����������� Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol.
4, No. 11 November 2019
PENGEMBANGAN MODUL TINDAK TUTUR PADA
MATA KULIAH PRAGMATIK PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA
UNIVERSITAS BATURAJA
Emilia Contessa
dan Erwanto
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Baturaja
Email: [email protected] dan [email protected]
Abstrak
Di balik bunyi, kata, dan kalimat terdapat makna yang
tersirat yang sangat bergantung pada kapan, di mana, siapa yang berbicara,
siapa lawan bicara, dan dalam situasi apa. Kajian seperti ini memerlukan cabang
bahasa tertentu untuk mengkajinya. Cabang ilmu kebahasaan yang dimaksud adalah
pragmatik. Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak tutur atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan speech act . Dalam menelaah tindak tutur ini kita harus menyadari
benar-benar betapa pentingnya konteks ucapan/ungkapan, karena konteks sangat
mempengaruhi makna yang akan dihasilkan dari ucapan/ungkapan tersebut. Oleh
karena itu, penelitian hanya terfokus pada kajian tindak tutur. Penelitian ini bertujuan untuk (1)
mendeskripsikan kebutuhan bahan ajar berbentuk modul tindak tutur pada mata
kuliah pragnatik yang akan dijadikan bahan pengembangan pembelajaran, (2)
mengembangkan bahan ajar berbentuk modul tindak tutur pada mata kuliah
pragmatik di semester VI Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Universitas Baturaja, dan (3) mengetahui pengaruh potensial pengembangan bahan
ajar tindak tutur pada mata kuliah pragmatik terhadap hasil belajar.Adapun
target atau� luaran capaian yang akan
dicapai dalam� penelitian ini adalah
terindeks dalam jurnal nasional. Penelitian ini dilakukan di Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Baturaja semester VI yang
berjumlah 40 mahasiswa pada tanggal 13 Juni�
2019. Metode yang digunakan yaitu metode pengembangan. Teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah prettest dan posttest. Untuk memperoleh
informasi tentang kelayakan bahan ajar tindak tutur pada mata kuliah pragmatik
hasil pengembangan ini, peneliti melakukan uji validasi ahli dan uji coba modul
pada mahasiswa. Validasi bahan ajar ini dilakukan dari segi kelayakan isi/materi,
penyajian, kebahasaan, dan kegrafikaan. Data pada uji coba modul yang diperoleh
melalui tes pilihan ganda sebanyak 30 soal menunjukkan nilai rata-rata 57,12
menjadi 71,70 (selisih 18,7). Dengan demikian, peneliti menyimpulkan modul
tindak tutur hasil pengembangan ini memiliki pengaruh potensial dalam
meningkatkan kemampuan dan pemahaman mahasiswa terhadap materi-materi tindak
tutur.
Kata Kunci: pengembangan,
bahan ajar, modul, tindak tutur.
Pendahuluan
Belajar dapat diartikan suatu proses perubahan
yaitu perubahan tingkah laku sebagai hasil dari interaksi dengan lingkungannya
dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Perubahan-perubahan tersebut akan nyata pada
seluruh aspek tingkah laku, sedangkan pembelajaran pada hakikatnya merupakan
proses interaksi antara guru dengan siswa, baik interaksi secara langsung
seperti kegiatan tatap muka maupun secara tidak langsung, yaitu dengan
menggunakan berbagai media pembelajaran. Didasari oleh adanya perbedaan
interaksi tersebut, maka kegiatan pembelajaran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai pola
pembelajaran. (Warsita, 2008) �Pembelajaran adalah suatu usaha untuk membuat
peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk membelajarkan peserta didik�(Agustina & Adesti, 2019).
Di balik bunyi,
kata, dan kalimat terdapat makna yang tersirat yang sangat bergantung pada
kapan, di mana, siapa yang berbicara, siapa lawan bicara, dan dalam situasi
apa. Kajian seperti ini memerlukan cabang bahasa tertentu untuk mengkajinya.
Cabang ilmu kebahasaan yang dimaksud adalah pragmatik. Pragmatik
erat sekali hubungannya dengan tindak tutur atau dalam bahasa Inggris disebut
dengan speech act . Dalam menelaah
tindak tutur ini kita harus menyadari benar-benar betapa pentingnya konteks
ucapan/ungkapan, karena konteks sangat mempengaruhi makna yang akan dihasilkan
dari ucapan/ungkapan tersebut. Oleh karena itu, penelitian hanya terfokus pada
kajian tindak tutur.
Alasan peneliti
mengembangkan bahan ajar berbentuk modul adalah. (1) Modul memungkinkan
mahasiswa memahami secara cepat materi pembelajaran. (2) Modul memungkinkan
mahasiswa dapat menemukan petunjuk, teori atau konsep serta bahan-bahan latihan
atau evaluasi. (3) Modul dapat mengukur sendiri tingkat penguasaan mahasiswa
terhadap materi yang dibahas. Oleh karena itu, untuk meningkatkan efektivitas pembelajaran
diperlukan sebuah bahan ajar sebagai panduan untuk belajar. Selain
itu, alasan peneliti memilih modul karena pembelajaran mata kuliah pragmatik di Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja bahan ajarnya
menggunakan modul. Akan tetapi, buku referensi yang digunakan tidak
mengakomodasi mahasiswa dalam memahami materi pembelajaran dikarenakan
bahasa dan penjelasan yang digunakan sulit dimengerti, karena kebanyakan buku
pragmatik merupakan buku terjamahan. Materi yang disajikan terlalu padat
sehingga bisa menimbulkan ambiguitas pada pemahaman pembaca, tidak terdapat
rangkuman materi, dan latihan yang disajikan sangat sedikit. Selain itu
buku-buku pragmatik sangat minim sekali oleh karenanya dengan adanya bahan ajar
yang berupa modul Tindak Tutur� pada Mata Kuliah Pragmatik yang peneliti
buat ini bisa membantu proses belajar mengajar di kelas.
Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah research and development (penelitian
dan pengembangan). Menurut
(Karimah,
Supurwoko, & Wahyuningsih, 2014) metode penelitian dan
pengembangan adalah metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan produk
tertentu, dan menguji keefektifan produk tersebut. Dalam penelitian ini,
subjek coba yang akan diteliti adalah mahasiswa program studi pendidikan bahasa dan sastra Indonesia
Universitas Baturaja pada mata kuliah pragmatik. Jenis data
yang diperoleh bersifat kualitatif. Teknik analisis data yang digunakan adalah
analisis deskriptif kualitatif dengan
menggunakan Uji-t (t-test).
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah ada perbedaan nilai yang
signifikan antara sebelum dan sesudah treatment (Tarsito, 2014).
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil
analisis kebutuhan mahasiswa terhadap bahan ajar tindak tutur yang akan
dikembangkan oleh peneliti melalui angket terbuka, mereka berharap dalam bahan ajar berbentuk modul
hasil pengembangan dalam pembelajaran
pragmatik bahasa Indonesia hendaknya
bersifat fleksibel(mudah dipahami). Hal ini dimaksudkan agar bahan ajar
yang dikembangkan tersebut dapat digunakan secara praktis dan mudah dipelajari
oleh mahasiswa. �Hasil jawaban angket menunjukkan bahwa mahasiswa membutuhkan format dan unsur/komponen dalam bahan ajar
tindak tutur sebagai berikut. (1) judul materi, (2)
petunjuk belajar untuk dosen dan mahasiswa, (3) kompetensi dasar, indikator,
dan tujuan pembelajaran, (4) informasi pendukung, (5) latihan-latihan, (6)
rangkuman, (7) penilaian, (8) glosarium, dan (9) daftar pustaka.
Validasi ahli bahan ajar berupa modul
tindak tutur hasil pengembangan peneliti dilakukan mulai tanggal 15 Juni 2019.
Validasi ahli tersebut terdiri dari ahli isi/materi, ahli bahasa, ahli
penyajian, dan ahli kegrafikaan. Validasi ahli isi/materi. Semua tim ahli
berasal dari dosen Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Baturaja.
Berdasarkan
hasil penilaian ahli materi dari segi kelayakan isi/materi modul tindak tutur yang dikembangkan peneliti dikategorikan baik. Dari enam aspek penilaian dengan skala 5
yaitu aspek kesesuaian dengan standar
kompetensi (SK) dan kompetensi dasar (KD) memperoleh skor 5 (sangat baik), aspek kesesuaian materi yang
dikembangkan untuk tingkat perguruan tinggi skor 4 (baik), aspek kesesuaian materi
dengan kebutuhan bahan ajar
memperoleh skor 4 (baik), aspek kebenaran substansi materi yang disajikan memperoleh skor 4 (baik), dan aspek manfaat untuk penambahan wawasan pengetahuan memperoleh
skor 4 (baik). Oleh karena itu, secara keseluruhan dari skor maksimal 25, aspek kelayakan isi memperoleh skor 21. Artinya, kelayakan isi buku teks yang dikembangkan termasuk kategori sangat
baik. Akan tetapi meskipun demikian,
terdapat beberapa saran dari ahli isi yang berkaitan dengan penambahan teori
dan jenis tindak tutur diperjelas dengan contoh yang lebih konkrit.
Penilaian ahli
terhadap aspek kebahasaan, buku teks yang dikembangkan dapat dikategorikan baik. Dari empat
aspek yang dinilai dengan penilaian skala 5 yaitu aspek keterbacaan, aspek kejelasan informasi, aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia, dan aspek penggunaan bahasa secara efektif.
Aspek keterbacaan memperoleh
skor 4 (baik), aspek kejelasan informasi yang
disajikan memperoleh skor 4 (baik), aspek kesesuaian dengan kaidah bahasa
Indonesia yang baik dan benar memperoleh skor 3 (cukup baik), dan pemanfaatan
bahasa secara efektif dan efisien (jelas dan singkat) memperoleh skor 3 (cukup
baik). Secara keseluruhan
skor yang diperoleh untuk komponen kebahasaan dari skor maksimal 20 memperoleh
adalah 14. Artinya, bahasa yang digunakan dalam modul
tindak tutur yang dikembangkan
sudah baik. Namun, penilai memberikan beberapa saran terhadap bahasa
bahan ajar hasil pengembangan peneliti yang berkenaan dengan kesalahan
penulisan kata, pengunaan tanda baca, dan konsistensi istilah.
Hasil
penilaian dari aspek kelayakan penyajian modul tinduk tutur dari lima komponen
yang dinilai dengan penilaian skala 5 yaitu kejelasan tujuan pembelajaran yang
ingin dicapai memperoleh skor 4 (baik), kesesuaian urutan sajian materi
memperoleh skor 5 (sangat baik), pemberiam motivasi dan daya tarik memperoleh
skor 3 (cukup baik), adanya stimulus dan respons atau interaksi memperoleh skor
4 (baik), dan kelengkapan informasi yang disajikan memperoleh skor 5 (sangat
baik). Secara keseluruhan skor yang diperoleh untuk komponen
kelayakan penyajian memperoleh skor 21 dari skor maksimal 25. Artinya, sajian bahan ajar dapat dikategorikan baik dengan catatan
bahan ajar yang dikembangkan sebaiknya berbentuk modul, dari yang sebelumnya
berupa buku teks, sampaikan kejelasan tujuan pembelajaran serta tambahkan
glosarium.
Berdasarkan penilaian ahli dari aspek kegrafikaan menunjukan tampilan
yang dapat dikategorikan baik. Dari lima aspek penilaian dengan skala 5 yaitu
penggunaan font: ukuran dan jenis huruf memperoleh skor 5 (sangat baik),
kesesuaian penggunaan komposisi warna memperoleh skor 4 (baik), kesesuaian
ilustrasi gambar yang disajikan memperoleh skor 4 (baik), kesesuaian perwajahan
halaman sampul memperoleh skor 4 (baik), dan kesesuaian tampilan fisik bahan
ajar memperoleh skor 4 (baik). Oleh karena itu, secara
keseluruhan dari skor maksimal 25, aspek kegrafikaan memperoleh skor 21
Artinya, aspek kegrafikaan bahan ajar yang dikembangkan termasuk kategori
sangat baik.
Uji lapangan terbatas dilaksanakan di Program Studi Pendidikan Bahasa
dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Baturaja
kelas A.VI.2. Subjek dalam uji lapangan ini terdiri dari 40 mahasiswa. Uji lapangan bahan ajar (modul) ini dimaksudkan untuk mengukur
kemampuan mahasiswa memahami materi dalam modul, yaitu kemampuan mahasiswa yang
menjadi subjek penelitian memahami tiap-tiap materi tindak tutur yang terdapat
dalam modul hasil pengembangan.
Uji
lapangan berupa posttes dilakukan pada tanggal 4 Juli 2019 setelah diadakan
pretes pada tanggal 13 Juni 2019 dan pemberian modul tindak tutur kepada
mahasiswa sebagai subjek penelitian selama satu minggu untuk mereka baca dan
mengerjakan latihan-latihan yang ada dalam buku teks tersebut pada tanggal 28
Juni 2019. Pada pertemuan berikutnya, peneliti menganalisis
laihan-latihan yang sudah dikerjakan mahasiswa tersebut.
Dari hasil analisis yang dilakukan oleh peneliti terlihat hasil yang
diperoleh mahasiswa berpariasi mulai dari terendah, sedang, dan tertinggi. Dengan kata lain kemampuan
mahasiswa dalam memahami tiap-tiap materi di dalam modul tindak tutur
berbeda-beda ketika mahasiswa mengerjakan latihan-latihan tersebut. Jumlah
mahasiswa dan nama-nama mahasiswa dapat dilihat pada gambar di bawah ini
Grafik 1 Nilai Tes Tindak Tutur Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul Hasil
Pengembangan
76 33 37 60 96- 36
Jika dilihat dari hasil pretest dan posttest sebelum mahasiswa menggunakan bahan ajar dan setelah
mahasiswa menggunakan bahan ajar hasil pengembangan peneliti terlihat selisih
nilai rata-rata mahasiswa. Unuk lebih jelas dapat digambarkan pada grafik 2
berikut ini.
Grafik 2 Nilai Selisih Tes Tindak Tutur Sebelum dan Sesudah Menggunakan Modul Hasil
Pengembangan
18,5 53,2 71,700
Uji statistik ini dilakukan untuk
memperoleh informasi tentang ada tidaknya perbedaan tingkat kemampuan dan
pemahaman tindak tutur mahasiswa sebelum mahasiswa menggunakan bahan ajar hasil
pengembangan dan sesudah mahasiswa menggunakan bahan ajar hasil pengembangan.
Uji statistik yang dilakukan adalah uji statistik dengan menggunakan program
SPSS versi 16 melalui uji t (t-test).
Berdasarkan analisis data yang dilakukan
dengan menggunakan program SPSS versi 16 terhadap tes yang dilakukan kepada 40
orang mahasiswa tentang tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur diperoleh
data sebagai berikut.
a. Hasil Uji
Statistik Deskriptif dan Uji Normalitas Tindak
Tutur
Berdasarkan nilai tes mahasiswa yang
diperoleh dari tes tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur dapat digambarkan
pada tabel berikut ini.
Tabel 1 Statistik Deskriptif dari Pretes dan Postes Tindak Tutur
Descriptive
Statistics |
|||||
|
N |
Minimum |
Maximum |
Mean |
Std.
Deviation |
Pretest |
40 |
33 |
76 |
57.12 |
11.874 |
Posttest |
40 |
60 |
96 |
75.88 |
9.560 |
Valid N (listwise) |
40 |
|
|
|
|
Tabel tersebut menunjukkan nilai pretest dan posttest pada buku teks tindak tutur.
Nilai terendah pada pretest adalah 33 dan nilai tertinggi 76. Nilai terendah pada
postes 60 dan nilai tertinggi adalah 96. Selanjutnya, nilai mean pada pretes
57,12 dengan standar deviasi 11,874. Sebaliknya, nilai mean postes 75,88 dengan
standar deviasi 9,560.
Lebih lanjut, untuk mengetahui informasi
data yang dapat dinormal atau tidak, peneliti melakukan uji normalitas. Uji
normalitas pada penelitian ini menggunakan Kolmogorov-Smirnov
melalui program SPSS 16. Adapun hasil uji normalitas modul tibdak tutur yang
mencakup materi tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur dapat dilihat pada
tabel 13 berikut ini.
Tabel 2 Hasil Uji
Normalitas Modul Tindak Tutur
Menggunakan One-Sample Kolmogorov-Smirnov
Test
One-Sample
Kolmogorov-Smirnov Test |
|||
|
|
Pretest |
Posttest |
N |
40 |
40 |
|
Normal Parametersa |
Mean |
57.12 |
75.88 |
Std. Deviation |
11.874 |
9.560 |
|
Most Extreme Differences |
Absolute |
.196 |
.120 |
Positive |
.114 |
.120 |
|
Negative |
-.196 |
-.094 |
|
Kolmogorov-Smirnov Z |
1.237 |
.758 |
|
Asymp. Sig. (2-tailed) |
.094 |
.614 |
|
a. Test distribution is Normal. |
|
|
Berdasarkan tabel
tersebut, data pretest pada modul
tindak tutur menunjukkan sig (2-tailed),
yaitu 0,094. Angka 0,094, sehingga dapat disimpulkan bahwa data pretest adalah normal. Begitu juga pada
data posttest menunjukkan sig (2-tailed), yaitu 0,614. Angka 0,614 lebih
besar dari 0,05, maka dapat disimpulkan bahwa data posttest modul tindak tutur yang mencakup materi tindak tutur dan
jenis-jenis tindak tutur adalah normal.
Untuk lebih jelasnya
normalitas data nilai hasil pretest
dan posttest tindak tutur dan
jenis-jenis tindak tutur dapat dilihat pada kurva 1 dan kurva 2 berikut ini.
Gambar
3 kurva hasil pretest
Berdasarkan kurva di atas data nilai pretest pada modul tindak tutur dan
jenis-jenis tindak tutur menunjukkan normal.
Gambar 4 kurva hasil posttest
Berdasarkan kurva di atas data nilai posttest pada modul tindak tutur dan
jenis-jenis tindak tutur menunjukkan normal.
b. Hasil Uji t Tindak Tutur
Uji t dilakukan untuk mengetahui apakah
ada perbedaan nilai yang signifikan antara sebelum dan sesudah treatment yaitu menggunakan bahan ajar
berupa modul tindak tutur hasil pengembangan peneliti menggunakan uji t, yaitu paired simpled test.
Tabel 3 Hasil Uji t Modul Tindak Tutur �Menggunakan Paired Impled Test
Paired Samples Test |
|||||||||
|
|
Paired Differences |
t |
df |
Sig. (2-tailed) |
||||
|
|
Mean |
Std. Deviation |
Std. Error Mean |
95% Confidence Interval of the Difference |
||||
|
|
Lower |
Upper |
||||||
Pair
1 |
Posttest
- Pretest |
18.750 |
10.132 |
1.602 |
15.510 |
21.990 |
11.704 |
39 |
.000 |
Berdasarkan tabel tersebut, paired simpled test modul tindak tutur
yang mencakup materi tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur menunjukkan
nilai mean pada pretest dan posttest 18.750 dengan standar deviasi
10.132 dan sig (2-tailed) 0.000 lebih
kecil dari 0.05. dengan demikian dapat disimpulkan bahwa adanya perbedaan nilai
yang signifikan baik sebelum maupun sesudah menggunakan modul hasil
pengembangan.
Berdasarkan identifikasi kebutuhan
tersebut didapat yaitu (1) mata kuliah pragmatik penting dalam pembelajaran
bahasa Indonesia, (2) materi yang mahasiswa pernah baca berkaitan dengan jenis
tindak tutur (3) materi yang mudah dipahami yaitu materi yang sederhana dan
jelas, (4) materi tindak tutur menyenangkan bagi mahasiswa, karena materi
tersebut berkaitan dengan kehidupan sehari-hari, (5) kendala yang dihadapi
yaitu buku pragmatik yang ada berupa buku terjemahan sehingga, sulit dipahami.
Selanjutnya, (6) evaluasi yang sering
ditemui dalam modul tindak tutur yaitu esai. Sehingga mahasiswa menginginkan
evaluasi bersifat objektif dan memiliki rubrik penilaian, (7) tugas dan latihan
yang ditemui tidak kontekstual, untuk itu mahasiswa menginginkan latihan yang
kontekstual, (8) soal yang diujikan sesuai dengan yang dipelajari, (9) ada
kesulitan yang dihadapi dalam menjawab pertanyaan dalam evaluasi tindak tutur,
(10) bahan ajar tindak tutur yang diperlukan berbentuk modul yang berisi
petunjuk belajar, materi yang kontekstual dilengkapi dengan contoh-contoh, latihan,
dan rangkuman, (11) tujuan pembelajaran yang diinginkan yang sesuai dengan
kompetensi dasar, (12) kegiatan belajar yang diinginkan sedikit penyajian
materi kemudian mngerjakan latihan soal, (13) topik-topik yang diinginkan dalam
pembelajaran tindak tutur yaitu berkaitan dengan lokusi, ilokusi, dan
perlokusi, (14) strategi pembelajaran dengan cara memberikan contoh-contoh yang
sesuai dengan kehidupan sehari-hari, (15) metode yang digunakan yaitu ceramah
dan diskusi.
Berikutnya, (16) media yang digunakan
yaitu menggunakan media modul dan media slide,
(17) evaluasi yang diinginkan yaitu evaluasi literal berkenaan dengan pemahaman
isi yang terkandung dalam teks bacaan yang dibaca, (18) tugas dan latihan mudah
dimengerti dan dilengkapi dengan petunjuk soal, (19) buku/bahan ajar perlu
direvisi, dan (20) mahasiswa mengharapkan bahan ajar yang mudah dipahami
(fleksibel), dan kontekstual.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
yang dilakukan peneliti terhadap dosen Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Baturaja
didapat yaitu (1) mata kuliah pragmatik sangat penting, karena dengan pragmatik
mahasiswa dan dosen lebih dapat berkomunikasi dengan baik dan memahami makna
tuturan yang diutarakan oleh lawan tuturnya terutama pada materi tindak tutur.
(2) Bentuk bahan ajar yang diinginkan oleh dosen yaitu berupa modul, (3) urutan
sistematika bahan ajar yang diinginkan oleh dosen terdiri dari judul, petunjuk
belajar, kompetensi dasar, indikator, tujuan pembelajaran, materi, rangkuman,
latihan, penilaian, kunci jawaban, dan glosarium, (4) tujuan pembelajaran yang
diinginkan yaitu yang sesuai dengan kompetensi dasar dan teori-teori yang ada
dalam materi tersebut, (5) topik-topik yang diinginkan dalam bahan ajar tindak
tutur berupa tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur, (6) kegiatan belajar
yang diinginkan dalam bahan ajar tindak tutur kegiatan belajar yang
menyenagkan, efktif, efisien, contoh-contoh yang sederhana, dan teori
mendukung, (7) strategi yang dinginkan dalam menyampaikan topik-topik tindak
tutur ceramah dan diskusi. (8) Metode yang diinginkn yaitu ceramah dan
penugasan, (9) penyampaian topik-topik tindak tutur dengan media buku teks,
modul dan slide, (10) bentuk evaluasi
yang diinginkan berupa banyak contoh-contoh dan latihan-latihan.
Analisis kebutuhan berikutnya, berkaitan
dengan (11) tugas belajar yang diinginkan dalam bahan ajar tindak tutur berupa
pendalaman materi dengan cara memberikan tugas rumah, (12) sumber bahan ajar
yang digunakan buku (pendapat ahli), internet, jurnal, (13) kesulitan dalam
melakukan pembelajaran tindak tutur yaitu lambatnya penguasaan mahasiswa
tentang materi-materi yang diberikan, (14) kesulitan yang dihadapi dalam
melakukan pembelajaran tindak tutur di kelas kurangnya antusiasme mahasiswa
dalam membeli buku referensi, sehingga dosen sulit untuk menjelaskan materi
tersebut, (15) kendala yang dihadapi beupa kurangnya buku referensi yang
digunakan mahasiswa, (16) bahan ajar tindak tutur perlu direvisi, (17) dosen
belum pernah membaca bahan ajar yang lengkap yang dapat membantu dalam
menyampaikan materi tindak tutur, (18) hal yang perlu diperhatikan dalam bahan
ajar tindak tutur yaitu teori, contoh, latihan, dan lain-lain, (19) bahan ajar
yang lengkap dapat membantu dosen menyampaikan materi tindak tutur, dan (20)
saran yang diberikan yaitu teori lebih lengkap, perbanyak contoh dan latihan.
Selanjutnya, untuk memenuhi kebutuhan
mahasiswa terhadap modul yang menyenangkan, modul ini diberi judul Tindak Tutur. Cover didominasi oleh
warna Biru Muda dan dilengkapi dengan gambar serta nama penulis. Selain� itu, pada bagian contoh dan rangkuman dan
glosarium pada masing-masing kegiatan belajar materi diberi latar yang juga
berwarna Biru Muda. hal ini dilakukan
peneliti untuk memberi motivasi dan menarik perhatian mahasiswa untuk membaca
serta mempelajari modul tindak tutur yang dikembangkan tersebut.
Hasil identifikasi kebutuhan mahasiswa
dan hasil identifikasi kebutuhan dosen dapat disimpulkan bahwa kebutuhan
mahasiswa dan dosen dikatakan relatif sama. Modul
tindak tutur dianggap perlu oleh dosen adalah bahan ajar yang bersifat
praktis/mudah dipahami, menyenangkan dan dilengkapi dengan menyajikan petunjuk
atau langkah-langkah kegiatan yang jelas, materi disesuaikan dengn silabus yang
berlaku pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia, Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Baturaja. Selain itu, hendaknya bahan
ajar menyajikan contoh-contoh yang lebih mudah dipahami mahasiswa. Hal ini
bertujuan agar bahan ajar hasil pengembangan lebih berkualitas, Dan bentuk
evaluasi yang disarankan yaitu hendaknya dilengkapi dengan petunjuk soal yang
lebih jelas dan soal hendaknya mengarah pada keterampilan menganalisis wacana
atau dialog yang berkaitan dengan teori tindak tutur. Selain itu, untuk
memotivasi mahasiswa mempelajari bahan ajar harus memperhatikan penggunaan
bahasa, penggnaan kalimat, dan penyajian contoh yang sesuai kebutuhan mahasiswa
serta perwajahan yang dapat menimbulkan mahasiswa untuk membaca dan mempelajari
modul tindak tutur.
Berdasarkan hasil identifikasi kebutuhan
mahasiswa dan dosen, diperoleh prototipe modul dengan judul Tindak Tutur. Prototipe buku teks tersebut
dilengkapi dengan komponen-komponen meliputi: (1) judul, merupakan nama suatu
karya ilmiah, maka nama modul ini adalah Tindak
Tutur, dan petunjuk belajar yang
berfungsi supaya mahasiswa mengetahui isi materi modul tersebut. (2) Kompetensi
dasar (KD), yaitu kemampuan untuk�
mencapai kompetensi inti yang harus diperoleh oleh mahasiswa melalui
pembelajaran, dalam hal ini pembelajaran yang dimaksud adalah pembelajaran
tindak tutur. Indikator, yaitu setiap karekteristik, ciri, ataupun ukuran yang
dapat menunjukkan perubahan yang terjadi pada suatu bidang tertentu. Bidang
yang dimaksud dalam modul ini adalah tindak tutur Dan tujuan pembelajaran,
merupakan prilaku hasil belajar yang diharapkan terjadi dimiliki atau dikuasai
oleh mahasiswa setelah mengikuti kegiatan pembelajaran tindak tutur. (3)
Materi, merupakan teori-teori yang berkaitan dengan� tindak tutur. (4) Rangkuman, semua kata yang
mencakup isi materi tindak tutur. (5)
Latihan, merupakan suatu proses yang dilakukan secara teratur guna mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Dalam modul tindak tutur memiliki latihan disetiap
akhir materi setiap babnya. (6) Penilaian, sistem yang digunakan untuk menilai
dan mengetahui hasil latihan yang dilakukan oleh mahasiswa. (7) Glosarium,
suatu daftar istilah-istilah yang belum diketahui oleh mahasiswa, dan (8)
Daftar pustaka, tulisan yang disusun diakhir buku teks yang berisi nama
penulis, judul tulisan, penerbit, identitas penerbit dan tahun terbit sebagai
sumber rujukan tulisan.
Modul merupakan komponen penting dalam
sistem pembelajaran, karena modul merupakan bahan ajar dan juga sebagai sumber
panduan dalam belajar. Kriteria atau mutu bahan ajar adalah kelayakan
isi/materi, kelayakan penyajian, kelayakan bahasa, dan kelayakan kegrafikaan
(http//puskurbuk.net). Oleh karena itu, sebelum modul hasil pengembangan
peneliti diberikan kepada mahasiswa semester VI, Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Baturaja, modul� ini divalidasi oleh
beberapa ahli.
Validasi tersebut meliputi: (1) ahli
kelayakan isi/materi, yang menilai kebenaran materi atau isi yang meliputi
kesesuaian kompetensi dasar, indikator, dan tujuan pembelajaran, kesesuaian
dengan kebutuhan mahasiswa, kebenaran substansi isi/materi, manfaat untuk
penambahan wawasan pengetahuan mahasiswa yang telah diberi skor 21 (sangat
baik), (2) ahli kebahasaan, kebenaran bahasa dan tingkat keterbacaan, kejelasan
informasi, kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia, dan penggunaan bahasa
secara efektif dan efisien yang telah diberi skor 14 (baik), (3) ahli penyajian
materi, penyajian materi yang meliputi kejelasan tujuan, urutan penyajian,
pemberian motivasi, interaktivitas, dan kelengkapan informasi yang telah diberi
skor 20 (baik), dan (4) ahli kegrafikan, yang menilai penggunaan font, dan desain tampilan buku teks dan
diberi skor 23 (sangat baik).
Dengan demikian, peneliti menyimpulkan
bahwa prototipe modul tindak tutur berupa
buku teks hasil pengembangan ini dapat dikatakan layak untuk dilanjutkan pada
uji lapangan kepada mahasiswa semester VI, Program Studi Pendidikan Bahasa dan
Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Baturaja.
Setelah diperoleh hasil prototipe dari
hasil validasi ahli, diperoleh bahan ajar berupa Modul Tindak tutur hasil pengembangan yang terdiri dari tiga
bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian penutup.
Bagian pendahuluan meliputi: (1) cover
luar; (2) cover dalam; (3) kata pengantar; (4) petunjuk belajar, dan; (5)
daftar isi. Selanjutnya, bagian isi meliputi: (1) judul; (2) kompetensi dasar
(KD), indikator, dan tujuan pembelajaran; (3) materi; (4) rangkuman; (5)
latihan; (6) penilaian, dan (7) glosarium. Bagian penutup meliputi: (1) daftar
pustaka dan; (2) bibliografi.
Berdasarkan hasil uji lapangan yang
diberikan kepada 40 mahasiswa semester VI,
Program Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan, Universitas Baturaja dalam pembelajaran tindak tutur
menunjukkan peningkatan yang signifikan. Hal ini dibuktikan dengan nilai
mahasiswa pada saat pretest
menunjukkan nilai terendah 33 dan nilai tertinggi 76 dengan rata-rata 57,12.
Setelah menggunakan modul hasil pengembangan dan dilakukan postest nilai mahasiswa mendapatkan peningkatan yaitu nilai
terendah 60 dan nilai tertinggi 96 dengan rata-rata 75,87 Peningkatan kemampuan
pragmatik tersebut terlihat juga dari selisih antara rata-rata tes 1,87. Dengan
demikian modul tindak tutur hasil pengembangan bisa digunakan dalam
pembelajaran.
Berdasarkan hasil penghitungan uji-t
dengan menggunakan program SPSS versi 16 diketahui bahwa modul yang berjudul Tindak Tutur hasil pengembangan memiliki
pengaruh yang potensial terhadap peningkatan kemampuan mahasiswa memahami
materi tindak tutur. Hasil perhitungan statistik uji-t melalui program SPSS
versi 16 tersebut memperlihatkan hasil sebelum dan sesudah penggunaan modul
berbeda secara signifikan. Dengan kata lain, peningkatan kemampuan mahasiswa
memahami materi tindak tutur terjadi setelah menggunakan modul hasil
pengembangan. Hal ini disebabkan karena modul yang dikembangkan tersebut sesuai
dengan kebutuhan mahasiswa, penyajian materi dan contoh serta latihan yang
jelas, penilaian, kunci jawaban dan penggunaan bahasa yang sederhana dan
praktis. Untuk itu, bahan ajar harus dilengkapi dengan materi yang jelas dan
mudah dipahami, dilengkapi dengan contoh-contoh untuk memudahkan mahasiswa
memahami materi yang disajikan. (Awalludin & Lestari, 2017) menyatakan
bahwa contoh dapat membantu dan memudahkan mahasiswa memahami materi yang
disajikan, sehingga penyajian contoh di dalam bahan ajar itu menjadi faktor
yang paling penting.
Modul harus dilengkapi dengan latihan
atau penilaian. Sehubungan dengan hal ini, (Rahmawati, Suwandi, Saddhono, & Setiawan, 2017) mengemukakan
kegiatan latihan dan penilaian itu berfungsi untuk: (1) meningkatkan kemampuan
dan hasil belajar, (2) memperbaiki cara belajar, dan (3) menumbuhkan motivasi
belajar bagi peserta didik.
Akhirnya, peneliti menyimpulkan hasil
identifikasi kebutuhan bahan ajar yang diinginkan oleh mahasiswa dan dosen
relatif sama dengan tujuan untuk meningkatkan kemampuan mahasiswa dalam
pembelajaran yang berkaitan dengan materi tindak tutur hasil pengembangan ini
telah dikembangkan berdasarkan kebutuhan mahasiswa dan dosen pada Program Studi
Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Baturaja. Selanjutnya, hasil penghitungaan uji-t modul tindak tutur
yang mencakup materi tindak tutur dan jenis-jenis tindak tutur menunjukkan
nilai mean pada pretest dan postest 18,750 dengan standar deviasi
10,132 dan sig (2-tailed) 0.000 lebih
kecil dari 0.05. Dengan demikian, dapat disimpulkan pengetahusan mahasiswa meningkat
setelah menggunakan modul tindak tutur hasil pengembangan.
Kesimpulan
Berdasarkan
pada hasil penelitian dan pembahasan yang dikemukakan dalam bab sebelumnya, Pertama, mahasiswa semester VI Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia�
Fakultas Keguruan dan Ilmu pendidikan (FKIP) Universitas Baturaja� memiliki kebutuhan terhadap bahan ajar tindak tutur. Kebutuhan tersebut
berkaitan dengan aspek isi dan aspek fisik bahan ajar. Dari isinya, mahasiswa
membutuhkan bahan ajar yang lengkap, menyenangkan, materi yang dilengkapi
dengan contoh-contohuntuk setiap materi yang disajikan secara jelas, latihan
sesuai dengan materi yang terdapat dalam bahan ajar, serta isi bahan ajar yang
dapat menambah dan meningkatkan wawasan mahasiswa. Dilihat dari aspek fisiknya
mahasiswa membutuhkan bahan ajar yang menarik baik dari desain sampulnya, warna
yang digunakan, maupun bentuk dan ukuran huruf yang digunakan, dan dapat
memotivasi mahasiswa untuk meningkatkan hasil pembelajaran pragmatik bahasa
Indonesia.
����������� Kedua,
modul yang dirancang dalam penelitian ini memiliki spesifikasi meliputi:
(1) menyajikan petunjuk atau skenario kegiatan pembelajaran yang jelas; (2)
menyajikan materi yang sesuai dengan kebutuhan mahasiswa; (3) menyajikan
contoh-contoh yang relevan dan kontekstual agar memudahkan mahasiswa dalam
memahami materi yang disajikan; (4) menyajikan latar yang berwarna untuk bagian
yang dianggap penting dan perlu diberikan penekanan seperti contoh-contoh,
rangkuman, latihan serta glosarium, dan; (5) menyajikan komponen buku teks yang
terdiri dari judul, kompetensi dasar (KD), indikator, tujuan pembelajaran,
materi, rangkuman, latihan, penilaian, glosarium, dan daftar pustaka. Adapun
komponen-komponen yang terdapat pada buku teks hasil pengembangan ini meliputi:
(a) Bagian pendahuluan terdiri dari (1) cover
luar; (2) coverl dalam; (3) kata
pengantar; (4) petunjuk belajar, dan; (5) daftar isi; (b) Bagian isi terdiri
atas: (1) judul; (2) kompetensi dasar (KD), indikator, dan tujuan pembelajaran;
(3) materi; (4) rangkuman; (5) latihan; (6) penilaian; dan (7) glosarium. (c)
Bagian penutup meliputi: dari (1) daftar pustaka; dan (2) bibliografi
Ketiga, modul
hasil pengembangan ini layak digunakan dalam kegiatan pembelajaran di Program
Studi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Fakultas Keguruan dan Ilmu
pendidikan (FKIP) Universitas Baturaja dan di perguruan tinggi lain yang
memiliki karakteristik dan kebutuhan yang relatif sama dengan universitas
tempat bahan ajar ini diujicobakan. Hal ini didasarkan pada hasil validasi ahli
kelayakan isi/materi, ahli kebahasaan, ahli penyajian materi, dan ahli
kegrafikan serta hasil uji coba lapangan terbatas.
����������� Keempat,
modul hasil pengembangan ini memiliki pengaruh yang potensial terhadap
peningkatan kemampuan mahasiswa dalam memahami modul tindak tutur melalui
pemberian contoh-contoh, rangkuman dan latihan. Peningkatan kemampuan mahasiswa
tersebut dapat dilihat dari hasil nilai rata-rata sebelum mahasiswa
menggunakan� modul hasil pengembangan dan
hasil nilai rata-rata tersebut mengalami peningkatan setelah mahasiswa
menggunakan buku teks hasil pengembangan.
BIBLIOGRAFI
Agustina, N., & Adesti, A. (2019). Pengembangan Modul Mata Kuliah
Strategi Belajar dan Pembelajaran Pada FKIP-Universitas Baturaja. Syntax
Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 4(9), 83�93.
Awalludin, A., & Lestari, Y. (2017). Pengembangan Modul
Menulis Makalah Pada Mata Kuliah Pengembangan Keterampilan Menulis. Jurnal
Bindo Sastra, 1(2), 121�130.
Karimah, R. F., Supurwoko, S., & Wahyuningsih, D. (2014).
Pengembangan Media Pembelajaran Ular Tangga Fisika untuk Siswa SMP/MTs Kelas
VIII. Jurnal Pendidikan Fisika, 2(1).
Rahmawati, L. E., Suwandi, S., Saddhono, K., & Setiawan,
B. (2017). Urgensi Literasi Komunikasi dalam Pengembangan Tes Kompetensi
Berbahasa Indonesia untuk Mahasiswa Asing.
Tarsito, S. (2014). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif
dan R&D. Alfabeta. Bandung.