Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

����� e-ISSN : 2548-1398

����� Vol. 4, No. 10 Oktober �2019

 


PENGARUH PIJAT PERINEUM TERHADAP DERAJAT ROBEKAN PERINEUM PADA IBU HAMIL PRIMIGRAVIDA > 34 MINGGU DI WILAYAH KERJA UPTD PUSKESMAS DTP MAJA TAHUN 2019.

 

Lina Siti Nuryawati �dan Yeti Yuwansyah

Sekolah Tinggi Kesehatan Yayasan Pendidikan Imam Bonjol (STIKes YPIB ) Majalengka

Email: [email protected] dan [email protected]

 

Abstrak

Pijat perineum dilakukan untuk meningkatkan aliran darah, elastisitas dan relaksasi otot-otot perineum yang bertujuan untuk meminimalisasi kejadian robekan perineum. pada tahun 2015 angka kelahiran primigravida di UPTD Puskesmas DTP Maja sebesar 38,3 % dan tahun 2017 mencapai 41,3%. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pijat perineum terhadap derajat robekan perineum pada ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2019.Penelitian ini menggunakan jenis penelitian pra eksperimen dengan desain static group comparism. Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja sebanyak 30 orang yang terdiri dari 15 yang mendapatkan perlakuan pijat perineum dan 15 lagi yang tidak. Penelitiannya dilakukan pada tanggal 24 Januari - 31 Maret 2019. Analisis datanya menggunakan analisis univariat dengan distribusi frekuensi tendensi sentral dan analisis bivariat dengan uji Mann Whitney. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rata-rata derajat robekan perinieum ibu adalah derajat 1,63. Derajat robekan perineum paling rendah adalah tidak ada robekan dan paling tinggi adalah derajat 2. Ada pengaruh antara pijat perineum dengan derajat robekan perineum pada ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2019 (ρ = 0,002). Bidan perlu memberikan motivasi kepada ibu hamil dengan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang pijat perineum di kelas ibu hamil saja tetapi lebih baiknya bisa langsung dipraktekan pada saat ibu melakukan kunjungan kehamilan. Serta perlunya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarganya tentang tata cara pijat perineum sehingga ibu dan keluarga dapat mempraktikannya secara mandiri di rumah.

 

Kata Kunci: Pijat Perineum, Derajat Robekan Perineum, Ibu Hamil

 

Pendahuluan

Kesehatan adalah sebagai suatu keadaan fisik, mental, dan sosial kesejahteraan dan bukan hanya ketiadaan penyakit atau kelemahan ((Dewi et al., 2013). Masalah Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) masih menjadi masalah kesehatan di Indonesia. Hal ini dikarenakan masih tingginya angka kematian ibu dan angka kematian bayi dan anak balita yang ada di Indonesia (Susanto, Tong, Ockenfeld, & Ho, 2015) .Indonesia berada di peringkat ketiga tertinggi untuk Angka Kematian Ibu (AKI) di Negara ASEAN. Target AKI di Indonesia pada tahun 2015 adalah 102/100.000 kelahiran hidup. Sementara itu berdasarkan Survei Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 AKI mencapai 359/100.000 kelahiran hidup, angka ini masih cukup jauh dari target yang harus dicapai. Kabupaten Majalengka berada di peringkat ke tujuh tertinggi untuk Angka Kematian Ibu di Propinsi Jawa Barat dengan 46/21.988 kelahiran hidup (Barat, 2012)

Kehamilan adalah suatu proses alami yang didahului oleh pertemuan ovum dan sperma yang disebut fertilisasi kemudian dilanjutkan lagi dengan nidasi dan implantasi sampai dengan janin dapat hidup dan berkembang di dunia luar (Parwiro Hardjo: 2009). Setiap tahun sekitar 160 juta perempuan di seluruh dunia hamil. Sebagian besar kehamilan ini berlangsung aman. Namun, sekitar 15% menderita komplikasi berat, dengan sepertiganya merupakan komplikasi yang mengancam jiwa ibu. Komplikasi ini mengakibatkan kematian lebih dari setengah juta ibu setiap tahun. Dari jumlah ini diperkirakan 90% terjadi di Asia dan Afrika sub sahara, 10% di negara berkembang lainnya, dan kurang dari 1% di negara-negara maju. Di beberapa Negara risiko kematian ibu lebih tinggi dari 1 dalam 10 kehamilan, sedangkan di Negara maju risiko ini kurang dari 1 dalam 6.000 (Bardja, 2017)

Secara nasional pada tahun 2012 penyebab langsung kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh perdarahan (30%), eklamsi (25%) dan infeksi (12%) (Dewi et al., 2013) Laserasi perineum merupakan penyebab perdarahan kedua setelah atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada primigravida perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi robekan perineum (Depkes RI, 2011 dalam Dartiwen, Kusharisupeni dan Sabri, 2015).

Laserasi perineum merupakan robekan yang terjadi pada perineum sewaktu proses persalinan. Laserasi perineum dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor maternal, faktor janin, faktor penolong (Dhani, Emilia, & Siswosudarmo, n.d.)

Untuk meminimalkan kejadian laserasi perineum perlu dilakukan pencegahan, salah satunya dengan pemijatan perineum. Pemijatan perineum bertujuan untuk meningkatkan aliran darah, elastisitas dan relaksasi otot-otot dasar panggul dengan cara memijat perineum pada saat hamil usia kehamilan > 34 minggu atau 1-6 minggu sebelum persalinan, pemijatan tersebut dilakukan sebanyak 16 kali pada usia kehamilan > 34 minggu sampai 38 minggu. Pemijatan perineum membantu menyiapkan mental ibu pada saat dilakukan pemeriksaan dalam dan mempersiapkan jaringan perineum menghadapi situasi saat proses persalinan terutama pada saat kepala bayi crowning supaya perineum lebih rileks (Fatimah, 2018)

Berdasarkan data jumlah kelahiran Kabupaten Majalengka tahun 2016 angka kelahiran primigravida di UPTD Puskesmas DTP Maja dari tahun ke tahun meningkat pada tahun 2015 sebesar 38,3 % dan pada tahun 2016 sebesar 41,3% (Nuryawati, 2017). Di UPTD Puskesmas DTP Maja terdapat 18 Posyandu yang aktif dan sudah menginformasikan dan mengaplikasikan tentang pijat perineum melalui kelas ibu hamil. Berdasarkan studi pendahuluan dari 15 responden yang tidak rutin mengikuti kelas ibu hamil, yang mengetahui dan yang tidak mengetahui tentang pijat perineum dan sudah bersalin, yang sudah ditemui dan diwawancara terdapat 73% mengalami robekan perineum mulai dari derajat 1-3.

Menurut penelitian Ommolbabin Zare et al (2014) menyatakan bahwa risiko terjadinya laserasi perineum pada kelompok dipijat lebih kecil dibandingkan dengan kelompok tidak dipijat perineum. Beckman et al (2013) menyatakan bahwa pemijatan perineum selama kehamilan dapat mengurangi kejadian trauma perineum. Penelitian Jones, L.E et al (2013) menyatatakan bahwa pemijatan perineum dapat mencegah terjadinya laserasi perineum. Penelitian Riningsih et al (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh pemijatan perineum terhadap rupture perineum pada primigravida di BPS Ny.R Kecamatan Sumbersari Kabupaten Jember. Penelitian Wewet Savitri et al (2014) menyatakan bahwa ada pengaruh pemijatan perineum pada primigravida terhadap kejadian laserasi perineum di BPM Kota Bengkulu. Penelitian Dartiwen (2015) menyatakan bahwa kejadian laserasi perineum pada primigravida lebih banyak terjadi pada kelompok kontrol, sehingga terdapat pengaruh pemijatan perineum pada primigravida terhadap kejadian laserasi perineum saat persalinan.

 

 

 

 

 

Metodelogi Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian pra experiment dengan desain static group comparism. Penelitian ini telah dilakukan di UPTD Puskesmas DTP Maja pada tanggal 25 Maret 2019 sampai dengan 2 Mei �2019. Populasi pada penelitian ini yaitu ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2019. Peneliti mengambil sampel berjumlah 30 orang yang terbagi menjadi 15 orang untuk kelompok perlakuan dan 15 orang untuk kelompok kontrol. Prosedur pengambilan sampel ini menggunakan Non Propability Sampling yaitu Proporsive Sampling. Untuk menganalisis pengaruh pijat perineum terhadap derajat robekan perineum pada ibu hamil primigravida > 34 minggu maka digunakan uji statistik Mann-Whitney dengan tingkat kepercayaan 95% (α= 0,05).

 

Hasil Dan Pembahasan

a.      Analisis Univariat

Tabel 1 Distribusi Derajat Robekan Perineum pada Ibu Hamil Primigravida > 34 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Tahun 2019 pada Kelompok Kontrol

Derajat Robekan Perineum

f

�%

Tidak Ada Robekan

0

0

Derajat I

1

������������� 6,7

Derajat II

14

������������� 93,3

Derajat III

0

0

Derajat IV

0

0

Total

15

100

 

Hasil analisis didapatkan hasil derajat robekan perineum pada ibu primigravida dengan robekan perineum derajat I adalah 1 orang (6,7%), ibu primigravida dengan robekan perineum derajat II sebanyak 14 orang (93,3%), tidak ada ibu primigravida yang mengalami robekan perineum derajat III dan IV.

 

 

 

 

 

Tabel 2 Distribusi Derajat Robekan Perineum pada Ibu Hamil Primigravida > 34 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Tahun 2019 pada Kelompok Eksperimen

Derajat Robekan Perineum

f

%

Tidak Ada Robekan

1

������������� 6,7

Derajat I

8

5����������� 3,3

Derajat II

6

4����������� 0,0

Derajat III

0

0

Derajat IV

0

0

Total

15

100

 

Hasil analisis didapatkan primigravida yang tidak mengalami robekan perineum 1 orang (6,7%), ibu primigravida dengan robekan perineum derajat I adalah 8 orang (53,3%), ibu primigravida dengan robekan perineum derajat II sebanyak 6 orang (40,0%), tidak ada ibu primigravida yang mengalami robekan perineum derajat III dan IV.

b.      Analisis Bivariat

Tabel 3 Distribusi Proporsi Mann-Whitney TestPijat Perineum pada Ibu Hamil Primigravida > 34 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Tahun 2019

Pijatan Perineum

Mean

Nilai U

Nilai W

Nilai Z

P value

Tidak Dipijat

19,�������� 53

52

172

-3,049

0.002

Dipijat

11,�������� 47

 

Dari hasil penelitian didapatkan bahwa rata-rata robekan perineum pada ibu yang dilakukan tindakan pijat adalah 11,47. Sedangkan rata-rata robekan perinieun pada ibu yang tidak dilakukan tindakan pijat adalah 19,53. Hasil uji statistik didapatkan nilai P value 0,002 < 0,05 maka Ho ditolak artinya ada pengaruh derajat robekan perineum pada saat persalinan antara ibu yang dilakukan pijat perineum dengan ibu yang tidak dilakukan pijat� saat ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2019.

 

 

 

 

c.       Gambaran Derajat Robekan Perineum pada Ibu Hamil Primigravida > 34 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Tahun 2019 pada Kelompok Kontrol

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa sebagian besar responden yang tidak dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum derajat II sebanyak 14 orang (93,3%). Masih banyaknya responden yang mengalami� robekan perineum derajat II dikarenakan semua responden pada penelitian ini adalah ibu hamil primigravida yang dimana pada ibu hamil primigravida ini otot-otot perineum masih kaku karena belum pernah mengalami proses melahirkan belum terlewati oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi robekan perineum. Kelenturan jalan lahir merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian laserasi perineum, apabila perineum cukup lunak dan elastis, maka lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran. Perineum yang kaku menghambat persalinan kala II yang meningkatkan risiko kematian bagi janin, dan menyebabkan kerusakan-kerusakan jalan lahir yang luas, biasanya perineum robek dan paling sering terjadi ruptur perineum tingkat II dan tingkat III (Fitriani, 2014)

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil penelitian Rani pada tahun 2017 di Puskesmas II Denpasar Barat bahwa ibu hamil primigravida dengan laserasi perineum derajat I adalah 1 orang (10%), ibu primigravida dengan laserasi derajat II sebanyak 9 orang (90%), dan tidak ada ibu hamil primigravida yang mengalami laserasi perineum derajat III dan IV. Penelitian ini juga lebih tinggi dari penelitian Natami tahun 2016 di BPS Desak Kecamatan Negara bahwa responden yang mengalami robekan perineum derajat dua yaitu sebanyak 7 orang (70%), derajat satu 2 orang (20%), dan tidak mengalami robekan perineum sebanyak 1 orang (10%), serta tidak ada yang mengalami robekan derajat III dan IV. Hasil penelitian ini lebih rendah dari� Ibu yang primigravida adalah seorang wanita yang pertama kali hamil (Nell, 1999 dalam� Revan, 2016). Laserasi perineum merupakan penyebab perdarahan kedua setelah atonia uteri, hal ini sering terjadi pada primigravida karena pada primigravida perineum masih utuh, belum terlewati oleh kepala janin sehingga akan mudah terjadi robekan perineum. Kelenturan jalan lahir merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi kejadian laserasi perineum, apabila perineum cukup lunak dan elastis, maka lahirnya kepala tidak mengalami kesukaran. Perineum yang kaku menghambat persalinan kala II yang meningkatkan risiko kematian bagi janin, dan menyebabkan kerusakan-kerusakan jalan lahir yang luas, biasanya perineum robek dan paling sering terjadi ruptur perineum tingkat II dan tingkat III. (Fitriani, 2014)

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibanding hasil penelitian Rani pada tahun 2017 di Puskesmas II Denpasar Barat bahwa ibu hamil primigravida dengan laserasi perineum derajat I adalah 1 orang (10%), ibu primigravida dengan laserasi derajat II sebanyak 9 orang (90%), dan tidak ada ibu hamil primigravida yang mengalami laserasi perineum derajat III dan IV. Penelitian ini juga lebih tinggi dari penelitian Natami tahun 2016 di BPS Desak Kecamatan Negara bahwa responden yang mengalami robekan perineum derajat dua yaitu sebanyak 7 orang (70%), derajat satu 2 orang (20%), dan tidak mengalami robekan perineum sebanyak 1 orang (10%), serta tidak ada yang mengalami robekan derajat III dan IV. Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian Wewet Savitri et al pada tahun 2014 di Bidan Praktek Mandiri kota Bengkulu bahwa responden yang tidak mengalami ruptur perineum adalah 4 orang (28,6%), dan responden yang mengalami ruptur perineum sebanyak 10 orang (71,4%).

Berdasarkan hasil penelitian bahwa� sebagian besar responden yang tidak dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum derajat II, maka dari itu ibu hamil perlu mendapatkan informasi tentang pijat perineum, penjelasan mengenai manfaat dan keuntungan dari pijat perineum sehingga ibu hamil termotivasi untuk melakukan pijat perineum. Bagi ibu hamil yang tidak mau melakukan pijat perineum perlunya pendekatan kepada ibu hamil dan keluarganya sehingga ibu hamil tersebut bersedia melakukan pijat perineum.

d.      Gambaran Derajat Robekan Perineum pada Ibu Hamil Primigravida > 34 Minggu Di Wilayah Kerja UPTD Puskesmas DTP Maja Tahun 2019 pada Kelompok Eksperimen

Berdasarkan hasil penelitian ini, menunjukkan bahwa lebih dari setengah responden yang dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum derajat I sebanyak 8 orang (53,3%).Pada ibu primigravida robekan perineum biasanya terjadi pada derajat II, sedangkan pada responden yang dilakukan pijat perineum ini kejadian robekan tersebut dapat diminimalisasi, lebih dari setengahnya ibu primigravida hanya mengalami robekan perineum derajat I, hal ini dikarenakan manfaat pijat perineum adalah untuk menjadikan perineum agar lebih elastis saat persalinan sehingga kejadian robekan perineum dapat diminimalisasi.

Menurut Syafrudin (2012) pijat perineum memiliki berbagai keuntungan diantaranya menstimulasi aliran darah ke perineum yang akan membantu mempercepat proses penyembuhan setelah melahirkan, membantu ibu lebih santai di saat pemeriksaan vagina, membantu menyiapkan mental ibu terhadap tekanan dan regangan perineum di kala kepala bayi akan keluar, menghindari kejadian episiotomi atau robeknya perineum di kala melahirkan dengan meningkatkan elastisitas perineum, melancarkan aliran darah di daerah perineum dan vagina, serta aliran hormon yang membantu melemaskan otot-otot dasar panggul sehingga proses persalinan jadi lebih mudah dan proses pemulihan jaringan serta otot di sekitar jalan lahir lebih cepat, membantu ibu mengontrol diri saat mengejan, karena �jalan keluar� untuk bayi sudah disiapkan dengan baik, meningkatkan kedekatan hubungan dengan pasangan (bila ibu melibatkan suami untuk melakukan pijat perineum ini).

Hasil penelitian ini lebih tinggi dibadingkan dengan hasil penelitian Rani pada tahun 2017 di Puskesmas II Denpasar Barat bahwa ibu hamil primigravida dengan laserasi perineum derajat I adalah 7 orang (70%), ibu primigravida dengan laserasi derajat II sebanyak 3 orang (30%), dan tidak ada ibu hamil primigravida yang mengalami laserasi perineum derajat III dan IV. Namun penelitian ini lebih rendah dari penelitian Wewet Savitri pada tahun 2014 di Bidan Praktek Mandiri kota Bengkulu bahwa responden yang tidak mengalami ruptur perineum adalah 11 orang (78,6%), dan responden yang mengalami ruptur perineum sebanyak 3 orang (21,4%). Hasil penelitian ini lebih rendah dibanding dengan hasil penelitian Natami tahun 2016 di BPS Desak Kecamatan Negara bahwa responden yang tidak mengalami robekan perineum yaitu 6 orang (60%), tiga orang (30%) mengalami robekan derajat satu, satu orang (10%) mengalami robekan derajat dua, serta tidak ada yang mengalami robekan derajat III dan IV.

Berdasarkan hasil penelitian bahwa responden yang dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum yang lebih kecil dibandingkan responden yang tidak dilakukan pijat perineum. Oleh sebab itu diharapkan bidan bisa memberikan motivasi kepada ibu hamil dengan tidak hanya memberikan pengetahuan tentang pijat perineum di kelas ibu hamil saja tetapi lebih baiknya bisa langsung dipraktekan pada saat ibu melakukan kunjungan kehamilan.

e.      Pengaruh antara pijat perineum dengan derajat robekan perineum pada ibu hamil primigravida > 34 minggu di wilayah kerja UPTD Puskesmas DTP Maja tahun 2019

Hasil penelitian ini menunjukan bahwa rata � rata robekan perinieun pada ibu yang dilakukan tindakan pijat adalah 1,33. Sedangkan rata � rata robekan perinieun pada ibu yang tidak dilakukan tindakan pijat adalah 1,93, yang berarti resiko terjadinya laserasi perineum pada kelompok yang dipijat lebih kecil dibandingkan dengan kelompok yang tidak dipijat. Hal ini dikarenakan pada kelompok responden yang dilakukan pijat perineum secara rutin dan sesuai dengan prosedur akan membuat jaringan- jarigan perineum menjadi elastis ketika dilewati bayi saat persalinan. Pada penelitian ini masih terdapat pasien yang mengalami robekan perineum derajat 2, hal ini dapat dikarenakan beberapa faktor lain yang juga dapat mempengaruhi kejadian laserasi perineum.

Penelitian ini sejalan dengan teori bahwa pijat perineum adalah teknik memijat perineum di kala hamil atau beberapa minggu sebelum melahirkan guna meningkatkan aliran darah ke daerah ini dan meningkatkan elastisitas perineum. Peningkatan elastisitas perineum akan mencegah kejadian robekan perineum maupun episiotomi (Syafrudin, 2012). Masase perineum digunakan sebagai salah satu cara untuk meningkatkan aliran darah, elastisitas dan relaksasi otot-otot dasar panggul, jika dilatih pada tahap akhir kehamilan (mulai minggu ke-34) sebelum persalinan juga akan membantu mengenali dan membiasakan diri dengan jaringan yang akan dibuat rileks pada bagian yang akan dilalui bayi. (Mongan, 2007 dalam Rani, 2017)

Pijat perineum dilakukan mulai dari umur kehamilan > 34 minggu dilakukan dua kali dalam satu minggu selama 3-5 menit, selanjutnya selama 2 minggu menjelang persalinan pemijatan dilakukan setiap hari. (Syafrudin, 2012)

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Dartiwen pada tahun 2015 tentang �Pengaruh Pemijatan Perineum pada Primigravida Terhadap Kejadian Laserasi Perineum Saat Persalinan di Bidan Praktik Mandiri (BPM) Wilayah Kerja Puskesmas Margadadi Kabupaten Indramayu� menyatakan bahwa dari 15 orang ibu yang dipijat perineum, terdapat 2 orang (13,3%) yang mengalami laserasi perineum sedangkan dari 30 orang ibu yang tidak dipijat perineum, terdapat 19 orang (63,3%) mengalami laserasi perineum. Hasi uji statistik diperoleh nilai p=0,0002 (< α = 0,05) yang berarti ada pengaruh pemijatan perineum terhadap kejadian laserasi perineum. Juga sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan Rani pada tahun 2017 menunjukan bahwa nilai U statistik adalah 20,0 dan nilai U tabel (nl = 10, n2=10 dengan α = 0,05) adalah 23 nilai U statistik =20 <23 = nilai U tabel, maka HO ditolak dan H1 diterima, berarti terdapat perbedaan antara derajat laserasi yang diberikan masase dengan yang tidak diberikan masase. Demikian juga sejalan dengan penelitian Fatimah tahun 2014 tentang �Hubungan Pijat Perineum pada Ibu Hamil Primipara dengan Kejadian Robekan Jalan Lahir di Wilayah Kerja Kecamatan Panumbangan Kabupaten Ciamis�, yang menunjukan bahwa hasil penelitian didapatkan nilai =0,014<α=0,05, yang artinya terdapat hubungan pemijatan perineum dengan kejadian robekan jalan lahir.

Berdasarkan hasil penelitian ini terbukti bahwa ada pengaruh pijat perineum terhadap derajat robekan perineum, maka bagi UPTD Puskesmas DTP Maja pijat perineum dapat dijadikan sebagai salah satu alternatif dalam asuhan kebidanan yang mana dapat diaplikasikan pada saat ibu melakukan kunjungan antenatal, serta perlunya memberikan pendidikan kesehatan kepada ibu hamil dan keluarganya tentang tata cara pijat perineum sehingga ibu dan keluarga dapat mempraktikannya secara mandiri di rumah. Bagi STIKes YPIB Majalengka, agar hasil penelitian ini dijadikan tambahan referensi yang digunnakan sebagai bacaan untuk menambah ilmu bagi mahasiswa kebidanan dan bagi peneliti lain diharapkan dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya dengan cara menindaklanjuti dan dikembangkan dengan memperhatikan faktor-faktor lain yang mempengaruhi kejadian laserasi perineum.

 

Kesimpulan

Hasil penelitian yang telah dilakukandi UPTD Puskesmas DTP Maja, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1.      Sebagian besar responden yang tidak dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum derajat II.

2.      Lebih dari setengah responden yang dilakukan pijat perineum mengalami robekan perineum derajat I.

3.      Terdapat�� pengaruhpijat��� perineum terhadap derajat robekan perineum pada ibu hamil primigravida> 34 minggu di wilayahkerja UPTD Puskesmas DTP Majatahun 2019.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Barat, D. K. P. J. (2012). Profil kesehatan provinsi Jawa Barat tahun 2012. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat.

 

Bardja, S. (2017). Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Terjadinya Hipertensi Dalam Kehamilan Pada Ibu Hamil Di Puskesmas Gunung Jati Tahun 2015. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(11), 151�161.

 

Dewi, S., Larsen, S., Srimuninnimit, V., Lu, Y.-S., Manuaba, T., & Lindk�r-Jensen, S. (2013). Benzene-poly-carboxylic acids complex with cis-diammineplatinum (II) dichloride in the treatment of stage IV breast cancer patients. The Open Breast Cancer Journal, 5(1).

 

Dhani, U., Emilia, O., & Siswosudarmo, R. (n.d.). Perbandingan Antara Pemberian Progesteron Vaginal Dan Allylestrenol Oral Pada Penanganan Abortus Iminens. Jurnal Kesehatan Reproduksi, 2(1).

 

Fatimah, P. L. (2018). Hubungan Pemberian Edukasi Pijat Perineum dengan Pelaksanaan Pijat Perineum pada Ibu Hamil Trimester III.

 

Fitriani, R. (2014). Pengaruh Teknik Relaksasi Nafas Dalam Terhadap Respon Adaptasi Nyeri Pada Pasien Inpartu Kala I Fase Laten Di RSKDIA Siti Fatimah Makassar Tahun 2013. Jurnal Kesehatan, 7(2).

 

Nuryawati, S. B. L. S. (2017). Hubungan Kelas Ibu Hamil dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan di Desa Surawangi Wilayah Kerja UPTD Puskesmas Jatiwangi Kabupaten Majalengka Tahun 2016. Jurnal Bidan, 3(1).

 

Susanto, E. A., Tong, R. K. Y., Ockenfeld, C., & Ho, N. S. K. (2015). Efficacy of robot-assisted fingers training in chronic stroke survivors: a pilot randomized-controlled trial. Journal of Neuroengineering and Rehabilitation, 12(1), 42.