Syntax
Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� e-ISSN : 2548-1398
����� Vol. 4,
No. 10 Oktober �2019
ANALISIS KERUSAKAN PIPA GAS
AKIBAT KOROSI DENGAN MENGGUNAKAN UJI
KOMPOSISI KIMIA
Yan Kurniawan
Politeknik Sukabumi
Email: Kurniawanyan[email protected]m
Abstrak
Proteksi katodik digunakan untuk melindungi struktur
logam yang tertanam di dalam elektrolit yang konduktif seperti tanah dari
serangan korosi dengan cara membanjiri struktur yang dilindungi dengan elektro
sehingga struktur logam menjadi lebih brsifat katodik. Kondisi tanah yang
bersifat korosif akan menentukan pemberian proteksi pada struktur agar tetap
dapat berfungsi dengan baik hingga waktu yang ditentukan, permasalahannya
adalah berupa arus dan tegangan serta jumlah anoda yang dibutuhkan agar
struktur yang ditanam dalam tanah tersebut terproteksi hingga umur desain yang
telah direncanakan. Dalam pengujian uji tarik dan pengujian komposisi kimia
menunjukkan material API 5L Grade B dapat dinyatakan layak secara konstruksi
sebagai pipa material kondesat. Sementara dari hasil uji metalografi dan SEM
Edax dan laju korosi sistem proteksi katodik layak secara desain untuk dipasang
pada jalur pipa kondesat dengan material API 5L Grade B dan secara umum, jalur
pipa kondesat dengan material API 5L Grade B yang dipasangi sistem proteksi
katodik dapat dinyatakan layak secara operasional.
Kata
Kunci
: proteksi katodik sacrificial anode, material Api 5L
Grade B
Salah satu contoh kasus
polusi yang hingga saat ini belum menemukan titik temu adalah meledaknya kilang
minyak Montara yang mengakibatkan pencemaran laut dan mengakibatkan 13.000
petani rumput laut mengalami kerugian. Kejadian tersebut terjadi pada 9 tahun
yang lalu, tapatnya di tanggal 29 Agustus 2009 hingga 3 November 2009. Polusi
laut akibat tumpahan minyak tersebut terjadi akibat kilang minyak yang berada
di laut Australia meledak dan menimbulkan kebocoran pipa. Kebocoran tersebut
terjadi tidak hanya satu atau dua hari, melainkan 75 hari. Akibat lamanya
proses penanganan minyak yang menyembur ke permukaan kemudian tumpah dan
mengotori lautan sekitar. Jika dikalkulasi luas pencemaran laut akibat kondisi
tembus hingga angka 90.000 m2.
Dengan
luas pencemaran tersebut polutan minyak yang dihasilkan dari kondisi ini telah
masuk ke wilayah ZEE Indonesia dan merusak ekosistem sekitar (Ritci, 2017).
Pada saat ini sektor
minyak dan Gas (MIGAS) masih menjadi andalan sebagai penghasil devisa negara yang perlu
ditingkatkan kontribusinya guna menjadi penunjang perekonomian nasional yang
sedang mengalami krisis berkepanjangan. Eksplorasi dan produksi MIGAS selalu
dihadapkan dengan tingginya anggaran biaya pengadaan peralatan penunjang
keselamatan yang berkualitas baik. Sistem pemipaan menjadi salah satu alat
penunjang yang dapat diandalkan untuk distribusi minyak dan gas. Bagaimanapun keandalan
peralatan penunjang sistem pemipaan dapat mengurangi kehilangan produksi bila
terjadi kerusakan peralatan tersebut.
Pada perusahaan
produksi dan ekplorasi
MIGAS, kebocoran yang
sering terjadi pada instalasi pipa dilapangan produksi (area plant) umumnya terjadi pada pipa-pipa yang mengalami degradasi
(kemunduran) bahan sebagai akibat pengaruh lingkungan operasinya, seperti
korosi dan erosi dan lain-lain. Selain diakibatkan oleh pengaruh cacat material
seperti laminasi, goresan-goresan akibat dari fabrikasi dan lain-lain.
Kerusakan ini terkadang terjadi pada saat jauh di bawah umur teknis yang
direncanakan sehingga menimbulkan kerugian, baik berupa tingginya biaya
perusahaan maupun keterlambatan waktu penyerahan hasil produksinya (Demoz, A. Papavinasam, S., Omotoso., Michelian, K.,
and Revie, 2009).
Salah satu usaha untuk
menanggulangi kerugian dan menghindari kejadian yang serupa adalah dengan
melakukan penelitian terhadap jenis dan faktor penyebab terjadinya kerusakan
dan melakukan penilaian serta perhitungan secara kuatitatif terhadap peluang
terjadinya kegagalan. Hal ini berguna untuk menentukan sisa umur pakai sistem
pemipaan tersebut. Sisa umur pakai itu distimulasikan terhadap tingkatan resiko
yang outputnya berupa penyusunan perencanaan pemeriksaan dan pembuatan strategi
pemeliharaan secara terpadu.
Metodelogi
Penelitian
Uji tarik dilakukan untuk mengetahui batas-batas kekuatan, yaitu
kekuatan tarik maksimum, kekuatan
luluh maksimum, dan elongasi sampel uji. Dalam hal ini pengujian kekerasan
menggunakan metode Vickers dengan beban 5 kg. Pengukuran kekerasan diperoleh
dengan cara menekan indentor yang terbuat dari intan berbentuk pyramid dengan
sudut puncak antara dua bidang yang berhadapan sebesar 1360.
Pengujian komposisi kimia dilakukan untuk mengetahui secara
semi kuantitatif komposisi kimia pada bagian tertentu pada material atau bahan.
Hasil pengujian komposisi kimia bahan pipa API 5L digunakan untuk
mengidentifikasi secara semi kuantitatif kategori atau grade dari pipa sampel uji API 5L. Tingkat grade pipa API 5L kemudian dijadikan patokan apakah spesifikasi
pipa yang diuji sesuai dengan kebutuhan disain kontruksi pipa kondensat (5L,
2010).
Tabel
1
Standar
uji elekrokimia berdasarkan pengujian yang mengikuti ASTM G97
Item
Test |
Open
Circuit Potential (V
vs Cu/) |
Closed Circuit Potential (V
vs Cu/) |
Consumtion
Rate (lb/A-Yr) |
Actual
Capacity (A.hr/lbs) |
Current
Efficiency (%) |
Garde
A |
1.50
� 1.55 |
1.45
� 1.50 |
16.02 |
2645 |
50
min. |
Garde
B |
1.45
� 1.50 |
1.45
� 1.50 |
16.08 |
2645 |
50
min. |
Garde
C |
1.58
� 1.62 |
1.48
� 1.58 |
17.53 |
2423 |
50
min. |
Element |
Content (%) |
||
Grade A |
Grade B |
Grade C |
|
Al |
5.3 � 6.7 |
5.3 � 6.7 |
5.3 � 6.7 |
Zn |
2.5 � 3.5 |
2.5 � 3.5 |
2.5 � 3.5 |
Mn |
0.15 � 0.7 |
0.15 � 0.7 |
0.15 � 0.7 |
Si |
0.10 max. |
0.30 max. |
0.30 max. |
Cu |
0.02 max. |
0.05 max. |
0.10 max. |
Ni |
0.002 max. |
0.003 max. |
0.003 max. |
Fe |
0.003 max. |
0.003 max |
0.003 max. |
Other Impurities |
0.30 max. |
0.30 max. |
0.30 max. |
Mg |
Remainder |
Remainder |
Remainder |
�Tabel 2
Komposisi
kimia anoda Magnesiums berdasarkan standar ASTM B 843, Alloy AZ63
Hasil dan Pembahasan
1. Hasil Uji komposisi Kimia Pipa Gas
Penelitian tentang analisis kelayakan operasional
jalur pipa kondesat material API 5L Grade B terhadap desain sistem proteksi katodik merupakan sebuah studi kasus untuk menganalisis apakah
sebuah proyek pemasangan sistem proteksi katodik yang diinstalasi pada sebuah
jalur pipa kondensat dan telah dilakukan pengujian bersama (komisioning) sudah
dapat dinyatakan layak secara operasional untuk diterapkan pada area tersebut.
Selain itu penelitian ini juga ingin mencoba menganalisis apakah material API
5L Grade B dapat dan layak digunakan sebagai material pipa distribusi
kondensat. Proyek yang digunakan untuk studi kasus ini sebelumnya sudah
mendapatkan izin dari pimpinan proyek yang bersangkutan.
Pengujian dan analisis secara struktural dititikberatkan pada pipa distribusi yang
digunakan yaitu material pipa yang cocok digunakan untuk sebagai jalur pipa
kondensat, dimensi pipa yang digunakan sebagai jalur pipa kondensat, serta
analisis berdasarkan hasil pengujian laboratorium untuk mengetahui apakah pipa
API 5L Grade B dapat digunakan sebagai material jalur pipa kondensat atau tidak
berdasarkan kesesuaiannya dengan dimensi yang diperlukan. Pengujian
laboratorium untuk analisis material pipa APL 5L Grade B berupa uji mekanik dan
komposisi kimia. Hasil pengujian secara struktural digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk analisis material pipa APL 5L Grade B terhadap hasil desain
yaitu kesesuaian ukuran dan dimensi nominal dari pipa kondensat yang digunakan.
Pengujian dan analisis secara metalurgi yang
diperlukan berupa pengujian dan analisis metalografi serta pengujian dan
analisis laju korosi pada material pipa. Hasil-hasil dari pengujian dan analasis secara metalurgi digunakan sebagai bahan
pertimbangan untuk pengambilan keputusan apakah pemasangan sistem proteksi
katodik pada jalur pipa kondensat tersebut sudah layak secara desain untuk
diterapkan atau sistem proteksi katodik tersebut tidak perlu diinstalasi pada
area tersebut.
Analisis kelayakan secara operasional dilakukan pada
system proteksi katodik yang telah dipasang. Analisis dilakukan dengan
memverifikasi disain system proteksi katodik berdasarkan
kalkulasi ulang desain
system proteksi katodik berdasarkan kebutuhan arus proteksi, bobot anoda, serta
berdasarkan verifikasi ulang distribusi anoda berdasarkan data potential
logger; verifikasi sisa umur pakai system proteksi katodik; dan verifikasi
hasil pengujian laboratorium pada anoda magnesium. Analisis kelayakan secara
operasional digunakan untuk bahan pengambilan keputusan apakah system proteksi
katodik yang dipasang pada jalur pipa kondensat dengan material pipa API 5L
Grade B sudah dapat dikatakan layak secara operasional. Analisis kelayakan
secara operasional dilakukan bila hasil pengujian dan analisis metalografi
menyatakan system proteksi katodik dinyatakan layak untuk diinstalasi, namun
bila hasil pengujian dan analisis metalografi menyatakan system proteksi
katodik tidak perlu diinstalasi pada jalur pipa kondensat diarea produksi gas
tersebut maka analisis kelayakan secara operasional tidak perlu dilakukan.
Hasil uji komposisi kimia juga digunakan untuk
menentukan grade dari pipa API 5L yang diuji. Dari hasil pengujian komposisi
kimia tersebut yang kemudian dibandingkan dengan standar API 5L Grade B dalam
hal komposisi maksimum unsur karbon (C), belerang (S), fosfor (P), dan mangan
(Mn) menunjukan bahwa material yang digunakan sebagai sampel uji masuk kategori
API 5L Grade B. Hasil ini cukup untuk menguatkan hasil pengujian tarik
(mekanik) sebelumnya yang juga menunjukan material sampel uji menunjukan
kecenderungan jenis API 5L Grade B.
Hasil pengujian tarik
digunakan untuk menganalisis
apakah material pipa API 5L yang diuji dapat digunakan sebagai pipa kondensat
atau tidak.
Tabel 3 Hasil
uji tarik untuk sampel API 5L utuh (tidak terkorosi)
Set Parameters |
Test Parameters |
|
|
|
||||
Gauge Length (mm) |
Initial Width (mm) |
Initial Thickness (mm) |
Final Gauge Legth (mm) |
Break Width (mm) |
Break Thickness (mm) |
Max Load (N) |
Tensile Strength (N/mm2) |
Elongation % |
62 |
18,98 |
3.76 |
71,36 |
9.40 |
3.00 |
37.9 |
371 |
32.0 |
62 |
19,02 |
3.71 |
70.56 |
9.25 |
3.10 |
38.3 |
376 |
30.0 |
62 |
19,01 |
3.70 |
70.34 |
9.10 |
3.15 |
38.4 |
377 |
32.0 |
Higher Tensile
Strength |
374 |
31.3 |
Hasil pengujian
komposisi kimia yang dilakukan pada sampel pipa dengan menggunakan spektrometer
analiser dengan standar uji ASTM A 751. Adapun hasilnya pada tabel di bawah ini
(ASTM, 2010):
Tabel 4 Hasil
Uji komposisi kimia pipa gas
No |
Unsur |
Komposisi
Kimia |
|||
Hasil
pemeriksaan |
Standar API 5L
Grade B |
||||
Pipa galvanis |
Pipa cat |
||||
% berat |
|||||
1 |
Fe |
Pengimbang
(sisa) |
Pengimbang
(sisa) |
|
|
2 |
C |
0,065 |
0,041 |
0.28 max. |
|
3 |
Si |
0.002 |
0.018 |
|
|
4 |
S |
0.010 |
0.009 |
0.030 max. |
|
5 |
P |
0.009 |
0.030 |
0.030 max. |
|
6 |
Mn |
0.275 |
0.164 |
1.2 max. |
|
7 |
Ni |
0.002 |
0.065 |
|
|
8 |
Cr |
0.008 |
0.163 |
|
|
9 |
Mo |
0.002 |
0.013 |
|
|
10 |
V |
0.002 |
0.002 |
|
|
11 |
Cu |
0.003 |
0.214 |
|
|
12 |
W |
0.002 |
0.003 |
|
|
13 |
Ti |
0.002 |
0.002 |
|
|
14 |
Al |
0.025 |
0.012 |
|
|
15 |
Nb |
0.002 |
0.002 |
|
|
16 |
Co |
0.002 |
0.002 |
|
|
2. Analisis
Komposisi kimia untuk Lapisan Kerak
Analisis komposisi kimia pada deposit atau
scale yang melekat pada dinding dalam pipa di ambil di 3 lokasi yang berbeda
dengan menggunakan Quantitative Analysis SEM EDAX dan hasil nya sebagai berikut
Tabel 5 Hasil uji Komposisi
Kimia Lapisan Kerak Pipa
Unsur (%
massa ) |
Sampel
1 (
% massa ) |
Sampel
2 (
% massa ) |
Sampel
3 (
% massa ) |
C |
26.23 |
14.28 |
16.81 |
O |
32.23 |
30.37 |
41.28 |
Mg |
1.67 |
0.45 |
2.02 |
Al |
1.486 |
0.91 |
1.21 |
Si |
1.739 |
0.65 |
2.32 |
S |
2.52 |
1.49 |
1.21 |
Berdasarkan
kalkulasi hasil perhitungan desain menunjukan nilai tensile strength maksimum yang dapat dibebankan pada pipa untuk
distribusi kondensat adalah 71.03 N/mm2. Sementara itu pipa API 5L
memiliki spesifikasi tensile strength
minimum yang dapat dibebankan adalah 331 N/mm2. Nilai tensile strength minimum 331 adalah
untuk pipa kategori API 5L Grade A. Sementara itu untuk pipa API 5L dengan
spesifikasi grade diatas API 5L Grade
A memiliki nilai tensile strength
minimum diatas 331 N/mm2. Hal ini menunjukan bahwa semua pipa dengan
spesifikasi API 5L dapat digunakan sebagai pipa kondensat yang diinstalasi
dibawah tanah pada area produksi gas tersebut. Dengan penjabaran tersebut
tentunya secara konstruksi pipa API 5L Grade B berarti juga dapat digunakan
sebagai material pipa kondensat yang mendistribusikan kondensat gas karena
nilai tensile strength minimum yang
dimilikinya berada� diatas� pipa�
API 5L� Grade A.
Penjabaran
diatas menunjukan bahwa berdasarkan kalkulasi disain dan dibandingkan dengan
standar API 5L Grade B, pipa API 5L Grade B layak digunakan sebagai pipa
distribusi kondensat pada area produksi gas tersebut. Namun, untuk lebih
meyakinkan secara konstruksi tentunya pembuktian dengan kalkulasi disain saja
tidak cukup, maka untuk itu diperlukan pula pengujian laboratorium dalam hal
uji mekanik dan komposisi kimia. Hasil pengujian mekanik berupa uji tarik
pengujian komposisi kimia menunjukan pipa yang diuji merupakan jenis API 5L
Grade B. Berdasarkan hasil uji tarik tersebut pula lah dapat disimak bahwa tensile strength material API 5L Grade B
berada diatas kisaran 71.03 N/mm2 yang tepatnya 374 N/mm2
untuk sampel yang tidak terkorosi dan 387N/mm2 untuk sampel yang
terkorosi. Hal ini menunjukan secara uji mekanik berupa uji tarik, material API
5L Grade B cukup untuk menahan tensile
strength yang diizinkan untuk pipa distribusi kondensat yaitu 71.03 N/mm2.
Sehingga ini menunjukan pipa API 5L Grade B mampu menahan korosi internal
akibat laju fluida kondensat yang memiliki tekanan operasional maksimum sebesar
1450 psig. Laju fluida kondensat tentunya memiliki kecepatan tertentu dalam
pendistribusiannya. Kecepatan fluida yang sangat tinggi dapat menyebabkan erosi
atau kavitasi-korosi. Selain itu aliran kondensat dengan kecepatan tertentu
juga dapat menimbulkan turbulensi pada titik-titik tertentu. Adanya peningkatan
aliran turbulen pada laju distribusi kondensat dapat menimbulkan pitting corrosion. Oleh sebab itu
pemilihan pipa API 5L Grade B yang menunjukan mampu menahan tekanan kondensat
maksimum yang tegak lurus arah aliran fluida kondensat dengan nilai sebesar
1450 psig yang merupakan tekanan operasional tertinggi gas alam yang
didistribusikan pada pipa, sehingga tentunya juga mampu menahan laju erosi,
kavitasi-korosi, dan pitting corrosion
hingga ketebalan pipa API 5L Grade B�
tergerus atau terkorosi yaitu 0.216 inch atau sekitar 5.5 mm. Selain
yang tegak lurus arah aliran fluida kondensat, tekanan kavitasi dan erosi yang
tegak lurus arah aliran kondensat juga berpotensi menjadi penyebab korosi
internal tersebut. Tekanan kavitasi yang tegak lurus arah aliran kondensat
dapat terjadi bila ada turbulensi sehingga gelembung-gelembung� fasa gas yang bergerak tegak lurus arah
aliran fluida kondensat dapat menimbulkan resiko fitting corrosion. Untuk itu
material pipa juga harus dapat menahan tekanan kavitasi yang tegak lurus arah
aliran fluida kondensat. Maka dari itu material pipa harus pula dapat menahan
tekanan vertikal 20.59 N/mm2 yang merupakan batas aman nilai
kekerasan Brinell pada pipa kondensat pada tekanan 1450 psig. Nilai kekerasan
Brinell sampel material; API 5L Grade B yang diukur menunjukan nilai 163.82
N/mm2 untuk sampel utuh� dan
135.48 N/mm2 untuk sampel yang terkorosi. Nilai-nilai kekerasan
Brinell pada sampel API 5L Grade B tersebut menunjukan bahwa material pipa API
5L Grade B sanggup menahan tekanan vertikal kavitasi dan erosi sebesar 20.59
N/mm2. Jadi, secara konstruksi pipa API 5L Grade B sudah layak
digunakan sebagai material pipa kondensat yang diinstalasi pada kedalaman tanah
1.5 m diarea produksi gas tersebut untuk menahan laju korosi internal akibat
pengaruh tekanan operasional kondensat yang tegak lurus arah aliran fluida
kondensat maupun tekanan operasional gelembung-gelembung� fasa gas dan erosi yang tegak lurus arah
aliran fluida kondensat (Chan, W.W Cheng, F.
T., and Chow, 2002).
Tabel
6 Hasil uji tarik untuk sampel API 5L terkorosi
Set Parameters |
Test Parameters |
|
|
|
||||
Gauge Length (mm) |
Initial Width (mm) |
Initial Thickness (mm) |
Final Gauge Legth (mm) |
Break Width (mm) |
Break Thickness (mm) |
Max Load (N) |
Tensile Strength (N/mm2) |
Elongation % |
62 |
19.06 |
3.32 |
63.28 |
9.10 |
3.10 |
39.5 |
387 |
36.0 |
62 |
18.90 |
3.39 |
64.07 |
9.30 |
3.20 |
39.8 |
390 |
36.0 |
62 |
19.00 |
3.36 |
63.84 |
9.00 |
3.00 |
39.1 |
384 |
34.0 |
Higher Tensile
Strength |
387 |
35.33 |
Dari hasil
pengujian tarik dapat diketahui bahwa nilai tensile
strength untuk sampel API 5L yang tidak terkorosi sebesar 374 N/mm2
dan untuk sampel API 5L yang terkorosi sebesar 387 N/mm2. Sementara
itu untuk mengetahui grade dari pipa API 5L yang diuji dilakukan perbandingan
dengan standar API 5L.
Tabel
7 Hasil Perbandingan antara sampel utuh dan kena korosi
Tensile Strength (N/mm2) |
||
Sampel API 5L (tidak terkorosi) |
Sampel API 5L (terkorosi) |
Standar API 5L Untuk Grade B (API, 2010) |
374 |
387 |
413 |
Dengan nilai tensile strength 374 N/mm2
dan 387 N/mm2 untuk sampel API 5L utuh dan terkorosi secara
berturut-turut serta dengan membandingkannya pada standar tensile strength minimum API 5L Grade B sebesar 413 N/mm2,
maka material pipa yang digunakan pada sampel uji cenderung masuk pada kategori
API 5L Grade B.
3. Analisis Nilai Kekerasan Brinell
Dengan pengujian
kekerasan digunakan dengan metode Vickers
dengan beban 5 kg/mm2 pada uji lokasi, yang hasil ujinya seperti
pada tabel 4.4. Melalui hasil uji kekerasan bahan yang terkena korosi dann base
metal yang dilakukan dengan metode uji kekerasan Vickers, menunujukkan bahwa
kekerasan Vickers pada bahan pipa 3" yang utuh dan terkena korosi masih
dalam range standars API 5L Grade B sehingga dianggap layak untuk� dijadikan bahan bahan pipa sesuai dengan
kaidah system pemipaan dan� sudah cukup
mampu untuk menahan tekanan erosi yang tegak lurus dengan arah aliran
kondensat.
Tabel
8 Hasil Pengujian Nilai Kekerasan Brinell
No |
A
( Baru ) |
B
( Galvanis ) |
1. |
124,6 |
118 |
2. |
128 |
116,4 |
3. |
123 |
126 |
4. |
229,5 |
161 |
5. |
214 |
156 |
Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini
maka dapat di simpulkan :
1.
Material pipa gas dapat dikategorikan baja karbon API
5L Grade B.
2.
Kedua Pipa gas Memiliki sambungan las Electric Rasistance
Weld ( ERW ) dengan Struktur mikro berupa ferit dan bainit.
3.
Pipa gas A yang mengalami proses pelapisan galvanis
dalam kondisi normal, sedang pipa gas B yang tidak mengalami proses pelapisan
galvanis mengalami serangan korosi pitting merata
Faktor penyebab
kerusakan pada pipa 3" adalah karena adanya erosi fluida kerja, selain
karena adanya korosi, sehingga menyebabkan terjadinya kebocoran
BIBLIOGRAFI
5L, A. (2010). Seamless and Welded Line Pipes for Conveying Water,
Gaseous and Liquid Hydrocarbons and for The Construction of Chemical and
Industrial Plants, Oil Refineries etc. USA.
ASTM. (2010). Annual Handbook of ASTM Standards :
Metal Test Method and Analytical Procedures Volume 03.02. ASTM 100 Barr Harbour
Drive, West Conschohochen, PA 19428,.
Chan, W.W Cheng, F. T., and Chow, W. K. (2002).
Susceptibility of Materials to Cavitation Erosion in Hong Kong. AWWA Journal
/Aug 2002. Pp. 77.
Demoz, A. Papavinasam, S., Omotoso., Michelian, K., and
Revie, R. W. (2009). Effect of Field Operational Variables on Internal Pitting
Corrosion of Oil and Gas Pipelines. Corrosions 65.11. Pp.741-747.
Ritci, P. (2017). Penerapan Peraturan Menteri Perhubungan No.
4 Tahun 2005 Untuk Melaksanakan Pencegahan Polusi Laut Jenis Minyak Sebagai
Upaya Untuk Menjaga Ekosistem Peraian Indonesia. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(5), 140�150.