Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

����� e-ISSN : 2548-1398

����� Vol. 4, No.11 November �2019

 


SUPERVISI AKADEMIK UNTUK MENINGKATKAN�� KEMAMPUAN� GURU SMP NEGERI 2 BABAKANCIKAO PURWAKARTA DALAM MEMBUAT RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) BERBASIS� MODEL� DISCOVERY ��LEARNING

 

Elin Herlina

Pengawas SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Purwakarta

Email: [email protected]

 

Abstrak

Proses pembelajaran yang ditawarkan pada Kurikulum 2013 ini adalah� model pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/scientific aproach Suatu kegiatan pembelajaran akan berhasil jika seorang guru mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan media pembelajaran yang tepat. Namun pada kenyataannya dilapangan, siswa dan guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan model discovery learning dalam pembelajarannya. Proses pembelajaran yang ditawarkan pada Kurikulum 2013 ini adalah� model pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/scientific aproach), yaitu pendekatan yang meliputi aktifitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini diberlakukan secara umum untuk semua mata pelajaranModel pembelajaran discovery learning merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat membuat siswa belajar untuk menemukan, mengolah, dan menyimpulkan dari suatu masalah yang sudah dirancang guru sedemikian rupa sehingga siswa dapat mengembangkan kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor dengan baik. Namun kenyataannya hasil studi pendahuluan pada guru SMP Negeri 2 Babakancikao Kabupaten Purwakarta, menunjukkan; sebagian guru belum terbiasa menggunakan model discovery learning dalam RPPnya, padahal Kompetensi Dasar (KD) yang dapat menggunakan model discovery learning relatif ada. Penelitian ini bertujuan untuk menerapkan supervisi multi metode untuk meningkatkan kemampuan guru SMP Negeri 2 Babakancikao Kabupaten Purwakarta, dalam membuat RPP berbasis model discovery learning yang mengacu pada Permendikbud Nomor 22, Tahun 2016. Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis model discovery learning yang mengacu pada Permendikbud Nomor 22, Tahun 2016 menunjukkan bahwa komponen yang paling kecil persentasenya adalah komponen membuat penilaian. Untuk meningkatkan kemampuan guru yang belum optimal, perlu dikembangkan supervisi akademik yang dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis model discovery learning yang mengacu pada Permendikb Nomor 22, Tahun 2016. Simpulannya supervisi akademik multi metode dapat meningkatkan kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis model discovery learning yang mengacu pada Permendikbud Nomor 22 tahun 2016.

 

Kata Kunci: Supervisi akademik, kemampuan guru, model discovery learning

Pendahuluan

Salah satu model variatif yang dapat dikembangkan guru dan dapat mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa adalah model Problem Based Learning (PBL) (Fogarty, 1997); (Savoie & Hughes, 1994); (Permen & No, 21AD) (2016, n.d.). Pembelajaran berbasis PBL bertujuan untuk mendorong siswa, untuk terlibat aktif dalam membangun pengetahuan, sikap, dan prilaku melalui kegiatan memecahkan suatu masalah, menentukan solusinya serta mendorong terbentuknya keterampilan berpikir tingkat tinggi, sehingga siswa memiliki tanggung jawab atas dirinya sendiri dan kepada masyarakat (Allen, Duch, & Groh, 1996); (Azer, Hasanato, Al-Nassar, Somily, & AlSaadi, 2013); (Duch, Groh, & Allen, 2001); (Savoie & Hughes, 1994). Kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis PBL yang merujuk pada kurikulum 2013 revisi akan meningkat, jika ada supervisi akademik khususnya melalui pembinaan yang dilakukan oleh pengawas sekolah (Hidayat, 2019).

Proses pembelajaran yang ditawarkan pada Kurikulum 2013 ini adalah� model pembelajaran dengan pendekatan ilmiah/scientific aproach), yaitu pendekatan� yang meliputi aktifitas mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Pendekatan ini diberlakukan secara umum untuk semua mata pelajaran. Model pembelajaran yang digunakan dalam kurikulum ini adalah model pembelajaran penemuan (discovery/discovery learning learning), model pembelajaran berbasis proyek (project based learning), model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning/PBL) (Eliawati, Pitoewas, & Yanzi, 2017). Suatu kegiatan pembelajaran akan berhasil jika seorang guru mampu menerapkan pendekatan, model, metode dan media pembelajaran yang tepat (Joyce, Weil, & Calhoun, 2009). Namun pada kenyataannya dilapangan, siswa dan guru mengalami kesulitan dalam mengimplementasikan model discovery learning dalam pembelajarannya.

Pembelajaran discovery learning bertujuan untuk mendorong peserta didik berpartisipasi dan terlibat secara aktif dalam pembelajaran. Para ahli berpendapat bahwa partisipasi peserta didik dalam pembelajaran akan meningkat, ketika model pembelajaran yang digunakan oleh guru adalah model penemuan (Miranda, Kinra, Casas, Davey Smith, & Ebrahim, 2008). Oleh karena itu, guru harus dibiasakan membuat perencanan pembelajaran (RPP) dan melaksanakan pembelajaran berbasis model discovery learning. Untuk mencapai tujuan tersebut perlu adanya pembinaan yang� dilakukan oleh pengawas sekolah, dengan menerapkan metode atau model supervisi yang dapat meningkatkan kemampuan guru membuat RPP yang bermutu khusunya berbasis model discovery learning (Suryana, 2019).

 

Metode Penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah penelitian tindakan sekolah yaitu melaksanakan pembinaan bagi sekelompok guru di suatu sekolah, melalui beberapa siklus, mengunakan sistem spiral refleksi model Kemmis dan Mc Taggart yang dimodifikasi (Sukidin, 2002), dengan tahapan mulai dari merencanakan pembinaan setiap siklus, pelaksanan pembinaan setiap siklus, observasi pelaksanaan dan refleksi pembinaan setiap siklus, yang dilakukan dari siklus I sampai siklus II dan seterusnya sampai diperoleh rekomendasi kemampuan guru pada siklus terakhir tuntas. Indikator� ketuntasan apabila telah mencapai 85 % subjek daya serapnya� ≥ 70 % (Depdikbud, 1994) (Sudjana, 2001) dan (Arikunto, 2010).

 

Hasil Dan Pembahasan

1.      Perubahan Aktivitas Guru dari Siklus 1 � Siklus II

Kegiatan pembinaan menyebabkan adanya peningkatan aktivitas guru dalam membuat RPP, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan baik pada siklus I dan siklus II. Peningkatan aktivitas guru tersebut optimum pada siklus II.

Peningkatan aktivitas guru selama pembinaan dari siklus I sampai siklus II, disajikan pada Tabel 1.

 

 

 

 

 

 

Tabel� 1

Aktivitas Guru Selama Pembinaan dari Siklus I � Siklus II

Jumlah Guru & Prosentase

Aktivitas Guru Selama Pembinaan pada Siklus I - II

Terampil membuat RPP berbasis model discovery learning

Terampil membuat penilaian berbasis model discovery learning

Terampil membuat angket respon siswa

Terampil membuat pedoman observasi aktivitas� siswa berbasis model discovery learning

Terampil membuat daftar check berbasis model discovery learning

Terampil membuat format observasi aktivitas� siswa berbasis model discovery learning

I

II

I

II

I

II

I

II

I

II

I

II

Jumlah Guru

12

14

12

15

13

16

13

16

14

17

14

17

Prosentase

66.67

77.78

66.67

83.33

72.22

88.89

72.22

88.89

77.78

94.44

77.78

94.44

��������

Data pada Tabel 1 diatas kemampuan guru dalam membuat RPP berbasis model discovery learning dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil membuat RPP berbasis model discovery learning� berjumlah 12 orang (66.67%), dan pada siklus II menjadi 14 orang (77.78%).

Kompetensi guru dalam� membuat penilaian berbasis model discovery learning �dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 12 orang (66.67%), dan pada siklus II menjadi 15 orang (83.33%). Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa kompetensi guru dalam membuat angket respon siswa terhadap penggunaan pembelajaran berbasis model discovery learning dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 13 orang (72.22%), dan pada siklus II menjadi 16 orang (88.89%). Kompetensi guru dalam membuat pedoman observasi aktivitas siswa dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang benar-benar terampil berjumlah 13 orang (72.22%), dan pada siklus II menjadi 16 orang (88.89%). Data pada Tabel 1 kompetensi guru membuat daftar check dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 14 orang (77.78%), dan pada siklus II menjadi� 17 orang (94.44%). Berdasarkan data pada Tabel 1 kompetensi guru membuat format observasi aktivitas siswa dengan benar dari siklus I sampai siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I guru yang� benar-benar terampil berjumlah 14 orang (77.78%), dan pada siklus II menjadi 17 orang (94.44%).

2.      Jumlah Komponen RPP Berbasis model discovery learning� yang Dipenuhi oleh Guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22 Tahun 2016)

Jumlah komponen RPP berbasis model discovery learning yang dipenuhi oleh Guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22 Tahun 2016) �dapat dilihat pada Tabel 2

Tabel� 2

Skor Guru dari Siklus I � II

No

Kode Guru

%

Siklus I

Siklus II

1

AA

70,00

85,00

2

AB

65,00

80,00

3

AC

80,00

90,00

4

AD

65,00

80,00

5

AE

65,00

80,00

6

AF

75,00

90,00

7

AG

55,00

65,00

8

AH

60,00

75,00

9

AI

80,00

90,00

10

AJ

75,00

90,00

11

AK

70,00

85,00

12

AL

55,00

65,00

13

AM

70,00

85,00

14

AN

75,00

90,00

15

AO

65,00

80,00

16

AP

80,00

90,00

17

AQ

70,00

85,00

18

AR

75,00

90,00

Rata-rata

69,44

83,06

DSK

61,11

88,89

 

Data pada Tabel 2 menunjukkan:

  1. Pada Siklus I, skor tertinggi adalah 80,00, terendah 65,00 dan rata-ratanya adalah 69,44 serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 11 orang (61.11%).
  2. Pada Siklus II, nilai rata-rata harian tertinggi adalah 90,00, terendah 65,00 dan�������������� rata-ratanya adalah 83,06 serta jumlah guru yang mengalami ketuntasan belajarnya sebanyak 16 guru (88.89%).

Data pada Tabel 2, menunjukkan rata-rata dan daya serap klasikal jumlah komponen RPP berbasis model discovery learning yang dipenuhi oleh guru (dari total 20 komponen RPP yang sesuai dengan tuntutan Permendikbud No 22���������������������� Tahun 2016) dari siklus I sampai pada siklus II mengalami peningkatan. Pada siklus I skor rata-rata guru yaitu 69,44, dan pada siklus II meningkat menjadi 83,06. Begitu juga dengan Daya Serap Klasikal (DSK) mengalami peningkatan. Pada siklus I DSK sebesar 61.11%, dan pada siklus II meningkat menjadi� 88.89%

3.      Pengaruh Pembinaan Terhadap Peningkatan Aktivitas Guru dari������������ Siklus I � Siklus II

Kegiatan pembinaan dari siklus I sampai siklus II, menunjukkan bahwa aktivitas guru semakin aktif, serta antusias mengikuti setiap sesi pembinaan. Hampir semua guru berperan aktif mulai dari membuat RPP untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, dan membuat format observasi aktivitas siswa. Walaupun pada awalnya banyak yang belum terampil tetapi pada siklus II sudah menunjukkan kemajuan yang sangat pesat����������

4.      Pengaruh Diterapkannya Pembinaan terhadap Kemampuan dan Keterampilan Guru dalam� Menguasai Teori Belajar, khususnya dalam Membuat RPP Berbasis model discovery learning.

Kegiatan pembinaan dari siklus I sampai siklus II, skor guru menunjukan adanya peningkatan. Peningkatan itu menunjukkan bahwa setiap guru telah melaksanakan dan mengikuti tahap-tahap jalannya kegiatan pembinaan, serta menunjukan bahwa hampir semua guru berperan aktif mengikuti setiap sesi pembinaan yang dilakukan oleh peneliti. Selain itu, proses bimbingan dan arahan selama kegiatan pembinaan yang dilakukan sudah diupayakan efektif, efisien dan intensif. Sehingga guru tidak mengalami kesulitan dalam melaksanakan kegiatan pembinaan. Sehingga pada saat dilaksanakan pengukuran kemampuan dan� keterampilan guru dalam� dalam membuat RPP berbasis model discovery learning, pada siklus II, daya serap klasikal sudah diatas 85% yaitu 88.89% guru memperoleh skor 70.00 ke atas. Data tersebut menjadi� indikator siklus II ini mengakhiri penelitian tindakan sekolah, kegiatan pembinaan pada guru melalui workshop dan Focused Group Discussion.

 

Kesimpulan

1.      Kegiatan supervisi akademik pada siklus I, menyebabkan aktivitas guru dalam membuat RPP berbasis model discovery learning, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan belum memuaskan. Kemampuan dan keahlian serta aktivitas guru dalam siklus I, perlu ditingkatkan dan harus diperbaiki pada siklus II.

2.      Kegiatan supervisi akademik pada siklus II, menyebabkan aktivita guru mulai dari membuat RPP berbasis model discovery learning, membuat penilaian, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan sudah meningkat dan lebih baik dibanding siklus I. Siklus II ini mengakhiri penelitian tindakan sekolah, kegiatan pembinaan pada guru melalui observasi-refleksi-rekomendasi, studi dokumentasi angket, workshop, dan FGD, dengan indikator aktivitas guru telah diatas 70.00% dan skor� guru minimal 70.00 sudah diatas 85%, yaitu sebesar 88.89%.

3.      Selama kegiatan pembinaan mulai dari siklus I sampai siklus II, peneliti berusaha melaksanakan bimbingan serta arahan secara adil, dan menyeluruh pada setiap guru, supaya setiap guru berpartisifasi dalam mengikuti setiap sesi pembinaan, mulai dari membuat RPP berbasis model discovery learning� untuk setiap siklus, membuat penilaian untuk setiap siklus, membuat angket respon siswa, membuat pedoman observasi aktivitas siswa, membuat daftar check, membuat format observasi aktivitas siswa, membuat format observasi pelaksanaan model pembelajaran oleh guru dan siswa, dan membuat format diskusi balikan

 

 

BIBLIOGRAFI

2016, P. N. 23 T. (n.d.). Tentang Standar Proses. Jakarta: Kemdikbud.

 

Allen, D. E., Duch, B. J., & Groh, S. E. (1996). The power of problembased learning in teaching introductory science courses. New Directions for Teaching and Learning, 1996(68), 43�52.

 

Arikunto, S. (2010). Prosedur penelitian. Jakarta: rineka cipta.

 

Azer, S. A., Hasanato, R., Al-Nassar, S., Somily, A., & AlSaadi, M. M. (2013). Introducing integrated laboratory classes in a PBL curriculum: impact on student�s learning and satisfaction. BMC Medical Education, 13(1), 71.

 

Depdikbud, R. I. (1994). Pedoman Pembinaan Profesional Pendidik Sekolah Dasar. Jakarta: Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah.

 

Duch, B. J., Groh, S. E., & Allen, D. E. (2001). The power of problem-based learning: a practical" how to" for teaching undergraduate courses in any discipline. Stylus Publishing, LLC.

 

Eliawati, E., Pitoewas, B., & Yanzi, H. (2017). Sikap Guru Terhadap Standar Penilaian Kurikulum 2013 Berdasarkan Permendikbud Nomor 23. Jurnal Kultur Demokrasi, 5(4).

 

Fogarty, R. (1997). Problem-based learning and other curriculum models for the multiple intelligences classroom. ERIC.

 

Hidayat, S. (2019). Supervisi Akademik untuk Meningkatkan Kemampuan Guru SMK Kharisma Nusantara Purwakarta dalam Membuat Perangkat Pembelajaran Berbasis Pemecahan Masalah. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 141�151.

 

Joyce, B., Weil, M., & Calhoun, E. (2009). Models of Teaching (eight edition). Publishing as Allyn & Bacon, One Lake Street Upper Sadle River, New Jersey, USA.

 

Miranda, J. J., Kinra, S., Casas, J. P., Davey Smith, G., & Ebrahim, S. (2008). Noncommunicable diseases in lowand middleincome countries: context, determinants and health policy. Tropical Medicine & International Health, 13(10), 1225�1234.

 

Permen, P. A. N., & No, R. B. (21AD). Tahun 2010 tentang Jabatan Fungsional Pengawas Sekolah dan Angka Kreditnya.

 

Savoie, J. M., & Hughes, A. S. (1994). Problem-based learning as classroom solution. Educational Leadership, 52(3), 54�57.

 

Sudjana, N. (2001). Tuntunan penyusunan karya ilmiah. Bandung: Sinar Baru Algensindo.

Sukidin, D. (2002). Manajemen Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Insan Cendekia.

 

Suryana, N. (2019). Penerapan Supervisi Multi Metode Untuk Meningkatkan Kemampuan Guru Dalam Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Berbasis Inkuiri. Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(12), 109�117.