Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
����� �e-ISSN : 2548-1398
����� �Vol. 4, No. 11 November 2019
PENGARUH MOTIVASI KERJA DAN LINGKUNGAN KERJA
TERHADAP KEPUASAN KARYAWAN PUSKESMAS MALEBER KABUPATEN KUNINGAN
���������������������������������������������������
Alfiani Rizqi
Universitas Islam Al Ihya (UNISA) Kuningan
Email:
[email protected]
Abstrak
Pemerintah telah
mencanangkan Visi Indonesia 2025 yaitu menjadi negara maju pada tahun
2025.Namun pemerintah juga sepenuhnya menyadari bahwa kualitas sumber daya
manusia (SDM) masih menjadi suatu tantangan dalam mewujudkan visi yang
dimaksud.Para pakar di bidang SDM menyatakan bahwa kualitas SDM secara dominan
ditentukan oleh kemudahan akses pada pendidikan dan fasilitas kesehatan yang
berkualitas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Motivasi
Kerja dan Lingkungan Kerja baik secara parsial maupun simultan terhadap
Kepuasan Kerja Karyawan Puskesmas Maleber Kabupaten Kuningan.Penelitian ini
termasuk dalam kategori penelitian asosiatif kausal dengan menggunakan pendekatan
kuantitatif. Populasi sejumlah 40 karyawan, sedangkan untuk jumlah sampel sama
dengan populasi. Teknik pengambilan sampel adalah� sampling Jenuh. Teknik pengumpulan data
menggunakan angket,/kuesioner sedangkananalisis data menggunakan analisis
regresi linear berganda. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa terdapat pengaruh yang positif dan signifikan
antara motivasi kerja terhadap kepuasan kerja karyawan, hal tersebut
ditunjukkan dari: 1) Hasil uji t hitung motivasi kerja sebesar 2,385 dengan
signifikansi 0,000. 2) Hasil uji t hitung Lingkungan kerja sebesar 5,317 dengan
signifikansi 0,000. 3) Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara motivasi
kerja dan lingkungan kerja secara simultan terhadap kepuasan kerja karyawan.
Variabel motivasi kerja dan lingkungan kerja memiliki nilai F hitung sebesar
32,585 dengan nilai signifikan 0,000 dan persamaan regresi Y = 13.833+ 0,347X1
+ 0,773X2, Dengan variable motivasi kerja memiliki pengaruh positif
sebesar 0,347 begitupun dengan lingkungan kerja berpengaruh positif sebesar
0,773. Koefisien korelasi berganda (R) = 0.799 menunjukan secara bersama-sama
yang sangat kuat antara seluruh variable bebas terhadap variable terikat yaitu
kepuasan kerja.
Kata kunci: Motivasi Kerja,
Lingkungan Kerja, dan Kepuasan� Karyawan
Pendahuluan
Pemerintah telah
mencanangkan Visi Indonesia 2025 yaitu menjadi negara maju pada tahun 2025. Namun pemerintah juga sepenuhnya
menyadari bahwa kualitas sumber daya manusia (SDM) masih menjadi suatu
tantangan dalam mewujudkan visi yang dimaksud.Para pakar di bidang SDM
menyatakan bahwa kualitas SDM secara dominan ditentukan oleh kemudahan akses
pada pendidikan dan fasilitas kesehatan yang berkualitas.
Motivasi kerja adalah
satu dari sekian hal yang cukup mempengaruhi kesempurnaan pegawai. Motivasi adalah
akibat dari sebuah hasil yang ingin dituju seorang individu serta perkiraan
individu tersebut bahwa apa yang dikerjakan akan mengarah pada sesuatu yang
diinginkannya. Sedangkan (Yuniarsih, 1998) berpendapat
bahwa motivasi ialah suatu dorongan psikologi yang ada pada setiap individu,
yang kemudian dorongan tersebut menghantarkan individu tersebut guna
melaksanakan suatu kegiatan dan/atau hal yang diinginkan. Adapun motivasi kerja
menurut (Gibson, Ivanicevich, & Donnely, 1996) adalah kekuatan
dorongan pada diri pegawai yang menimbulkan dan/atau mengarahkan perilaku atau
tindakan dari karyawan tersebut. Dengan argumen di atas mengerucutkan pandangan
bahwa suatu motivasi kerja merupakan dorongan psikologi yang terjadi pada diri
pegawai untuk melakukan tindakan dan/atau mengarahkan perilaku guna
memaksimalkan kinerjanya (Mahfud, 2017).
Puskesmas merupakan
salah satu sarana untuk memperoleh pelayanan kesehatan bagi masyarakat
diwilayah kerjanya, sesuai dengan fungsi puskesmas sendiri sebagai pusat
pembangunan, pembinaan dan pelayanan masyarakat. Sebagai pelayanan kesehatan
strata pertama, puskesmas mempunyai wewenang dan bertanggung jawab terhadap masalah
kesehatan masyarakat di wilayah kerjanya.
Puskesmas berperan
menyelenggarakan upaya kesehatan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat bagi setiap penduduk agar memperoleh derajat kesehatan
yang optimal. Dengan demikian puskesmas berfungsi sebagai pusat penggerak
pembangunan berwawasan kesehatan, pusat pemberdayaan keluarga dan masyarakat
serta pusat pelayanan kesehatan strata pertama (DepKes, 2006)
Upaya kesehatan yang
diselenggarakan di puskesmas terdiri dari upaya kesehatan wajib dan upaya
kesehatan pengembangan yang harus menerapkan azas penyelenggaraan puskesmas
secara terpadu yaitu azas pertanggungjawaban wilayah, pemberdayaan masyarakat,
keterpaduan dan rujukan. Agar upaya kesehatan terselenggara secara optimal,
maka puskesmas harus melaksanakan manajemen dengan baik. Manajemen puskesmas
adalah rangkaian kegiatan yang dilaksanakan secara sistematik untuk
menghasilkan luaran puskesmas secara efektif dan efisien. Manajemen puskesmas
tersebut terdiri dari perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian serta
pengawasan dan pertanggungjawaban. Seluruh kegiatan di atas merupakan satu
kesatuan yang saling terkait dan berkesinambungan (Depertemen Kesehatan, 2006)
Perencanaan tingkat
puskesmas disusun untuk mengatasi masalah kesehatan yang ada di wilayah
kerjanya, baik upaya kesehatan wajib, upaya kesehatan pengembangan maupun upaya
kesehatan penunjang. Perencanaan ini disusun untuk kebutuhan satu tahun agar
puskesmas mampu melaksanakannya secara efisien, efektif dan dapat
dipertanggungjawabkan (Depkes RI, 2006).
Puskesmas sebagai ujung
tombak pembangunan kesehatan di Indonesia perlu meningkatkan mutu pelayanan
kesehatan sehingga partisipasi masyarakat di wilayah kerjanya dapat lebih
ditingkatkan. Untuk itu seluruh personil yang ada di puskesmas harus memahami
prinsip-prinsip analisis sistem perencanaan dan pengawasan puskesmas dalam
pengelolaan program kesehatan masyarakat. Dokter di puskesmas disamping
mempunyai tugas sebagai tenaga teknis medis juga mempunyai tanggung jawab
sebagai pimpinan puskesmas. Oleh sebab itu dokter sebagai manajer juga dituntut
untuk memahami prinsip-prinsip dasar pelayanan kesehatan masyarakat dan
azas-azas analisis sistem perencanaan dan pengawasan puskesmas (Muninjaya, 2004)
Motivasi dalam
suatu� puskesmas dimaksudkan sebagai
kemauan untuk berjuang atau berusaha ke tingkat yang lebih tinggi menuju
tercapainya tujuan puskesmas, dengan syarat tidak mengabaikan kemampuan
seseorang untuk memperoleh kepuasan dalam pemenuhan kebutuhan-kebutuhan
pribadi. Hellriegel dan Slocum mengklarifikasi tiga faktor utama
yang mempengaruhi motivasi yaitu meliputi perbedaan karakteristik individu,
perbedaan karakteristik pekerjaan dan perbedaan karakteristik lingkungan kerja.
Sedangkan menurut Maslow, faktor-faktor motivasi yang mendorong
untuk bekerja adalah Physiological needs, Safety needs, Social needs, Esteem
needs dan Actualization needs. Karakteristik individu yang berbeda-beda dapat berupa perbedaan
kebutuhan, sikap dan minat. Perbedaan-perbedaan tersebut dibawa ke dunia kerja
sehingga motivasi setiap individu bervariasi. Seorang pimpinan Puskesmas harus
dapat memahami perbedaan tersebut agar dapat memotivikasi karyawannya secara
efektif. Pimpinan karyawan dapat memperbesar motivasi karyawan dengan jalan
menyediakan peluang bagi para karyawan untuk mengalami prestasi, pekerjaan yang
menstimulasi, tanggung jawab dan kemajuan dalam karier karyawan.
Pada dasarnya, instansi bukan saja mengharapkan karyawan
yang mampu, cakap, dan terampil, tetapi yang terpenting mereka mau bekerja giat
dan berkeinginan untuk mencapai hasil kerja yang optimal. Kemampuan, kecakapan, dan
keterampilan karyawan tidak ada artinya bagi perusahaan, jika mereka tidak mau
bekerja keras dengan mempergunakan kemampuan, kecakapan, dan keterampilan yang
dimilikinya. Motivasi kerja penting karena dengan motivasi kerja diharapkan
setiap karyawan mau bekerja keras dan antusias untuk mencapai produktivitas
kerja yang tinggi.
Berdasarkan pengamatan dan wawancara yang dilakukan
peneliti, diperoleh bahwa kepuasan kerja karyawan puskesmas maleber kabupaten
kuningan saat ini dapat dikatakan kurang baik.�
ternyata dalam 4 bulan terakhir ini semakin banyak karyawan yang tingkat
kemangkirannya meningkat. Dari
yang awalnya hanya 4 orang pada bulan Juni meningkat menjadi 11 orang pada
bulan September. Setelah dilakukan observasi dan wawancara terhadap salah
seorang karyawan Puskesmas Maleber diketahui bahwa, kenaikan jumlah kemangkiran
karyawan kebanyakan disebabkan oleh kurangnya motivasi kerja, lingkungan kerja
yang bermasalah, kurangnya gaji honorer, hubungan antar karyawan yang kurang
baik, kejenuhan terhadap pekerjaan, dan supervisi yang kurang baik. Akantetapi yang paling berpengaruh terhadap kemangkiran adalah
motivasi kerja dan lingkungan kerja.Berdasarkan informasi tersebut, kemudian
penulis menarik kesimpulan bahwa ternyata yang mempengaruhi kepuasan kerja
karyawan puskesmas maleber adalah motivasi dan lingkungan kerja.
Metode
Penelitian
Desain
penelitian adalah deskriptif yang mengkaji tiga variabel, yaitu tiga variabel
bebas dan satu variabel terikat. Variabel bebasnya adalah: Motivasi Kerja,
Lingkungan Kerja (X2), sedangkan variabel terikatnya adalah Kepuasan kerja
karyawan puskesmas maleber sebagai (Y).
Berdasarkan
pembagian variabel tersebut, penelitian ini akan menggunakan "Metode
survei Penjelasan" (Explanatory
Survey Method), yaitu survei yang mencoba menghubung-hubungkan variabel dan menguji
variabel-variabel tersebut. Dilihat dari segi tingkat eksplanasinya, penelitian
ini termasuk ke dalam penelitian asosiatif �(Sugiyono, 1999), yakni mencari
pengaruh antara satu variabel dengan variabel yang lain, sedangkan jenis data
yang digunakan adalah data kuantitatif.
Hasil
dan Pembahasan
Model persamaan regresi
linier berganda berdasarkan tabel diatas adalah
Persamaan
Regresi :
Dimana :
�����Kepuasan kerja
�Motivasi kerja
�Lingkungan kerja
Dari
fungsi regresi tersebut diatas, maka diketahui bahwa :
1)
Variabel
Motivasi Kerja memiliki pengaruh positif sebesar 0,347 artinya tanggung jawab
memberikan kontribusi searah sebesar 0,347 sehingga bila motivasi kerja
meningkat /bertambah secara positif maka Kepuasan kerja juga akan meningkat dan
sebaliknya jika motivasi kerja menurun, maka kepuasan kerja juga akan menurun
2)
Variabel
Lingkungan kerja memiliki pengaruh positif sebesar 0,773 artinya lingkungan
kerja memberikan kontribusi searah sebesar 0,773 sehingga bila lingkungan kerja
meningkat /bertambah secara positif maka Kinerja juga akan meningkat dan
sebaliknya jika lingkungan menurun, maka kepuasan kerja juga akan menurun
3) Koefesien Determinasi Berganda dan Koefisien
Korelasi Berganda dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 1
Tabel Koefisien
Model |
R |
R Square |
Adjusted R Square |
Std.Error of the Estimate |
1 |
.799a |
.638 |
.618 |
2.557 |
a.
Predictors: (Constanta), Lingkungan_Kerja,
Motivasi_Kerja
a.
Koefisien Korelasi Berganda (R)= 0,799 menunjukkan
adanya hubungan secara bersama-sama yang sangat kuat antara seluruh variabel
bebas terhadap variabel terikat yaitu Kepuasan kerja
b. Koefisien Determinasi Berganda disini digunakan
Adjusted R squared karena variabel bebas ≥2 sehingga lebih akurat. Nilai
Adj R Square = 0.683, berarti secara bersama-sama, seluruh variabel bebas
memberikan kontribusi sebesar 68.3 % terhadap perubahan variabel Y yaitu
kepuasan kerja.
1. Pembuktian Hipotesis
1) Pengujian secara parsial (Uji t)
Pengujian secara parsial untuk membuktikan hipotesis 1 sampai dengan 3
diperoleh hasil sebagai berikut :
a)
Hipotesis 1 :
Diduga Motivasi kerja
dan lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap kepuasan karywan puskesmas
maleber kabupaten kuningan dapat dilihat pada tabel nilai perbandingan �dan �di bawah ini:
Tabel 2
Nilai perbandingan �dan
Variabel |
t |
Sig. |
|
|
Motivasi
kerja |
2.385 |
,000 |
Berdasarkan tabel di
atas, maka keseluruhan nilai �sehingga Hipotesis PERTAMA yaitu Motivasi
kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan kerja Karyawan puskesmas maleber
kabupaten kuningan dapat diterima
b)
Hipotesis 2
Diduga
lingkungan kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan kerja karyawan puskesmas
maleber kabupaten Kuningan dapat dilihat pada tabel nilai perbandingan �dan �di bawah ini
Tabel 3
Nilai perbandingan �dan
Variabel |
t |
Sig. |
|
|
Lingkungan
kerja |
5.317 |
,000 |
Berdasarkan
tabel 3
di atas, maka keseluruhan nilai �sehingga Hipotesis KEDUA yaitu lingkungan
kerja berpengaruh positif terhadap Kepuasan kerja
puskesmas maleber kabupaten Kuningan dapat diterima.
Berdasarkan
nilai �dan thitung dapat diketahui bahwa
variabel yang berpengaruh dominan pada Kepuasan kerja adalah Lingkungan Kerja
karena mempunyai nilai yang lebih besar dibandingkan variabel yang lain.
2)
Pembuktian Hipotesis Keempat (Uji F)
Untuk
menguji kebenaran hipotesis tersebut dilakukan uji F. Untuk mengetahui bahwa
ada pengaruh dapat diketahui dengan melihat dari level of significant p
= 0,05. Jika nilai signifikansi lebih kecil dari 0.05 maka Ho ditolak dan Ha
diterima.
Hasil
pengujian dapat dilihat pada tabel ANOVA (Analysis
of Variances) yang dihitung menggunakan SPSS.
Tabel 4
ANOVAa
Model |
Sum of
Squares |
df |
Mean
Square |
F |
Sig. |
|
1 |
Regression |
426.089 |
2 |
213.044 |
32.585 |
.000b |
Residual |
241.911 |
37 |
6.538 |
|
|
|
Total |
668.000 |
39 |
|
|
|
a. Dependent Variabel: Kepuasan_Kerja
b. Predictors: (Constant), Lingkungan_Kerja,
Motivasi_Kerja
Oleh
karena tingkat signifikansi uji F sebesar 0,000 (p < 0.05) berarti hipotesis
ketiga yaitu Diduga Motivasi kerja, lingkungan kerja bersama-sama berpengaruh
positif terhadap kepuasan kerja karyawan puskesmas maleber kabupaten kuningan
dapat diterima. Penelitian ini bertujuan mencari hubungan pengaruh antara
variabel bebas dab variabel terikat. Dalam hal ini bagaimana pengaruh Motivasi
kerja terhadap Kepuasan kerja, Lingkungan Kerja terhadap Kepuasan kerja, dan
gabungan antara Motivasi kerja dan Lingkungan Kerja dengan Kepuasan kerja.
2.
Pengaruh
Motivasi kerja terhadap kepuasan kerja
Motivasi kerja berpengaruh positif
dan signifikan terhadap kepuasan kerja pada karyawan puskesmas maleber
kabupaten kuningan.Lebih lanjut dijelaskan bahwa proses timbulnya motivasi
merupakan gabungan dari konsep kebutuhan, dorongan, tujuan dan imbalan. Adapun
tahapan proses timbulnya motivasi tersebut adalah sebagai berikut :
a. Munculnya
suatu kebutuhan yang belum terpenuhi menyebabkan adanya ketidak seimbangan
dalam diri seseorang dan berusaha untuk menguranginya dengan berperilaku
tertentu.
b. Seseorang
kemudian mencari cara-cara untuk memuaskan keinginan tersebut.
Seseorang mengarahkan perilakunya
ke arah pencapaian tujuan atau prestasi dengan cara-cara yang telah dipilihnya
dengan didukung oleh kemampuan, keterampilan maupun pengalamannya.
Penilaian prestasi dilakukan oleh
diri sendiri atau orang lain tentang keberhasilannya dalam mencapai tujuan. Imbalan atau hukuman yang diterima
atau dirasakan tergantung kepada evaluasi atas prestasi yang dilakukan.
Akhirnya seseorang menilai sejauhmana perilaku dan imbalan telah memuaskan
kebutuhannya.
3.
Pengaruh
Motivasi lingkungan kerja terhadap Kepuasan kerja
Lingkungan kerja
berpengaruh positif signifikan terhadap kepuasan kerja karyawan puskesmas
maleber kabupaten kuningan.Menurutclare fagin tenaga kesehatan:
1. Hak
untuk mendapatkan lingkungan kerja dengan stres fisik dan emosional, serta
resiko kerja yang seminimal mungkin.
2. Hak
untuk praktek profesi dalam batas-batas hukum yang berlaku.
3. Hak
untuk menetapkan standar yang bermutu dalam pegawai yang dilakukan.
4.
Hak untuk
berpartisipasi dalam pembuatan kebijakan yang berpengaruh terhadap karyawan.
5.
Hak
berpartisipasi dalam organisasi sosial dan politik yang mewakili karyawan dalam
meningkatkan asuhan kesehatan.
Berdasarkan
penjabaran di atas maka yang dimaksud dengan lingkungan kerja adalah berkaitan
dengan segala sesuatu yang berada di sekitar pekerjaan dan yang dapat
mempengaruhi karyawan dalam melaksanakan tugasnya, seperti pelayanan karyawan,
kondisi kerja, dan hubungan karyawan di dalam perusahaan yang bersangkutan.
Menurut (Sihombing,
2001), indikator lingkungan kerja terdiri
dari:
1. Faktor fisik, meliputi setiap hal
dari fasilitas parkir di luar Puskesmas, lokasi dan rancangan gedung sampai
jumlah cahaya dan suara yang menimpa meja kerja atau ruang kerja seorang tenaga
kerja.
2. Faktor non fisik, meliputi setiap
hal dari fasilitas yang memberikan jaminan rasa aman, sehat, dan sejahtera,
bebaskecelakaan kerja dan penyakit.
���� Menurut (Fataro
Bernike, 2015), indikator dari lingkungan kerja
meliputi:
a. Kondisi kerja
����������� Kondisi kerja dikatakan baik apabila
memungkinkan seseorang untuk meningkatkan produktivitas kerjanya, baik kondisi
fisik maupun kondisi psikologis.Kondisi fisik berhubungan dengan kondisi
gedung, ruang kerja, ventilasi, dan sebagainya.Sedangkan kondisi psikologis
adalah kondisi kerja yang dapat memberikan kepuasan psikologis kepada para
anggotanya, misalnya adanya hubungan yang harmonis, kesempatan untuk maju, dan
sebagainya.
b. Keamanan dalam pekerjaan
Yang
dimaksud keamanan dalam pekerjaan adalah terjaminannya keselamatan kerja selama
melaksanakan tugas.Pada dasarnyasetiap karyawan menghendaki jaminan keselamatan
kerja. Berbagai bentuk keselamatan kerja, misalnya perlakuan yang adil dan
manusiawi, aman dari segala bentuk pemutusan kerja, dan aman dari segala macam
tuduhan dan hinaan.
c. Jaminan terhadap keamanan
Kemanan
yang dimaksud adalah keamanan terhadap milik pribadi karyawan yang menjadi
tanggung jawabnya.Untuk menjaganya, puskesmas perlu memperkerjakan tenaga
khusus untuk hal tersebut, seperti satpam/penjaga.
Berdasarkan
penjabaran yang ada di atas maka indikator lingkungan kerja yang digunakan pada
penelitian ini adalah pelayanan karyawan dan kondisi kerjayang dikemukakan oleh
Ahyari karena sesuai dengan masalah yang dialami puskesmas yang menjadi objek
peneliti.
Kesimpulan
Berdasarkan rumusan
masalah dan hipotesis yang telah dibangun serta analisis hasil penelitian dan
pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1.
Motivasi kerja
dengan hasil uji t hitung sebesar 2,385 berpengaruh positif signifikan terhadap
Kepuasan kerja karyawan puskesmas maleber kabupaten Kuningan. Artinya jika
Motivasi dilakukan dengan baik maka Kepuasan kerja pun akanmeningkat. Begitu
juga sebaliknya jika metode Motivasi yang dilakukan buruk, akan menurunkan
tingkat Kepuasan kerja.
2.
Lingkungan kerja
dengan hasil uji t hitung sebesar 5,317 berpengaruh positif signifikan terhadap
Kepuasan kerja karyawan puskesmas maleber kabupaten Kuningan. Artinya bila
lingkungan kerja meningkat maka akan meningkatkan kepuasan karyawan, dan
demikian pula sebaliknya. Hal tersebut sudah sesuai pendapat claire fagin
mengenai hak-hak pegawai dalam hal ini adalah tenaga karyawan puskesmas maleber
kabupaten Kuningan.
3.
Pengaruh ketiga
variabel tersebut secara bersama-sama memiliki kontribusi sebesar 68,3 %
terhadap Kepuasan karyawan puskesmas maleber kabupaten Kuningan. Dari seluruh
variabel yang dikembangkan Motivasi kerja dari yang memiliki kontribusi yang
paling besar dibandingkan lingkungan kerja.
BIBLIOGRAFI
Depertemen Kesehatan, R. I. (2006). Pedoman Penyelenggaraan dan
Prosedur Rekam Medis Rumah Sakit di Indonesia. Jakarta: Depkes RI.
DepKes, R. I. (2006). Pedoman umum pengelolaan posyandu.
Jakarta: Depkes RI.
Fataro Bernike, Z. (2015). Analisis Pengaruh Lingkungan
Kerja dan Motivasi Kerja Terhadap Kepuasan Kerja Karyawan PT. Fastfood
Indonesia, Tbk Kantor Perwakilan.
Gibson, L. G., Ivanicevich, J. M., & Donnely, J. H.
(1996). Organisasi: Perilaku, Struktur dan Proses Jilid 1 Edisi Kelima. Terjemahan.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Mahfud, M. (2017). Pengaruh Pimpinan Sebagai Manajer, Jaminan
Kesehatan Dan Keselamatan Kerja Terhadap Motivasi Kerja Rsud Pantura Ma Sentot
Patrol Kab. Indramayu. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(5),
112�139.
Muninjaya, A. A. G. (2004). Manajemen kesehatan. EGC.
Sihombing, D. (2001). Tipografi dalam desain grafis.
Gramedia Pustaka Utama.
Sugiyono, A. (1999). Pengembangan Industri Padat Energi di
DAS Mamberamo Sebagai Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Kawasan Timur Indonesia. Prosiding
Teknologi, Ekonomi, Dan Otonomi Daerah, BPPT, Jakarta.
Yuniarsih, T. (1998). Manajemen Organisasi. IKIP
Bandung Press, Bandung.