Syntax Literate : Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849

����� e-ISSN : 2548-1398

����� Vol. 4, No. 11 November 2019

 


SIKAP SOSIAL MAHASISWA UMUS BREBES TERHADAP PENANGGULANGAN DAN PENYALAHGUNAAN NARKOBA

 

Muamar

Universitas Muhadi Setia Budi (UMUS) Brebes

Email: [email protected]

 

Abstrak

Sikap mahasiswa terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba kaitanya dengan mata kuliah pendidikan agama islam dikampus tidak terbentuk secara langsung, banyak faktor lainya yang berpengaruh salah satunya adalah persepsi mahasiswa itu sendiri terhadap mata kuliah Pendidikan Agama Islam dikampus. Karena dengan persepsi yang positif terhadap mata kuliah pendidikan Agama Islam maka mahasiswa akan mempunyai sikap yang positif pula terhadap mata kuliah pendidikan agama islam di kampus UMUS Brebes,selanjutnya dengan sikap yang positif tersebut mahasiswa dapat membentengi diri sendiri terhadap berbagai hal negatif termasuk bahaya penyalahgunaan narkoba.Penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif. Teknik pengumpulan data yang utama digunakan adalah Kuesener,dan metode lainya seperti pengamatan dan wawancara serta dokumentasi. Teknik penarikan sampel adalah multistage sample (sampel bertingkat) yaitu cluster sampling/ sampel berkelompok dan sampel sistematik (systematic sampling).

 

Kata Kunci: sikap sosial, penanggulangan, penyalahgunaan

 

Pendahuluan

Akibat penyalahgunaan narkoba (narkotika, psikotropika dan obat-obat berbahaya) sangat banyak dan berbahaya terutama yang bersangkutan (pemakai), masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, pemerintah bersama polisi dan pihak yang berkompeten lainnya terus berusaha untuk menanggulangi penyalahgunaan narkoba terutama oleh remaja usia sekolah. Tetapi karena begitu komplek permasalahannya, maka tidak mudah dilakukan. Disamping itu, permasalahan tersebut menyangkut berbagai aspek kehidupan manusia dan banyak faktor yang mempengaruhinya.

Menurut (Gunarsa, 2000), faktor yang mempengaruhi seseorang hingga kecanduan narkoba antara lain: lingkungan, pergaulan dan struktur keperibadian. Mereka yang berkeperibadian kuat tidak akan mudah terjerumus, sedangkan bagi mereka yang labil akan mudah terjerumus dan akan sulit dalam usaha menghentikan pemakaiannya. Kuat tidaknya struktur keperibadian seseorang dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya adalah sikap keberagamaannya. Kalau sikap agamanya kuat, maka keperibadiannya akan kuat, dan sebaliknya.

Islam merupakan agama menyeluruh karena itu Islam memiliki pedoman yang sangat relevan terhadap berbagai macam masalah, tanpa terkecuali dalam masalah penanggulangan narkoba (Purwanto, 2018). Agama sebagai faktor yang sangat berperan dalam pembentukan keperibadian yang mantap sebagaimana dimaksud dalam tujuan pendidikan nasional yang tertuang dalam (Nasional & Pelaksanaannya, 1992). Oleh karena itu pendidikan agama (Islam) ditetapkan sebagai salah satu mata kulih wajib pada setiap Program Studi. Namun kenyataannya, banyak ditemukan para pengguna penyalahgunaan narkoba adalah remaja yang masih sekolah ataupun masih kuliah, baik itu siswa Sekolah Lanjutan Tengah Pertama (SLTP). Sekolah Menengah Umum (SMU)maupun perguruan tinggi. Oleh karena itu muncul pertanyaan: seberapa efektifkah pelaksanaan mata kuliah Pendidikan Agama Islam (PAI) di kampus membentuk keperibadian mahasiswa mahasiswi sehingga tidak mudah terjerumus dalam tindakan asusila (seperti penyalahgunaan narkoba)?.

Untuk memahami dan mengetahui berbagai aspek berkaitan dengan penyalahgunaan narkoba dan mata kuliah pendidikan agama islam di UMUS Brebes, maka perlu diketahui lebih mendalam dan konprehensif tentang sikap mahasiswa terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

Sikap mahasiswa terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba kaitannya dengan mata kuliah pendidikan agama islam di UMUS Brebestidak terbentuk secara langsung, banyak faktor lainnya yang berpengaruh, salah satunya adalah persepsi mahasiswa itu sendiri terhadap pendidikan agama islam di kampus. Karena dengan persepsi yang positip terhadap pendidikan agama, maka mahasiswa akan mempunyai sikap yang positip pula terhadap pendidikan agama di kampus. Selanjtnya dengan sikap yang positip tersebut mahasiswa dapat membentengi diri sendiri terhadap berbagai hal negative termasuk bahaya penyalahgunaan narkoba.

 

 

 

 

 

Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif. Teknik pengambilan data utama yaitu dengan meggunakan kuesioener (Sugiyono, 2010). Sedangkan metode lainnya, seperti wawancara dan pengamatan digunakan sebagai metode pelengkap.

Sasaran penelitian dalam penelitian ini adalah mahasiswa UniversitasMuhadi Setiabudi Brebes, Jawa Tengah. KarenaUMUS adalah satu satunya kampus baru yang lokasinya strategis dan semua bidang program studinya sudah terakreditasi dengan nilai B. Begitu juga dengan akreditasi Institusinya yang sudah mendapatkan peringkat B. Harapannya kampus ini bisa menjadi kampus percontohan dalam hal penanggulangan anti Narkobaakhususnya diwilayah Brebes dan umumnyadi wilayah Jawa Tengah. Sehingga dalam penelitian ini populasi target adalah seluruh mahasiswa UMUS Brebes. Sedangkan populasi jangkauan adalah mahasiswa semester II. Pada 3 program studi (manajemen, teknik sipil, teknik informatika).

Teknik penarikan sampel adalah multistage sample (sampel bertingkat). Pertama: penarikan sampel dengan teknik Cluster Sampling (Sampel berkelompok). Dari populasi yang terdiri dari dari 10 program studi diambil 3 program studi yaitu Program studi teknik sipil, manajemen dan Teknik Informatika yang masuk pada jenjang semester II sekaligus mendapatkan mata kuliah dasar wajib pendidikan agama islam II. Diambilnya 3kelas tersebut didasari pada: I ) di semester 2 masih mendapatkan mata kuliah PAI, 2 ) potensi keaktifan dan jumlah mahasiswa yang terbanyak. Kedua: teknik yang digunakan adalah Sampel Sistematik (Systematic Sampling), adalah metode pengambilan sampel, di mana hanya unsur pertama saja dari sampel dipilih secara acak, sedangkan unsur selanjutnya dipilih secara sistematis menurut pola tersebut.

 

Hasil dan Pembahasan

A.  Sikap Terhadap Penanggulangan Penyalahgunaan Narkoba

1.    Pre-emtif

Pre-emtif adalah menanamkan nilai nilai/norma-norma yang baik sehingga terkristalisasi dalam diri seseorang untuk mencegah dirinya berbuat kejahatan (Monica, 2018). Dalam hal pelaksanaan shalat wajib seperti shakat Dhuhur, kecendurungan mahasiswa menunjukan sikap yang �ragu-ragu�. Sebagian menyatakan lebih baik shalat di rumah, karena masjid di kampus kotor dan kadang juga kerena ingin ramai-ramai pulang bersama temannya. Sebagian lagi mengerjakan shalat di sekolah. Tapi biasanya terburu-buru dan tidak tenang. Walaupun demikian, menurut mereka sebenarnya, sebaiknya melaksanakan shalat tepat pada waktunya, tetapi karena situasi dan kondisi tidak tidak menunjang (masjid kotor, lapar, capai, dsb) terpaksa dalam menjalankan shalat waktunya agak mundur.

Perintah agama ada yang wajib da nada yang sunat. Menurut mereka, selain harus mengerjakan shalat (wajib) sebaiknya juga menjalankan perintah-perintah sunat seperti: puasa setiap hari Senin dan Kamis. Dengan membiasakan menjalankan perintah-perintah agama baik itu wajib maupun sunat dapat mencegah perbuatan /tindakan yang dilarang agama.

Menurut ilmu termasuk ilmu agama(islam) juga merupakan kewajiban. Oleh karena itu dalam mempelajari agama islam tidak hanya ketika ada mata kuliah PAI (di kelas), tetapi bisa diluar kelas, musholla dan bahkan juga di kantin. Di samping itu, setiap ada mata kuliah yang dosennya tidak hadir, waktunya bisa digunakan untuk mendiskusikan salah satu mata kuliah termasuk PAI. Sehingga tidak ada waktu luang untuk mengobrol, nongkrong di pinggir jalan ataupun perbuatan-perbuatan tercela seperti: minum-minuman keras.

2.    Preventif

Preventif merupakan pengendalian yang dilakukan sebagai upaya untuk�� mencegah terjadinya kecurangan (Afkar, 2016). Tentang informasi mengenai bahaya penyalahgunaan narkoba, seperti di radio, televise, tidak semua siswa memandang penting. Mereka hanya kadang-kadang saja mengikuti. Oleh karena itu diradio, televise ataupun Koran tidak perlu adanya berita tentang bahaya penyalahgunaan narkoba. Di samping itu, menurut mereka di sekolah tidak perlu ada penyuluhan tentang bahaya narkoba. Karena itu merupakan kesadaran dan tanggung jawab masing-masing termasuk orang tua.

Dalam bergaul mereka tidak membeda-bedakan antara teman yang rajin beribadah maupun yang tidak rajin/tidak pernah beribadah. Bagi mereka, semua temen sama saja yang penting keyakinan diri kita sendiri. Apabila ada temen yang terlibat narkoba mereka tidak mau menegur, kaena itu bukan tanggung jawabnya.

Sebagian mahasiswa menganggapnya bahwa informasi itu penting dalam rangka mencegah dan menanggulangi bahaya penyalahgunaan narkoba baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu, mereka menganggap perlu adanya penyuluhan narkoba di kampus dan adanya berita tentang narkoba dimedia massa. Untuk menanggulangi bahaya narkobalebih jauh, mereka selalu selektif dalam memilih teman. Mereka bisa bergaul dengan teman-teman yang rajin beribadah, karena seseorang yang rajin menjalankan ajaran-ajaran agama tidak mungkin terlibat atau melakukan perbuatan-perbuatan tercela, seperti: menggunjing, mencuri, ataupun minum-minuman keras (narkoba).

Selain dengan cara selektif dalam memilih teman dan menegur teman yang terlibat, mereka juga selalu berusaha meningkatkan pengetahuan agama agar tidak mudah terjerumus dalam penyalahgunaan narkoba. Usaha lainnya untuk menanggulangi bahaya narkoba adalah dengan cara mengembangkan bakat/kemampuan yang dimiliki agar lebih bermanfaat.

3.    Represif

Definisi preventif menurut KBBI ialah bersifat mencegah supaya tidak terjadi apaapa (Karo, Pasaribu, & Sulimin, 2018). Sebagian mahasiswa berpendapat, apabila ada teman yang terlibat penyalahgunaan narkoba tidak perlu ada sangsi dari kampus. Karena anak itu adalah urusan orangtua masing-masing bukan urusan kampus.

Sebagian mahasiswa lain berpendapat, apabila ada teman yang diketahui terlibat penyalahgunaan narkoba, maka segera diberi sangsi agar tidak mengulangi lagi perbuatannya dan tidak merembet kepada teman-teman yang lain. Hal tersebut bukan hanya merupakan tanggung jawab orang tua yang bersangkutan, tetapi juga merupakan tanggung jawab kampus. Pihak kampus wajib mendidik mahasiswa mahasiswinya agar menjadi manusia yang berakhlak mulia dan tidak mengganggu ataupun merugikan orang lain. Mahasiswa yang terlibat narkoba perlu diberi hukuman yang berat supaya jera dan tidak melakukan lagi.

4.    Rehabilitasi

����������� Dalam rangka menyembuhkan ataupun menghilangkan rasa ketergantungan seseorang terhadap narkoba, perlu ada panti ataupun lembaga yang menampung para pengguna narkoba. Di dalam proses penyembuhan tersebut tidak hanya bersifat fisik semata, tetapi juga perlu dan harus didasari dan dijiwai dengan nilai-nilai agama (Islam). Tanpa didasari nilai-nilai agama tidak akan berhasil menyembuhkan. karena dengan dijiwai ajaran/nilai agama diharapkan seseorang akan timbul kesadaran akan dirinya dan kotoran-kotoran dalam hatinya akan hilang.

  1. Analisis Statistik�����������

Korelasi Antara persepsi terhadap mata kuliah PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan Narkoba:

1.    Motif belajar PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan Narkoba.

Motif belajar PAI dengan sikap terhadap faktor-faktor sikap yang tidak menyebabkanpenyalahgunaan narkoba yaitu dengan menjalankan ajaran-ajaran agama dan memanfaatkan waktu luang sebaik-baiknya (pre-emtif) terdapat hubungan yang positif. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,33 dengan signifikansi 0,004, yang berarti terdapat hubungan yang positif antara motif belajar PAI dengan sikap pre-emtif terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

Motif belajar PAI dengan pandangan tentang usaha pencegahan (preventif) penyalahgunaan narkoba terdapat hubungan yang positif. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,20 dengan signifikansi 0,07, yang berarti terdapat hubungan yang positif antara perhatian terhadap PAI dengan sikap preventif.

Motif dengan pandangan tentang pemberian sangsi atau hukuman (represif) terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba terdapat hubungan. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,36 dengan signifikansi 0,001. Berarti antara kepentingan belajar mata kuliah PAI dengan sikap represif terdapat hubungan yang positif.

Motif dengan pandangan tentang penyembuhan terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba tidak terdapat hubungan. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,04 dengan signifikansi 0,73. Berarti antara motif belajar mata kuliah PAI dengan sikapnya tentang rehabilitasi tidak terdapat hubungan.

2.   Perhatian terhadap mata kuliah PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan Narkoba.

Perhatian terhadap mata kuliah PAI yang ditunjukkan dengan kesungguhan untuk selalu mengikuti kegiatan mata kuliah PAI dengan pandangan terhadap faktor-faktor yang tidak menyebabkan penyalahgunaan narkoba (pre-emtif) terdapat hubungan yang positif. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,20 dengan signifikansi 0,07. Yang berarti terdapat hubungan yang positif antara perhatian terhadap PAI dengan sikap pre-emtif walaupun signifikansi yang diperoleh lebih sedikit dari 0,05.

Perhatian terhadap mata kuliah PAI dengan pandangan tentang pencegahan penyalahgunaan PAI dengan pandangan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba (preventif) terdapat hubungan yang positif. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,37 dengan signifikansi 0,001,yang berarti terdapat hubungan yang positip antara perhatian terhadap PAI dengan sikap preventif.

Perhatian terhadap mata kuliah PAI dengan pandangan tentang pemberian sengsi atau hukuman (represif) terhadap hubungan yang positip. Hasil pengujian statistic yang diperoleh adalah 0.23 dengan signifikasi 0,03, yang berarti terdapat hubungan yang positipantara perhatian terhadap PAI dengan sikap refresif.

Perhatikan terhadap mata kuliah PAI dengan pandangan tentang pertolongan, perawatan dan rehabilitasi terhadap mereka yang terlibat dalam penyalahgunaan narkoba (treathmen & rehabilitasi ) tidak terdapat hubungan. Hasil pengujian statistic yang diperoleh adalah 0,05 dengan signifikasi0,64 yang berarti tidak terdapat hubungan antara perhatian terhadap PAI dengan sikapnya tentang treathment dan rehabilitasi.

3.   Kepentingan belajar PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba.

Kepentingan mahasiswa belajar mata kuliah PAI yaitu untuk menumbuhkan dan meningkatkan keyakinan agama dengan pandangan tentang faktor-faktor sikap yang tidak menyebabkan penyalahgunaan narkoba (pre-emtif) terdapat hubungan. Hasil pengujian statistic yang diperoleh adalah 0,25 dengan signifikansi 0,03. Berarti antara kepentingan belajar PAI dengan sikap pre-emtif terdapat hubungan yang positip.

Kepentingan mahasiswa belajar mata kuliah PAI dengan pandangan tentang pencegahan penyalahgunaan narkoba (preventif) terdapat hubungan. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,26 dengan signifikansi 0,02. Berarti antara kepentingan terhadap mata kuliah PAI dengan sikap preventif terhadap hubungan yang positip.

Kepentingan mahasiswa belajar mata kuliah PAI dengan pandangan tentang pemberian sangsi atau hubungan(refrensif) terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba terhadap hubungan. Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,36 dengan signifikansi 0,00. Berarti antara kepentingan belajar PAIdengan sikap refresif terdapat hubungan yang positip.

Kepentingan mahasiswa belajar mata kuliah PAI dengan pandangan tentang usaha pertolongan, perawatan dan rehabilitas (trethmen & rehabilitas ) tidak terdapat hubungan. Hasil pengujian statistic yang diperoleh adalah -0,06 dengan sigifikansi 0,55. Berarti antara kepentingan belajarmata kuliah PAI dengan sikap trethmen dan rehabilitas tidak terdapat hubungan.

4.    Harapan belajar mata kuliah PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyaahgunaan narkoba

Harapan mahasiswa dalam belajar mata kuliah PAI untuk dapat mendorong dan memotivasi menjalankan ajaran-ajaran agama dengan pandangan tentang factor-faktor yang tidak menyebabkan penyalahgunaan narkoba (pre-emtif) terdapat hubungan. Hasil pengujian statistic yang diperoleh adalah 0,33 dengan segnifkansi 0,003. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di UMUS dengan sikap pre-emtif terdapat hubungan yang positip.

Harapan mahasiswa dalam belajar PAI untuk dapat mendorong dan memotivasi menjalankan ajaran-ajaran agama dengan pandangan tentangusaha pencegahan penyalahgunaan narkoba (preventif) terdapat hubungan. Hasil pengujian statis yang diperoleh adalah 0,35 dengan signifikansi 0,002. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di UMUS dengan sikap pre-emtif terhadap hubungan yang positif.

Harapan mahasiswa dalam belajar dan mengikuti mata kuliah PAI untuk dapat mendorong dan memotivasi menjalankan ajaran-ajaran agama dengan pandangan tentang pemberian sangsi atau hukuman terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba (represif) terdapat hubungan. Hasil pengujian statis yang diperoleh adalah 0,36 dengan signifikansi 0,001. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di UMUS dengan sikap reprensif terhadap hubungan yang positif.

Harapan mahasiswa dalam belajar dan mengikuti mata kuliah PAIuntuk dapat mendorong dan memotivasi menjalankan ajaran-ajaran agama dengan pandangan tentang usaha penyembuhan terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba (trethmen dan rehabilitasif) tidak terdapat hubungan. Hasil pengujian statis yang diperoleh adalah 0,06 dengan signifikansi 0,6. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di kampus UMUS dengan sikap terhadap trethmen dan rehabilitasi tidak terdapat hubungan yang positif.

5.   Pengalaman belajar PAI dengan sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba

Pengalaman mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI yaitu dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan pandangan tentang faktor-faktor yang tidak menyebabkan penyalahgunaan narkoba (pre-emtif) terdapat hubungan.Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,31 dengan segnifkansi 0,008. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di kampus UMUS dengan sikap pre-emtif terdapat hubungan yang positip.

Pengalaman mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI yaitu dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan pandangan tentang usaha pencegahan penyalahgunaan narkoba (preventif) terdapat hubungan.Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,42 dengan signifikansi 0,00. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di kampus UMUS dengan sikap preventif terhadap hubungan yang positip.

Pengalaman mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI yaitu dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan pandangan tentang pemberian sangsi atau hukuman terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba (represif) terdapat hubungan.Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,31 dengan signifikansi 0,07. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di kampus UMUS dengan sikap preventif terhadap hubungan yang positip.

Pengalaman mahasiswa mengikuti mata kuliah PAI yaitu dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari dengan pandangan tentang penyembuhan terhadap mereka yang terlibat penyalahgunaan narkoba (trethmen & rehabilitasi)tidak terdapat hubungan.Hasil pengujian statistik yang diperoleh adalah 0,14 dengan signifikansi 0,20. Berarti antara harapan terhadap mata kuliah PAI di UMUS dengan sikapnya trethmen & rehabilitasi tidak terhadap hubungan.

Korelasi antara persepsi (variable komposiit) terhadap Mata kuliah PAI dengan sikap (komposit) terhadap pennggulangan narkoba:

Dalam rangka menguji hipotesa penelitian yaitu � terdapat hubungan antara persepsi mahasiswa terhadap mata kuliah PAI di UMUS dengan sikap mahasiswa terhadap penanggulangan panyalahgunaan narkoba, maka dalam bagian ini akan dilihat hubungan antara persepsi dan sikap (variabel komposit/gabungan/keseluruhan).

Hasil pengujian statistic korelasi antara persepsi dengan sikap menunjukan angka 0,24 dengan signifikansi 0,05 berarti antara persepsi terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) di kampus dengan sikap mahasiswa terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba terhadap hubungan tergolong sedang. Dengan demikian hipotesa penelitian terbukti.

 

Kesimpulan

Dari hasil temuan lapangan seperti yang telah diuraikan pada bab sebelumnya disimpulkan sebagai berikur:

1.    Hasil analisa per indicator variabel, bahwa persepsi mahasiswa terhadap Pendidikan Agama Islam (PAI) di UMUSyang terdiri dari motif, perhatian, kepentingan, harapan dan pengalaman menunjukan kecendrungan persepsi yang positip.

2.    Hasil analisa per variabel, bahwa sikap mahasiswa terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba yang terdiri dari pre-emtif, preventif, represif dan rehabilitas menunjukan kecendrungan yang positip.

3.    Dari kelima indicator persepsi semuanya mepunyai hubungan yang positip dengan indicator sikap terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba, kecuali dengan indicator rehabilitasi tidak terdapat hubungan.

4.    Korelasi antara persepsi (variabel komosit/gabungan/keseluruhan) terhadap PAI di kampus UMUS dengan sikap yang terhadap penanggulangan penyalahgunaan narkoba terdapat hubungan yang positip. Dengan demikian hipotesa penelitian terbukti.

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

BIBLIOGRAFI

 

 

Afkar, T. (2016). Efektivitas Pengendalian Preventif, Pengendalian Detektif, dan Pengendalian Represif Terhadap Pencegahan Kecurangan Akuntansi. Majalah Ekonomi, 21(2), 211�225.

 

Gunarsa, Y. S. D. (2000). Asas-asas Paikologi Keluarga Idaman. BPK Gunung Mulia.

 

Karo, R. K., Pasaribu, D., & Sulimin, E. (2018). Upaya Preventif Dan Represif Terhadap Prostitusi Online Berdasarkan Peraturan Perundang-Udangan Yang Berlaku Di Indonesia. Lex Journal: Kajian Hukum & Keadilan, 2(2).

 

Monica, D. R. (2018). Upaya Kepolisian Dalam Penanggulangan Tindak Pidana Penyebaran Hoax. Jurnal Poenale, 5(2).

 

Nasional, U.-U. T. S. P., & Pelaksanaannya, D. P. (1992). UU RI No. 2 Th. 1989. Jakarta: Sinar Grafika.

 

Purwanto, I. D. (2018). HUKUM ISLAM TERHADAP POTONGAN HARGA (Studi di Lativah Hijab Cirebon). Syntax Literate; Jurnal Ilmiah Indonesia, 3(9), 21�29.

 

Sugiyono, P. (2010). Dr. Metode Penelitian Pendidikan: Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D Cet.