����������� Syntax Literate
: Jurnal Ilmiah Indonesia p�ISSN: 2541-0849
e-ISSN :
2548-1398
Vol.
4, No. 11 November 2019
PENGEMBANGAN MATERI AJAR BAHASA INDONESIA BERBASIS WEB DENGAN TEKNIK PIDATO UNTUK
MENINGKATKAN KETERAMPILAN BERBICARA SISWA KELAS XI SMA NEGERI 1 WANASARI BREBES
Nurchalistiani Budiana dan Atikah Mumpuni
Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan UMUS Brebes
Email:
[email protected]
dan [email protected]
Abstrak
Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan materi ajar berbicara berbasis web pada materi teks prosedur dan efektif dalam meningkatkan kemampuan
keterampilan berbicara siswa kelas XI. Pelaksanaan penelitian ini pada bulan
Mei sampai dengan Agustus 2019. Bentuk
penelitian yang digunakan adalah penelitian dan pengembangan (Reseacrh and Development). Desain yang
digunakan dalam penelitian dan pengembangan bahan ajar ini
mengadopsi dari model desain Borg and Gall. Data dikumpulkan dari penilaian
ahli materi dan tes
kemampuan berbicara. Penelitian ini dilaksanakan di
SMA
Negeri 1 Wanasari Brebes. Peneliti
mengambil kelas XI IPA 1, XI IPA 2, dan XI IPA 3 sebagai kelas control dan
eksperimen. Teknik pengumpulan data dilakukan lewat angket
untuk validasi produk
dan tes untuk
uji coba di lapangan, sedang
teknik analisis data
dilakukan lewat teknik statistik deskriptif dan t-tes untuk uji beda mean lewat
bantuan SPSS 16.� Produk� �yang��
dihasilkan� �dalam� �penelitian
pengembangan� �ini�
�adalah materi ajar bahasa Indonesia bagi siswa kelas XI yang
meliputi konten isi materi,
angket dan instrumen penilaian
dengan
spesifikasi:
(1). Produk dikembangkan
dengan berbasis web, (2). Membantu siswa meningkatkan
kemampuan keterampilan berbicara,
(3). Komponen materi ajar yang dikembangkan dikhususkan untuk
siswa kelas XI SMA pada mata pelajaran Bahasa Indonesia. Dari hasil analisis data melalui rumus uji t-test didapat hasil ���(0.000) �< 0.05,� sehingga terdapat perbedaan kognitif antara sebelum dan sesudah siswa menggunakan
materi ajar yang
dikembangkan berbasis
web dengan materi teks prosedur siswa kelas XI. Maka pengembangan yang telah
dilakukan mampu meningkatkan� kemampuan
keterampilan berbicara.
Kata kunci: Pengembangan Materi Ajar, Pembelajaran
Berbasis Web, Berbicara
Pendahuluan
Bahan ajar merupakan materi�pembelajaran
yang
disampaikan guru�kepada siswa, sehingga diperlukan bahan ajar yang
mampu
mewadahinya.
Bahan ajar mempengaruhi
keberhasilan siswa
dalam proses belajar selain
peranan seorang
guru, maka dari
itu perlu dirumuskan bahan ajar yang
mampu
mendukung terselenggarakannya pendidikan yang baik, khususnya dalam hal ini
adalah mata pelajaran
bahasa Indonesia.
Idealnya materi pembelajaran harus
relevan dengan kompetensi yang dibutuhkan, materi esensial, dan sesuai dengan tingkat
perkembangan siswa.
Berkaitan �dengan� pembelajaran �bahasa dan sastra Indonesia, sampai
saat ini telah
banyak bahan ajar yang
dapat ditemukan.
Namun, bahan ajar yang
sesuai
dengan
kebutuhan guru dan siswa masih
sulit
�ditemukan.� Pada�
umumnya� bahan ajar yang tersedia tersebut untuk kompetensi dasar secara keseluruhan baik
untuk aspek keterampilan menyimak,
berbicara, membaca, dan aspek keterampilan
menulis.
Dalam
ranah komunikasi bahasa memiliki peran vital dalam mewujudkan ketercapaian
komunikasi yang baik serta komunikatif.Secara umum bahasa berperan sebagai alat
atau instrument komunikasi. Tanpa penggunaan bahasa yang baik seorang
komunikator tidak akan mampu menyampaikan informasi ke komunikan dengan baik.
Peran bahasa sebagai alat dalam berkomunikasi tidak hanya dipaparkan oleh
penulis, namun juga oleh (Sumarna, n.d.) serta
(Soeparno & Djojowidagdo, 1993) Menurut
ketiganya bahasa merupakan alat yang digunakan untuk berkomunikasi. Adapun
konsep komunikasi yang dimaksud bersifat umum, meliputi komunikasi sosial,
budaya, atau jenis yang lain (Wulandhari, 2017).
Materi ajar
berbicara Bahasa Indonesia dalam penelitian ini menggunakan teks prosedur.� (Mahsun, 2014)�teks�prosedur/arahan �merupakan
�salah �satu�dari jenis teks yang termasuk genre faktual sub genre prosedural. Tujuan sosial teks ini adalah
mengarahkan
atau mengajarkan tentang langkah-langkah yang telah
ditentukan. Dengan demikian teks jenis ini
lebih menekankan aspek
bagaimana melakukan sesuatu, yang dapat
berupa salah satu percobaan atau pengamatan. Pada tahapan
berbicara langkah awal yang
ditempuh yaitu siswa
memproduksi teks prosedur. Pada tahap ini siswa memproduksi
teks prosedur, yaitu: 1) memilih topik;
2) mempertimbangkan fungsi tulisan; 3) identifikasi pembaca; 4)
mempertimbangkan bentuk tulisan; dan 5) mengorganisir ide. Pada tahap
selanjutnya, yaitu tahap
penyusunan merupakan waktu untuk menuangkan ide atau gagasan tanpa
memperdulikan ejaan, tanda
baca, dan kesalahan teknis lainnya. Pada
tahap ketiga yaitu revisi adalah waktu untuk membaca kembali draf dan
berbagi draf, kemudian memperbaiki draf berdasarkan umpan balik atau masukan yang telah
didapatkan.
Tahap keempat, yaitu edit adalah waktu
untuk memperbaiki naskah secara total. Tahap
terakhir, yaitu menuangkannya pada video dan dipublikaskan di web. Pembelajaran
berbicara
sebagai sal ah
satu pokok bahasan dalam mata pelajaran
Bahasa Indonesia
dapat dilakukan dengan menerapkan pembelajaran berbasis web. Adapun alur pelaksanaan pembelajaran
tersebut secara jelas dapat disajikan dalam Gambar l.
Prewiting (Pra penulsian) Tahap ini siswa
menentukan topik, bentuk, dan fungsi tulisan, identifikasi pembaca, serta
mengumpulkan ide. Pengumpulan ide dilakukan melalui kegiatan
membaca dan mengomentari postingan blog yang telah disediakan Revising (Revisi) Pada tahap ini siswa
membaca kembali draf kasar dan berbagai tulisannya. Siswa memperbaiki
tulisannya berdasarkan masukan (komentar) dari anggota kelompoknya Editing (Edit) Pada tahap ini siswa mengedit tulisannya
secara total, baik dari segi pilihan kata, kalimat dan ketepatan EYD Publishing (Publikasi) Siswa menuangkan hasil produksi teks prosedur pada video dan dipublikaskan di web Drafting (tahap penyusunan) Berdasarkan ide yang telah terkumpul dari
aktivitas melihat dan mengomentari postingan, siswa menyusun draf kasar
Gambar 1 Proses pembelajaran
berbicara berbasis web
Pembelajaran
berbicara
berbasis web dilakukan dengan
mengomentari postingan yang
telah disediakan kemudian mengolah web dengan memposting video di youtube kemudian dari link youtube diconvert �ke
blog yang
telah melalui tahap edit. Kemampuan berbicara siswa dalam bentuk lisan dan tulisan dapat diketahui sejauh mana peningkatannya setelah dilakukan penilaian.
Secara umum, (Arikunto, 2009) menerangkan bahwa penilaian adalah pengambilan keputusan berdasarkan pertimbangan baik buruk yang dilakukan secara kualitatif. Penilaian dalam berbicara agar dapat diambil
keputusan mengenai baik atau buruknya
karya tersebut, meliputi beberapa
komponen.
Tabel 1. �Peniaian
keterampilan berbicara
Aspek |
Komponen yang Dinilai |
Indikator |
Kebahasaan |
Lafal |
Berkaitan
dengan kejelasan pelafalan fonem, standar, dan
intonasi |
Kosakata |
Berkaitan dengan penggunaan, penguasaan kata-kata, istilah, dan ungkapan yang tepat, sesuai dan
variatif |
|
Struktur |
Berkaitan dengan penggunaan struktur kalimat yang
dihasilkan efektif sehingga
�memudahkan
dalam pemahaman |
|
Non kebahasaan |
Materi |
Berkaitan dengan topik dan uraian
sesuai, mendalam,
mudah dipahami dan
unsur wacana lengkap |
Kelancaran |
Berkaitan dengan pembicaraan lancar sejal
awal sampai akhir, jeda tepat |
|
Gaya |
Dalam pembawaan, gerakan, busana santun,
wajar, tepat, luwes |
Ditulis dengan mengacu (Nurgiyantoro, 2001) Penilaian dalam Pengajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia pada sub
bab �Penilaian Keterampilan Berbicara�
Berdasarkan
pengamatan peneliti di lapangan, diperoleh informasi bahwa ada kecenderungan
dari siswa mengalami kesulitan menemukan dan menuangkan ide ke dalam tulisan
maupun lisan. Siswa perlu dipancing atau dibiasakan untuk menggali ide. Lebih
jauh lagi, siswa cenderung enggan ketika harus berbicara terstruktur di depan
orang lain. Mereka krisis percaya diri karena memang tidak dibiasakan/dilatih
untuk mengutarakan pendapat secara lisan.
Dari
studi pendahuluan tersebut diketahui bahwa materi
ajar pidato seharusnya diawali dengan kegiatan menulis teks pidato dan di akhiri
dengan berpidato. Pidato menurut KBBI adalah kata benda
yang berarti pengungkapan pikiran dalam bentuk kata-kata yang ditujukan kepada
orang banyak atau wacana yang disiapkan untuk disampaikan kepada orang banyak. Materi
ajar seharusnya menuntun siswa untuk mudah mendapatkan
ide/topik pidato karena hal inilah yang mendasari siswa enggan menulis teks
pidato. Tak hanya itu, siswa sebaiknya
juga diajari untuk membuat teks pidato yang menarik dari pembuka, isi, dan
penutup pidato karena setiap bagian ini memiliki peran tersendiri.
Penyusunan
materi ajar ini diawali dengan mengkaji kurikulum yang berlaku
untuk menentukan standar kompetensi dan kompetensi dasar yang dipilih, serta
indikator yang ditetapkan. Kemudian, peneliti melakukan studi lapangan untuk
menganalisis kesulitan-kesulitan dalam pembelajaran menulis teks pidato maupun
berpidato. Selanjutnya, peneliti mengumpulkan teori tentang pidato dan prinsip
pengembangan materi ajar berbasis web dari
beberapa pustaka. Dari kajian teori tersebut, dibuat matriks/rekaman dalam
bentuk tabel untuk memudahkan peneliti maupun pembaca dalam mempelajari pijakan
teori yang digunakan.
Penelitian
pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah untuk mengembangkan suatu
produk baru atau menyempurnakan produk yang telah ada yang dapat
dipertanggungjawabkan (Sukmadinata, 2008) Di era teknologi informasi dan komunikasi yang
serba canggih, diperlukan pembelajaran �yang
�dapat
�mengimplementasikan� kemajuan �teknologi. Pembelajaran berbasis berbasis web salah satu pilihan pembelajaran yang
dapat diterapkan. Hal ini didukung dari hasil penelitian (Sunwinarti & Suwito,
2016) yang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang dilakukan dengan menggunakan pembelajaran
berbasis web lebih
tinggi
dibandingkan pembelajaran yang
tidak berbasis web. Web pada dasarnya dapat dikatakan sebagai ruang yang
dapat digunakan sebagai sarana
untuk memperoleh lnformasi dengan berbagai
bentuk seperti, tulisan,
gambar, audio, atau
audio visual.
Pembelajaran berbasis
web merupakan suatu pembelajaran yang bisa diakses melalui jaringan internet.
Pembelajaran berbasis web yang popular dengan sebutan web-based traning (WBT)
atau kadang juga disebut web based education (WBE) dapat didefinisikan sebagai
aplikasi teknologi web dalam dunia pembelajaran untuk sebuah proses pendidikan. Secara sederhana dapat dikatakan
bahwa semua pembelajaran yang memanfaatkan teknologi internet dan selama proses
belajar dirasakan terjadi oleh yang mengikutinya maka kegiatan itu dapat
disebut sabagai pemeblajaran berbasis web (Rusman & Riyana, 2011).
Pembelajaran berbasis
web dengan memanfaatkan blog merupakan inovasi dalam kegiatan pembelajaran
dapat diterapkan di sekolah.
Oleh sebab itu, pembelajaran berbasis web perlu dikembangkan, sehingga
dapat meningkatkan kreativitas keterampilan berbahasa peserta didik.
Metode
Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah metode
penelitian dan pengembangan (Research
and
Development/R&D).� Penelitian
�R&D
adalah proses yang
digunakan untuk mengembangkan dan memvalidasi produk
pendidikan. Langkah-langkah R&D terdiri atas menemukan
dan menganalisis sebuah produk, mendesain, mengembangkan produk, mengimplementasikan, dan
merevisinya untuk memperbaiki
kekurangan yang
ditemukan dalam tahap
mengajukan pengujian.
Subjek
penelitian terlibat dalam uji coba awal, uji coba lapangan, dan uji coba
lapangan operasional. Subjek uji coba awal terdiri atas empat siswa kelas XI IPA 1, sedangkan
subjek uji coba lapangan terdiri atas sepuluh siswa di luar siswa yang telah terlibat
dalam ujicoba awal. Subjek uji coba lapangan operasional adalah siswa XI IPA 2
dan kelas XI IPA 3 yang menempuh mata pelajaran Bahasa Indonesia.
Subjek
uji coba lapangan operasional
berjumlah 34 siswa dari kelas XI IPA 2 dan 30 siswa dari kelas XI IPA 3. Pada subjek uji coba lapangan operasional
ini, dua kelompok tersebut diambil sampelnya dengan menggunakan teknik cluster
random sampling. Cluster random sampling adalah pengambilan sampel berdasarkan
wilayah tertentu, kelas yang dijadikan sampel
atau diberi perlakuan yaitu kelas
XI IPA 2 yang berjumlah 34 siswa.
Kelas XI IPA 3 berjumlah 30 dijadikan kelas kontrol. �
Instrumen
penelitian menggunakan validasi ahli, angket mahasiswa, dan tes kemampuan kemampuan berbicara. Validasi ahli yang dimaksud adalah validasi
ahli materi. Angket
berupa angket terbuka untuk
menilai proses pembelajaran berbasis web yang
telah dilaksanakan kepada semua
subjek uji coba. Sementara itu, tes kemampuan berbicara merupakan tes memproduksi teks prosedur yang akan dipublikasikan
yang diberikan sebelum dan sesudah perlakuan pada subjek uji coba lapangan
operasional. �
Teknik analisis data yang digunakan
adalah deskriptif kualitatif, yaitu memaparkan pengembangan produk perangkat
pembelajaran berbasis web untuk meningkatkan kemampuan berbicara siswa
pada tahap uji coba awal dan uji coba lapangan. Pada subjek uji coba
lapangan operasional, terdapat tambahan yaitu teknik kuantitatif. Pada teknik tersebut dilakukan uji hipotesis independent
sample t-test pada aplikasi SPSS 16 dengan signifikansi 0,05. Uji beda rata-rata hitung dilakukan untuk menganalisis
kelompok data postes kelas kontrol dan kelas
eksperimen.
Hasil dan Pembahasan
Penelitian
Pengembangan materi ajar berbicara berbasis web untuk meningkatkan
keterampilan berbicara siswa kelas XI melewati
sembilan tahap pengembangan,
yang meliputi 1)
penelitian dan pengumpulan informasi; 2) perencanaan; 3) pengembangan draf
produk; 4) uji coba awal; 5) merevisi hasil uji coba; 6) uji coba lapangan; 7)
penyempurnaan produk hasil uji coba lapangan;
8) uji coba lapangan operasional; dan 9) penyempurnaan produk akhir. Tahapan
tersebut dapat dijelaskan berdasarkan hasil penelitian
yang telah dilakukan sebagai berikut:
1. Tahap
Pengumpulan Informasi
Pada tahap ini diperoleh informasi awal bahwa
kemampuan keterampilan berbicara masih rendah. Hal ini dapat dilihat
dari rata-rata hasil posttest berbicara sebesar 67.33. Permasalahan yang kerap dihadapi
siswa pada saat berbicara, yaitu: 1) minimnya ide atau gagasan yang
dimiliki; 2) kesulitan menuangkan ide dalam bahasa tulis; serta 3)
krisis percaya diri karena memang tidak
dibiasakan/dilatih untuk mengutarakan pendapat secara lisan.
Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan
kemudian dilakukan pengembangan materi ajar berbicara berbasis web berupa
konten materi yang terdapat pada teks prosedur, instrumen penilaian berbicara,
dan media pembelajaran berbasis web. Hal ini diperlukan agar dapat
mendukung kemampuan berbicara siswa kelas XI SMA Negeri 1 Wanasari Brebes.
2. Tahap
Perancangan
Pembelajaran berbasis web
untuk meningkatkan kemampuan keterampilan berbicara yang dikembangkan harus memperhatikan berbagai
aspek agar dapat diterapkan
di lapangan. Terdapat
beberapa langkah yang dilakukan dalam tahap perancangan ini, langkah pertama yaitu
menyusun peta kebutuhan pengembangan materi ajar berbicara berbasis web dengan
mengacu pada hasil yang diharapkan
yaitu, meningkatnya kemampuan keterampilan berbicara siswa kelas XI.
Langkah kedua yaitu
perumusan tujuan materi yang diajarkan, manfaat penyusunan teks prosedur siswa,
dan pokok bahasan dalam teks prosedur. Langkah ketiga yaitu �perencanaan skenario pembelajaran teori
berbicara. Langkah keempat yaitu penyusunan instrumen penilaian berbicara. Penilaian berbicara diintegrasikan dalam
media pembelajaran berbasis web.
Langkah kelima yaitu
penyusunan materi ajar berbicara berbasis web. Web yang digunakan dalam
pembelajaran berbicara dibuat dengan memanfaatkan website gratis yaitu
bloger dari google. Hal ini karena domain
tersebut lebih mudah untuk diolah dan digunakan dalam proes
pembelajaran. Halaman wordpress yang digunakan sebagai media
pembelajaran diakses dialamat http://kemampuanketerampilanberbicara.blogspot.com. Adapun tampilan awal halaman web tersebut
ditunjukkan pada Gambar 2.
Gambar
2 Halaman Awal
Web Keterampilan Berbicara
Pada halaman awal web keterampilan berbicara terdiri
dari beberapa menu, yaitu: 1) petunjuk, 2) teks prosedur, 3) berbicara, 4)
revisi 5) editing, 6) Publikasi, 7) Penilaian Keterampilan Berbicara. Pada
proses pembelajaran berbasis web ini, siswa harus mengikuti setiap tahapan menu
secara urut dari nomor 2 sampai dengan 6. Pada menu pertama yaitu petunjuk.
Petunjuk berisi tahapan materi ajar berbicara dengan teknik pidato. Pada menu
petunjuk berisi petunjuk secara umum untuk pembelajaran berbicara berbasis web
tersebut. Akan tetapi, pada menu lain juga dilengkapi dengan
petunjuk. Menu nomor
3 sampai 6 merupakan
tahap pra berbicara yang harus dilalui mulai dari penyusunan
materi teks prosedur, revisi, editing, dan publikasi. Adapun contoh petunjuk dalam salah satu menu ditunjukan pada Gambar 3.
Gambar 3 Contoh Petunjuk dalam Salah Satu Menu
Petunjuk menu seperti pada Gambar 3 tersebut,
ditulis agar dapat memudahkan siswa dalam mengikuti proses pembelajaran
berbicara berbasis web.
Instrumen penilaian dibuat dengan mengacu pada
aspek-aspek penilaian berbicara yang ditulis oleh (Diana, 2018). Instrumen
tersebut kemudian dibuat dalam google formulir. Adapun format penilaian dalam menggunakan skala
5, dengan contoh
tampilan seperti pada Gambar
4.
����� Gambar 4 Form penilaian dalam menggunakan skala
5
Form penilaian karya seperti gambar 5 telah dihubungkan dengan google formulir
yang �memuat �penilaian berbicara.� Setelah
�mempublikasikan,� siswa dapat menilai hasil karya teman-temannya berupa video dengan mengeklik
tombol Form penilaian karya. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap aspek. Adapun
pengisian formulir tersebut dilakukan dengan mengikuti petunjuk yang
terdapat
dalam form tersebut.
Selanjutnya, untuk mempermudah dalam penggunaan Web, maka google formulir
diintegrasikan kedalam �media pembelajaran berbasis web. Adapun tampilannya seperti
pada Gambar 5.
� �Gambar 5 Halaman Web yang Memuat
Form Penilaian Keterampilan �Berbicara
Form penilaian karya
seperti gambar 5 telah
dihubungkan dengan google formulir yang memuat penilaian berbicara.
Setelah mempublikasikan teks prosedur, siswa dapat menilai teks prosedur hasil
karya teman-temannya dengan
mengeklik tombol Form
Penilaian Karya. Penilaian dilakukan dengan memberikan skor pada setiap aspek.
Adapun pengisian formulir tersebut dilakukan dengan mengikuti petunjuk yang
terdapat dalam form tersebut.
3. Tahap
Pengembangan Draf Produk
Tahap
pengembangan draf produk adalah tahap yang bertujuan untuk menghasilkan produk akhir setelah validasi
yang dilakukan oleh ahli
materi. Validasi oleh ahli materi dilakukan agar dapat digunakan sebagai bahan masukan
dalam perbaikan produk, sehingga produk yang dihasilkan sesuai standar. Adapun
hasil penilaian dari ahli materi
dapat dilihat pada tabel 2.
Tabel 2 Penilaian Ahli Materi Setiap Aspek
No |
Aspek |
Total Skor |
1 |
Materi relevan dengan kompetensi yang harus dikuasai siswa |
16 |
2 |
Materi yang disajikan sesuai dengan kehidupan�sehari-hari |
26 |
3 |
Ketepatan
aspek yang dinilai dalam instrument penilaian berbicara |
16` |
4 |
Kejelasan
materi dan bahasa pada pembelajaran berbicara berbasis web |
24 |
5 |
Nilai
Jumah Skor setiap aspek |
82 |
Produk yang dikembangkan mencakup konten materi
ajar teks prosedur, penilaian berbicara, dan pembelajaran
berbasis web dikatagorikan baik dengan skor 82. Adapun
saran dari ahli materi terkait produk yang dikembangkan yaitu pada bagian instrumen penilaian berbicara perlu
ditambah kriteria penilaian, sehingga penilai dapat menilai dengan
patokan yang jelas.
4. Uji Coba Awal
dan Perbaikan Produk
Setelah melewati proses validasi dan dinyatakan
layak oleh ahli materi, kemudian diujicobakan kepada
siswa. Uji coba tersebut terbatas pada empat siswa kelas XI IPA 1.
Gambar
6 Subjek Uji Coba Awal
Keempat siswa tersebut mengikuti proses pembelajaran berbicara berbasis web,
kemudian diminta untuk mengisi angket terbuka berupa� masukan�
terkait� pembelajaran� tersebut. Berdasarkan uji coba yang telah
dilakukan tersebut, �diperoleh �beberapa �masukan,
�yaitu:
1) prosedur pembelajaran perlu disederhanakan agar mudah diikuti; 2) bagian pra berbicara perlu disesuaikan isinya dengan alokasi
waktu yang disediakan. Dengan
demikian, perbaikan produk meliputi skenario pembelajaran
yang tertuang dalam materi ajar dalam tahap prapenulisan
teks prosedur pembelajaran berbasis web.
5. Uji Coba
Lapangan dan Perbaikan Produk
Uji coba lapangan dilaksanakan setelah dilakukan
perbaikan produk sesuai dengan masukan pada saat uji coba awal. Subjek uji coba
lapangan adalah sepuluh siswa selain siswa yang telah dijadikan subjek uji coba
awal. Pada saat uji coba lapangan, siswa juga mengikuti proses pembelajaran
teks prosedur berbicara berbasis web seperti halnya subjek uji coba
awal. Kemudian, diakhir diminta untuk mengisi angket terbuka berupa masukan
terkait pembelajaran berbasis web.
Gambar 7 Subjek Uji Coba
Lapangan
Pada tahap uji coba lapangan diperoleh masukan yaitu
perlu ada perbaikan dalam aplikasi penilaian
didalam media berbasis web tersebut agar mudah diakses.
Perbaikan produk yang dimaksud yaitu perbaikan aplikasi penilaian keterampilan berbicara yang terdapat dalam halaman
web. Dengan demikian, perbaikan tersebut mencakup web pada bagian publikasi
yang menghubungkan dengan google formulir.
6. Uji
Coba Lapangan Operasional dan Penyempurnaan Produk Akhir
Uji coba lapangan operasional dilakukan setelah produk diperbaiki berdasarkan masukan pada saat uji coba lapangan. Subjek uji coba lapangan operasional berjumlah 34 siswa dari kelas
XI IPA 2 dan 30 siswa dari kelas XI IPA 3. Pada
subjek uji coba lapangan operasional ini, dua kelompok tersebut diambil
sampelnya dengan menggunakan teknik cluster random sampling. Cluster random sampling
adalah pengambilan sampel berdasarkan wilayah tertentu, kelas
yang dijadikan sampel
atau diberi perlakuan yaitu kelas
XI IPA 2 yang berjumlah 34 siswa.
Kelas XI IPA 3 berjumlah 30 dijadikan kelas kontrol.
Gambar
8
Uji Coba Lapangan
Operasional
Berdasarkan
hasil post test yang telah
dilaksanakan diketahui rata-rata nilai kelas kontrol adalah 84,4,
sedangkan rata-rata di kelas
eksperimen sebesar 85. Antara kelas kontrol dan kelas eksperimen juga tidak terdapat perbedaan
rata-rata yang signifikan, yang berarti
kemampuan berbicara antara
kelas kontrol dan kelas eksperimen dapat dikatakan sama. Hal ini sesuai dengan
hasil uji hipotesis yang dilakukan
terhadap data hasil rata-rata
kelas kontrol dan eksperimen.��
Berdasakan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan,
diperoleh taraf signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, dan Ha diterima. Pengembangan produk yang
dilakukan terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa. ���
Setelah dilakukan post test, kelas eksperimen diberi perlakuan
pembelajaran berbicara
berbasis web..� Berdasarkan� hasil� postest�
yang telah dilaksanakan, diketahui bahwa terdapat peningkatan rata-rata
kemampuan berbicara setelah diberi
perlakuan, di kelas kontrol sebesar 84,4 sedangkan di kelas eksperimen sebesar 85. �
Setelah dilakukan uji normalitas kemudian dilakukan uji homogenitas terhadap data kelas kontrol dan eksperimen. Hipotesis yang diajukan untuk uji
homogenitas, yaitu Ho: varians data homogen dan Ha: varians data tidak homogen. Uji homogenitas yang dilakukan terhadap beberapa kelompok data, yaitu:
1) postes kelas kontrol; 2) postest kelas eksperimen; dan 3) postes kelompok
kontrol dan eksperimen. Adapun hasil uji homogenitas data postes kelompok kontrol
tersaji dalam tabel 3 sebagai berikut.
Tabel 3 �Uji
Homogenitas Postes Kelas Kontrol
Test
of Homogeneity of Variances |
|||
Nilai_siswa |
|
|
|
Levene
Statistic |
df1 |
df2 |
Sig. |
1.909 |
1 |
62 |
.172 |
Berdasarkan uji
homogenitas yang telah dilakukan menggunakan SPSS 16 diperoleh data
signifikansi sebesar 0,172, yang lebih besar dari 0,05. Hal ini berarti, data
memiliki varians yang sama (homogen).�
Selanjutnya
dilakukan terhadap data hasil
post test kelas
eksperimen. Adapun hasil uji normalitas
tersebut terdapat pada tebel 4 sebagai berikut.
Tabel 4 Uji Normalitas Kelas Kontrol dan
Kelas Eksperimen
Tests
of Normality |
||||||
|
Kolmogorov-Smirnova |
Shapiro-Wilk |
||||
|
Statistic |
Df |
Sig. |
Statistic |
Df |
Sig. |
Nilai_siswa |
.108 |
64 |
.060 |
.945 |
64 |
.006 |
a.
Lilliefors Significance Correction |
|
|
|
Berdasarkan uji normalitas yang telah dilakukan
menggunakan SPSS 16 diperoleh data signifikansi pada Kolmogorov sebesar 0,60
yang lebih besar dari 0,05. Hal ini beraarti, data berdistribusi normal.
Setelah dilakukan uji prasyarat hipotesis yang
menunjukkan data berdistribusi normal dan homogen. Maka dilanjutkan uji
hipotesis. Uji hipotesis yang dilakukan menggunakan uji t, dengan hasil sebagai
berikut.
Table 5 Uji
Hipotesis
One-Sample
Test |
||||||
|
Test
Value = 0�������������������������������������� |
|||||
|
t |
Df |
Sig.
(2-tailed) |
Mean
Difference |
95%
Confidence Interval of the Difference |
|
Lower |
Upper |
|||||
Nilai_siswa |
84.465 |
63 |
.000 |
84.547 |
82.55 |
86.55 |
Kelompok_siswa |
24.355 |
63 |
.000 |
1.531 |
1.41 |
1.66 |
Berdasakan hasil uji hipotesis yang telah dilakukan,
diperoleh taraf signifikansi (2-tailed) sebesar 0,000 yang lebih kecil dari
0,05. Hal ini berarti Ho ditolak, dan Ha diterima. Pengembangan produk yang
dilakukan terbukti efektif dalam meningkatkan keterampilan berbicara siswa.
Selanjutnya, setelah dilakukan uji coba lapangan
operasional, dilakukan penyempurnaan
produk akhir. Penyempurnaan dilakukan
terhadap keseluruhan produk yang dikembangkan,
meliputi: 1) konten isi materi, 2) penilaian berbicara, dan 3) media
pembelajaran berbasis web.
Penyempurnaan tersebut kebanyakan terdapat pada media pembelajaran berbasis web
yang meliputi penyederhanaan petunjuk, keefektifan kalimat,
serta perbaikan dan pengecekan
link dalam media tersebut
agar tidak terjadi
aplikasi eror saat
digunakan.
1. Kelayakan Pembelajaran Berbasis Web
Kelayakan pembelajaran berbasis web berupa konten materi teks prosedur,
penilaian berbicara dan media pembelajaran berbasis web dapat dilihat
dari penilaian yang dilakukan ahli materi, adapun skor total yang diperoleh
untuk setiap aspek sebesar 82. Skor 82 dapat dikatakan baik, hal ini sesuai dengan standar nilai seperti pada Tabel 2.
Skor 82
hal ini berarti semua produk yang dikembangkan baik, meliputi konten isi materi
dan penilaian berbicara berbasis web, dapat dikatakan telah memenuhi standar
kelayakan dengan nilai baik. Produk yang telah memenuhi standar kelayakan
tersebut, masih memerlukan penyempurnaan dibeberapa bagian, hingga benar-benar dikatakan siap untuk diujicobakan.
Selain itu, kelayakan materi ajar berbasis web juga dinilai dari respon siswa yang
dijadikan sebagai subjek uji coba terbatas, uji coba lapangan, dan uji coba
lapangan operasional (kelompok eksperimen). Sebanyak 34 siswa yang dimintai
respon terkait pembelajaran berbasis web.
Penilaian tersebut dilakukan dengan lembar angket skala lima, dengan kriteria: 1) sangat baik, 2) baik, 3) cukup, 4) kurang, dan 5) buruk. Adapun penilaian kelayakan dari respon mahasiswa
dapat dilihat dari Gambar 4.
Jadi, pembelajaran berbasis web dinilai baik
oleh sebagian besar siswa, yaitu sebanyak 4 siswa menilai sangat baik, 19 siswa
menilai baik, 7 siswa menilai cukup, 5 siswa menilai kurang, dan 3 menilai
buruk.
Penilaian�
yang� baik� oleh�
sebagian� besar subjek menunjukkan
bahwa pembelajaran berbasis web dapat
dikatakan layak, digunakan
dalam proses pembelajaran, khususnya
dalam pembelajaran berbicara Sementara itu penilaian yang kurang dan buruk oleh sebagian kecil siswa disebabkan adanya permasalahan
dalam akses internet. Hal ini mengakibatkan terhambatnya pembelajaran berbasis web
bagi sebagian kecil siswa. Kelayakan pembelajaran berbasis web dinilai oleh siswa berdasarkan dua hal.
Kedua hal tersebut, yaitu: 1) kemudahan dalam penggunaannya; dan 2) dapat meningkatkan kemampuan berbicara.
2. Keefektifan Pembelajaran Berbasis Web
Keefektifan pembelajaran berbasis web dalam
meningkatkan kemampuan berbicara siswa dapat
dilihat dari hasil uji coba
lapangan operasional. Hasil tersebut menunjukkan perbedaan rata-rata yang signifikan
antara nilai rata-rata berbicara di kelas kontrol; nilai rata-rata di kelas
eksperimen. Seperti yang telah diuraikan di hasil penelitian bahwa
perbedaan rata-rata yang signifikan tersebut, juga diikuti oleh peningkatan
rata-rata kemempuan berbicara siswa setelah diberi perlakuan, yaitu pembelajaran berbasis web.
Pembelajaran berbasis web yang dikembangkan
dalam penelitian ini mengintegrasikan pengolahan konten video dan blog dalam
proses pembelajaran. Pengolahan tersebut akan melatih siswa menuangkan
gagasannya dalam bahasa lisan dan tulis. Dengan
demikian, pembelajaran berbasis web
juga meningkatkan kemampuan berbicara.
Pembelajaran berbasis web
selain mengimplementasikan
teknologi dalam proses pembelajaran, juga efektif dalam meningkatkan hasil
belajar siswa. Hal ini didukung
dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Sunwinarti
dan Suwito (2016) yang menunjukkan bahwa rata-rata hasil belajar yang dilakukan dengan menggunakan
pembelajaran berbasis web lebih tinggi dibandingkan pembelajaran yang
tidak berbasis web. Peningkatan rata-rata nilai postest kelas control
dan kelas eksperimen; serta nilai rata-rata yang lebih tinggi kelas eksperimen
dibanding kelas kotrol menunjukkan bahwa pembelajaran berbasis web efektif
dalam meningkatkan kemampuan berbicara.
Kesimpulan
Hasil pengembangan materi ajar berbicara berbasis web dinyatakan layak
digunakan dalam proses pembelajaran. Siswa juga memberikan respon yang positif
terhadap pembelajaran berbasis web. Selain itu, pembelajaran berbasis web juga
efektif dalam meningkatkan kemampuan berbicara siswa. Hal ini dapat dilihat
dari perbedaan rata-rata yang signifikan antara dua kelompok sebelum dan
sesudah diberikan perlakuan.
Produk yang dikembangkan memiliki keunggulan, yaitu dapat
dimanfaatkan oleh semua kalangan secara gratis, karena menggunakan domain gratis.
Selain itu, pengembangan materi ajar berbicara
berbasis web juga dapat
menyiapkan siswa untuk memanfaatkan kemajuan teknologi dalam kehidupan
sehari-hari.
BIBLIOGRAFI
Arikunto, S. (2009). Manajemen Penelitian: Jakarta: Rineka Cipta.
Diana, R. M. (2018). Analisis Sikap Sosial Tokoh Dalam
Novel Lengking Burung Kasuari Karya Nunuk Y. KusmianA. University of
Muhammadiyah Malang.
Mahsun. (2014). Teks dalam pembelajaran bahasa Indonesia
kurikulum 2013. PT RajaGrafindo Persada.
Nurgiyantoro, B. (2001). Penilaian dalam pengajaran bahasa
dan sastra. BPFE-Yogyakarta.
Retna, L. (n.d.). S., dan Sugiyono. 2016. Pengaruh Net Profit
Margin, Return On Equity, dan Earning Per Share Terhadap Return Saham. Jurnal
Ilmu Dan Riset Manajemen, 5(12), 1�18.
Rusman, D. K., & Riyana, C. (2011). Pembelajaran Berbasis
Teknologi Informasi dan Komunikasi. Bandung: Rajawali Pers.
Soeparno, S., & Djojowidagdo, S. (1993). Peningkatan
produksi dan kualitas daging kambing. Kerjasama Penelitian Antara Badan
Penelitian Dan Pengembangan Proyek Pembangunan Penelitian Pertanian Nasional
Dengan Lembaga Penelitian Universitas Gadjah Mada.
Sukmadinata, N. S. (2008). Metode Penelitian dalam
Pendidikan. Bandung: Rosdakarya.
Sumarna, R. (n.d.). 15/089048/PSA/07902 Dr. Aris Munandar,
SS, M. Hum. Academic English 14 December 2015.
Sunwinarti&Suwito, D. (2016). Pengembangan Media PembelajaranBerbasis
Web untukMeningkatkanHasilBelajarDasar-DasarMesinKelas X di SMK Negeri 3
BuduranSidoarjo. Jurnal Pendidikan Teknik Mesin, 4(3), 21�27.
Wulandhari, R. (2017). Meningkatkan Kompetensi Berbicara
Dengan Menggunakan Metode Diskusi Pada Pelajaran Bahasa Indonesia Di Kelas X
MIPA 11 SMAN 2 Kota Cirebon Tahun Pelajaran 2016/2017. Syntax Literate;
Jurnal Ilmiah Indonesia, 2(6), 98�111.