Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
�����
e-ISSN : 2548-1398
�����
Vol. 4, No. 11 November 2019
ANALISA
HUBUNGAN SISWA TERHADAP
KEPRIBADIAN GURU DENGAN MOTIVASI BELAJAR PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI SMP PELITA
HARAPAN PONTIANAK
Herry Saderach
Sekolah Tinggi Teologi
Eklesia Pontianak�
Abstrak
Guru merupakan public figure
sekaligus teladan bagi anak didiknya, oleh karenanya kepribadian guru sangat
menentukan bagaimana hubungan baik secara psikologis maupun teknis dalam
pembelajaran. Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui adakah
hubungan antara kepribadian guru dengan motivasi belajar siswa. Jenis
penelitian dalam kajian ini adalah dengan menggunakan correlation study. Hasil
yang diperoleh dalam penelitian ini adalah: 1) Berdasarkan
penghitungan uji signifikansi dengan t-test satu sampel di dapatkan bahwa nilai
t hitung sebesar 10.444 adalah sangat siknifikan pada taraf signifikansi 0,01. Dan uji hipotesis ini
dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar PAK�
sangat tinggi berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, 2) Berdasarkan
penghindigan uji signifikansi dengan t-test satu sampel didapatkan bahwa nilai
t hitung sebesar 13.958 adalah sangat signifikan pada tarat. signifikansi 0.01.
Dari uji hipotesis dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap Kepribadian
Guru di SMP Pelita Harapan Pontianak adalah sangat tinggi berdasarkan kriteria
yang ditetapkan 3) Terdapat
hubungan yang positif dan sangat signifikan antara persepsi anak persepsi Siswa
terhadap kepridadian Guru dengan Motivasi Belajar PAK. Hasil analisis
menunjukkan bahwa didapatkan r hitung xy sebesar 0.372 denean interprestasi
hubungan kedua variabel adalah rendah dan pada tarap signifikan 0.01 adalah
sangat signifikan dengan t hitung sebesar 3.646. Dari data tersebut determinasi
variabel sebesar 0.138. Keterangan ini menunjukan bahwa persepsi Siswa terhadap
Kepribadian Guru memberikan kontribusi sebesar 13.8�A terhadap motivasi Belajar
PAK dan sisanya 86,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang dalam penlitian ini
tidak diteliti.
Kata kunci: Hubungan, Kepribadian Guru, dan Motivasi Siswa
Pendahuluan
Pendidikan
sangat penting bagi setiap orang tanpa mengenal suku bangsa, agarna, jenis
kelamin dan status sosial. Komponen�
pendidikan� yang� terkelola�
umumnya� memiliki� komponen�
yang saling� bersinergi� satu�
dengan� yang� lain (Hermawati, 2017). Pemerintahan
Indonesia juga memperhatikan masalah pendidikan dan dapat terlihat dengan
adanya program wajib belajar. Di samping itu guru merupakan bagian terpenting
dalarn melaksanakan pendidikan. Guru sebagai figur yang juga menentukan maju mundurnya
pendidikan. Itu sebab� guru dituntut
mempunyai kemampuan mengajar yang baik.
Seorang guru
selain di tuntut kemampuan mengajamya, juga dituntut kepribadiannya. Apa yang
dilakukan oleh seorang guru seringkali berpengaruh besar terhadap murid-muridnya.
Seperti pepatah dunia mergatakan: "Guru kencing berdiri. murid kencing
berlari". Maksud pepatah di atas adalah bahwa murid cenderung mengikuti
teladan gurunya, bahkan lebih dari gurunya. jika gurunya memberi contoh yang
baik murid bisa lebih baik dari gurunya. tetapi jika guru berkepribadian buruk,
murid bisa lebih buruk dari gurunya.
Faktanya masih
banyak guru yang belum menyadari bahwa kepribadiannya menjadi tuntutan sehingga
tidak jarang guru melakukan tindakan-tindakan yang tidak diinginkan. Misalnya
saja seperti yang pernah dituliskan oleh Tata Subrata dalam surat kabar harian
sinar harapan: "Seorang guru sangat berkompeten, tega memukul dan meludahi
muridnya hanya karena dilecehkan" (Subrata, 2005). Padahal seorang guru baru dapat
dikatakan cakap mengajar apabila memiliki ketrampilan yang tinggi dan dikuti
oleh keprihadian yang baik.
Kadang kala.
siswa tidak dapat konsentrasi belajar. karena memiliki persepsi yang kurang
baik terhadap gurunya. Hal tersebut dapat dilihat dari guru yang suka
marah-marah. emosi dan cara menyampaikan materi pelajaran tidak mudah ditanggap
oleh murid-murid. lianyak anak-anak bertingkah atau nakal di sekolah.
Guru yang
berkepribadian baik. dalam mengajar hanya menvampaikan materi pelajaran saja,
namun juga ia akan berusaha agar apa yang diajarkannya dapat diterima dan
dimengerti anak. Guru tersebut juga akan memberikan teladan melalui sikap dan
perbuatannya sehingga anak didik tidak hanya mendengar ajaran yang baik namun
juga mereka melihat sikap yang baik yang dimiliki oleh gurunya. Guru yang
memiliki kerpibadian yang baik tentu menjadi harapan bagi anak muridnya (Simanjuntak, 1998).
J. M. Price mengungkapkan
bahwa" Syarat yang terpenting bagi seorang guru adalah kepribadiannva
sendiri sebab teladan lebih berharga daripada seratus kata nasehat. Perbuatan
seseorang lehih berpengaruh daripada perkataannya" (Subrata, 2005).
Guru Pendidikan
agama Kristen harus memiliki kepribadian yang baik, karena apa yang diajarkan
sikap-sikap hidup kristiani yang perlu diamati oleh anak didik, sudah
selayaknya yang dituntut anak didik di atas sebuah metode atau teknik mengajar
adalah kepribadian guru itu sendiri. Sebab saat ini ada begitu anak didik di
sekolah yang mencari keselarasan antara nilai-nilai kristiani yang disampaikan
dengan kepribadian guru itu� sendiri.
Jadi jangan sampai pengajaran yang bernilai tinggi itu tidak dapat diterima
oleh anak didik karena guru sendiri tidak dapat mempraktekkan pengajarannya itu
dalam kehidupannva sehari-hari. Seperti apa yang ditegaskan Paulus kepada
jemaat korintus. Tetapi aku melatih tubuhku dan menguasai seluruhnya, supaya
sesudah memberitakan injil kepada orang lain jangan aku sendiri di tolak (1
Korintus 9:27) (Alkitab,halaman 258,
1999).
Namun dalam
kenyataannya masih ditemukan guru yang tidak memiliki kepribadian yang baik.
Guru tersebut mengajar hanya untuk memenuhi kebutuhan ekonominya saja sehingga
mereka merasa sudah cukup bila sudah mengajar saja tanpa memperhatikan
kepribadiannya sehingga dalam menyampaikan pengajaran sering tidak sesuai
dengan apa yang diajarkannya. terlebih bila guru tersebut adalah guru dalam
bidang studi Agama Kristen. Sehingga melalui sikap dan tindakan yang dilakukan
oleh guru tersebut membuat anak menjadi malas dan tidak termotivasi dalam belajar
Agama.
Dalam dunia
pendidikan, Motivasi belajar adalah hal yang dipandang penting. Karena dengan
memiliki motivasi anak untuk belajar lebih baik. sehingga mencapai prestasi
yang terbaik.
(Irwanto, n.d.) dalam bukunya Psikologi
Umum mengungkapkan bahwa motivasi adalah penggerak perilaku dan penentu
seseorang. Maka motivasi merupakan daya pendorong yang sangat kuat dan penting
bagi seorang anak untuk melakukan sesuatu. Apabila seseorang kurang termotivasi
dalam melakukan sesuatu maka akan terlihat dari tindakannya.
Motivasi
merupakan hal yang penting karena seseorang akan kurang bergairah dalam
melakukan tugas yang dipercayakannya bila tidak memiliki motivasi. Demikian
pula bagi seorang murid dalam belajar, Anak tidak akan bergairah dan semangat
dalam belajar bila ia tidak memiliki motivasi belajar.
Motivasi belajar
adalah hal yang dipandang penting dalam dunia pendidikan. Motivasi itulah yang
sebenarnya mendorong anak didik untuk belajar lebih baik. untuk bersedia
berkorban demi mencapai prestasi yang terbaik, dan motivasi itulah yang membuat
materi yang diajarkan sampai tingkat psikomotorik.
Namun faktanya,
masih ditemukan anak yang tidak memiliki motivasi belajar sehingga mereka
sekolah dan belajar hanva merupakan kewajihan saja dan kurang memiliki tanggung
jawab. Anak yang tidak memiliki motivasi belajar hiasanva diwujudkan melalui
keinginannva untuk malas sekolah sering membolos, tidak mengerjakan tugas
sekolah dan sebagainya. Salah satu penyehab anak tidak termotivasi belajar
dapat dikarenakan gurunya galak. pelajarannya susah dimengerti. gurunya tidak
mernpunyai kepribadian yang baik dan lain sebagainya.
Dari latar
belakang masalah tersebut di atas, penulis ingin meneliti dan mengetahui
Analisa Hubungan siswa terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar
Pendidikan Agama Kristen di SMP PELITA HARAPAN Pontianak�.
Metode Penelitian
Jenis penelitian
yang penulis gunakan adalah penelitian korelasional (correlational
study). Adapun tujuannya dari jenis penelitian ini (Warassih, 2001) menjelaskan ialah untuk mengetahui
hubungan antara� kepribadian guru sebagai
variabel bebas (variabel X) dengan motivasi belajar PAK sebagai variabel
terikat (variabel Y),
selanjutnva kedua variabel tersebut dianalisis untuk mengetahui hubungan di
antara keduanya.dan sejauh mana tingkat korelasinya.
Hasil dan Pembahasan
A.
Deskriptif Data
1.
Deskriptif Data
Responden
Penulis memilih 115 siswa sebagai
responden. namun dari 115 siswa, penulis memgambil 30 siswa sebagai responden
uji coba dan 85 siswa menjadi responden analisis. Berdasarkan 83 responden analisis
maka penulis mendapat hasil sebagai berikut:
Tabel 1
Jenis Kelamin
Jenis kelamin |
Frekuensi |
Presentasi (%) |
Wanita |
35 |
42 |
Pria |
50 |
58 |
Jumlah |
85 |
100 |
Dari tabel diatas diketahui bahwa dari
85 responden yang mengisi angket di SMP PELITA HARAPAN Pontianak, siswa yang
berjenis Wanita adalah sebesar 42% dan Pria 58% .
Tabel 2
Usia
Umur |
Frekuensi |
Presentase (%) |
< 15 tahun |
3 |
4 |
15 tahun |
29 |
34 |
16 tahun |
27 |
32 |
17 tahun |
23 |
27 |
18 tahun |
2 |
2 |
>18 tahun |
1 |
1 |
Jumlah |
85 |
100 |
Dari tabel di atas, diketahui bahwa dari
85 responden siswa-siswi yang, mengisi angket di SMP Pelita Harapan Pontianak,
siswa yang berusia <15 tahun adalah 4% yang berusia 15 tahun adalah 34%,
yang berusia 16. tahun adalah sebesar 32%,, yang berusia 17 tahun adalah 27%,,
yang berusia 18 tahun adalah 2% dan yang berusia > 18 tahun adalah 1%.
2.
Deskripsi Motivasi
Belajar PAK (Y)
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan
dari variabel motivasi belajar PAK didapatkan hasil penghitungan sebagai
berikut: Rentang skor empiris di dapatkan 88 sampai dengan 116. Nilai rata-rata
didapatkan sebesar 106.96:Standar deviasi atau simpangan baku 6,144 :
Median (nilai tengah) sebesar 108. Modus (nilai yang Bering muncul) sebesar
113. Dari data ini didapatkan jumlah kelas interval (1.3,3 log 85) sebesar
7.37-7 dan panjang kelas interval trange:jumlah kelas interval.) sebesar 4.
Adapun tahel distribusi frekuensi dan histrogram motivasi bekalar PAK sebagai
berikut:
Tabel 3
Distribusi Frekuensi Motivasi belajar
PAK
Kelas |
Frekuensi Absolute relative |
Frekuensi kumullatif |
Batas kelas Atas bwah |
|||
|
(%) |
Absolute |
Relative (%) |
|
|
|
88-91 |
1 |
1.18 |
1 |
1.18 |
87.5 |
91.5 |
92-95 |
2 |
2.35 |
3 |
3.53 |
91.5 |
91.5 |
96-99 |
11 |
12.94 |
14 |
16.47 |
95.5 |
95.5 |
100-103 |
8 |
9.41 |
12 |
25.88 |
99.5 103.5 |
|
104-107 |
18 |
21.18 |
22 |
47.06 |
103.5 107.5 |
|
108-111 |
19 |
22.35 |
40 |
69.41 |
107.5 111.5 |
|
112-116 |
26 |
30.59 |
59 |
100 |
111.5 116.5 |
|
Jumlah |
85 |
100 |
85 |
|
|
|
Dari tabel dan gambar tersebut dapat
dijelaskan bahwa subyek penelitian yang, berada pada kelompok rata-rata
sebanyak 18 orang atau 21.18'6. Subyek penelitan yang berada pada kelompok di
bawah rata‑rata sebanyak 22 orang atau 25,88%. Sedangkan subyek
penelitian yang berada pada kelompok di atas rata-rata sebanyak 45 orang atau
52.94%. Motivasi Belajar PAK di SMP Pelita
Harapan Pontianak baik ditandai 63 jawaban
responden atau 74.12% herada pada skor rata-rata dan di atas rata-rata.
3.
Deskripsi Persepsi
Siswa terhadap Kepribadian Guru (X)
Berdasarkan data yang telah dikumpulkan
dan variabel persepsi siswa terhadap kepribadiaan guru didapatkan hasil
penghitungan sebagai berikut. Rentang skor empiris didapatkan 82
sampai dengan 114. Nilai rata-rata didapatkan sebesar 99.85. Standard deviasi
atau simpangan baku sebesar 6,506. Median (nilai tengah) sebesar 101, Modus
(nilai yang sdering muncul) sebesar 101. Dari data ini didapatkan jumlah kelas
interval (1+3.3 log 85) sebesar 7.37-7 dan panjang kelas interval (range :
jurnlah kelas interval) sebesar 4,57- 5. Adapun tabel distribusi frekuensi dan
histrogram Perspsi siswa terhadap Kepribadian Guru sebagai berikut:
Tabel 4
Distribusi Persepsi Siswa terhadap
Kepribadian Guru
Kelas |
Frekuensi |
Frekuensi kumutatif |
Batas kelas |
|||
Absolute |
Relative (%) |
Absolute |
Relative (%) |
Bawah |
Atas |
|
82-86 |
4 |
4.71 |
4 |
4.71 |
81.5 |
86.5 |
87-91 |
4 |
4.71 |
8 |
9.42 |
86.5 |
91.5 |
92-96 |
16 |
18.82 |
24 |
28.24 |
91.5 |
96.5 |
97-101 |
26 |
30.59 |
50 |
58.83 |
96.5 |
101.5 |
102-106 |
24 |
28.523 |
74 |
87.06 |
101.5 |
106.5 |
107-111 |
9 |
10.59 |
82 |
97.65 |
106.5 |
111.5 |
112-116 |
2 |
1.35 |
85 |
100 |
111.5 |
116.5 |
Jumlah |
85 |
100 |
|
100 |
|
100 |
Dari Tabel dan gambar tersebut dapat
dijelaskan bahwa subyek penelitian yang berada pada kelompok rata-rata sebanyak
26 orang atau 30,59% subyek penelitian yagn berada pada kelompok di bawah rata‑rata
sebanvak 24 orang atau 28,23 %. Scdangkan subyek penelitian yang berada pada
kelompok diatas earn-rata sebanyak 35 orang atau 41,17 %. Presepsi siswa
terhadap Kepribadian Guru PAK di SMP Pelita
Harapan Pontianak� sudah baik ditandai dengan 61 jawaban
responden atau 71.77 % berada pada skor rata-rata dan di atas rata-rata.
B.
Uji Persyaratan
Analisis
Sebelum melekukan analisis terhadap
hipotesis, terlebih dahulu dilakukan uji perawatan analisis yaitu uji
normalitas. Uji normalitas dilakukan untuk mengetahui norma-tindakanya
sebaran data yang akan dianalisis. Uji ini dilakukan dengan menggunakan uji
kolmogrof smimov. Dalam
penelitian ini digunakan uji kolmogrof smimov pada taraf signifikansi 0.05
dengan jumlah responden sebanvak 85. Hasil penghitngan uji normalitas dapat
diperiksa pada tabel di bawah ini :
Tabel 5
Uji Normalitas
|
Kolmograv-simov
(a) |
Shapiro-wik |
||||
|
Statistic |
Df |
Sig |
Statiste |
Df |
sig |
Persepsi siswa terhadap Kepribadian guru (X) |
0.86 |
85 |
117 |
980 |
85 |
224 |
Motifasi belajar PAK (Y) |
148 |
85 |
000 |
925 |
85 |
000 |
Dari tabel di atas, menunjukkan bahwa
data variabel persepsi siswa terhadap Kepribadian Guru berdistribusi
norma.karena probalitasnya lebih besar dari 0.05 aitu 0.177 > 0.05 sedangkan
data variabel Motivasi Belajar PAK dalam penelitian ini tidak berdistribusi
normal karena probalitas 0.000 lebih kecil dari 0.05 karena salah satu data
variabel berdistribusi normal, maka dapat di lanjutkan untuk uji parametrik
(uji test, uji regresi dan korelasi Product Moment.
C.
Pengujian Hipotesis
Penelitian
1.
Pengujian Hipotesis
Penelitian
Dalam menjelaskan dan untuk menjawab
rumusan masalah deskriptif seberapa tinggi Motivasi Belajar PAK, maka
pertama-tama ditentukan terlebih dahulu penghitungan persentase. Berdasarkan
tabel frekuensi didapatkan skor tertinggi sebesar 116. Bila jumlah responden
85, maka skor tertinggi yang merupakan skort kriterium 116 X 85
9860. Jika jumlah keseluruhan skor Motivasi Belajar PAK sebesar 9092, maka
tingkat Motivasi Belajar PAK (9092 9860) sebesar 0,92.2 %. Dari penghitungan
Prosentase dengan berdasarkan sampel yang berjumlah 85 anak dapat disimpulkan
bahwa Motivasi Belajar PAK 92.2%. berarti Motivasi Belajar PAK di SMP Pelita
Harapan Pontianak� sangat tinggi. Ini
merupakan jawaban dari rumusan masalah deskriptif. Hasil penghitungan ini tidak
dapat digeneralisasikan untuk seluruh populasi, tetapi hanya berlaku untuk
sampel yang jumlahnya 85 anak tersebut. Agar dapat diberlakukan untuk
keseluruhan populasi, maka di lakukan pengujian hipotesis yang
langkah-langkahnya sebagai berikut ini :
Pertama-tama dilakukan penghitungan
rata-rata skor kriteria (skor ideal). Skor ideal adalah skor yang ditetapkan
dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertanyaan memberi jawaban
dengan skor tertinggi.
Skor
ideal ������ = (jumlah butir valid) x
(skor tertinggi skala pengukuran) x
��
(Jumlah responden)
= 25 x 5 x 85
= 10625
Rata-rata
skor ideal���� =� (skor ideal) : (jumlah responden)
= 10625 : 85
= 125 (skor teoritis tertinggi)
Berdasarkan
hipotesis (bab II) yang berbunyi :
Ho : Diduga Motivasi Belajar PAK Siswa
SMP Pelita Harapan Pontianak� sama dengan
80% dari kriteria yang ditetapkan.
Ha : Diduga Motivasi Belajar PAK Siswa
SMP Pelita Harapan Pontianak� sama dengan
80% dari kriteria yang ditetapkan.
Hal
ini berarati 80% dari kriteria yang ditetapkan
=
80% x 125
=
(80/100) x 125
=
0.80 x 125
=
100
Jadi
�0 = 100
Hipotesis
stastistik (untuk uji dua pihak) sebagai berikut :
Ho
: �1 = �0 = 100
Ha
: �1 = �0 ≠ 100
Langkah selanjutnya ialah melakukan uji
signifikan dengan uji t-test saat sampel perhitunganya sebagai berikut :
t
=
t
=
t
=
t
=
t
= 10,444
Berdasarkan penghitungan ini
signifikansi dengan t-test satu sampel didapatkan bahwa nilai t hitung sebesar
10,4442 nilai hasil penghitungan ini dikonsultasikan dengan nilai t tabel untuk
uji dua pihak pada taraf signifikansi 0.01 dengan dk 84 (n-1) nilai t tabel sebesar
2.642. karena harga t hitung, lebih besar dari harga t tabel (10.444>2,642),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Disirnpulkan bahwa Motivasi Belajar PAK Siswa SMP Pelita
Harapan Pontianak tidak sama dengan 80% dari rata-rata kriterium itu benar
bahkan lebih dari 80% yang diduga.
2.
Pengujian Hipotesis
Kedua
Dalarn menjelaskan dan untuk menjawab
rumusan masalah deskriptif seberapa baik persepsi siswa terhadap kepribadian
guru, maka pertama-tama ditentukan terlebih dahulu perhitungan persentase.
Berdasarkan tabel frekuensi didapatkan tertinggi sebesar 114. Bila jurnlah
responden 85 maka skor tertinggi yang, merupakan skor kriterium = 114 x 85 =
9690. Jika jumlah keseluruhan skor persepsi siswa terhadap kepribadian guru
sebesar 8487, maka tingkat persepsi siswa terhadap kepribadian guru (8487 9690)
sebesar 0.886 atau 88,6%. persepsi siswa terhadap kepribadian guru = 88.6%. Ini
merupakan jawaban dari rumusan masalah deskritip. Hasil penghitungan ini tidak
dapat digenerealisasikan untuk seluruh populasi, tetapi hanya berlaku untuk
sampel yang jumlahnya 85 anak tersebut. Agar dapat diberlakukan untuk
keseluruhan populasi, maka dilakukan pengujian hipotesis yang
langkah-langkahnya sebagai berikut ini :
Pertama-tama dilakukan penghitungan
rata-rata skor kriteria (skor ideal). Skor ideal adalah skor yang ditetapkan
dengan asumsi bahwa setiap responden pada setiap pertanyaaan memberi jawaban
dengan skor tertinggi. Perhitungan nilai atau skor ideal dan rata-rata skor
ideal sebagai berikut :
Skor
ideal ������ = (jumlah butir valid) x
(skor tertinggi skala pengukuran) x
��
(Jumlah responden)
= 24 x 5 x 85
= 10200
Rata-rata
skor ideal ��� = (skor ideal) : (jumlah
responden)
= 102005 : 85
= 120 (skor teoritis tertinggi)
Berdasarkan
hipotesis (bab II) yang berbunyi :
Ho : Diduga kepribadian guru PAK Siswa
SMP Pelita Harapan Pontianak sama dengan 75% dari kriteria yang ditetapkan.
Ha : Diduga kepribadian guru PAK Siswa
SMP Pelita Harapan Pontianak tidak sama dengan 80% dari kriteria yang
ditetapkan.
Hal
ini berarti 80% dari kriteria yang ditetapkan
=
75% x 120
=
(75/100) x 120
=
0.75 x 12
=
90
Jadi
�0 = 100
Langkah selanjutnya ialah melakukan uji
signifikan dengan uji t-test saat sampel perhitunganya sebagai berikut :
t
=
t
=
t
=
t
=
t
= 13,958
Berdasarkan perhitungan uji signifikan
dengan t-test satu sampel didapatkan bahwa nilai t hitung sebesar 13.958. Nilai
hasil penghitungan ini dikonsultasikan dengan nilai t tabel, untuk uji dua
pihak pada taraf siknifikansi 0.01 dengan dk 84 nilai t tabel sebesar
2,642.karena harga t hitung lebih besar dari harga t tabel (13.958>2.642),
maka Ho ditolak dan Ha diterima. Disimpulkan bahwa kepribadian Guru PAK di SMP
PELITA HARAPAN Pontianak� tidak sama
dengan 75% dari rat-rata Kriterium itu benar bahkan lebih dari 75% yang diduga.
3.
Pengujian Hipotesis
Ketiga
Dari hasil perhitungan regresi sederhana
Motivasi Belajar PAK atas persepsi siswa terhadap kepribadian guru menghasilkan
arah regresi b sebesar 0,351 dan konstanta a sebesar 71.926. Dengan demikian
bentuk hubungan antara kedua fariabel dapat digambarkan oleh persaman regresi Y
= 71,296 + 0,351 x. Sebelum
digunakan untuk keperluan prediksi, persamaan regresi ini harus memenuhi syarat
kelinearan dan keberartian. Pengujian signifikansi dan liniearitas hubungan
antara Motivasi Belajar PAK atas persepsi siswa terhadap kepribadian Guru dapat
digambarkan dalam tabel berikut:
Tabel 6
ANAVA untuk Uji Signifikan dan
Kelinearan Motivasi Belajar PAK Atas Persepsi Siswa terhadap Kepribadian guru
Sumber Variasi |
Dk |
Jk |
Rjk |
F hitung |
F tabel |
|
0,05 |
0,01 |
|||||
Total Regresi (a) Regresi (a b) Sisa |
85 1 1 83 |
4300.856 1130.62 437.793 2733.101 |
- - 437.793 32.929 |
- - 13.295** |
3.96 |
6.96 |
Tuna cocok |
25 |
692.269 |
27.691 |
0.787ns |
1.70 |
2.12 |
Galat |
58 |
2040.832 |
35.187 |
|
|
|
Dari tabel di atas dapat disimpulkan
bahwa model regresi Y= 71,296 + 0,351 x adalah sangat siqnifkan dan linier.
Regresi ini mengandung arti bahwa apabila persepsi siswa terhadap kepribadian Guru
meningkat satu unit, maka kecendrungan Motivasi Belajar PAK meningkat sebesar
0,351 pada konstanta 71,296.
Model hubungan antara variabel persepsi
siswa terhadap kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar PAK dapat ditampilkan
dengan pengujinya model regresi Y= 71,296 + 0,351 x.
Kekuatan hubungan antara persepsi siswa
terhadap kepribadian guru dengan Motivasi Belajar PAK ditujukan oleh koefisian
korelasi sebesar r xy 0,372. selanjutnya uji keberartian kolerasi dilakukan
dengan uji t dan didapatkan harga sebesar 3,646. untuk lebih jelasnya mengenai
kekuatan hubungan persepsi siswa terhadap Kepribadian Guru dengan Mitivasi
Belajar PAK dapat dilihat pada tabel berikut ini:
Tabel 7
Koefisien Korelasi dan Pengujian
Signifikansi Koefisien Korelasi
antara Variabel X dengan Y
N |
rxy |
r2xy |
T hitung |
T table |
|
0.05 |
0.01 |
||||
85 |
0.372 |
0.138 |
3.646** |
1.972 |
2.644 |
Berdasarkan hasil pengujian siknifikansi
seperti pada tabel di atas dapat disimpulkan bahwa hubungan antara persepsi
siswa terhadap Kepribadian Guru dengan Motivasi Belajar PAK sangat
siknifikasikan. Dan koefisien kolerasi sebesar 0,372 menunjukan bahwa hubungan
antara persepsi Siswa terhadap kepribadian guru dengan Motivasi Belajar PAK
adalah rendah berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan. Dengan demikian
hipotesis yang menyatakan terhadap hubungan positif yang siknifikatif antara
persepsi siswa terhadap kepribadian guru dengan motivasi belajar PAK. Apabila
guru Agama Kristen di SMP PELITA HARAPAN Pontianak ingin meningkatkan Motivasi
Belajar PAK maka dapat dilakukan dengan meningkatkan persepsi Siswa terhadap
Kepribadian Guru.
Kesimpulan
Setelah melalui
proses pengamatan empiris, kajian teoritik, analisa data, dan dengan menemui
keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki penulis dalam melakukan penelitian ini,
maka dapat diambil suatu kesimpulan dari penelitian ini sehagai berikut :
1.
Bahwa Motivasi Belajar
PAK Siswa SMP PELITA HARAPAN Pontianak adalah 92,2% dari kriteria yang telah
ditetapkan. Berdasarkan penghitungan uji signifikansi dengan t-test satu sampel
di dapatkan bahwa nilai t hitung sebesar 10.444 adalah sangat siknifikan pada
taraf signifikansi 0,01. Dan uji
hipotesis ini dapat disimpulkan bahwa Motivasi Belajar PAK� sangat tinggi berdasarkan kriteria yang telah
ditetapkan.
2.
Bahwa hubungan siswa
terhadap kepribadian guru di SMP PELITA HARAPAN Pontianak� sama dengan 88.6%. Berdasarkan penghindigan
uji signifikansi dengan t-test satu sampel didapatkan bahwa nilai t hitung
sebesar 13.958 adalah sangat signifikan pada tarat. signifikansi 0.01. Dari uji
hipotesis dapat disimpulkan bahwa persepsi siswa terhadap Kepribadian Guru di
SMP PELITA HARAPAN Pontianak adalah sangat tinggi berdasarkan kriteria yang
ditetapkan.
3.
Terdapat hubungan yang
positif dan sangat signifikan antara persepsi anak persepsi Siswa terhadap
kepridadian Guru dengan Motivasi Belajar PAK. Hasil analisis menunjukkan bahwa
didapatkan r hitung xy sebesar 0.372 denean interprestasi hubungan kedua
variabel adalah rendah dan pada tarap signifikan 0.01 adalah sangat signifikan
dengan t hitung sebesar 3.646. Dari data tersebut determinasi variabel sebesar
0.138. Keterangan ini menunjukan bahwa persepsi Siswa terhadap Kepribadian Guru
memberikan kontribusi sebesar 13.8�A terhadap motivasi Belajar PAK dan sisanya
86,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang dalam penlitian ini tidak diteliti.
BIBLIOGRAFI
Alkitab (,.) halaman 258. (1999). Jakarta: Lembaga Alkitab Indonesia.
Hermawati, W. (2017). Pengaruh Motivasi Kerja Guru Dan
Implementasi Program Kerja Musyawarah Guru Mata Pelajaran (Mgmp) Terhadap
Kinerja Mengajar Guru Di Mts Negeri Model Brebes. Syntax Literate; Jurnal
Ilmiah Indonesia, 2(9), 170�193.
Irwanto, E. (n.d.). dkk. 2005. Psikologi Umum: Buku
Panduan Mahasiswa. Jakarta: Prehalindo.
Simanjuntak, L. H. & A. L. (1998). Penentuan Guru PAK
Sekolah Dasar 1 & 2 (Cet. 3, Ed.). Jakarta: BPK Gunung Mull.
Subrata, T. (2005, November). Dimanakah Moral Guru? Surat
Kabar Harlan Sinar Harapan, p. 4.
Warassih, E. (2001). Pemberdayaan masyarakat dalam
mewujudkan tujuan hukum (Proses penegakan hukum dan persoalan keadilan).