalam pembelajaran melalui penggunaan model pembelajaran PBL, dengan cara
mengkaji dan menganalisis secara reflektif, partisipatif dan kolaboratif (Dkk, 2002).
Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan prestasi belajar pada
pembelajaran Kimia, melalui penggunaan model pembelajaran PBL. Untuk mencapai
tujuan tersebut peneliti menggunakan metode Penelitian Tindakan Kelas (PTK). Hasil akhir yang ingin dicapai dari penelitian ini
adalah meningkatkan proses dan produk pengajaran Kimia� dikelas. Untuk mencapai maksud tersebut,
didalam penelitian ini menggunakan metode penelitian tindakan kelas.
Penelitian ini mengunakan sistem spiral refleksi
model Kemmis dan Mc Taggart dikutip (Dkk, 2002)
Untuk memperoleh data yang diharapkan, maka dalam penelitian ini digunakan
instrumen sebagai berikut :
� 1)��� Hasil
laporan dan pengerjaan Lembar Kegiatan Praktikum (LKP)
� 2)��� Lembar
Kegiatan Praktikum (LKP) Siswa
� 3)��� Pedoman
Observasi Keaktifan Siswa
� 4)��� Daftar
Chek
� 5)��� Format
Keaktifan Keterlaksanaan Tahap-tahap Pembelajaran Model PBL oleh Siswa
� 6)��� Angket
Respon Siswa
� 7)��� Format
Observasi Guru dan Siswa
� 8)��� Diskusi
balikan antara observer dengan peneliti
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil
a.
Analisis Peningkatan Nilai Pengetahuan� Siswa dari Siklus I-II
Perolehan skor
kognitif siswa pada Siklus I-II�
dapat� dilihat pada�������������������� Tabel 1:
Tabel 1.�
Skor Nilai
Pengetahuan Siswa dari Siklus I - II
Kode
Siswa |
Nilai
Siswa pada Siklus |
|
I |
II |
|
AA |
60 |
65 |
AB |
70 |
85 |
AC |
60 |
80 |
AD |
70 |
80 |
AE |
70 |
80 |
AF |
70 |
85 |
AG |
65 |
80 |
AH |
60 |
70 |
AI |
60 |
65 |
AJ |
70 |
90 |
AK |
70 |
90 |
AL |
70 |
90 |
AM |
70 |
85 |
AN |
60 |
75 |
AO |
60 |
75 |
AP |
70 |
80 |
AQ |
70 |
85 |
AR |
70 |
85 |
AS |
70 |
80 |
AT |
70 |
90 |
AU |
70 |
90 |
AV |
60 |
65 |
AW |
70 |
75 |
AX |
70 |
75 |
AY |
60 |
70 |
AZ |
60 |
65 |
BB |
75 |
80 |
BC |
70 |
75 |
BD |
70 |
75 |
BE |
75 |
80 |
BF |
75 |
85 |
BG |
70 |
75 |
BH |
75 |
85 |
BI |
65 |
70 |
BJ |
60 |
70 |
RATA-RATA |
67.43 |
78.57 |
DSK |
65.71% |
88.57% |
Berdasarkan
tabel di atas, diperoleh data sebagai berikut :
1) Pada
Siklus I, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 75.00, terendah 60.00 dan
rata-ratanya adalah 67,43 serta jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajarnya sebanyak 23 orang (65.71%).
2) Pada
Siklus II, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 90.00, terendah 65.00 dan
rata-ratanya adalah 78.57 serta jumlah siswa yang mengalami ketuntasan
belajarnya sebanyak 31 orang (88.57%).
Data pada Tabel 1, menunjukkan bahwa
pada siklus I nilai rata-rata sebesar 67,43, mengalami kenaikan pada siklus II
menjadi 78.57. Begitu juga dengan daya serap klasikal mengalami peningkatan,
pada siklus I sebesar 65.71%, pada�
siklus II meningkat menjadi 88.57%. Berdasarkan data tersebut dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar siswa mempunyai kemampuan yang lebih tinggi
setelah melaksanakan pembelajaran menggunakan model PBL. Hal ini menunjukkan
bahwa model PBL mempunyai arti yang penting untuk meningkatkan hasil belajar
kimia siswa.
b. Analisis Peningkatan
Aktivitas Belajar Siswa dalam Melaksanakan Tahap-tahap PBL dari Siklus I � II
Aktivitas belajar siswa
dalam melaksanakan tahap-tahap PBL dari Siklus
I�II dirangkum pada Tabel 2:
Tabel 2.
Aktivitas
Belajar Siswa dalam Melaksanakan Taha-tahap PBL
No |
Tahap |
Siklus I |
Siklus II |
||
Jl Siswa |
% |
Jl Siswa |
% |
||
1 |
Siswa melaksanakan orientasi
masalah |
26 |
74.29 |
33 |
94.29 |
2 |
Siswa
melaksanakan diskusi kelompok |
28 |
80.00 |
34 |
97.14 |
3 |
Siswa
melaksanakan penyelidikan individu dan kelompok |
25 |
71.43 |
33 |
94.29 |
4 |
Siswa
mengembangkan dan menyajikan hasil karya |
27 |
77.14 |
34 |
97.14 |
5 |
Siswa
menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah |
23 |
65.71 |
31 |
88.57 |
����������������
Berdasarkan Tabel 2 di atas, aktivitas
belajar siswa dalam melaksanakan����������������
tahap-tahap model PBL mulai dari melaksanakan orientasi masalah,� melaksanakan diskusi kelompok, melaksanakan penyelidikan individu dan
kelompok, �mengembangkan dan meyajikan hasil karya, �serta menganalisa
dan mengevaluasi proses pemecahan masalah mengalami peningkatan mulai
dari siklus I ke siklus II dan pada akhirnya optimal pada siklus II, yaitu
hampir semua jenis aktivitas sudah di atas 70%.
2. Pembahasan
Selama proses pembelajaran dari siklus I
sampai Siklus II, aktivitas interaktif belajar siswa menunjukan pola interaktif
yang aktif dan multiarah. Hampir semua siswa berperan aktif melaksanakan
pembelajaran, melaksanakan PBM menggunakan model PBL, dan melaksanakan diskusi.
Aktivitas belajar siswa dalam melaksanakan tahap-tahap model PBL mulai dari
melaksanakan orientasi masalah, melaksanakan penyelidikan individual dan
kelompo, melaksanakan diskusi, mengembangkan dan menyajikan hasil karya
(mempresentasikan di depan kelas), melakukan tukar informasi, menyajikan solusi
dan melakukan evaluasi, mengalami peningkatan mulai dari siklus I ke siklus II,
dan akhirnya optimal pada Siklus II.
Berdasarkan hasil analisis aktivitas
belajar siswa dalam melaksanakan����������������
tahap-tahap model PBL mulai dari melaksanakan orientasi masalah,� melaksanakan diskusi, melaksanakan pengkajian
masalah, melakukan tukar informasi, menyajikan solusi dan melakukan evaluasi
mengalami peningkatan mulai dari siklus I ke siklus II dan pada akhirnya
optimal pada Siklus II, yaitu hampir semua jenis aktivitas sudah di atas 70%.
Peningkatan aktivitas belajar tersebut menyebabkan hasil belajar siswa baik
daya serap dan daya serap klasikal siswa mengalami peningkatan dari siklus I,
ke� siklus II, dan akhirnya optimal pada
Siklus II. Daya serap dan daya serap klasikal siswa (ketuntasan hasil belajar)
siswa, menunjukan adanya peningkatan rata-rata daya serap siswa untuk setiap
tindakan walaupun peningkatannya cukup beragam. Ada siswa yang mengalami
peningkatan terus menerus untuk setiap tindakan, ada juga siswa yang tetap.
Namun demikian hasil perbandingan nilai rata-rata tes seluruh siswa mengalami
peningkatan dalam hal daya serap dan ketuntasan belajarnya. Peningkatan daya
serap/tingkat penguasaan siswa terhadap konsep memberikan indikasi bahwa model
PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini disebabkan pembelajaran
Kimia menggunakan model PBL dapat mengaktifkan siswa dalam membangun� ide-ide yang kreatif antar teman dalam
kelompok, dilihat dari segi ketuntasan belajar secara klasikal terdapat
peningkatan untuk setiap tindakan belajar (Akinoglu & Tandogan, 2007; Duch, Groh, and Allen, 2001; Ehlert, 2004;
Mulyono, 2002;
Wood, 2005)
Proses pembelajaran dari siklus I sampai
Siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas mengajar guru menunjukan adanya
peningkatan. Pada� siklus I guru masih
mendominasi proses pembelajaran, pada siklus II dominasi guru mulai berkurang,
guru mulai bersikap sebagai fasilitator dan membimbing siswa yang mengalami
kesulitan belajar, baik pada saat melaksanakan PBM maupun pada saat siswa
berdiskusi, kemudian pada Siklus II sudah terjadi proses pembelajaran dengan
pola interaktif yang multiarah. Pembelajaran pada Siklus II menunjukan hampir
semua siswa aktif menyimak penjelasan guru, bertanya, dan bekerja sama untuk
melaksanakan PBM dan diskusi yang aktif. Keaktifan peneliti dalam pembelajaran
yaitu memotivasi siswa, untuk melaksanakan sintaks PBL mengalami peningkatan
mulai dari Siklus I - II. Hal ini sejalan dengan pendapat Bruner (1977) dan
Arends (2008) bahwa memberikan motivasi kepada seorang siswa berarti
menggerakan siswa untuk melakukan sesuatu. Siswa yang termotivasi akan
menggunakan proses kognitifnya yang lebih tinggi dalam mempelajari materi
pelajaran, kemudian menyerap materi itu serta menyimpannya dalam ingatan yang
lebih baik (Vygotsky, 1978; Bruner,
1977; Dewey, 1938;.
Peneliti selain bertindak sebagai fasilitator juga bertindak sebagai pemberi
umpan balik. Umpan balik ini diberikan pada saat terjadi kefakuman diskusi atau
keaktifitasan antara siswa yang mendapat tugas untuk menjelaskan dengan siswa
dikelas. Pada Siklus II Guru sudah mulai memberikan bimbingan yang adil dan
menyeluruh pada setiap siswa yang mengalami kesulitan belajar menggunakan PBL.
Kesimpulan
1. Terdapat
peningkatan proses dan hasil belajar siswa kelas XII MIPA 5 setelah
diterapkannya model PBL, hal ini terlihat dari peningkatan daya serap rata-rata
dan daya serap klasikal siswa dari siklus I ke siklus II.
2. Aktivitas
belajar siswa dalam melaksanakan tahap-tahap model PBL mulai dari melaksanakan
orientasi masalah, melaksanakan diskusi, melaksanakan
penyelidikan individu dan kelompok, mengembangkan dan menyajikan hasil karya, serta menganalisa dan
mengevaluasi proses pemecahan masalah mengalami peningkatan mulai dari
siklus I ke siklus II dan pada akhirnya optimal pada Siklus II, yaitu hampir
semua jenis aktivitas sudah di atas 70%
BIBLIOGRAFI
Dkk, S. (2002). Penelitian Tindakan Kelas. Laporan
Penelitian.. IKIP Bandung Tidak Diterbitkan.
Lang, H. R., & Evans, D. N. (2006). Models,
strategies, and methods for effective teaching. Allyn & Bacon.
Ridwan, S. (2005). Penelitian Tindakan Kelas Bagi Guru.
Jakarta: Ditjen Dikdasmen.
Salpeter. (2001). Have Student Ready.
Tan, O. S. (2003). Problem-based learning innovation:
Using problems to power learning in the 21st century. Thomson Learning
Asia.
Wiriaatmadja. (1999). Penelitian Tindakan dalam Bentuk Siklus
Sebagai Upaya Meningkatkan Kemahiran Profesional Dosen di Perguruan Tinggi. Jurnal
Mimbar Penelitian, No 30/Juli.