Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�� e-ISSN :
2548-1398
Vol.
4, No. 10 Oktober �2019
GAMBARAN
PELAKSANAAN INISIASI MENYUSU DINI (IMD) DAN PERUBAHAN SUHU PADA BAYI BARU LAHIR
DI BPM BIDAN DEWI PADAHANTEN
Yeti Yuwansyah dan Desi Evitasari
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Yayasan Pendidikan Imam
Bonjol (STIKes YPIB) Majalengka
Email: [email protected]
Abstrak
Cara yang paling
mudah untuk menjaga bayi agar tetap hangat yaitu dengan Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) Cara ini merupakan upaya dengan menempatkan bayi
bersama ibunya, mendorong ibu segera menyusukan bayinya dan mencegah paparan
infeksi pada bayi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran pelaksanaan IMD
dan perubahan suhu pada bayi baru lahir.
Jenis penelitian ini menggunakan �penelitian deskriptif. Populasi pada penelitian ini yaitu
bayi baru lahir di BPM Bidan Dewi
Padahanten Kabupaten Majalengkai dan sampelnya sebanyak 82 bayi. Analisis datanya
menggunakan distribusi frekuensi. Hasil
analisa data penelitian diperoleh kesimpulan bahwa kurang dari
setengahnya (27%) Ibu bersalin tidak dilakukan IMD dan diperoleh data
perubahan suhu pada pada bayi sebelum dilakukan IMD 36.2-37,1 dan sesudah IMD36,4-37,6. Bagi
BPM Bidan Dewi� supaya mempertahankan penerapan IMD dalam asuhan
kebidanan pada bayi baru lahir untuk mencegah bayi mengalami hipotermi serta
bidan perlu memberikan bimbingan dan motivasi kepada ibu bersalin untuk
memberikan IMD selama 1 jam pasca melahirkan.
Kata Kunci���� : IMD, Suhu, Bayi Baru Lahir
Pendahuluan
Derajat kesehatan anak merupakan kesehatan bangsa,
karena anak sebagai generasi penerus bangsa mempunyai kemampuan yang bisa di
kembangkan dalam meneruskan pembangunan bangsa. Berdasarkan alasan tersebut masalah kesehatan anak
diprioritaskan dalam perencanaan atau penataan pembangunan bangsa. (Hidayat, 2015)
Di Indonesia tahun 2015 Angka Kematian Bayi (AKB)
sebesar 22,23 per 1.000 kelahiran hidup dan Angka Kematian Balita (AKABA)
sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup. Jumlah persalinan di Indonesia tahun
2016 sebanyak 4.315.185 orang
dan yang dilakukan IMD sebanyak 4.025.811 orang (93,2%) (Kesehatan & Kesehatan, 2017) Pada tahun 2015
AKB di Propinsi Jawa Barat mencapai 30 per 1.000 kelahiran hidup dan AKBA
mencapai 36 per 1.000 kelahiran hidup. Adapun tahun 2016 jumlah persalinan di
Provinsi Jawa Barat sebanyak 826.179 orang dan yang dilakukan IMD sebanyak 785.455 orang (95,07%) (Barat,
2017).
Berdasarkan
data Dinas Kesehatan Kabupaten Majalengka menyebutkan bahwa AKB usia 0-28 hari
di Kabupaten Majalengka pada tahun 2016 sebanyak 186 kasus. Penyebab kematian
bayi tersebut yaitu BBLR sebanyak 69 kasus (37,09%), asfiksia sebanyak 62 kasus
(33,33%), sepsis sebanyak 7 kasus (3,76%), kelainan kongenital sebanyak 23
kasus (12,36%), ikterus sebanyak 3 kasus (1,61%) dan lain-lain sebanyak 22
kasus (11,82%). Adapun jumlah bayi yang dilakukan IMD di Kabupaten Majalengka
tahun 2017 sebanyak 19.140 bayi (91,74%) dari 20.863 persalinan dan jumlah kasus
bayi yang mengalami hipotermi sebanyak 87 kasus (0,4%) (Majalengka,
2017). Meskipun kasus hipotermi ini relatif
kecil, namun jika tidak mendapatkan penanganan yang tepat akan berdampak lebih
buruk terhadap kesehatan anak bahkan dapat menyebabkan kematian.
Salah satu
penyakit yang perlu ditangani pada bayi baru lahir salah satunya ialah
hipotermia. Di negara berkembang Hipotermia merupakan penyebab utama kesakitan
dan kematian bayi baru lahir. Prevalensi yang tinggi dari hipotermia telah
dilaporkan secara luas bahkan dari negara tropis. Hipotermi pada bayi baru
lahir ialah suatu keadaan dimana terjadi penurunan suhu tubuh dalam batas
normal. Gejala awal hipotermi pada bayi baru lahir apabila suhu < 350C
(Yulianti, 2015).
Hipoglikemia (kadar gula darah yang rendah) juga dapat dibabkan Hipotermi, asidosis
metabolik (keasaman darah yang tinggi) dan kematian. Tubuh dengan
cepat menggunakan energi agar tetap hangat, sehingga pada saat kedinginan bayi
memerlukan lebih banyak oksigen. Berkurangnya aliran oksigen ke jaringan, bisa
menyebabkan hipotermi. (Kristiyanasari, 2013)
Upaya pencegahan hipotermi pada
bayi baru lahir salah satunya adalah dengan inisiasi menyusu dini. Inisiasi
menyusu dini (IMD). Cara yang paling mudah untuk menjaga bayi agar tetap
hangat, adalah menempatkan bayi bersama ibunya mendorong ibu segera menyusukan
bayinya dan mencegah paparan infeksi pada bayi. IMD dapat
mengurangi 22% kematian bayi 28 hari dengan demikian maka bayi segera lahir
diberi kesempatan menyusu sendiri dengan membiarkan kontak ibu ke kulit bayi
maka nyawa bayi sesungguhnya dapat diselamatkan (Roesli, 2012).
Melalui IMD, maka suhu tubuh bayi dapat dipertahankan
bahkan mencegah hipotermi. Hal ini dikarenakan dengan adanya perlekatan antara
kulit ibu dan bayi maka proses perpindahan panas dari ibu terhadap bayi akan
terjadi. Membuat bayi melekat dengan baik
adalah Prinsip dasar dari menyusui (Sujiyatini, 2013). Cara bayi melakukan IMD dinamakan the breast
crawl atau merangkak mencari payudara. Menurunkan kematian karena
kedinginan (hipotermia), kontak antara kulit ibu dan kulit bayi segera dalam
satu jam kelahiran pertama sangat penting karena dada ibu menghangatkan bayi
dengan tepat selama bayi merangkak mencari payudara. (Roesli, 2012)
Pentingnya kontak kulit bayi dan
ibu segera setelah lahir dan bayi menyusu sendiri dalam satu jam pertama
kehidupan, karena dada ibu dapat memberikan kehangatan pada bayi sehingga bayi
merasakan kenyamanan dan dapat merangkak mencari payudara. IMD ini akan
menurunkan kematian karena kedinginan (hypothermia). (Kesehatan & Kesehatan, 2017)
Hasil penelitian
(Amelia, 2015) menunjukkan bahwa suhu tubuh bayi baru lahir rata-rata
sebelum pelaksanaan inisiasi menyusu dini sebesar 36,520C dan
sesudah pelaksanaan inisiasi menyusu dini yaitu sebesar 37,310C. Padang
Panjang Tahun 2015, pengaruh IMD terhadap suhu tubuh bayi baru lahir di
BPM.�N�.
Berdasarkan
uraian tersebut, maka peneliti tertarik untuk mengkaji lebih dalam lagi
mengenai �Gambaran Inisiani Menyusu Dini (IMD) pada perubahan suhu pada bayi
baru lahir di BPM Bidan Dewi Desa Padahanten Kabupaten Majalengka tahun 2019.�
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang
gunakan adalah deskriptif. Analisis data dengan distribusi frekuensi.
Hasil dan Pembahasan
Tabel 1
Distribusi
frekuensi pelaksanaan �Inisiani Menyusu Dini (IMD)
Pelaksanaan
IMD |
F |
% |
Ya |
60 |
73 |
Tidak |
22 |
27 |
Jumlah |
82 |
100 |
Berdasarkan tabel diatas
bahwa kurang dari setengah responden(27%). Kategori tingkat keberhasilan proses pelaksanaan IMD
dibagi menjadi dua yaitu YA dan TIDAK. Jika keseluruhan tahapan pelaksanan IMD
dilakukan Ya/Berhasil atau jika salah satu dari keseluruhan tahapan pelaksanaan
IMD tidak dilaksanakan.
Secara keseluruhan, kurang
dari setengahnya (27%) responden / Ibu bersalin di BPM Dewi tidak melaksanakan
IMD.
Tabel 2
Distribusi
Perubahan Suhu pada Bayi Baru Lahir Sebelum dan Sesudah Inisiasi Menyusu Dini (IMD)
Perubahan Suhu |
Mean Median |
SD |
Min-Max |
95% CI |
Sebelum IMD |
36,64 36,60 |
0.257 |
36.2-37,1 |
36,2-37,1 |
Sesudah IMD |
36,77 37,70 |
0.222 |
36,4-37,6 |
36.4-37,6 |
Berdasarkan tabel 2 didapatkan bahwa rata-rata suhu bayi baru lahir
sebelum IMD adalah 36,640C dengan
standar deviasi 0,257.Suhu bayi
baru lahir paling rendah adalah 36,20C dan
tertinggi 37,80C. Dari hasil estimasi interval dapat disimpulkan bahwa 95%
diyakini rata-rata suhu bayi baru lahir sebelum IMD adalah diantara 35.90C
sampai dengan 36.40C. Adapun
rata-rata suhu bayi baru lahir sesudah IMD adalah 36,540C dengan
standar deviasi 0,222. Suhu bayi baru lahir paling rendah
adalah 35,60C dan tertinggi 37,10C. Dari hasil estimasi
interval dapat disimpulkan bahwa 95% diyakini rata-rata suhu bayi baru lahir
sebelum IMD
adalah diantara 36.30C sampai dengan 36.70C.
Hasil analisis
data diketahui bahwa 27%, bayi tidak dilakukan
�IMD. Menurut Departemen Kesehatan RI (2009) Inisiasi
menyusu dini (IMD) ialah bayi di dada ibunya, (skin to skin contact) atau kontak kulit dengan kulit segera setelah
lahir setidaknya satu jam atau lebih sampai bayi menyusu sendiri.
Pelaksanaan IMD
berperan penting dalam tumbuh kembang bayi. Menurut Roesli (2008) melakukan Inisiasi
Menyusu Dini (IMD) yaitu dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat,� Ibu dan bayi merasa lebih tenang, bayi
memperoleh bakteri tidak berbahaya (bakteri baik) yang ada antinya di ASI ibu,
bayi mendapatkan kolostrum (ASI pertama), cairan berharga yang kaya akan
antibodi (zat kekebalan tubuh) dan zat penting lainnya yang penting untuk
pertumbuhan usus, antibodi dalam ASI penting demi ketahanan terhadap infeksi,
sehingga menjamin kelangsungan hidup sang bayi, bayi memperoleh ASI (makanan
awal) yang tidak mengganggu pertumbuhan, fungsi usus, dan alergi, bayi yang
diberikan mulai menyusu dini akan lebih berhasil menyusu ASI eksklusif dan
mempertahankan menyusu setelah 6 bulan, sentuhan, kuluman atau emutan, dan
jilatan bayi pada puting ibu akan merangsang keluarnya oksitosin yang penting,
itu beberapa manfaat yang bisa didapat.
Keberhasilan
pelaksanaan IMD dipengaruhi berbagai faktor, diantaranya kondisi ibu, kondisi
bayi, penolong persalinan, tempat bersalin, pengetahuan ibu, pendidikan,
paritas dan sikap.
IMD merupakan
kemampuan bayi segera setelah dilahirkan mulai menyusu sendiri. breast crawl
atau merangkak untuk mencari puting ibu secara alami
adalah Cara melakukan IMD (Siswosuharjo, S. dan
Chakrawati, n.d.). IMD memberikan keuntungan bagi kelangsungan hidup
bayi. Menyusui dapat meningkatkan kelangsungan hidup anak, serta meningkatkan
perkembangan motorik.IMD dapat mencegah kematian neonatal.
Melalui IMD,
maka suhu tubuh bayi dapat dipertahankan bahkan mencegah hipotermi. Adanya
perlekatan antara kulit ibu dan bayi maka proses perpindahan panas dari ibu
terhadap bayi akan terjadi. Membuat bayi melekat dengan baik dan sehat Prinsip
dasar dari menyusui (Sujiyatini, 2013). Cara bayi melakukan IMD
ini juga dapat dinamakan merangkak mencari payudara. atau the breast crawl Kontak
antara kulit ibu dan kulit bayi segera dalam satu jam kelahiran pertama sangat
penting karena dada ibu menghangatkan bayi dengan tepat selama bayi merangkak
mencari payudara. Hal ini juga menurunkan kematian karena kedinginan
(hipotermia). (Roesli,
2012)
IMD pada bayi baru lahir di BPM
Bidan Dewi Padahanten Kabupaten Majalengka Tahun 2019 dapat mempengaruhi
perubahan suhu, maka dari itu upaya yang perlu dilakukan oleh BPM Bidan Dewi
Padahanten adalah menerapkan IMD pada bayi baru lahir sesuai dengan SOP untuk
meningkatkan suhu dan mencegah hipotermi serta memberikan bimbingan dan memandu
ibu bersalin melakukan IMD. Intervensi
buat ibu hamil dan bersalin yaitu dengan memberikan konseling tentang manfaat
IMD untuk ibu hamil dan untuk ibu besalin memberikan bimbingan untuk melakukan
IMD dengan baik dan benar agar proses menyusu berjalan lancar dan suhu bayi
dapat meningkat atau berada dalam batas normal.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan ada perubahan suhu pada bayi baru lahir setelah
dilakukan IMD. Hal ini dapat dikarenakan dengan IMD terjadi kontak
kulit antara bayi dan ibu sehingga bayi akan merasakan kehangatan.
Hasil penelitian
ini mendukung teori bahwa salah satu manfaat IMD adalah mencegah terjadinya
hipotermi. luas permukaan tubuh bayi lebih luas dari permukaan tubuh orang
dewasa dan kecepatan kehilangan panasnya pun lebih cepat karena itu bayi baru
lahir rentan mengalami hipotermi. Kehilangan panas tersebut dikarenakan suhu
lingkungan yang mana kemungkinan bayi harus beradaptasi (Manuaba, 2009). Air ketuban atau cairan yang menempel pada tubuh
bayi yang tidak segera dikeringkan, serta keadaan umum bayi lemah atau bayi
dengan berat badan lahir kurang dari 2.500 gram dapat mempengaruhi bayi
mengalami hipotermi adalah beberapa hal yang dapat menyebabkan hipotermi. Upaya
penanganan dalam mengatasi terjadinya hipotermi pada bayi baru lahir yaitu dengan
melakukan kontak langsung kulit dengan kulit, membungkus bayi agar tetap
hangat, menyediakan ruangan atau tempat yang hangat untuk menaruh bayi, melakukan
inisiasi menyusu dini.
(Manuaba, 2009)
Suhu tubuh bayi
baru lahir setelah pelaksanaan IMD berada dalam keadaan stabil, ibu tampak
lebih tenang dan bahagia dengan kehadiran bayi didekapannya. Dada ibu yang
melahirkan mampu mengontrol kehangatan kulit dadanya sesuai kebutuhan tubuh
bayinya, hal ini membuat bayi akan berada pada suhu tubuh yang optimal sehingga
bayi merasa lebih tenang dan nyaman, tidak hanya memberikan keuntungan untuk
mencegah hipotermi saja, keadaan emosional ibu dan bayi dengan kata lain ikatan
kasih sayang (bonding) antara ibu dan bayi terjalin dengan baik, hal ini
akan memberikan dampak yang besar untuk perkembangan bayi, karena ikatan kasih
sayang telah terjalin dengan baik. (Roesli, 2012)
Hasil penelitian
ini sejalan dengan teori Farrel (2015) menyatakan
bahwa cara yang sangat efektif� untuk
mencegah hilangnya panas pada bayi baru lahir baik pada bayi aterm atau preterm
adalah kontak kulit den�gan kulit. Tempat yang sangat ideal bagi BBL untuk
mendapatkan lingkungan suhu yang tepat ialah Dada atau perut ibu. Pemberian ASI
sesegera mungkin, sangat dianjurkan dalam jam-jam pertama kehidupan BBL. Per�an
dalam proses termoregulasi pada bayi baru lahir ialah pem�berian ASI dini dan
dalam jumlah yang mencukupi akan sangat menunjang kebutuhan nutrisi. Menurut �Sulistyowati dan Nu�graheni (2014) bahwa
keuntungan kontak kulit ke kulit dan inisiasi menyusu dini bagi bayi selain
menstabilkan perna�fasan juga dapat mengendalikan temperature tubuh bayi.
Hasil penelitian
ini sejalan dengan penelitian (Ekawati, 2014) di Klinik Bersalin Mitra Husada yang ada di Desa
Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan menunjukkan bahwa ada pengaruh
pelaksanaan IMD terhadap perubahan suhu tubuh bayi baru lahir.Juga hasil
penelitian Astari (2011) menunjukkan bahwa ada pengaruh inisiasi menyusu dini
terhadap suhu bayi baru lahir di BPS Bidan Hj. Yayah Surlan dan BPS Bidan Hj.
Yetti Sudiati Kabupaten Kuningan.Demkian juga dengan
hasil penelitian Utami (2014) mengenai pengaruh Inisiasi Menyusu Dini (IMD) pada suhu tubuh
bayi baru lahir di Rumah Bersalin Paten Rejowinangun Utara Magelang Selatan
menunjukkan bahwa bayi setelah dilakukan IMD mengalami perubahan suhu.
Bagi petugas
kesehatan atau bidan perlu memberikan bimbingan dan motivasi kepada ibu
bersalin untuk memberikan IMD selama 1 jam pasca melahirkan seseuai dengan SOP.
Bagi ibu harus berusaha untuk melakukan IMD 1 jam
setelah melahirkan dan diharapkan mengikuti intruksi atau nasehat bidan tentang
IMD pada bayi baru lahir agar pelaksanaan IMD berjalan dengan baik dan lancar.
Kesimpulan
1.
Kurang dari stengahnya bayi (27%) tidak dilakukan IMD
2.
Rata-rata
suhu bayi baru lahir sebelum IMD adalah 36,170C dan rata-rata suhu
bayi baru lahir sesudah IMD adalah 36,540C yang artinya terjadi
perubahan suhu sebesar 0,370C.
BIBLIOGRAFI
Amelia. (2015). Pengaruh IMD terhadap Suhu Tubuh Bayi
Baru Lahir di BPM.�N� Padang Panjang Tahun 2015. Journal Stikesyarsi.
Barat, Dinas Kesehatan Provinsi Jawa. (2017). Derajat
Kesehatan di Provinsi Jawa Barat. Bandung: Dinas Kesehatan Provinsi Jawa
Barat.
Ekawati. (2014). Faktor-faktor yang Berhubungan dengan
Perubahan Suhu Pada Bayi Baru Lahir di Klinik Bersalin Mitra Husada Desa
Pangean Kecamatan Maduran Kabupaten Lamongan. Jurnal Stikesmuhla.
Hidayat, A. A. (2015). Kesehatan Ibu dan Anak.
Jakarta: Heath Book s.
Kesehatan, Kementerian, & Kesehatan, Kementerian. (2017).
Data dan Informasi Profil Kesehatan Indonesia 2016. Kementerian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kristiyanasari, W. (2013). ASI, Menyusui dan Sadari.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Majalengka, Dinas Kesehatan Kabupaten. (2017). Profil
Kesehatan Kabupateen Majalengka Tahun 2016. Majalengka: Dinas Kesehatan
Kabupaten Majalengka.
Manuaba, Ida Ayu Chandranita. (2009). Buku Ajar Patologi
Obstetri. EGC.
Roesli, Utami. (2012). Panduan: inisiasi menyusu dini:
plus asi eksklusif. Pustaka Bunda.
Siswosuharjo, S. dan Chakrawati, F. (n.d.). Panduan Super
lengkap Hamil Sehat. Bogor: Penebar Plus.
Sujiyatini. (2013). Asuhan Kebidanan Persalinan.
Yogyakarta: Nuha Medika.
Yulianti, Yeyeh dan. (2015). Keajaiban ASI-Makanan Terbaik
untuk Kesehatan, Kecerdasan dan Kelincahan si Kecil. Yogyakarta: CV. Andi.