Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

����� e-ISSN : 2548-1398

����� Vol. 4, No. 10Oktober 2019������������������������������������������������������

 


ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN KETAATAN BEROBAT PADA KLIEN TB PARU DI PUSKESMAS CIMALAKA KABUPATEN SUMEDANG

 

Yadi Suryadi

Universits Islam Al-Ihya Kuningan

Email: [email protected]

 

Abstrak

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi hubungan antara ketiga faktor tersebut dan ketaatan berobat pada klien TB Paru, meliputi, sikap klien, pengetahuan, tingkat pendidikan, penghasilan, pekerjaan, motif dan motivasi, dukungan keluarga dan sikap masyarakat.Penelitian ini menggunakan metode quota sampling, yaitu metode yang ditetapkan karena telah diketahui bahwa sampel yang dipilih telah memenuhi karakteristik yang sesuai dengan tujuan penelitian dan memberikan jumlah tertentu pada setiap kelompok/klasifikasi yang dianggap sebagai subpopulasi.Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang pada tanggal 1 Desember 2002 sampai dengan 15 Desember 2002 didapat hubungan bermakna antara pengetahuan klien tentang penyakit TB Paru dan ketaatan berobat klien TB Paru dengan tingkat kemaknaan 0,002 (P<0,05), sebagian besar klien mempunyai ketaatan yang tinggi dalam berobat TB Paru dengan jumlah 19 orang (18,36%) tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,305 (P<0,05) tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,280, tidak terdapat hubungan bermakna antara penghasilan dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,800, tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap klien dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,567, tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan dan kemampuan keluarga dalam merawat klien TB Paru dengan tingkat kemaknaan 0,740, tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan masyarakat dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,616, tidak terdapat hubungan bermakna antara motif dan motifasi dan ketaatan berobat dengan tingkat kemaknaan 0,809.Walaupun beberapa faktor tidak berhubungan dengan ketaatan berobat pada klien TB Paru, yaitu pendidikan, kemampuan keluarga dalam merawat, dukungan masyarakat, sikap, pekerjaan, motif dan motivasi klien, diharapkan bagi semua yang terkait dengan klien tetap menjalankan sikap dan perilaku yang sesuai dengan tuntutan, sehingga dukungan terhadap program pengobatan berjalan lancer dan kese,nuham tercapai.

 

Kata Kunci :Predisposition faktor, Enabling faktor, Reinforcing faktor, Quota sampling, Tuberculosis Paru.

 

 

Pendahuluan

Pelayanan kesehatan pada dasarnya bertujuan untuk meningkatkan mutu kesehatan bagi seluruh masyarakat. Dokter sebagai salah satu komponen utama pemberi pelayanan kesehatan masyarakat mempunyai peran yang sangat penting dan terkait secara langsung dengan proses pelayanan kesehatan dan mutu pelayanan yang diberikan (Naldi, 2019).

Penyakit Tuberculosis Paru (TB. Paru) saat ini masih merupakan masalah kesehatan penting bagi masyarakat. Prevalensi TB. Paru di dunia saat ini sekitar 20 juta orang (� 39,93%) dan terdapat 3 juta pasien meninggal setiap tahunnya. Di Indonesia TB. Paru juga tergolong tinggi. Berdasarkan survey Kesehatan Rumah Tangga Depkes R.I. (1986) penyakit TB. Paru menempati urutan ke-10 Di Indonesia, pada kenyataan tingkat ketaatan klien tuberkulosis paru dalam menjalani pengobatan masih berada pada tingkat yang rendah Ketidaktaatan klien pada program pengobatan ditengarai karena pengobatan TB. Paru memerlukan waktu cukup lama dan berbagai macam obat yang harus diminum dalam jumlah yang banyak serta adanya pengaruh faktor eksternal maupun internal.

Pernyataan diatas ditunjang dengan data yang terdapat di Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang dua tahun terakhir ini didapatkan angka kegagalan pengobatan TB. Paru cukup tinggi. Untuk periode 1999-2000, dari jumlah 113 klien TB. Paru yang berobat (baik pasien baru maupun pasien lama), angka putus berobat/drop out 6 orang. (Medical Record Puskesmas Cimalaka Kabupaten Sumedang 1999-2000). Angka tersebut terbilang kecil jika dibanding pasien yang berobat, namun menjadikan suatu perhatian sebab kemungkinan terdapat pasien-pasien yang tidak melanjutkan pemeriksaan secara berkala sehingga tak terdeteksi.

Perilaku ketaatan, dalam hal ini klien dalam menjalani pengobatan, dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranyaPredisposition faktor, Enabling faktor, dan Reinforcing faktor. (Lawrance, 1980 dikutip (Notoatmodjo, 1993)). Apabila salah satu dari ketiga faktor tersebut mempunyai pengaruh yang negative terhadap perilaku kesehatan klien, maka muncul manifestasi perubaha perilaku ketaatan berobat TB.

Sebenarnya berbagai upaya telah dilakukan untuk menghindari kegagalan program pengobatan TB. Paru mulai dari program pemerintah dengan pengobatan TB. Paru gratis di Puskesmas, mengikutsertakan klien dan keluarga hingga dari uraian diatas, maka perlu dilakukan penelitian guna mengetahui dan menganalisa faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat pada klien TB. Paru khususnya di Puskesmas Cimalaka Kabupaten Semarang..

 

Metode Penelitian

Metodologi penelitian adalah suatu cara dalam melakukan penelitian, metode yang dipilih berhubungan erat dengan prosedur, alat serta desain penelitian yang digunakan (Nasir, 1999).Pada bagian ini diuraikan tentang metode yang digunakan dalam penelitian, meliputi: 1) rancangan penelitian, 2) frame work (kerangka kerja),3) sampling desain,4) identifikasi variable, 5) definisi operasional, 6) pengumpulan data, 7) analisis data,8) etik penelitian, dan 9) keterbatasan.Berdasarkan tujuan penelitian, desain penelitian yang digunakan peneliti adalah �Cross Sectional�. Dimana peneliti mempelajari hubungan antara variable bebas dengan variable tergantung dengan melakukan pengukuran-pengukuran yang ganya 1 kali, pada satu saat yaitu pada suatu keadaan atau status atau pada waktu dilakukan observasi (Sastroasmoro & Ismail, 1995). Pada tinjauan teori telah diuraikan tentang keterkaitan antara ketaatan berobat pada klien TB. Paru dengan faktor-faktor yang berhubungan dengannya.Peneliti mengajukan permohonan izin secara tertulis kepada Dinas Kesehatan Jawa Barat, Kepala Puskesmas Cimalaka Sumedang, bagian rekam medic dan bidang pemberantasan penyakit menular atas persetujuan pembimbing skripsi dari pihak pendidikan PSIK FK UNAIR. Setelah mendapat persetujuan, kemudian questioner diajukan kepada responden dengan tetap menekankan pada masalah etik, meliputi: lembar permintaan menjadi responden, Informed Concern (lembar persetujuan menjadi responden), Anonimity (tanpa nama), Confidentiality (kerahasiaan),

 

Hasil Dan Pembahasan

Pada bab ini akan dideskripsikan hasil penelitian dan pembahasannya sesuai dengan tujuan penelitian, meliputi karakteristik demografi responden, gambaran faktor-faktor yang berpengaruh terhadap ketaatan berobat klien tuberculosis paru, analisis hubungan faktor-faktor tersebut dan tingkat ketaatan berobat klientuberculosis paru.

Pertama tentang karakteristik responden meliputi umur, pendidikan terakhir, pekerjaan, agama, penghasilan perbulan dan jenis kelamin.Kedua tentang gambaran faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat klien tuberculosis paru.Ketiga tentang ketaatan berobat klien tuberkuloasis paru, dan selanjutnya tentang analis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat klien toberkulosis paru, yaitu faktor pengetahuan klien tentang penyakit tuberkulosis paru, sikap klien terhadap penyakitn yang dideritanya, kemampuan keluarga merawat klien, dukungan masyarakat serta motif dan motivasi.

Didalam hasil penelitian ini akan diuraikan tentang lokasi penelitian, karakteristik demografi responden, faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru, ketaatan berobat klientuberkulosis paru dan analis faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru.

1.      Penelitian ini dilakukan di puskesmas cimalaka sumedang jawa barat dan di rumah responden yang berada di wilayah pertanggung jawaban puskesmas tersebut.

Jumlah klien saat dilakukan pengambilan datatanggal 1-15 Desember 2002 adalah 25 orang dengan diagnosatuberkulosis paru yang telah berobat ke Puskesmas. Dari jumlah tersebut diambil sampel sesuai table kriteria dengan tingkat kesalahan 5%, setelah dusesuaikan dengan kriteria pengambilan sampel maka didapatkan 24 responden dan 2 orang menolak sehingga menjadi 22 orang responden.

Puskesmas Cimalaka merupakan puskesmas percontohan untuk pemberantasan penyakit menular tuberculosis, sehingga sangat sesuai untuk dilakukan penelitian demi mengetahui sejauhmana perkembangan upaya yang telah dilakukan pemerintah.

2.      Karakteristik demografi responden akan diuraikan berdasarkan umur, responden terbanyak berusia > 50 tahun sejumlah 9 orang (40,0%), dan berusia 15-20 tahun sebanyak 1 orang (4,56%). pendidikan terakhir, jumlah terbesar responden 12 orang (54,54%) dengan pendidikan terakhir SMP/sederajat dan tidak ada yang berpendidikan akademi/perguruan tinggi (0%). pekerjaan, 9 (40,9%) responden tidak bekerja, dan tidak ada yang menjadi Pegawai Negeri Sipil atau ABRI (0%).agama, sebagian besar responden beragama Islam sejumlah 21 orang (95,45%). Penghasilan,10 (45,45%) responden tidak bekerja atau tidak berpenghasilan, dan 1 respondenyangberpenghasilan lebih dari satu juta(4,55%). Jenis kelamin, 13 (59,09%) responden adalah pria, 9 (40,91%) responden wanita.

3.      Faktor-faktor yang berhubungan dengan Ketaatan Berobat Klien TB. Paru

Berikut ini disajikan data faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat klien TB. Paru yang terdiri dari 3 item, yaitu predisposition faktor meliputi pengetahuan klien tentang penyakit TB. Paru, tingkat pendidikan klien dan sikap klien, enabling faktor meliputi pekerjaan dan penghasilan klien, reinforcing faktor meliputi dukungan masyarakat, keluarga, motif dan motivasi

4.      Ketaatan Berobat Klien Tuberkulosis Paru

Sesuai dengan parameter ketaatan, maka pada penelitian ini ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dikategorikan menjadi bagian, yaitu tidak/kurang taat dan taat. Data distribusi ketaatan klien 19 orang (86,36%) mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi/taat mengikuti program pengobatan tuberkulosis paru dan 3 orang (13,64%) tidak/kurang taat menjalani program pengobatan tuberkulosis paru

5.      Analisis Faktor-faktor yang Baerhubungan dengan Ketaatan Berobat Klien TB. Paru

Berikut ini hasil tabulasi silang dan hasil uji/analisis regresi (Analisis Ganda dengan Tiga Predikator) metode stepwise faktor-faktor yang berhubungan dengan ketaatan berobat Klien TB.Parusebagian besar klien taat dalam program pengobatan dengan tingkat pendidikan SD (1 orang), SMP/sederajat (10 orang) dan SMA/sederajat (4 orang), sedangkan terdapat klien dengan pendidikan S2 (2 orang) serta tidak sekolah (1 orang) tidak/kurang taat terhadap program pengobatan TB. Paru

Menurut analisa, tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru. Sesuai dengan data yang ada di Puskesmas Cimalaka Sumedang Jawa Barat, didapatkan 6 orang yang mengalami drop out dalam program pengobatan dari 118 pasien TB. Paru yang berobat ke Puskesmas, ternyata dari penelitian didapatkan 19 responden (86,36%) mempunyai tingkat ketaatan yang tinggi terhadap pengobatan dan hanya 3 orang yang tidak/kurang taat.

Ketaatan berobat klien tuberkulosis paru merupakan hal yang sangat penting dan harus diperhatikan dalam proses pemberantasan penyakit menular, karena dengan terlambatnya seseorang mengkonsumsi obat sehari saja akan berdampak pada terulangnya kembali program pengobatan sejak awal. Kenyataan tersebut akan mempengaruhi kehidupan klien baik dari segi, ekonomi, social, budaya, spiritual.

Berdasarkan data dari wawancara dan observasi di lapangan, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu 1) Puskesmas Cimalaka Sumedang Bandung Jawa Barat merupakan Puskesmas percontohan untuk pemberantasan penyakit menular TB. Paru, 2) klien kontrol dengan rutin, 3) klien telah memahami tentang penyakit dan pengobatannya, 4) keluarga dan masyarakat mendukung.

Faktor penyebab diatas ditunjang dengan teori perilaku, bahwa kepatuhan merupakan suatu perilaku kesehatan yang telah ditetapkan sebagai suatu hasil dari proses perubahan, dan proses perubahan tersebut didapatkan dari adanya informasi yang mendukung sehingga pengetahuan klien bertambah.Sedangkan menurut Snehadu B. kar, bahwa perilaku merupakan fungsi dari dukungan social dan masyarakat termasuk keluarga, ada tidaknya informasi tentang kesehatan dan situasi yang memungkinkan untuk bertindak atau tidak bertindak. Dari teori tersebut dapat diartikan bahwa dengan dukungan keluarga dan masyarakat, perilaku ketaatan klien akan semakin bertambah seiring dengan penambahan informasi yang menyebabkan meningkatnya pengetahuan klien. Kesadaran akan timbul dan akhirnya akan merubah orang berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. Puskesmas Cimalaka sebagai Puskesmas percontohan, memberikan situasi yang mendukung aparat maupu klien sendiri untuk bertindak demi kesehatannya dengan mempunyai ketaatan yang tinggi dalam berobat TB. Paru

 

Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :

             1)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara sikap klien dan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan

             2)     Terdapat hubungan yang bermakna antara pengetahuan klien tentang penyakit tuberkulosis paru dan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan

             3)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara tingkat pendidikan dan ketaatan berobat klien tuberkulosisi paru dengan tingkat kemaknaan.

             4)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara penghasilan dan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan

             5)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara pekerjaan dan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan.

             6)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara motif dan motivasi dengan ketaatan berobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan.

             7)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan dan kemampuan keluarga merawat klien tuberkulosis paru dan ketaatan berobat klien tuberkulosis parudengan tingkat kemaknaan.

             8)     Tidak terdapat hubungan bermakna antara dukungan masyarakat dan ketaatanberobat klien tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan.

             9)     Sebagian besar klien mempunyai ketaatan yang tinggi dalam berobat tuberkulosis paru dengan jumlah 19 orang.

         10)     Faktor yang mempunyai hubungan paling dominan terhadap ketaatan berobat klien tuberkulosis paru adalah pengetahuan klien tentang penyakit tuberkulosis paru dengan tingkat kemaknaan.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

Hamid, A. Y. S. (2008). Buku Ajar Riset Keperawatan: Konsep, Etika, & Instrumentasi. Jakarta: EGC.

 

Naldi, Y. (2019). Implementasi Regulasi Pelayanan Medis Bagi Mahasiswa Kedokteran di Rumah Sakit Waled Kabupaten Cirebon. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 151�161.

 

Notoatmodjo, S. (1993). Pengantar pendidikan kesehatan dan ilmu perilaku kesehatan. Andi Offset.