Syntax Literate : Jurnal
Ilmiah Indonesia � ISSN : 2541-0849
e-ISSN : 2548-1398
Vol.
2, No 2 Februari
2017
PENGARUH HARGA CABAI
TERHADAP TINGKAT INFLASI DI INDONESIA TAHUN 2016
Rusmadi
Akademi Maritim Cirebon
email: [email protected]
Abstrak
Badan Pusat Statistik (BPS) �Indonesia mencatat inflasi pada akhir tahun
2016 sebesar 0,46% pada bulan November atau naik dari belan sebelumnya 0,14%.
Adapun tingkat inflasi dari januari-November mencapai 2,59%. Perwakilan BPS
Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo memberikan
penjelasan tentang kejadian inflasi ekonomi Indonesia �inflasi dari tahun
ketahun tercatat 2,86%, angka ini masih dalam target Bank Indonesia dan
Pemerintah. Ia menuturkan dari beberapa kota di Indonesia 78 kota alami inflasi
dan 4 kota alami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Manado
2,86% dan terendah di Kota Singkawang 0,05%, sedangkan deflasi tertinggi
terjadi di kota Bau-bau 1,54%. Berdasarkan kajian diatas dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya
salah satu faktor yang mempengaruhi naiknya inflasi adalah naiknya harga
komiditi pasar,� dalam hal ini adalah
naiknya komiditi bahan pangan yaitu cabai merah, Penyebab
utama tingginya harga cabai adalah faktor cuaca yang ekstrem. Meningkatnya
curah hujan menyebabkan tanaman cabai busuk berdampak pada produksi cabai
berkurang. Cara yang dilakukan untuk dapat mengatasi permasalahan naiknya harga
cabai adalah dengan mengambil tindakan stabilisasi harga pangan nasional dan
pemerintah membina dan bersinergi dengan para petani agar pemerintah mengetahui
akar permasalahan yang dihadapi ilangsung oleh petani
�
Kata Kunci : Photograph,
diary, recount writing
Pendahuluan
Inflasi yang terjadi di Negara-negara ditentukan oleh
berbagai faktor yang mempengaruhinya, jika ditinjau menurut pengertiannya
inflasi adalah penurunan nilai mata uang yang berlaku di suatu Negara
dibandingkan dengan komoditi seperti emas atau kurs mata uang asing. Inflasi
ini harus selalu dijaga kestabilannya minimal mencapai sekecil mungkin tingkat
inflasinya.�
Pihak yang bertugas untuk menstabilkan tingkat inflasi ini
adalah otoritas keuangan yang berada di suatu Negara seperti menteri Keuangan,
Menteri Perekonomian, Perdagangan, bank dan instansi yang terkait lainnya.
Pengaruh dari inflasi ini sering kali diukur dengan cara melihat kemampuan
masyarakat untuk membeli produk penting seperti sandang, pangan dan papan.
Tingkat inflasi pun bisa berbeda-beda sesuai dengan wilayah, keadaan dan
situasi wilayah tersebut.
Tingkat inflasi pada masing-masing daerah mempunyai
masalahnya sendiri-sendiri salah satunya adalah faktor dalam bidang pangan
adalah beras, minyak goreng gula, komponen yang mempengaruhi tingkat inflasi
daerah, inflasi ini diukur untuk mengetahui tingkat inflasi nasional.
Dari beberapa faktor ketiga komiditi inilah yang sangat
pening dan selalu dibutuhkan oleh masyarakat. Oleh karena itu etersediaan
komiditi tersebut harus dijaga dan jangan sampai memuat kelangkaan barang serta
memberi konsekuensi harga menjadi tinggi. Jika sudah terjadi kenaikan harga
yang cukup tinggi maka bisa dipastikan inflasi akan naik secara signifikan.
Kenaikan inflasi di Indonesia dipengaruhi oleh banyak hal
namun pada akhir-akhir ini Indonesia mempunyai masalah yang cukup unik yaitu
menurut Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa kenaikan harga bahan pangan
seperti bawang merah dan cabai-cabaian memberi dampak terhadap inflasi Maret
2016 yang tembus 0,19%. (Sindo.news/Inflasi Maret 0,19%)
Pertama, kenaikan harga bawang merah yakni 31,99% dengan
andil untuk inflasi 0,16%, kenaikan ini terjadi karena curah hujan yang sangat
lebat menyebabkan bawang busuk dan gagal panen. Terjadi kenaikan di 74 kota
IHK, dan tertinggi di Tegal 86% dan Kudus 71%. Kedua kenaikan cabe merah yakni
20,37% dan andil untuk inflasi 0,13%. Ini sama seperti bawang merah. Efek curah
hujan kemudian pasokan di sentral berkurang karena para petani gagal panen.
Terjadi kenaikan di 75 kota IHK dengan yang tertinggi di Tanjung 84% dan
Manokwari 78%. Ketiga perubahan harga cabe rawit sebesar 31,52%. Terjadi
kenaikan di 73 kota IHK tertinggi di Sumenep 145% dan Kediri 134%. Keempat emas
perhiasan mengalami kenaikan sebesar 2,46% dan andil senilai 0,03% terhadap
inflasi. Emas naik karena dia mengikuti harga internasional. Terjadi kenaikan
di 69 kota IHK. Tertinggi di Baubau dan Manado sebesar 8% dan Banyuwangi 6%.
Kelima adalah bawang putih e=dengan kenaikan harga 8,46% dan andil dalam
inflasi 0,02%. Ini sama seperti bawang merah dan cabai karena pasokannya tidak
banyak. Dari 80 kota IHK tertinggi terjadi di Pangkalpinang 28% dan Bulukamba
22%.
Mayoritas penduduk Indonesia menyukai makanan-makanan yang
pedas. Setiap sajian makanan Indonesia selalu didampingi dengan cabe/sambal hal
ini dikarenakan kebanyakan resep makanan khas Indonesia harus diimbuhi dengan
cabe sebagai bumbu yang harus digunakan. Dinamika harga cabai yang selalu
berubah-ubah menjadi permasalahan bagi pemerintah, tanah yang subur namun tidak
memiliki pola cocok tanam cabai yang baik, para petani sering sekali menanam
dan memanen cabai secara serentak� yang
berakibat banyaknya pasokan cabai yang membuat harga cabai anjlok. Terkadang
pasokan cabai sedikit karena petani tidak banyak yang menanam cabai. Pemasokan
cabai bisa teratasi jika adanya pengaturan musim cabe hal itu dapat mengatur
kestabilan pemasokan cabai.
Pembahasan
Masyarakat Indonesia seakan tidak henti-hentinya
mendengarkan kasus kenaikan harga bahan pangan yang akhir-akhir ini banyak sekali
di perbincangkan di berita/Koran. Dari kasus tersebut hal pertama yang
masyarakat akan ingat adalah pemerintah, karena naik turunnya harga� ditentukan oleh pemerintah. Karena
ketidakpuasaan atas kinerja pemerintah masyarakat akan mengadakan aksi demo didepan
gedung DPR yang dianggap sebagai hak warga Negara untuk menyalurkan keluhan dan
aspirasi rakyat kepada pemerinah. Namun dibalik kebijakan kenaikan harga
pemerintah memiliki beberapa alasan��
untuk menaikkan harga tersebut.
Contohnya pada tahun 2001 sekitar awal April pemerintah
menunda kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) karena takut akan reaksi
masyarakat Indonesia yang besar-besaran akan menentang keputusan tersebut.
Namun akibat dari pemerintah menunda kenaikan harga BBM pada tahun 2001 terjadi
pembengkakan cukup besar pada subsidi BBM dari Rp. 43 Triliun menjadi Rp 66,8
Triliun seiring dengan melemahnya nilai mata uang rupiah terhadap dollah AS.
Karena itu pada bulaan Juni 2001 pemerintah membuat kebijakan untuk menaikan
harga BBM lebih cepat dari rencana semula yaitu pada Oktober 2001, keputusan
ini didasari karena adanya komitmen pemerintah untuk mengurangi subsidi
pemerintah secara bertahap termasuk subsidi BBM dan lainnya, sesuai kesepakatan
antara pemerintah RI dengan IMF yang trtuang dalam Letter of Intent (LoI)
Kedua, dengan kebijakan yang diambil pemerintah tentang
kenaikan harga BBM di harapkan pemerintah mampu mengurangi defisit anggaran
dalam APBN 2001.
Ketiga untuk meminimalisir terjadinya penyelundupan BBM.
Mengingat karena adanya disparitas harga yang cukup tinggi antara harga BBM
dalam dan luar negeri. Sebagaimana yang kita ketahui dampak dari harga BBM yang
tidak naik akan terjadi disparitas haraga yang cukup tinggi, maka aka nada
kecenderungan para pelaku usaha akan melakukan aksi profit taking (ambil
untung).
Untuk mencegah terjadinya penyelundupan BBM, nampaknya
keputusan kenaikan harga BBM saja tidak cukup untuk memendung hal seperti itu
harus dibarengi dengan pengamanan yang memadai. Inflasi adalah masalah yang terus menjadi perhatian pemerintah.
Inflasi ini terjadi ketika perekonomian berkemang pesat. Awalnya kemampuan
untuk menciptakan pendapatan yang tinggi karena kesempatan kerja yang tinggi
menimbulkan pengeluaran yang melebihi kemampuan ekonomi baik mengeluarkan barang
dan jasa. Dari pengeluaran tersebut terjadilah inflasi.
Terkadang tingkat inflasi terjadi peningkatan secara
tiba-tiba atau terjadi peristiwa yang sifatnya insidental yang diluar
ekspentasi pemerinah, misalya dampak dari pengurangan nilai mata uang yang sangat
besar atau ketidakstabilan politik ekonomi. �Menghadapi persoalan inflasi
yang semakin hari semakin kompleks pemerintah akan menyusun langkah-langkah
yang bertujuan untuk mengatasi inflasi yang terus bertambah cepat lajunya.
Seperti mencetak uang atau meminjam uang dari bank sentral.
Bukan hanya inflasi, Kerugian yang hadapi oleh masyarakat
Indonesia akibat naiknya harga komiditi cabai adalah :
1.
Produsen
Produsen adalah orang yang
memproduksi barang atau penghasil komoditas ekonomi yang menghasilkan suatu
nilai, naiknya harga cabai menyebabkan tekanan yang sangat besar bagi produsen
cabai, saat ini yang mempunyai peran adalah para petani cabai sebagai produsen
utama, dengan kondisi cuaca yang ekstrim dan hama yang terus menggrogoti
tanamannya membuat hasil panen cabai yang semakin sedikit. Tidak seperti
produsen lain yang bisa memperkecil ukuran produksinya dan menghasilkan produk
kualitas kedua, karena petani cabai ini termasuk kedalam penghasil komoditas
ekonomi langsung, bukan hanya bahan baku pendukung produksi seperti pupuk yang
menjadi permasalahannya, namun mereka langsung dihadapkan dengan cuaca buruk,
tingginya tingkat bencana alam membuat barang-barang ekonomi yang dihasilakan
oleh petani mengalami kegagalan yang sangat tinggi yang menyebabkan petani mau
tidak mau menaikkan harganya karena untuk mengembalikan modal yang telah
dikeluarkan oleh petani selama penanaman cabai berlangsung.
2.
Konsumen
Konsumen
adalah orang yang mempunyai pendapatan dan menjadi pembeli dari hasil komiditi
baik barang maupun jasa, yang paling dirugikan dengan adanya kenaikan harga ini
adalah para konsumen menengah kebawah, dengan naiknya harga barang, mereka akan
membatasi barang yang akan mereka beli yang menyebabkan kebutuhan keluarga
mereka terbatas.
BPS Indonesia mencatat inflasi pada akhir tahun 2016
sebesar 0,46% pada bulan November atau naik dari belan sebelumnya 0,14%. Adapun
tingkat inflasi dari januari-November mencapai 2,59%. Perwakilan BPS Deputi
Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Sasmito Hadi Wibowo memberikan
penjelasan tentang kejadian inflasi ekonomi Indonesia �inflasi dari tahun
ketahun tercatat 2,86%, angka ini masih dalam target Bank Indonesia dan Pemerintah.
Ia menuturkan dari beberapa kota di Indonesia 78 kota alami inflasi dan 4 kota
alami deflasi. Kota yang mengalami inflasi tertinggi adalah Manado 2,86% dan
terendah di Kota Singkawang 0,05%, sedangkan deflasi tertinggi terjadi di kota
Bau-bau 1,54%. Penyebab dari terjadinya inflasi di akhir tahun 2016 sebesar
0,47 adalah :
1.
Cabai Merah
Cabai merah mengalami kenaikan dengan rata-rata 21,2%
penyebab dari kenaikan harga adalah curah hujan dengan insentitas tinggi
sehingga para produsen tidak dapat memanen, pasokan berkurang dan distribusi
terganggu. Bobot terhadap inflasi 0,96% dengan andil 0,16%, terjadi kenaikan di
kota palopo sebesar 61% dan Bulukamba 47%.
2.
Bawang Merah
Bawang merah mengalami kenaikan dengan rata-rata 16,21%
penyebab dari kenaikan harga adalah gagal panen. Bobot terhadap inflasi 0,7%
dengan andil 0,10%, terjadi kenaikan di kota Bima sebesar 52% dan Sumenep 38 %.
3.
Cabai Rawit
Cabai rawit mengalami kenaikan dengan rata-rata 29,07 %
penyebab dari kenaikan harga adalah curah hujan dengan insentitas. Bobot
terhadap inflasi 0,19% dengan andil 0,05%, terjadi kenaikan di kota Kupang
sebesar 86% dan Watampone 85%.
4.
Tomat Sayur
Tomat sayur mengalami kenaikan dengan rata-rata 19,52%
penyebab dari kenaikan harga adalah curah hujan dengan insentitas tinggi. Bobot
terhadap inflasi 0,22% dengan andil 0,04%, terjadi kenaikan di kota Manado
sebesar 222% dan Palopo 68%.
5.
Tarif Pulsa
Tarif pulsa mengalami kenaikan dengan rata-rata 1,11%.
Bobot terhadap inflasi 1,86% dengan andil 0,02%, terjadi kenaikan di kota
Sukabumi sebesar 6% dan Tegal, Semarang Cilacap, Madiun masing-masing 3%.
Dari kasus diatas cabai merah memberikan kontribusi yang
sangat besar terhadap inflasi di Indonesia, factor utama yang mengakibatkan
harga cabai melonjak yaitu akibat cuaca yang sangat ekstrim dan tidak dapat
diprediksi, dampaknya sangat berpengaruh kepada petani. Dari beberapa dampak
kenaikan harga cabai menurut kepala BPS kenaikan harga cabai dipengaruhi factor
lain seperti : terjadinya ekspektasi kebutuhan pokok, biaya transportasi
mengalami kenaikan, bunga bank relatif tinggi, adanya pungli, modal para petani
terbatas, banyaknya tanaman yang terkena hama.
Ketidakmampuan pemerintah mengimbangi harga pasar dari
beberapa faktor diatas menimbulkan banyak akibat yang berdampak dapat dirasakan
secara langsung pada kehidupan masyarakat. Bisa dilihat pergerakan harga cabai
tahun 2016 pada tabel dibawah ini :
Grafik.
1 Harga Cabai Merah Keriting Quartal I 2016
Sumber : Kemendag RI
Pada
quartal 1 2016 harga cabai merah keriting naik pada bulan maret lalu stabil
kembali pada bulan Juni dengan harga Rp. 30,790.
Grafik.
2 Harga Cabai Merah Keriting Quartal II 2016
Sumber : Kemendag RI
Pada quartal II bisa kita perhatikan terjadi pergerakan
harga cabai yang signifikan mula-mula pada bulan Juli meningkat sampai bulan
Oktober dengan harga Rp. 50.550 per Kg, pada bulan November dan Desember
terjadi penurunan sebesar Rp. 40.080, jadi kenaikan harga cabai merah keriting
pada tahun 2016 sebesar� Rp. 18.190 dari
harga pada awal tahun sebesar Rp. 29.890 menjadi Rp. 48.080.�
Kesimpulan
Berdasarkan kajian diatas
dapat kita tarik kesimpulan bahwasanya salah satu faktor yang mempengaruhi
naiknya inflasi adalah naiknya harga komiditi pasar,� dalam hal ini adalah naiknya komiditi bahan
pangan yaitu cabai merah, Penyebab utama tingginya harga cabai adalah faktor
cuaca yang ekstrem. Meningkatnya curah hujan menyebabkan tanaman cabai busuk
berdampak pada produksi cabai berkurang. Cara yang dilakukan untuk dapat
mengatasi permasalahan naiknya harga cabai adalah dengan mengambil tindakan
stabilisasi harga pangan nasional dan pemerintah membina dan bersinergi dengan
para petani agar pemerintah mengetahui akar permasalahan yang dihadapi
ilangsung oleh petani.
BIBLIOGRAFY
Herlambang, Tedy dkk.
2006. Teori Ekonomi dan Kebijakan. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama.
https://www.bps.go.id/ Inflasi
2016.
Kasmir, 2008.
Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta: PT. Raja Grapindio Persada.
Kemendag RI. http://www.kemendag.go.id/id/economic-profile/prices/national-price-table
di akses pada tanggal 12 Desember 2016 Pukul 20:21
Nopirin, 2013.
Ekonomi Moneter. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta.
Sadono Sukirno. 2002. Pengantar Teori Ekonomi Makro Edisi Kedua. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada.
Toni
Hartono. Dr. 2006. Mekanisme Ekonomi Dalam Konteks Ekonomi Indonesia.
Bandung: PT remaja Rosdakarya.